Gender dan Politik Perempuan pdf
MATERI KULIAH:
Gender dan Politik Perempuan
(Bagian Pertama)
Dosen :
Gili Argenti, S.IP, M.Si
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
2017
PENGERTIAN SEKS DAN GENDER
Untuk memahami konsep Gender, maka
harus dibedakan antara kata Gender
dengan kata Seks (jenis kelamin).
Seks, merupakan pembagian dua jenis
kelamin manusia yang ditentukan
secara biologis.
biologis : laki-laki (memiliki penis,
memproduksi sperma), perempuan
(memiliki alat repoduksi, rahim,
vagina, memproduksi sel telur dan
memiliki alat menyesui.
Sumber : DR. Mansour Fakih,
Analisis Gender dan Transformasi
Sosial (Yogyakrta : Pustaka Pelajar,
2008)
Gender, sikap yang membedakan perlakuan
Sumber : DR. Mansour Fakih, Analisis
Gender dan Transformasi Sosial
(Yogyakrta : Pustaka Pelajar, 2008)
berdasar jenis kelamin yang dikontruksi
secara sosial dan kultural.
Kontruk sosial : laki-laki (kuat, rasional,
jantan dan perkasa). perempuan (lemah
lembut, cantik, emosional atau keibuan).
Konstruk sosial dan budaya juga telah
menempatkan laki-laki berperan di wilayah
publik, umum (sosial, ekonomi dan politik).
Sedangkan perempuan ditempatkan
berperan dominan di wilayah privat,
domestik (keluarga).
Pelabelan (penandaan) ini telah merugikan
dan menimbulkan ketidakadilan, terutama
utk perempuan, dgn marginalisasi
perempuan berperan dlm sektor publik.
AKIBAT-AKIBAT BIAS GENDER
TERHADAP KAUM PEREMPUAN
Perbedaan perlakuan mengakibatkan ketidakadilan terhadap kaum perempuan,
serta melahirkan pelabelan dari masyarakat yang dianggap sebagai ketentuan
kodrati, bahkan ketentuan dari Tuhan.
1. Secara ekonomis, proses peminggiran dlm jabatan birokrasi maupun
program-program pembangunan.
2. Secara pendidikan, proses membatasi mobilisasi tingkat pendidikan (karena
alasan ekonomi keluarga), mendahulukan pendidikan buat anak laki-laki.
3. Melahirkan kekerasan dan penyiksaan terhadap kaum perempuan
(pemerkosaan, pemukulan dan sterilisasi kesuburan).
4. Dalam bidang politik melahirkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang
tidak pro terhadap kaum perempuan.
PERBEDAAN SEKS DAN GENDER
Seks (Jenis Kelamin)
Tidak dapat diubah
Gender
Dapat diubah
Berlaku sepanjang zaman Tergantung waktu
Berlaku dimana saja
Tergantung budaya
setempat
Merupakan kondrat
Tuhan
Buatan manusia, bukan
kodrat Tuhan
Sumber : Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik : Sebuah Bahasan Memahami
Ilmu Politik (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007)
PEREMPUAN DAN POLITIK
Dunia politik tidak pernah netral,
masalahnya selama ini politik, lebih
banyak di huni kaum laki-laki.
Karenanya, produk politik (ide,
kebijakan) seluruh isinya memiliki
karakter maskulin (laki-laki).
Bahwa politik seharusnya
mengakomodir kaum perempuan,
karena kepentingan perempuan
hanya bisa diperjuangkan oleh
perempuan sendiri.
Mengingat perempuan berjumlah 50%
dari penduduk dunia, maka secara
prinsip mereka juga harus terwakili
secara sama di ranah politik.
Sumber : Ani Soetjipto, Politik
Harapan : Perjalanan Politik
Perempuan Indonesia Pasca
Reformasi. (Tanggerang :
Marjin Kiri, 2011)
GERAKAN FEMINISME DI INDONESIA
Feminisme, berangkat dari asumsi bahwa
kaum perempuan pada dasarnya ditindas
dan dieksploitasi.
Gerakan feminisme merupakan perjuangan
dlm rangka mentrasformasi (merubah) sistem
dan struktur tidak adil, menuju sistem yang
adil bagi perempuaan maupun laki-laki.
Gerakan feminisme di Indonesia pasca Orde
Baru memperjuangkan kuota khusus bagi
keterwakilan perempuan.
Lahirkan kebijakan afirmatif kuota 30% bagi
perempuan.
KEBIJAKAN AFIRMATIF GENDER
Kebijakan afirmatif gender adalah kebijakan memberikan keistimewaan
khusus untuk perempuan yang bersifat sementara.
Beberapa kebijakan afirmatif di bidang politik di Indonesia diantaranya
1. Keterwakilan perempuan sebesar 30% dari daftar caleg yang
diajukan partai-partai politik dalam pemilu. (UU Pemilu Nomor 12
Tahun 2003)
2. Penetapan Zipper System, partai harus memasukan paling tidak satu
perempuan dari tiga kandidat, agar peluang terpilihnya menjadi lebih
besar. (UU Pemilu Nomor 10 Tahun 2008)
Sayangnya untuk Zipper System efektivitasnya jauh menjadi berkurang
setelah Mahkamah Konstitusi mengubah sistem pemilu dari proporsional
semi terbuka, menjadi sepenuhnya terbuka.
Sumber : Ani Soetjipto, Politik Harapan : Perjalanan Politik Perempuan Indonesia
Pasca Reformasi. (Tanggerang : Marjin Kiri, 2011)
Regulasi Afirmatif Caleg Perempuan
Pemilihan Umum Legislatif 2014
PKPU Nomor 7 Thun 2013 dan
UU No. 8 Tahun 2012.
Pasal 24 Ayat 1
Kewajiban pemenuhan kuota 30% di
tiap daerah pemilihan.
Pasal 55
Pengajuan caleg harus memuat paling
sedikit 30% keterwakilan perempuan.
Pasal 56 Ayat 2
Diatur bahwa dari setiap caleg yang
diajukan satu diantaranya mesti
perempuan.
Tabel 1
Perbandingan Calon Anggota DPR RI Perempuan
Pemilu 2004 dan Pemilu 2009
Keterangan
Pemilu 2004
Pemilu 2009
Jumlah Caleg Anggota DPR
Perempuan
2.507
3.910
Persentase Calon Anggota DPR
Perempuan
33%
34,7%
61
103
11.09%
17,86%
Jumlah Calon Anggota DPR
Perempuan Terpilih
Persentase Calon Anggota DPR
Perempuan Terpilih
Sumber : Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL) Universitas Indonesia, Tahun 2010
Tabel 2
Jumlah Kursi DPR RI Hasil Pemilu 2014
Berdasarkan Asal Partai Politik
No
Partai Politik
Perolehan
Kursi Perempuan
Perolehan Kursi
Partai
Persentasi
Kursi Perempuan
Perpartai
1
PDI-P
21
109
19%
2
Golkar
16
91
17%
3
Gerindra
11
73
15%
4
Demokrat
13
61
21%
5
PKB
10
47
21%
6
PAN
9
49
18%
7
PKS
1
40
3%
8
Nasdem
4
35
11%
9
PPP
10
39
26%
10
Hanura
2
16
12%
JUMLAH
97
560
17%
Sumber : Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL) Universitas Indonesia, Tahun 2410
Sumber : Data Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL), Universitas Indonesia, Tahun 2014
Tabel 3
Perbandingan Jumlah Kursi Perempuan DPR RI
Hasil Pemilu 2009 dan Pemilu 2014
No
Partai Politik
Perolehan
Kursi 2009
Perolehan Kursi
2014
Catatan
Perubahan
1
PDI-P
18
21
Naik
2
Golkar
19
16
Turun
3
Gerindra
5
11
Naik
4
Demokrat
36
13
Turun
5
PKB
7
10
Naik
6
PAN
7
9
Naik
7
PKS
3
1
Turun
8
Nasdem
-
4
-
9
PPP
5
10
Naik
10
Hanura
4
2
Turun
SumberSumber
: Data Pusat
Kajian
Politik
(PUSKAPOL),
: Pusat
Kajian
Politik
(PUSKAPOL)Universitas
UniversitasIndonesia,
Indonesia,Tahun
Tahun2014
2410
RASIO PEMILIH 2009
RASIO PEMILIH 2014
Pemilih Laki-Laki
(78.082.462 Jiwa)
Pemilih Perempuan
(76.659.325 Jiwa)
Pemilih Laki-Laki
(93.439.610 Jiwa)
Pemilih Perempuan
(93.172.645 Jiwa)
Sumber : KPU
Data Puskapol UI pada Pemilu 2009, sekitar 77,55% pemilih
memberikan suaranya kepada caleg laki-laki, dan sekitar 22,45%
pemilih menyalurkan suaranya kepada caleg perempuan.
Sedangkan pada Pemilu 2014 menurut data Puskapol UI, sekitar 76,69%
pemilih memberikan suaranya kepada caleg laki-laki, dan sekitar
23,31% pemilih memberikan suaranya kepada caleg perempuan.
Tabel 4
Basis Keterpilihan Caleg Perempuan Pemilu 2014
Kategori
Jumlah
Persen
Jaringan kekerabatan dgn elit politik
35
36%
Kader Partai
21
22%
Elit Ekonomi
18
19%
Anggota DPD/DPR
9
9%
Aktifis Ormas/LSM
8
8%
Selebriti/figur populer
6
6%
Jumlah
97
100%
Sumber : Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL) Universitas Indonesia, Tahun 2014
Tabel 5
Perempuan dalam Eksekutif 2009-2014
Jabatan
Perempuan
Laki-Laki
Total
Mentri
3
8,3%
30
91,7%
33
Gubernur
1
3,0%
32
97,0%
33
Wakil Gubernur
1
3,0%
32
97,0%
33
Bupati
8
1,8%
332
98,2%
440
Wakil Bupati
18
4,0%
322
96,0%
440
Sumber : Komisi Pemilihan Umum (KPU)
PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN
DALAM PEMILUKADA SERENTAK
Pada pelaksanaan Pemilukada Serentak Desember 2015, dari
1.584 Calon Kepala/Wakil Daerah, dari 76 Kabupaten, 13 Kota
dan 1 provinsi. Tercatat :
Hanya 116 calon perempuan (7,32 %)
Dengan Rincian 54 maju sebagai Kepala Daerah. Serta 62
lainnya sebagai Calon Wakil Kepala Derah
Sumber : Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Harian
Republika Tanggal 14 September 2015.
KENDALA DLM MENINGKATKAN
PERAN PEREMPUAN
Kendala Politik
1. Dominannya politik berkarkter maskulin.
2. Kurangnya dukungan partai politik.
Kendala Ideologis
1. Kondisi sosial-budaya mengekang (sistem patriaki)
2. Kurang kepercayaan diri perempuan.
3. Image politik itu permainan kotor.
4. Media massa yang kurang mendukung peran perempuan
5. Asumsi perempuan sebagai mahluk tidak lengkap
Sumber : Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik : Sebuah Bahasan Memahami
Ilmu Politik (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007)
REKOMENDASI
Reformasi internal partai
Rekruitmen caleg harus
politik, terutama kaderisasi
dan rekrutmen caleg.
Implementasi kebijakan
afirmatif utk perempuan
oleh partai politik tunduk
pada prinsip memperkuat
partisipasi perempuan.
memperhatikan kualitas
caleg,tidak asal memenuhi
kuota 30%.
Partai tidak menjadikan
kalangan selebritis hanya
sebagai penarik suara.
(Prof. DR. Siti Zuhro)
TERIMA KASIH
1.
2.
3.
4.
5.
TUGAS
Tugas perindividu, dikumpulkan dan presentasikan minggu depan.
Terdapat tiga bahan tulisan dengan judul :
Relasi Gender Dalam Masyarakat Indonesia.
Kepemimpinan Perempuan : Perubahan Paradigma Dari Politik
Gagasan ke Politik Kehadiran.
Pergulataan di Tengah Marginalisasi dan Dominasi Kultur Patriarki
Perempuan, Partai Politik dan Parlemen di NTB.
Dari ketiga artikel di atas anda Review (intisarinya atau rangkum)
Tugas dalam bentuk Film The Lady cukup anda kasih komentar kesankesan setelah menonton film tersebut.
Kirim email : giliunsika@yahoo.co.id
Gender dan Politik Perempuan
(Bagian Pertama)
Dosen :
Gili Argenti, S.IP, M.Si
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
2017
PENGERTIAN SEKS DAN GENDER
Untuk memahami konsep Gender, maka
harus dibedakan antara kata Gender
dengan kata Seks (jenis kelamin).
Seks, merupakan pembagian dua jenis
kelamin manusia yang ditentukan
secara biologis.
biologis : laki-laki (memiliki penis,
memproduksi sperma), perempuan
(memiliki alat repoduksi, rahim,
vagina, memproduksi sel telur dan
memiliki alat menyesui.
Sumber : DR. Mansour Fakih,
Analisis Gender dan Transformasi
Sosial (Yogyakrta : Pustaka Pelajar,
2008)
Gender, sikap yang membedakan perlakuan
Sumber : DR. Mansour Fakih, Analisis
Gender dan Transformasi Sosial
(Yogyakrta : Pustaka Pelajar, 2008)
berdasar jenis kelamin yang dikontruksi
secara sosial dan kultural.
Kontruk sosial : laki-laki (kuat, rasional,
jantan dan perkasa). perempuan (lemah
lembut, cantik, emosional atau keibuan).
Konstruk sosial dan budaya juga telah
menempatkan laki-laki berperan di wilayah
publik, umum (sosial, ekonomi dan politik).
Sedangkan perempuan ditempatkan
berperan dominan di wilayah privat,
domestik (keluarga).
Pelabelan (penandaan) ini telah merugikan
dan menimbulkan ketidakadilan, terutama
utk perempuan, dgn marginalisasi
perempuan berperan dlm sektor publik.
AKIBAT-AKIBAT BIAS GENDER
TERHADAP KAUM PEREMPUAN
Perbedaan perlakuan mengakibatkan ketidakadilan terhadap kaum perempuan,
serta melahirkan pelabelan dari masyarakat yang dianggap sebagai ketentuan
kodrati, bahkan ketentuan dari Tuhan.
1. Secara ekonomis, proses peminggiran dlm jabatan birokrasi maupun
program-program pembangunan.
2. Secara pendidikan, proses membatasi mobilisasi tingkat pendidikan (karena
alasan ekonomi keluarga), mendahulukan pendidikan buat anak laki-laki.
3. Melahirkan kekerasan dan penyiksaan terhadap kaum perempuan
(pemerkosaan, pemukulan dan sterilisasi kesuburan).
4. Dalam bidang politik melahirkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang
tidak pro terhadap kaum perempuan.
PERBEDAAN SEKS DAN GENDER
Seks (Jenis Kelamin)
Tidak dapat diubah
Gender
Dapat diubah
Berlaku sepanjang zaman Tergantung waktu
Berlaku dimana saja
Tergantung budaya
setempat
Merupakan kondrat
Tuhan
Buatan manusia, bukan
kodrat Tuhan
Sumber : Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik : Sebuah Bahasan Memahami
Ilmu Politik (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007)
PEREMPUAN DAN POLITIK
Dunia politik tidak pernah netral,
masalahnya selama ini politik, lebih
banyak di huni kaum laki-laki.
Karenanya, produk politik (ide,
kebijakan) seluruh isinya memiliki
karakter maskulin (laki-laki).
Bahwa politik seharusnya
mengakomodir kaum perempuan,
karena kepentingan perempuan
hanya bisa diperjuangkan oleh
perempuan sendiri.
Mengingat perempuan berjumlah 50%
dari penduduk dunia, maka secara
prinsip mereka juga harus terwakili
secara sama di ranah politik.
Sumber : Ani Soetjipto, Politik
Harapan : Perjalanan Politik
Perempuan Indonesia Pasca
Reformasi. (Tanggerang :
Marjin Kiri, 2011)
GERAKAN FEMINISME DI INDONESIA
Feminisme, berangkat dari asumsi bahwa
kaum perempuan pada dasarnya ditindas
dan dieksploitasi.
Gerakan feminisme merupakan perjuangan
dlm rangka mentrasformasi (merubah) sistem
dan struktur tidak adil, menuju sistem yang
adil bagi perempuaan maupun laki-laki.
Gerakan feminisme di Indonesia pasca Orde
Baru memperjuangkan kuota khusus bagi
keterwakilan perempuan.
Lahirkan kebijakan afirmatif kuota 30% bagi
perempuan.
KEBIJAKAN AFIRMATIF GENDER
Kebijakan afirmatif gender adalah kebijakan memberikan keistimewaan
khusus untuk perempuan yang bersifat sementara.
Beberapa kebijakan afirmatif di bidang politik di Indonesia diantaranya
1. Keterwakilan perempuan sebesar 30% dari daftar caleg yang
diajukan partai-partai politik dalam pemilu. (UU Pemilu Nomor 12
Tahun 2003)
2. Penetapan Zipper System, partai harus memasukan paling tidak satu
perempuan dari tiga kandidat, agar peluang terpilihnya menjadi lebih
besar. (UU Pemilu Nomor 10 Tahun 2008)
Sayangnya untuk Zipper System efektivitasnya jauh menjadi berkurang
setelah Mahkamah Konstitusi mengubah sistem pemilu dari proporsional
semi terbuka, menjadi sepenuhnya terbuka.
Sumber : Ani Soetjipto, Politik Harapan : Perjalanan Politik Perempuan Indonesia
Pasca Reformasi. (Tanggerang : Marjin Kiri, 2011)
Regulasi Afirmatif Caleg Perempuan
Pemilihan Umum Legislatif 2014
PKPU Nomor 7 Thun 2013 dan
UU No. 8 Tahun 2012.
Pasal 24 Ayat 1
Kewajiban pemenuhan kuota 30% di
tiap daerah pemilihan.
Pasal 55
Pengajuan caleg harus memuat paling
sedikit 30% keterwakilan perempuan.
Pasal 56 Ayat 2
Diatur bahwa dari setiap caleg yang
diajukan satu diantaranya mesti
perempuan.
Tabel 1
Perbandingan Calon Anggota DPR RI Perempuan
Pemilu 2004 dan Pemilu 2009
Keterangan
Pemilu 2004
Pemilu 2009
Jumlah Caleg Anggota DPR
Perempuan
2.507
3.910
Persentase Calon Anggota DPR
Perempuan
33%
34,7%
61
103
11.09%
17,86%
Jumlah Calon Anggota DPR
Perempuan Terpilih
Persentase Calon Anggota DPR
Perempuan Terpilih
Sumber : Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL) Universitas Indonesia, Tahun 2010
Tabel 2
Jumlah Kursi DPR RI Hasil Pemilu 2014
Berdasarkan Asal Partai Politik
No
Partai Politik
Perolehan
Kursi Perempuan
Perolehan Kursi
Partai
Persentasi
Kursi Perempuan
Perpartai
1
PDI-P
21
109
19%
2
Golkar
16
91
17%
3
Gerindra
11
73
15%
4
Demokrat
13
61
21%
5
PKB
10
47
21%
6
PAN
9
49
18%
7
PKS
1
40
3%
8
Nasdem
4
35
11%
9
PPP
10
39
26%
10
Hanura
2
16
12%
JUMLAH
97
560
17%
Sumber : Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL) Universitas Indonesia, Tahun 2410
Sumber : Data Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL), Universitas Indonesia, Tahun 2014
Tabel 3
Perbandingan Jumlah Kursi Perempuan DPR RI
Hasil Pemilu 2009 dan Pemilu 2014
No
Partai Politik
Perolehan
Kursi 2009
Perolehan Kursi
2014
Catatan
Perubahan
1
PDI-P
18
21
Naik
2
Golkar
19
16
Turun
3
Gerindra
5
11
Naik
4
Demokrat
36
13
Turun
5
PKB
7
10
Naik
6
PAN
7
9
Naik
7
PKS
3
1
Turun
8
Nasdem
-
4
-
9
PPP
5
10
Naik
10
Hanura
4
2
Turun
SumberSumber
: Data Pusat
Kajian
Politik
(PUSKAPOL),
: Pusat
Kajian
Politik
(PUSKAPOL)Universitas
UniversitasIndonesia,
Indonesia,Tahun
Tahun2014
2410
RASIO PEMILIH 2009
RASIO PEMILIH 2014
Pemilih Laki-Laki
(78.082.462 Jiwa)
Pemilih Perempuan
(76.659.325 Jiwa)
Pemilih Laki-Laki
(93.439.610 Jiwa)
Pemilih Perempuan
(93.172.645 Jiwa)
Sumber : KPU
Data Puskapol UI pada Pemilu 2009, sekitar 77,55% pemilih
memberikan suaranya kepada caleg laki-laki, dan sekitar 22,45%
pemilih menyalurkan suaranya kepada caleg perempuan.
Sedangkan pada Pemilu 2014 menurut data Puskapol UI, sekitar 76,69%
pemilih memberikan suaranya kepada caleg laki-laki, dan sekitar
23,31% pemilih memberikan suaranya kepada caleg perempuan.
Tabel 4
Basis Keterpilihan Caleg Perempuan Pemilu 2014
Kategori
Jumlah
Persen
Jaringan kekerabatan dgn elit politik
35
36%
Kader Partai
21
22%
Elit Ekonomi
18
19%
Anggota DPD/DPR
9
9%
Aktifis Ormas/LSM
8
8%
Selebriti/figur populer
6
6%
Jumlah
97
100%
Sumber : Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL) Universitas Indonesia, Tahun 2014
Tabel 5
Perempuan dalam Eksekutif 2009-2014
Jabatan
Perempuan
Laki-Laki
Total
Mentri
3
8,3%
30
91,7%
33
Gubernur
1
3,0%
32
97,0%
33
Wakil Gubernur
1
3,0%
32
97,0%
33
Bupati
8
1,8%
332
98,2%
440
Wakil Bupati
18
4,0%
322
96,0%
440
Sumber : Komisi Pemilihan Umum (KPU)
PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN
DALAM PEMILUKADA SERENTAK
Pada pelaksanaan Pemilukada Serentak Desember 2015, dari
1.584 Calon Kepala/Wakil Daerah, dari 76 Kabupaten, 13 Kota
dan 1 provinsi. Tercatat :
Hanya 116 calon perempuan (7,32 %)
Dengan Rincian 54 maju sebagai Kepala Daerah. Serta 62
lainnya sebagai Calon Wakil Kepala Derah
Sumber : Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Harian
Republika Tanggal 14 September 2015.
KENDALA DLM MENINGKATKAN
PERAN PEREMPUAN
Kendala Politik
1. Dominannya politik berkarkter maskulin.
2. Kurangnya dukungan partai politik.
Kendala Ideologis
1. Kondisi sosial-budaya mengekang (sistem patriaki)
2. Kurang kepercayaan diri perempuan.
3. Image politik itu permainan kotor.
4. Media massa yang kurang mendukung peran perempuan
5. Asumsi perempuan sebagai mahluk tidak lengkap
Sumber : Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik : Sebuah Bahasan Memahami
Ilmu Politik (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007)
REKOMENDASI
Reformasi internal partai
Rekruitmen caleg harus
politik, terutama kaderisasi
dan rekrutmen caleg.
Implementasi kebijakan
afirmatif utk perempuan
oleh partai politik tunduk
pada prinsip memperkuat
partisipasi perempuan.
memperhatikan kualitas
caleg,tidak asal memenuhi
kuota 30%.
Partai tidak menjadikan
kalangan selebritis hanya
sebagai penarik suara.
(Prof. DR. Siti Zuhro)
TERIMA KASIH
1.
2.
3.
4.
5.
TUGAS
Tugas perindividu, dikumpulkan dan presentasikan minggu depan.
Terdapat tiga bahan tulisan dengan judul :
Relasi Gender Dalam Masyarakat Indonesia.
Kepemimpinan Perempuan : Perubahan Paradigma Dari Politik
Gagasan ke Politik Kehadiran.
Pergulataan di Tengah Marginalisasi dan Dominasi Kultur Patriarki
Perempuan, Partai Politik dan Parlemen di NTB.
Dari ketiga artikel di atas anda Review (intisarinya atau rangkum)
Tugas dalam bentuk Film The Lady cukup anda kasih komentar kesankesan setelah menonton film tersebut.
Kirim email : giliunsika@yahoo.co.id