4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Tablet

  Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sediaan tablet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bentuk sediaan farmasi yang lain. Tablet merupakan suatu sediaan utuh dan praktis diberikan secara oral dengan dosis yang tetap dan variasi minimal.Tablet merupakan bentuk sediaan oral dengan biaya produksi paling murah, juga paling ringan dan paling kompak.Tablet terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan.Bahan tambahan dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama bahan tambahan yang mempengaruhi karakter kompresibilitas tablet, termasuk didalamnya adalah pengisi, pengikat, lubrikan, antiadheren dan glidan. Kedua bahan tambahan yang mempengaruhi biofarmasi, stabilitas fisika dan kimia, termasuk didalamnya penghancur, zat pewarna, perasa dan pemanis (Lachman, dkk., 1994).

2.1.1 Komposisi tablet

  Tablet umumnya disamping zat aktif, juga mengandung zat pengisi, zatpengikat, zat penghancur dan zat pelicin. Untuk tablet tertentu zat pewarna, zatperasa, dan bahan-bahan lainnya dapat ditambahkan jika diperlukan. Komposisiumum dari tablet adalah:

  1. Zat berkhasiat/ zat aktif Zat berkhasiat atau zat aktif jarang diberikan dalam keadaan murni, tetapiharus dikombinasikan terlebih dahulu dengan zat-zat yang bukan obat yangmempunyai fungsi khusus agar dapat dibentuk menjadi sediaan tablet (Anief,1994).

  2. Zat pengisi Zat pengisi adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu formulasitablet bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sehingga sesuaidengan persyaratan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet, danmeningkatkan mutu sediaan tablet. Zat pengisi yang biasa digunakan adalahpati (amilum), laktosa, manitol, sorbitol dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

  3. Zat pengikat Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dan dapatdibentuk menjadi granul sehingga dapat dikempa atau dicetak (Anief,

  1994).Ada dua golongan bahan pengikat yaitu bahan gula atau zat polimerik. Bahan polimerik terdiri atas dua kelas yaitu (1) polimer alam seperti pati, atau gom mencakup akasia, tragakan dan gelatin; dan (2) polimer sintetis seperti polivinilpirolidon, metilselulosa, etilselulosa, dan hidroksipropilselulosa (Siregar dan Wikarsa, 2010)

  4. Zat penghancur (disintegran) Zat penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya tablet ketikaberkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorbsi(Lachman, dkk, 1994). Disintegran idealnya menyebabkan tablet hancur, tidak saja menjadi granul yang dikempa, tetapi juga menjadi partikel serbuk yang berasal dari granul. Mekanisme kerja zat disintegran sebagai penghancur tablet pada umumnya terdiri atas tiga teori klasik, antara lain:

  1. Disintegran membentuk lorong-lorong kecil di seluruh matriks yang memungkinkan air ditarik ke dalam struktur dengan kerja kapiler sehingga menyebabkan tablet menjadi pecah. Contoh: pati, Avicel, Ac-Di-Sol, alginat, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2. Konsep yang populer berkaitan dengan pengembangan,air merembes kedalam tablet melalui celah antar partikel atau jembatan hidrofil yang terbentuk.

  Dengan adanya air maka bahan penghancur akan mengembang dimulai dari bagian lokal lalu meluas keseluruh bagian tablet. Akibat pengembangan bahan penghancur menyebabkan tablet pecah dan hancur (Voight, 1995).Contoh: Primojel, Explotab, Ac-Di-Sol, gom, povidon, Isolca Floc, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

  3. Reaksi kimia pelepasan gas yang menghancurkan struktur tablet, digunakan terutama jika diperlukan disintegrasi ekstra cepat atau suatu formulasi segera larut (Siregar dan Wikarsa, 2010).

  Mekanisme umum yang paling luas diterima untuk zat disintegran tablet adalah pengembangan karena hampir semua disintegran dapat mengembang pada tingkat tertentu. Dalam hal ini, disintegran berfungsi menarik air ke dalam tablet kemudian mengembang dan menyebabkan tablet pecah secara terpisah-pisah.

  Jenis zat disintegran yang biasa digunakan antara lain: pati alam, Sodium starch

  glycollate (primojel, explotab), pati pragelatinisasi, Ac-Di-Sol, alginat, dan lain- lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

  5. Zat pelicin Zat pelicin adalah zat tambahan yang digunakan dalam formulasi sediaantablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari dalam lubangkempa dan untuk mencegah tablet melekat pada dinding lubang kempa. Zat pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat, kalsium stearat,natrium stearat, polietilen glikol, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.1.2 Penggolongan tablet

  Tablet digolongkan berdasarkan cara pemberian atau fungsinya, sistem penyampaian obat yang disesuaikan dengan cara pemberiaan tersebut, dan benruk serta metode pembuatannya. Susunan macam-macam penggolongan tablet dengan penggolongan utama berdasarkan cara pemberiannya atau fungsinya dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis dan golongan tablet

  No Golongan Jenis

  1. Tablet oral untuk dimakan a.

  Tablet kempa atau tablet kempa standar b.

  Tablet multikempa atau tablet kempa lapis ganda c.

  Tablet aksi diperlama atau tablet salut enterik d.

  Talet salut gula e. Tablet salut lapis tipis f. Tablet kunyah

  2. Tablet yang digunakan dalam g.

  Tablet bukal

  rongga mulut h.

  Tablet sublingual i. Troche atau Lozenges j. Dental cones

  3. Tablet yang diberikan k.

  Tablet implantasi

  dengan rute lain l.

  Tablet vaginal

  4. Tablet yang dipergunakan m.

  Tablet effervescen

  untuk membuat larutan n.

  Tablet dispensing o. Tablet hipodermik p. Tablet triturat a.

  Tablet kempa atau tablet kempa standar, yaitu tablet oral tidak bersalut yang dibuat dengan pengempaan dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau dalam kombinasi dengan eksipien. Metode umum yang digunakan dengan granulasi basah, granulasi kering atau kempa langsung.

  b.

  Tablet multikempa atau tablet kempa lapis ganda, adalah tablet yang dibuat dengan lebih dari satu siklus kempa tunggal. Ada dua kelompok tablet ini yaitu: tablet berlapis dan tablet yang disalut dengan pengempaan.

  c.

  Tablet aksi diperlama atau tablet salut enterik, bentuk sediaan ini dimaksudkan untuk melepaskan obat setelah beberapa waktu tunda atau setelah tablet telah melewati satu bagian dari GIT ke yang lain. Tablet salut enterik adalah tablet kempa konvensional disalut dengan suatu zat seperti selak atau suatu senyawa selulosa, yang tidak terdisolusi dalam lambung (suasana asam), tetapi terlarut dalam saluran usus (suasana basa).

  d.

  Talet salut gula, adalah tablet kempa konvensional yang disalut dengan beberapa lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak berwarna. Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan tablet yang elegan, mengkilap, mudah untuk ditelan, secara luas digunakan dalam pembuatan multivitamin dan kombinasi multivitamin mineral.

  e.

  Tablet salut lapis tipis, adalah tablet kempa konvensional disalut dengan film tipis polimerik larut-air diberi warna atau tidak diberi warna yang terdisintegrasi segera dalam saluran cerna.

  f.

  Tablet kunyah, tablet yang dimaksudkan dikunyah dulu sebelum ditelan.

  Tablet kunyah harus mengandung bahan tambahan dasar yang mempunyai rasa dan aroma yang menyenangkan.

  g.

  Tablet bukal, tablet berukuran kecil, datar, dan dimaksudkan untuk tertahan di antara pipi dan gigi. Obat yang digunakan melalui rute ini memiliki aksi sistemik cepat. Tablet ini dirancang untuk tidak hancur namun perlahan-lahan larut.

  h.

  Tablet sublingual, sama seperti tablet bukal hanya saja penggunaannya di bawah lidah. i.

  Troche atau Lozenges, tablet yang digunakan dalam rongga mulut untuk memberikan efek lokal di mulut dan tenggorokan. Umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau mengontrol batuk pada saat flu. Dapat berisi obat bius lokal, antiseptik, agen antibakteri, astringent dan antitusif. j.

  Dental cones, Cone gigi, tablet yang dirancang untuk ditempatkan pada

  socket kosong yang ada setelah pencabutan gigi. Tujuan utamanya adalah

  untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam socket atau mengurangi perdarahan. k.

  Tablet implantasi, adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik untuk implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya ialah memberikan efek zat aktif yang diperlama, sekitar satu bulan sampai satu tahun. l.

  Tablet vaginal, tablet yang dirancang utuk terdisolusi lambat dan pelepasan obatnya dalam rongga vagina. Tablet lebar atau berbentuk buah pir, digunakan untuk antibakteri, antiseptik dan mengobati infeksi vagina m. Tablet effervescen, Tablet efervesen, tablet yang dirancang untuk menghasilkan larutan dengan cepat melalui pelepasan karbon dioksida. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan CO serta air.

  2 n.

  Tablet dispensing, adalah tablet kempa yang biasanya digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan solid dan cairan. o.

  Tablet hipodermik, adalah tablet kempa yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya untuk membuat sediaan injeksi hipodemik segar yang akan diinjeksikan. p.

  Tablet triturat, adalah tablet kempa yang fungsinya sama dengan tablet

  dispensing , berbentuk kecil umumnya silindris, digunakan untuk

  menyediakan zat aktif yang tepat dalam peracikan obat. Biasanya mengandung zat aktif yang sangat toksik atau sangat berkhasiat keras (Lachman, dkk., 1994; Sahoo, 2007; Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.1.3 Evaluasi tablet

  a. Uji keseragaman sediaan Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995), keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari 2metode yaitu: i.

  Keragaman bobot, Pengujian keragaman bobot dilakukan jika tablet yang diuji mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan. ii.

  Keseragaman kandungan, Pengujian keseragaman kandungan dilakukan jika jumlah zat aktif kurang dari 50 mg per tablet atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan (Ditjen POM 1995).

  b. Uji kekerasan tablet Pada umumnya tabletharus cukup keras dan tahan pecah waktudikemas, dikirim dan waktu penyimpanan tetapi tablet juga harus cukuplunak untuk hancur dan melarut dengan sempurna begitu digunakan ataudapat dipatahkan dengan jari bila tablet perlu dibagi dalampemakaiannya. Tablet diukur kekuatannya dalam kg, pound atau dalamsatuan lainnya. Alat yang digunakan sebagai pengukur kekerasan tablet biasanya adalah hardness tester (Ansel, 1989).

  Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempakan. Kekerasan tablet biasanya 4 – 8 kg, tablet dengan kekerasan kurang dari 4 kg akan didapatkan tablet yang cenderung rapuh, tapi bila kekerasan tablet lebih besar dari 8 kg akan didapatkan tablet yang cenderung keras (Parrott, 1971).

  c. Uji keregasan tablet Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alatfriabilator.

  Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, tablet dijatuhkan setinggi 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100putaran. Tablet ditimbang sebelum dan sesudah diputar, kehilangan beratyang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,8% sampai 1% (Voight, 1995) d. Uji waktu hancur

  Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadipartikel- partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi. Ujiwaktu hancur dilakukan dengan menggunakan alat uji waktu hancur.Masing-masing sediaan tablet mempunyai prosedur uji waktu hancur danpersyaratan tertentu. Uji waktu hancur tidak dilakukan jika pada etiketdinyatakan tablet kunyah, tablet isap, tablet dengan pelepasan zat aktifbertahap dalam jangka waktu tertentu (Siregar dan Wikarsa, 2010).Waktu hancur untuk tablet tidak bersalut yaitu 5 – 30 menit dan untuk tablet bersalut yaitu 1 – 2 jam (Sahoo, 2007).

  e. Uji disolusi Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaandalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan secaraoral dalam bentuk padat seperti tablet.Uji ini dimaksudkan untukmengetahui banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efekterapi di dalam tubuh (Ansel, 1989).

  f. Uji penetapan kadar zat berkhasiat Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalamtablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch (Lachman, dkk, 1994).Dalam penetapan kadar zat berkhasiat pada sediaan tablet biasanyamenggunakan 20 tablet yang kemudian dihitung, ditimbang dankemudian diserbukkan. Sejumlah serbuk tablet yang digunakan dalampenetapan mewakili seluruh tablet maka, harus ditimbang seksama.Kadar zat berkhasiat tertera pada masing-masing monografi, baikpersyaratan maupun cara penetapannya (Ditjen POM, 1995).

  2.1.4 Tablet kempa langsung

  Istilah kempa langsung telah lama digunakan untuk memperkenalkan pengempaan senyawa kristalin tunggal (biasanya garam anorganik dengan struktur kristal kubik seperti natrium klorida, natrium bromida, atau kalium bromida) menjadi suatu padatan tanpa penambahan zat-zat lain. Hanya sedikit bahan kimia yang mempunyai sifat alir, kohesi, dan lubrikasi di bawah tekanan untuk membuat padatan seperti ini (Siregar dan Wikarsa, 2010). Sekarang istilah kempa langsung digunakan untuk menyatakan proses ketika tablet dikempa langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi, disintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang kokoh. Tidak ada prosedur praperlakuan granulasi basah atau kering yang diperlukan pada campuran serbuk (Siregar dan Wikarsa, 2010).

  Kempa langsung merupakan metode pilihan dalam manufaktur tablet apabila proses itu dapat digunakan untuk memproduksi produk jadi bermutu tinggi. Kempa langsung merupakan metode pembuatan tablet yang paling tepat karena metode ini menggunakan penanganan bahan-bahan paling sedikit dan tidak melibatkan tahap pengeringan. Oleh karena itu, metode ini paling efisien energi, paling cepat, dan paling ekonomis untuk memproduksi tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010). Metode kempa langsung meliputi penekanan tablet secara langsung dari bahan bubuk tanpa memodifikasi sifat fisik bahan. Metode ini dapat diaplikasikan untuk bahan kimia berbentuk kristal yang memiliki karakteristik ketermampatan dan sifat alir yang baik seperti: garam kalium, natrium klorida, amonium klorida dan lain-lain (Sahoo, 2007). Bahan yang sensitif terhadap kelembaban dan panas, yang tidak cocok menggunakan granulasi basah, juga dapat menggunakan kempa langsung. Dibandingkan dengan granulasi basah, metode ini tidak mengharuskan pemilihan eksipien yang sangat kritis karena bahan baku yang menunjukkan kompresibilitas dan sifat alir yang baik dapat memberikan keberhasilan metode ini (Harbir, 2012).

2.2 Maltodekstrin

  Maltodekstrin merupakan polimer dari sakarida, nutritive dan tidak manis, dan terdiri dari unit glukosa yang sebagian besar terikat melalui ikatan α-1,4- glikosidik. Maltodekstrin dapat dibuat dengan dua cara yaitu hidrolisis enzimatik dan hidrolisis asam (Gohel, dkk., 2013). Maltodekstrin diproduksi dengan memasak pati, yang biasa disebut hidrolisis pati. Selama proses hidrolisis, enzim dan asam akan memecah pati lebih lanjut (Marianski dan Marianski, 2011).

  Hidrolisis amilum dengan asam mineral encer akan menghasilkan molekul-molekul glukosa. Namun, bila amilum dihirolisis dengan enzim, bukan glukosa yang diperoleh, tetapi maltosa.Hidrolisis amilum oleh pengaruh enzim amilase menjadi molekul-molekul maltosa tidak berjalan spontan, tetapi bertahap dengan hasil antara berupa dekstrin (Sumardjo, 2009).

  USP32-NF27 mendeskripsikan maltodekstrin sebagai campuran sakarida

  

nutritive dari polimer yang terdiri dari unit D-glukosa, dengan nilai dextrose

equivalent (DE) kurang dari 20.Nilai DE adalah ukuran besarnya polimer pati

  yang terhidrolisis dan dapat didefinisikan sebagai kekuatan mereduksi zat yang dinyatakan dalam gram D-glukosa per 100 g bahan kering. Unit D-glukosa sebagian besar dihubungkan oleh ikatan α-1,4 tetapi ada bagian bercabang yang dihubungkan oleh ikatan α-1,6 (Rowe, dkk., 2009).

Gambar 2.1 Rumus struktur maltodekstrin (Rowe, dkk., 2009)

  Maltodekstrin digunakan pada formulasi tablet sebagai pengikat dan pengisi pada cetak langsung dan granulasi basah atau proses aglomerasi.

  Maltodekstrin tidak memiliki efek buruk pada laju disolusi formulasi tablet dan kapsul, magnesium stearat 0,5-1,0% dapat digunakan sebagai lubrikan.

  Maltodekstrin juga dapat digunakan pada pembuatan tablet salut film pada proses penyalutan (Rowe, dkk., 2009).

2.3 Kalsium Laktat

2.3.1 Kalsium

  Kalsium adalah salah satu unsur penting dalam tubuh. Jumlah kalsium di dalam tubuh berkisar 1,5-2%. Fungsi utama kalsium adalah mengisi kepadatan (densitas) tulang (Wirakusumah, 2000).Sebagianbesarkalsium terkonsentrasidijaringankerasyaitutulang rawandangigi,sisanya terdapatdalamcairantubuhdanjaringanlunak.Didalam cairanekstraselulerdan intraselulerkalsium memegangperananpentingdalam mengaturfungsisel,sepertiuntuk transmisisaraf,kontraksiotot,penggumpalan darah, danmenjaga permeabilitasmembran sel (Winarno, 1997).

  Kalsium ditemukan kira-kira dalam proporsi yang sama dalam cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Kalsium membantu aktivitas saraf dan otot normal.Kalsium meningkatkan kontraksi otot jantung (miokardium).Kation ini juga mempertahankan permeabilitas selular normal dan membantu pembekuan darah dengan mengubah protrombin menjadi trombin.Selain itu, kalsium juga diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi (Kee dan Hayes, 1996). Menurut Suhardjo dan Kusharto (2000), kalsium memegang peranan penting pada berbagai proses fisiologik dan biokemik di dalam tubuh, seperti pada pembekuan darah, eksitabilitas syaraf otot, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel, mengaktifkan reaksi enzim dan sekresi hormon.

  Variasi kebutuhan tubuh akan kalsium lebih bergantung pada laju perkembangan tulang ketimbang kebutuhan metabolik. Kebutuhan maksimal terjadi selama puncak masa pertumbuhan cepat pada remaja, maka asupan kalsium sangat vital pada saat ini untuk menjamin mineralisasi tulang yang adekuat (Barasi, 2007).

2.3.2 Tinjauan umum

Gambar 2.2 Rumus struktur kalsium laktat (Rowe, dkk., 2009)

  Nama Kimia :KalsiumLaktat Hidrat Sinonim :KalsiumLaktat Pentahidrat

  KalsiumLaktat anhidrat Rumus Molekul : C6H10CaO6.5H2O Berat Molekul :KalsiumLaktat Pentahidrat (BM 308,30)

  KalsiumLaktat Anhidrat (BM 218,22) Pemerian :Serbukataugranulputih;praktistidakberbau;bentuk

  o

  pentahidratmengembang padasuhu120 Cmenjadibentuk anhidrat.

  Kelarutan :Kalsium LaktatPentahidrat larut dalam air; praktis tidaklarut dalametanol.

  Syarat Kadar :KalsiumLaktatmengandungtidakkurangdari98,0% dantidaklebihdari101,0%C H CaO , dihitung terhadap

  6

  10

  6 zatyang telah dikeringkan (Ditjen POM, 1979).

  2.3.3 Tablet kalsium laktat

  TabletKalsium LaktatmengandungKalsiumLaktat,C

  6 H

  10 CaO 6 .5H

  2 O,

  tidakkurang dari94,0%dantidaklebihdari106,0%darijumlahyang terterapada etiket (Ditjen POM, 1995). Kalsium laktat digunakan untuk mencegah dan mengobati defisiensi kalsium. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati kondisi yang disebabkan oleh kadar kalsium rendah seperti osteoporosis, osteomalacia, hipoparatiroidisme, dan penyakit otot tertentu (tetani laten). Obat ini juga dapat digunakan pada pasien tertentu untuk memastikan mereka mendapatkan cukup kalsium, misalnya wanita hamil, menyusui atau menopause (Anonim, 2010).

  Dosis kalsium laktat yaitu: 1. Dosis dewasa untuk hipokalsemia: 325-650 mg, 2-3 kali sehari sebelum makan.

  2. Dosis dewasa untuk hipoparatiroidisme: 325 mg, 3 kali sehari sebelum makan.

  3. Dosis dewasa untuk osteomalacia: 325-650 mg, 2-3 kali sehari sebelum makan.

  4. Dosis dewasa untuk pseudohipoparatiroidisme: 325 mg, 3 kali sehari sebelum makan.

  5. Dosis dewasa untuk osteoporosis: 325-650 mg, 3 kali sehari sebelum makan.

  6. Dosis pediatrik untuk hipokalsemia: neonatal, 400-500 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi setiap 4-6 jam; bayi, 400-500 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi setiap 4-6 jam; dan anak-anak 45-65 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis (Anonim, 2010).

  Kontra indikasi: gangguan fungsi ginjal atau riwayat batu saluran kemih. Efek samping: hiperkalsemia dapat menyebabkan iritasi lambung, sembelit (konstipasi), bradikardia, malas, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, haus, dan poliuria. Interaksi obat: mengurangi absorpsi tetrasiklin karena resorpsi tetrasiklin dihambat akibat terbentuknya kompleks dengan kalsium, serta dapat menambah sekresi gastrin dan asam lambung. Peringatan dan perhatian: hati-hati pada gangguan ginjal, riwayat batu saluran kemih (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.4 Disolusi

  Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk menghasilkan suatu larutan. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu solid melarut (Siregar dan Wikarsa, 2010). Menurut Ansel (1989), proses melarutnya suatu obat disebut disolusi. Bentuk sediaan farmasetik padat dan bentuk sediaan sistem terdispersi solid dalam cairan setelah dikonsumsi kepada seseorang akan terlepas dari sediaannya dan mengalami disolusi dalam media biologis, diikuti dengan absorpsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya menunjukkan respons klinis (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Gambar 2.3 Bagan proses disolusi hingga respons klinis suatu zat aktif dari

  sediaan tablet atau kaplet Metode uji disolusi untuk menetapkan laju disolusi zat aktif dari sediaannya yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia edisi IV, yakni metode basket dan metode dayung.

  Metode basket menunjukkan suatu upaya membatasi posisi bentuk sediaan untuk memberikan kemungkinan maksimum suatu antarpermukaan solid-cairan yang tetap.Metode ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu kecenderungan zat bergerak menyumbat basket, sangat peka terhadap zat terlarut dalam media disolusi, kecepatan aliran yang kurang memadai ketika partikel meninggalkan basket dan mengapung dalam media.Metode basket disebut juga metode Alat 1 (Siregar dan Wikarsa, 2010).

  Metode dayung pada dasarnya terdiri atas batang dan daun pengaduk yang merupakan dayung berputar dengan dimensi tertentu sesuai dengan radius bagian dalam labu dengan dasar bundar.Metode ini mengatasi banyak keterbatasan basket, metode ini sangat baik untuk sistem otomatis.Metode dayung disebut juga metode Alat 2 (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.5 Titrasi Kompleksometri

  Titrimetrik adalah salah satu divisi besar dalam kimia analitik.Perhitungan yang tercakup di dalamnya didasarkan pada hubungan stoikiometrik dan reaksi kimia sederhana (Day dan Underwood, 2006). Dalam analisis titrimetri dengan mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standar) yang kadar (konsentrasi)-nya telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2010). Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penelitian titrimetrik melibatkan pembentukan kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi (Day dan Underwood, 2006).

  Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan garam- garam logam.Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering digunakan.Struktur EDTA ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2.4 Rumus struktur EDTA (Rowe, dkk., 2009)

  EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan semua logam kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam-logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium membentuk kompleks yang tidak stabil dengan EDTA pada pH rendah, karenanya titrasi logam-logam ini dengan EDTA dilakukan pada larutan buffer amonia pH 10 (Gandjar dan Rohman, 2010).

  Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator zat warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna dengan sejumlah kecil logam. Pada saat titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks indikator-logam akan pecah dan menghasilkan warna yang berbeda. Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara lain: hitam eriokrom (Eriochrom Black T, Mordant Black II, Solochrom Black I), mureksid, jingga pirokatekol, jingga xilenol, asam kalkon karbonat, kalmagit, dan biru hidroksi naftol (Gandjar dan Rohman, 2010).

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanopartikel 2.1.1 Pengenalan umum nanopartikel - Formulasi Dan Evaluasi Secara In Vitro Kompleks Nanopartikel Alginat-Kitosan Yang Mengandung Amoksisilin Dan Bovine Serum Albumin

0 1 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Formulasi Dan Evaluasi Secara In Vitro Kompleks Nanopartikel Alginat-Kitosan Yang Mengandung Amoksisilin Dan Bovine Serum Albumin

0 0 8

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ranti 2.1.1 Sistematika Tumbuhan

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Kajian Peranan Pengembangan Kawasan Hutan Kota Cadika terhadap Pertumbuhan Sektor Informal di Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman - Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Oktil Metoksisinamat Dan Avobenson

0 1 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Promosi 2.1.1 Pengertian Promosi - Chapter II (106.6Kb)

0 1 26

BAB 1 PENDAHULUAN - Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2010

0 0 8

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Pada Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Derivatif Dengan Zero Crossing

1 3 66

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat - Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Pada Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Derivatif Dengan Zero Crossing

0 1 14

Pembuatan Tablet Kalsium Laktat Dengan Metode Cetak Langsung Menggunakan Maltodekstrin Sebagai Bahan Penghancur

0 0 28