Pemberdayaan Cedaw dan BDPoA sebagai Kom

Volume 7, No. 2, Desember 2017

Penanggung Jawab Redaksi

Patricia Cindy Andriani

Pemimpin Umum

Muhammad Ikram Afif

Wakil Pemimpin Umum

Adelia Hanny Rachman Emir Falah Azhari

Editor

Andhika Danesjvara, S.H., M.Si Hendry Julian Noor, S.H., M.Kn. Heru Susetyo, S.H., LL.M., M.Si

Kris Wijoyo Soepandji, S.H., M.P.P.

Pemimpin Redaksi

Ailsa Namira Imani

Redaktur Pelaksana

Hana Oktaviandri

Staf Redaksi

Agnes Kusuma Wardhani Aisha Adelia Chrissie Margareta Ginting Fajar Adi Nugroho

Desain dan Tata Letak

Emir Falah Azhari

VOLUME 7, NO. 2, DESEMBER 2017 | JURIS LK2 FHUI

KATA PENGANTAR REDAKSI

Pembangunan merupakan permasalahan yang pasti dipandang oleh tiap masyarakat. Tiap negara bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, negara-negara melakukan interaksi antara satu dengan yang lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan itu. Ketika sebelumnya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan dilihat sebagai pekerjaan rumah tiap negara, kini pembangunan telah menjadi suatu ambisi global.

Salah satu bentuk konkrit dari ambisi global ini adalah Sustainable Development Goals, atau SDGs, yang diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB sebagai badan internasional terkuat memiliki pengaruh besar dalam kebijakan-kebijakan negara di dalamnya. Terdapat suatu peluang untuk menelusuri dampak SDGs ini terhadap kebijakan-kebijakan, khususnya dalam ranah hukum. Oleh sebab itu, tim redaksi memutuskan untuk mengusung tema “Penerapan Sustainable Development Goals dalam Kerangka Kebijakan dan Perundang-undangan” untuk Juris edisi ini.

Akhir kata, besar harapan kami agar masyarakat umum dapat memahami lebih dalam mengenai Sustainable Development Goals melalui Juris Volume 7, No. 2, Desember 2017. Adapun masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam jurnal ini. Kami akan sangat senang jika para pembaca mendapatkan ilmu yang bermanfaat serta dapat memberikan masukan demi perbaikan jurnal kami untuk kedepannya.

Selamat membaca,

Tim Redaksi Juris

VOLUME 7, NO. 2, DESEMBER 2017 | JURIS LK2 FHUI

SAMBUTAN DIREKTUR EKSEKUTIF LK2 FHUI 2017

Assalamualaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua.

Suatu kebanggan bagi lembaga kajian keilmuan dapat memberikan sumbangsih nyata pada ilmu pengetahuan melalui sebuah karya. LK2

senantiasa berkomitmen mendukung perkembangan ilmu hukum dengan karya-karya terbaiknya. Juris adalah salah satu karya LK2 FHUI yang mampu merepresentasikan semangat lembaga ini mewujudkan pola pikir ilmiah dan jiwa keilmuan pada insan muda. Kreativitas dan aspirasi kritis mahasiswa mengenai suatu isu hukum dapat dituangkan dalam Juris agar turut memberikan kontribusi bagi masyarakat pembaca.

FHUI

Juris adalah Jurnal Ilmiah Hukum tahunan yang dikelola oleh LK2 FHUI dan merupakan salah satu program kerja dari Bidang Literasi dan Penulisan. Juris telah terdaftar sejak tahun 2011 dan berlangsung hingga sekarang. Setiap tahunnya, LK2 FHUI menerbitkan dua edisi Juris, yaitu pada bulan Juni dan Desember. Konsistensi ini dipertahankan sebagai wujud karakteristik lembaga yang responsif pada isu-isu hukum yang tengah berkembang dan memiliki urgensi untuk dibahas. Tentu, Juris tidak hanya memfasilitasi wadah bagi pemikiran mahasiswa, melainkan akademisi serta praktisi hukum juga diberikan ruang. Berbagai persoalan aktual dari dalam dan luar negeri dibahas dari perspektif hukum dan keilmuan lain yang relevan oleh penulis lokal maupun internasional. Sebagai jurnal hukum mahasiswa satu- satunya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Juris juga sudah berstandar nasional dengan ISSN dan dapat digunakan sebagai referensi penulisan karya ilmiah. Manfaat semacam inilah yang hendak dicapai oleh LK2 FHUI melalui pengembangan dan pembaharuan Juris dari tahun ke tahun.

LK2 FHUI Periode 2017, dengan amat bangga, mempersembahkan Juris Volume 7 No. 2 Edisi Januari 2018. Setelah tahun lalu, Juris mengangkat tema mengenai kemaritiman dan perdagangan bebas, maka tahun ini Juris bertemakan “Sustainable Development Goals dalam Kerangka Kebijakan dan Perundang-undangan”. Tulisan-tulisan yang terdapat dalam Juris kali ini lebih variatif karena membedah 3 pilar utama dari pembangunan berkelanjutan,

VOLUME 7, NO. 2, DESEMBER 2017 | JURIS LK2 FHUI VOLUME 7, NO. 2, DESEMBER 2017 | JURIS LK2 FHUI

Besar harapan kami Juris mampu menjadi pionir dalam pengembangan jurnal-jurnal ilmiah mahasiswa di berbagai fakultas hukum di Indonesia. Kehadiran Juris juga diharapkan mampu memberikan ide-ide solutif yang efektif dalam menyelesaikan sejumlah permasalahan hukum negeri ini. Setiap gagasan layak mendapat ruang dalam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak lupa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada jajaran penulis hebat yang telah bersedia menuangkan gagasannya dalam Juris. Tanpa kehadiran mereka, Juris tidak akan mampu memberikan manfaat yang optimal. Terima kasih pula kepada panitia Juris Volume 7 No. 2, di bawah kepemimpinan Namira, selaku Pemimpin Redaksi, dan anggota keluarga Bidang Literasi dan Penulisan LK2 FHUI 2017 yang telah bekerja keras menyelesaikan masterpiece ini. Semoga proses 6 bulan yang tidak mudah mampu memberikan hasil yang memuaskan bagi teman-teman. Terakhir, terima kasih kepada bapak/ibu dosen yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi mitra bestari (reviewer) Juris. Kami tidak mampu membalas dengan penghargaan yang besar, namun kontribusi bapak/ibu bagi perkembangan ilmu pengetahuan sejatinya sangat berharga. Semoga Juris dapat menjadi wadah terbaiknya.

Akhir kata, saya mewakili LK2 FHUI Periode 2017 mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunan Juris hingga mereka yang senantiasa menunggu terbitnya Juris. Selamat membaca!

Patricia Cindy Andriani

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Keilmuan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Periode 2017

VOLUME 7, NO. 2, DESEMBER 2017 | JURIS LK2 FHUI

MERETAS PERDAMAIAN MELALUI PENGUATAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA TAKING APART PEACE THROUGH THE EMPOWERMENT OF NATIONAL SECURITY COMPONENT

Rillo Priyo Prambudi 1

Abstract

World peace is an aspiration that up until today is still difficult to realize. The United Nations Development Program has mandated the realization of world peace and partnership as one of the Sustainable Development Goals which the international society needs to achieve. In Indonesia, other than stated in its constitution namely the 1945 Constitution of the State of the Republic of Indonesia along with all its amendments, the defense of the country becomes one of the sectors that are given special attention. Many do not know that the defense of the country is built by three components, namely the main components, reserves, and supporters. Unfortunately these three components have not quite executed hand in hand. More effort is required in building the country's defense through these components in order for Indonesia to become a stronger in defense and have the capacity to work together in realize the world peace.

Keywords: Peace, Defense, Reserve Components, Supporter Components

1 Penulis merupakan alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Penulis juga pernah menjabat menjadi Manajer Bidang Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Lembaga Kajian Keilmuan FHUI Periode 2015.

Abstrak

Perdamaian dunia adalah sebuah cita-cita yang sampai hari ini masih sulit untuk dicapai. United Nations Development Program telah memaktubkan perdamaian dan kemitraan internasional sebagai salah satu dari Sustainable Development Goals yang perlu dicapai bersama oleh masyarakat dunia. Di Indonesia, selain dinyatakan dalam konstitusinya, yakni Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 beserta seluruh amandemennya, pertahanan negara menjadi salah satu sektor yang diberi perhatian khusus. Banyak yang belum cukup mengetahui bahwa pertahanan negara dibangun oleh tiga komponen, yakni komponen utama, cadangan, dan pendukung. Sayangnya, ketiga komponen ini belum cukup berjalan secara beriringan. Oleh karena itu, diperlukan usaha lebih dalam membangun pertahanan negara melalui komponen-komponen tersebut agar Indonesia dapat menjadi negara yang kuat bertahan dan memiliki kapasitas untuk bekerja sama dalam mempertahankan dunia.

Kata kunci: komponen cadangan, komponen pendukung, perdamaian, pertahanan.

I. Pendahuluan

Indonesia adalah sebuah negara hukum yang karenanya memiliki kewajiban untuk menjamin hak-hak dasar rakyatnya 2 dan juga dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945 (“UUD 1945”), telah diterakan bahwa Indonesia adalah negara yang bertujuan untuk antara lain memajukan kesejahteraan umum dan ketertiban

dunia. 3 Berbeda dengan tujuan ‘kesejahteraan umum’ yang dapat dengan mudah divisualisasikan sebagai tujuan negara dan diimplementasikan dalam program-

program pemerintah 4 , ‘ketertiban dunia’ merupakan sebuah cita-cita bangsa yang terkesan tidak berkenaan dengan sendi-sendi kehidupan masyarakat dan seolah-

olah menjadi tanggung jawab negara sebagai sebuah entitas yang berdiri sendiri dalam pergaulannya dengan bangsa asing. Padahal sejatinya, tujuan ini disokong tidak hanya oleh instrumen diplomatik 5 , namun juga pertahanan dan keamanan

negara. Kata ‘pertahanan’ berasal dari kata dasar tahan yang menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia memiliki arti keadaan tetap, meskipun mengalami berbagai hal 6 . Dengan kata lain, pertahanan adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk

menciptakan keadaan yang stabil dan tidak mudah terpengaruh keadaan. Dengan begitu, dapat diartikan bahwa Pertahanan Negara adalah sebuah rangkaian usaha yang dilakukan oleh dan untuk menjaga kestabilan negara. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang memberi arti pertahanan negara sebagai segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah

2 Tim Pengajar Mata Kuliah Ilmu Negara, Ilmu Negara, (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013), hlm. 78-79.

Yang dimaksud hak-hak dasar rakyat dalam hal ini dapat ditinjau dari Pasal 4 Undang- Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yakni hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.

3 Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV, LN No. 14 Tahun 2006, Pembukaan.

4 Seperti subsidi bahan bakar dan pengendalian harga sembilan bahan pokok. 5 Instrumen diplomatik dapat diartikan hubungan Indonesia dengan negara lain.

6 Kamus Besar Bahasa Indonesia, “tahan,” http://kbbi.web.id/tahan , diakses 19 Juni 2017.

Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. 7

Sifat dari pertahanan negara Indonesia adalah semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan

pada kekuatan sendiri. 8 Sifat semesta memiliki arti bahwa upaya pertahanan negara mengikutsertakan seluruh warga negara, pemanfaatan seluruh sumber daya

nasional, dan seluruh wilayah negara dalam usaha pertahanan negara, sedangkan yang dimaksud dengan keyakinan pada kekuatan sendiri adalah semangat untuk mengandalkan pada kekuatan sendiri sebagai modal dasar dengan tidak menutup

kemungkinan bekerja sama dengan negara lain. 9 Konsep pertahanan secara semesta ini juga diterapkan di beberapa negara, seperti Singapura dengan total

defense serta Vietnam dan Cina dengan perang rakyat yang pada intinya mengacu pada konsep yang sama, yaitu jika perang harus dilakukan, maka semua potensi nasional dan kekuatan pertahanan akan dilibatkan. 10

Selepas masa reformasi, Tentara Nasional Indonesia dan Polisi Republik Indonesia yang tadinya tergabung dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dipisahkan kewenangannya melalui Pasal 30 ayat (3) UUD 1945 sehingga TNI ditentukan sebagai kekuatan pertahanan, sedangkan POLRI ditentukan sebagai

kekuatan keamanan. TNI adalah alat negara 11 yang bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara, 12 sedangkan

POLRI merupakan alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat, termasuk

7 Indonesia, Undang-Undang tentang Pertahanan Negara, UU No. 3 Tahun 2002, LN No. 3 Tahun 2002, TLN N0. 4169, Pasal 1 angka 1.

8 Ibid., Pasal 2. 9 Ibid., Penjelasan Ps. 2.

10 Timbul Siahaan, “Potensi Sumber Daya Nasional Sebagai Pilar Utama dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara,” WiRA 56 No.40 (September-Oktober 2015), hlm. 16.

11 Fungsi TNI sebagai alat pertahanan negara, yakni bahwa TNI memiliki tanggung jawab untuk menjadi: (a) penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari

luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa; (b) penindak terhadap setiap bentuk ancaman; dan (c) pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. (Indonesia, Undang-Undang tentang Tentara Nasional Indonesia, No. 34 Tahun 2004, LN No. 127 Tahun 2004, TLN No. 4439, Ps. 6).

12 Ibid., Ps. 7.

menegakkan hukum. 13 Oleh karena itu, rezim pertahanan negara yang tadinya digabungkan dengan keamanan negara saat ini sudah terpisah. Meski demikian,

keduanya tetap menopang fungsi sebagaimana didirikannya waktu dulu, yakni untuk memberi rasa aman pada masyarakat, baik terhadap ancaman dari dalam maupun dari luar negeri. Indonesia juga memiliki sebuah kementerian yang

mengurus khusus ihwal pertahanan Indonesia 14 . Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai sebuah negara telah menunjukkan kesungguhannya untuk melindungi segenap bangsa Indonesia yang setidaknya dapat dilihat cerminannya dari segi kelembagaan perihal pengamanan negara dan masyarakat. Fungsi pertahanan dan keamanan ini kendati demikian tidak terkurung begitu saja pada peranan TNI dan Polri, tapi turut pula melibatkan masyarakat sebagai kekuatan

pendukungnya. 15 Penerapan dari fungsi ini, khususnya dalam konteks internasional, tidak melulu soal peperangan dan invasi-invasi yang bersifat

ofensif, namun juga yang bersifat defensif 16 . Konstruksi ‘peperangan’ defensif inilah yang sesungguhnya memerlukan banyak sekali peranan masyarakat. Karena

pasca-Perang Dunia II dan pendirian organisasi-organisasi internasional, seperti Liga Bangsa Bangsa, rezim perang ofensif telah digantikan dengan perang yang

bersifat defensif 17 . Salah satu negara yang memosisikan dirinya dalam mode defensif adalah Indonesia. Hal ini berhubungan pula dengan politik luar negeri

13 Indonesia, Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, UU No. 2 Tahun 2002, LN No.2 Tahun 2002, TLN No. 4168, Ps. 14 ayat (1).

14 Yang dimaksud adalah Kementerian Pertahanan yang kewenangannya diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

15 Hal ini dikenal juga dengan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishakamrata), disebutkan tegas pada Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 – secara historis pelibatan masyarakat ini dipengaruhi oleh semangat juang bangsa Indonesia dalam

merebut kemerdekaan pada pasa penjajahan, yang tidak hanya melibatkan angkatan bersenjata, tetapi juga rakyat secara keseluruhan.

16 Upaya ofensif dapat dipahami sebagai agresi fisik yang berarti pertemuan senjata dan peperangan sebagaimana dipahami oleh orang kebanyakan, sedangkan upaya defensif adalah

tindakan mempersiapkan diri menghadapi segala serangan dengan pemenuhan kebutuhan penyerangan yang menimbulkan persepsi ‘takut’ pada negara lain dengan kesediaan peranti peperangan —disebut juga dengan efek deterrence. (Sayidman Suryohadiprojo, “Si Vis Pacem Para Bellum, ” (Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 11).

17 Terutama sejak terjadinya perang dingin antara blok Komunis dan blok Barat, berkembanglah kondisi dunia yang bukan perang, namun juga bukan damai. Dalam kondisi itu,

sering dihadapi masalah pertahanan yang bersifat bukan perang, baik bagi negara yang secara langsung teribat perang dingin maupun negara yang termasuk negara Non-Blok —seperti Indonesia (Ibid., hlm. 157).

Indonesia yang bebas aktif dalam pergaulan internasional. Tidak adanya penundukan Indonesia pada blok tertentu menjadikan Indonesia memiliki kebebasan tersendiri dan menghindari sentimen-sentimen yang disebabkan kiblat politik dan keberpihakan. Mode defensif dan politik bebas aktif Indonesia, di sisi lain, dapat dilihat sebagai tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk menyusun strategi pertahanan sebaik mungkin agar tidak menjadi target okupasi yang mengganggu keamanan

negara dan ketertiban umum. Wilayah yang luas 18 dan didukung kenampakan

19 alam 20 serta kondisi geografis yang strategis adalah sepersekian dari aset bangsa yang perlu dipertahankan dari pihak-pihak yang hendak merampasnya dengan apa

pun cara dan bentuknya. Oleh karena itu, perlu ada strategi perlindungan yang tepat terhadap rencana dan pelaksanaannya.

I. Isi

Pentingnya menjaga pertahanan negara tidak terlepas dari salah satu kebutuhan manusia yang paling prinsip, yakni rasa aman dan kemampuan untuk menjalankan aktivitas. Perdamaian, sebagai salah satu cita-cita dunia yang tertuang dalam

Sustainable Development Goals (SDGs) 21 , merupakan sebuah bukti bahwa dunia telah menyadari pentingnya berada dalam kondisi tentram tanpa konflik. Oleh

karena itu, perlu dilakukan usaha bersama untuk mencapai kesamaan persepsi bahwa pengurangan kontak senjata sudah harus dikurangi. Upaya ini bisa pula dilakukan dengan memastikan kerja sama antarnegara yang berjalan dengan baik dan setiap negara menunjukkan kesungguhannya dalam upaya mempertahankan diri, bukan mengupayakan serangan ke negara lain. Kesepahaman dan kesadaran

18 1.990.250 km2 (Central Intellegence Agency, “CIA World Factbook,” https://www.cia.gov/library/publications/resources/the-world-factbook/geos/id.html , diakses

2 Maret 2017). 19 Yang dimaksud kenampakan alam adalah bentuk Indonesia yang merupakan kepulauan dengan ditengarai perairan dan kawasan udara yang luas. Sebagai contoh adalah kawasan hutan Indonesia yang sekali waktu pernah dijadikan ‘laboratorium’ penelitian untuk membantu Angkatan Udara Amerika Serikat dalam memetakan operasi serangan gerilya masyarakat lewat media alam. (Guy J. Pauker, The Indonesian Doctrine of Territorial Warfare and Territorial Management, (Santa Monica, California: Rand Corporation, 1963), hlm. 61-63).

20 Secara geografis merupakan persilangan antarbenua yang bisa menjadi jalan pintas bagi pesawat atau kapal internasional yang ingin melintas dari satu kawasan ke kawasan lainnya.

21 United Nations Development Program, Sustainable Development Goals, (s.l., s.t.), hlm. 19 21 United Nations Development Program, Sustainable Development Goals, (s.l., s.t.), hlm. 19

kemungkinan seseorang itu mengalami habituasi 22 . Meski begitu, tidak setiap orang dapat melakukan habituasi dengan baik. 23 Akan tetap ada kelompok orang

yang terus-menerus mengalami rasa takut dan terancam dalam menjalani hidupnya. Selain dari dampak psikis yang dialami oleh orang tersebut, rasa terancam atau takut dapat berakibat pada penurunan produktivitas dari seseorang dalam melakukan pekerjaannya 24 yang dimungkinkan dapat berpengaruh pada

pendapatan negara ketika terjadi secara kumulatif. Dengan memperluas cakupan berpikir mengenai konteks rasa terancam dan rasa takut, hari ini, di negara kita pun terjadi hal yang sama. Kekhawatiran akan ancaman senjata ini, ketika dirasakan oleh sekelompok orang dalam waktu dan tempat tertentu, dinamakan deterrence (penangkalan). Deterrence adalah sebuah

bentuk rasa takut yang disebabkan kesadaran bahwa kapasitas pertahanan 25 yang kita mi liki tidak cukup untuk mengimbangi ‘lawan’ kita. Dengan kata lain,

deterrence dapat dipahami sebagai rasa takut yang ditimbulkan ketidakmampuan

22 Habituasi dapat dipahami sebagai sebuah keadaan dimana respon dari manusia akan berkurang karena sesuatu yang berlangsung secara terus- menerus, (Kendra Cherry, “What Is

Habituation? ” https://www.verywell.com/what-is-habituation-2795233 , diakses 19 Juni 2017) 23 Ibid.

24 Hal ini dipengaruhi oleh bagian amygdala pada otak yang mengendalikan otak dalam keadaan takut dan mempersulit kerja prefrontal cortex sehingga akan timbul kesulitan untuk

berpikir dengan benar.

Kills Productivity ,” https://dealbook.nytimes.com/2014/12/05/reduce-fear-to-create-a-calmer-productive-workplace/ , diakses 19 Juni 2017).

25 Pertahanan di sini dimaksudkan pada pertahanan dalam artian luas, bukan sebatas fungsi pertahanan yang dimanifestakan dalam bentuk angkatan perang.

untuk menyaingi. 26 Dalam ranah pertahanan, deterrence merupakan terminologi yang umum digunakan untuk menggambarkan rangsangan untuk

mempertahankan diri yang datang dari potensi lawan. 27 Menumbuhkan iklim deterrence pada negara- negara lain, baik ‘teman’ maupun ‘lawan’, adalah sebuah

bentuk pelaksanaan dari perang defensif 28 yang umum dilakukan dengan meningkatkan kapasitas pertahanan dan penyerangan melalui penyediaan sumber

daya manusia dan penunjang-penunjangnya, seperti senjata dan fasilitas. Keberhasilan sebuah negara untuk menciptakan sistem pertahanan yang kokoh tentu akan meningkatkan efek deterrence pada negara-negara lain dan menjauhkan Indonesia dari bentuk-bentuk serangan yang mengganggu keamanan nasional.

Salah satu upaya tertua dalam mewujudkan kemampuan untuk menghapus deterrence di Indonesia dan menciptakan deterrence pada negara lain adalah dengan mengerahkan Tentara Nasional Indonesia sebagai pihak yang memiliki peran sebagai alat negara di bidang pertahanan 29 . Sejarah kelembagaan TNI

berawal dari seruan Presiden Ir. Soekarno yang menginstruksikan prajurit-prajurit

30 bekas PETA 31 , Heiho dan Pelaut serta pemuda-pemuda lain untuk bergabung ke Badan Keamanan Rakyat yang kala itu difungsikan untuk menjaga keamanan

rakyat setempat. 32 Singkatnya, berdasarkan fungsi keamanan rakyat setempat tersebut, saat ini TNI telah berkembang sedemikian rupa dari segi fungsi dan

perannya untuk Indonesia. Berkaitan dengan hal itu, telah ada sebuah pengaturan dalam bentuk Undang-Undang mengenai TNI, yakni Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (“UU TNI”). Dalam undang-

26 Merriam Webster, “Definition of Detterence,” https://www.merriam- webster.com/dictionary/deterrence , diakses 19 Juni 2017. 27 Sebagai contoh adalah bom atom di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 adalah sebuah pengaplikasian senjata yang menimbulkan deteren pada negara-negara lain yang belum memiliki teknologi bom sekuat Amerika Serikat saat itu.

28 Alfani Roosy Andini, “TNI: Konsep Pertahanan Indonesia Defensif Aktif,” https://nasional.sindonews.com/read/1020196/14/tni-konsep-pertahanan-indonesia-defensif-aktif-

1436008187 , diakses 19 Juni 2017. 29 Indonesia, UU TNI, Ps. 5.

30 Pembela Tanah Air, kesatuan militer Indonesia yang dibentuk oleh Jepang. 31 Heiho adalah pasukan yang juga dibentuk Jepang pada masa Perang Dunia II.

32 Letkol Arm Joko Riyanto, “Lintasan Sejarah Ranggal 5 Oktober Sebagai Hari Lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI),” WiRA 56 No.40, (September-Oktober 2015), hlm. 9.

undang tersebut, TNI tidak didefinisikan secara langsung, tapi dibagi ke dalam empat jati diri 33 yang bila disarikan, maka akan memberi definisi bahwa TNI

adalah warga negara Indonesia yang berjuang menegakkan NKRI, bertugas demi kepentingan negara di atas kepentingan lainnya yang terlatih, terdidik, dan diperlengkapi secara baik.

Fungsi pokok dari TNI adalah untuk menangkal dan menindak segala bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara, baik dari dalam maupun dari luar negeri,

serta memulihkan kondisi keamanan negara yang terganggu akibat ancaman itu. 34 Selain fungsi pokok, TNI juga memiliki tugas pokok, yakni untuk menegakkan

kedaulatan, mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi segenap bangsa dan tumpah darah NKRI. Tugas pokok TNI tersebut dilakukan dengan operasi

militer untuk perang atau operasi militer selain perang. 35 Pelaksanaan tugas ini terbagi dalam tiga matra, yakni Darat, Laut, dan Udara. Pada pokoknya, tugas

ketiga matra ini terbagi atas empat, yaitu melaksanakan tugas di bidang pertahanan, menjaga wilayah, membangun dan mengembangkan kekuatan, serta memberdayakan wilayah. Perbedaan hanya dijumpai pada Angkatan Laut yang

dibebankan tugas diplomasi angkatan laut. 36 Sebagai lembaga yang memiliki tanggung jawab sebegitu besarnya dalam

menjaga kedaulatan NKRI, TNI tentunya perlu mendapat dukungan yang cukup dalam pengembangan diri dan penunjangnya. Untuk memfasilitasi kebutuhan ini, Kementerian Pertahanan RI selaku elemen negara yang bertanggung jawab mengurus perihal pertahanan negara melalui Keputusan Menteri Pertahanan No.

58 Tahun 2015 tentang Tata Kerja dan Organisasi Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan telah menentukan arah kebijakan dan standardisasi teknis bidang untuk potensi pertahanan RI, yang di antaranya termasuk: (i) mendorong tumbuhnya industri nasional guna mendukung kepentingan pertahanan dalam memberdayakan industri pertahanan dalam negeri, (ii) pemenuhan Alutsista dan alat peralatan pertahanan keamanan (Alpalhankam) dalam rangka mendukung perekonomian nasional, serta (iii) meningkatkan penguasaan teknologi dalam

33 Indonesia, UU TNI, Ps. 2. 34 Ibid., Ps. 6. 35 Ibid., Ps. 7, operasi militer non-perang terdiri dari 14 jenis operasi. 36 Ibid., Ps. 8-10.

mendukung pengembangan industri pertahanan dalam negeri. 37 Fokus pemberdayaan mengenai penguatan industri pertahanan dan penguasaan

teknologi, menurut hemat penulis, adalah sebuah ‘ruang masuk’ bagi warga negara Indonesia non-TNI untuk turut berjuang bersama pada garis belakang untuk menjalankan amanat Undang-Undang Dasar 38 melalui pengabdian sesuai

dengan profesi 39 dan keahlian yang dimiliki, baik itu sebagai teknisi, peneliti, pembuat kebijakan, maupun akademisi. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, selain komponen utama, yakni TNI, pertahanan negara juga ditopang oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah

disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi 40 guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama 41 , sedangkan komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen

cadangan. 42 Kedua komponen ini, pada prinsipnya, dibangun dari sumber daya nasional yang terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber

daya buatan. 44 Kedua komponen ini disebut juga sebagai komponen Nir-Militer yang dalam lingkungan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia merupakan

tanggung jawab dari setidaknya Subdirektorat Penggunaan Komponen Cadangan dan Pendukung 45 , Direktorat Pengerahan, Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan

37 Timbul Siahaan, “Potensi Sumber Daya Nasional sebagai Pilar Utama Dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara, ” WiRA 56, (September-Oktober 2015), hlm. 15. 38 Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara setidaknya yang sesuai dengan profesinya masing-masing. (Indonesia, UUD 1945, Ps. 30 ayat (3)).

39 Indonesia, UU Pertahanan Negara, Ps. 9 ayat (2) huruf d. 40 Mobilisasi yang dimaksud dalam Undang-Undang ini adalah adalah tindakan

pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional sebagai kekuatan pertahanan negara. (Indonesia, Undang-Undang tentang Pertahanan Negara, Penjelasan Pasal 8 ayat (1)) .

41 Ibid., Pasal 1 angka 6. 42 Ibid., Pasal 1 angka 7. 43 Ibid., Pasal 1 angka 8. 44 Indonesia, Menteri Pertahanan, Peraturan Menteri Pertahanan tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Pertahanan, Nomor PM 16 Tahun 2010, Ps. 1 angka 3. 45 Subdirektorat Penggunaan Komponen Cadangan dan Pendukung biasa juga disingkat

menjadi Subdirektorat Gunkuat Komcadduk dalam lingkungan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. (Ibid, Pasal 209).

(Strahan), serta Direktorat Komponen Cadangan 46 , Direktorat Komponen Pendukung 47 , dan Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan (Pothan). Kemudian dengan menggunakan perluasan atas definisi Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan juga memiliki andil dalam kedua perihal tersebut, yakni untuk penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program di bidang penelitian dan pengembangan pertahanan serta pelaksanaan tugas di bidang penelitian dan pengembangan pertahanan meliputi strategi, sumber daya, ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan alat peralatan pertahanan. 48 Meskipun bukan merupakan komponen utama untuk menjalankan fungsi

pertahanan negara, pengembangan kualitas dari komponen cadangan dan pendukung tidak diabaikan. Pada tahun 2005, perancangan undang-undang

tersendiri mengenai komponen Nir-Militer ini sudah mulai diinisiasi 49 , namun

Tugas dari Subdirektorat Penggunaan Komponen Cadangan dan Pendukung antara lain untuk menyiapkan bahan perumusan kebijakan; penyusunan standar, norma, kriteria, dan prosedur di bidang kebijakan; pelaksanaan evaluasi kebijakan; pelaksanaan bimbingan dan supervisi teknis serta perjanjian di bidang kebijakan pengerangan dan dukungan administrasi kekuatan komponen cadangan dan pendukung. (Ibid, Ps. 210 huruf a s/d d).

46 Direktorat Komponen Cadangan biasa juga disingkat menjadi Direktorat Komcad dalam lingkungan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. (Ibid, Ps. 509).

Tugas dari Direktorat Komponen Cadangan antara lain untuk menyiapkan bahan perumusan kebijakan; penyusunan standar, norma, kriteria, dan prosedur di bidang kebijakan; pelaksanaan evaluasi kebijakan; pelaksanaan bimbingan dan supervisi teknis serta perjanjian di bidang kebijakan pengerahan dan dukungan administrasi komponen cadangan matra darat, laut, dan udara. (Ibid, Ps. 510 huruf a s/d e).

Direktorat Komponen Cadangan terdiri dari Subdirektorat Matra Darat, Laut, dan Udara (Ibid, Ps. 511), yang pada setiap Subdirektoratnya memiliki seksi Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam dan Buatan, dan Kemampuan. (Ibid, Ps. 514, 520, dan 526).

47 Direktorat Komponen Pendukung biasa juga disingkat menjadi Direktorat Komduk dalam lingkungan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. (Ibid, Ps. 531).

Tugas dari Direktorat Komponen Pendukung antara lain merumuskan kebijakan komponen pendukung; perencanaan standardisasi, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur; pembinaan bimbingan, supervisi, dan perizinan; pengendalian dan evaluasi kebijakan di bidang penataan dan pembinaan sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan serta sarana dan prasarana komponen pendukung; serta pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggaan Direktorat (Ibid, PaPs.sal 532 huruf a s/d e).

Direktorat Komponen Pendukung terdiri dari Subdirektorat SDM, SDAB, dan Sarana- Prasarana (Ibid, Ps. 536 huruf a s/d c).

48 Ibid., Ps. 781. 49 Penulis menemukan dari sebuah alamat url dengan domain dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta tanpa identitas penyusun. RUU yang dimaksud dapat diakses pada 48 Ibid., Ps. 781. 49 Penulis menemukan dari sebuah alamat url dengan domain dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta tanpa identitas penyusun. RUU yang dimaksud dapat diakses pada

dianggap telah mencederai hak kebebasan pribadi warga negara 50 . Selain itu, dengan mengharuskan setiap orang mengikuti wajib militer, berarti akan ada

pembengkakan Anggaran Pembelian dan Belanja Negara serta bukannya tidak mungkin terjadi ketidakharmonisan dengan pengaturan mengenai pertahanan

negara lainnya 51 . Dengan demikian, perlu ditakar lagi apakah pengaturan ini benar-benar diperlukan atau tidak karena sebuah pengaturan juga harus

memperhatikan kemanfaatan pelaksanaannya secara ekonomis. 52 Namun, upaya pertahanan negara tidak berhenti sampai di sana, tidak ada rotan,

akar pun jadi; tidak bisa menerapkan konsep bela negara ke seluruh rakyat, Kementerian Pertahanan mulai menginisiasi program pengenalan bela negara kepada pendidikan tinggi. Bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Pertahanan akan mengganti kegiatan ospek 53

dengan pengenalan bela negara. Program ini dimaksudkan agar para peserta didik dapat memulai menerapkan nilai-nilai yang ditanamkan pada mereka sehingga

http://rtegarprisandi.web.ugm.ac.id/downloads/archive/RUU%20KOMPONEN%20CADANGAN %20PERTAHANAN%20NEGARA.pdf , diakses 22 Juni 2017.

50 ADY (inisial), “RUU Komponen Cadangan Belum Penting: Perang Modern Lebih Mengutamakan

Profesionalisme Prajurit,” http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51b5bdfd26851/ruu-komponen-cadangan-belum- penting , diakses 22 Juni 2017 .

Kecan ggihan

Teknologi

dan

51 RFQ (inisial), “RUU Komponen Cadangan Terlalu Dipaksakan: Pemerintah Harus Menjelaskan

Tersebut,” http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51fa2ebf434e0/ruu-komponen-cadangan-terlalu- dipaksakan , diakses 22 Juni 2017.

52 Penulis menggunakan prinsip pemikiran Richard Posner bahwa hukum harus menunjang efisiensi secara ekonomi, yang ketika sebuah peraturan atau putusan yang diterapkan

malah memakan biaya yang terlalu banyak dalam pelaksanaan dan tidak menghasilkan sesuatu yang konkret yang menguntungkan secara ekonomis, maka dari perspektif ekonomi, peraturan itu telah gagal. Lebih lanjut lihat pada Raymond Wacks, Philosophy of Law: A Very Short Introduction, (New York: Oxford University Press, 2006), hlm. 65-67.

53 Umum dipahami sebagai proses pengenalan peserta didik (mahasiswa) baru ke lingkungan kampus. Penggunaan kata ‘ospek’ mulai dihindari karena terkesan sarat dengan unsur

perploncoan dari senior ke peserta didik baru.

dapat menimbulkan efek deterence (penangkalan) pada negara-negara lain yang potensial mengancam kedaulatan negara. 54

Kementerian Pertahanan pada tahun ini juga telah mengesahkan berdirinya Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Bela Negara 55 sebagai sarana bagi calon

Aparatur Sipil Negara, mahasiswa, dan organisasi masyarakat. Di masa mendatang, diharapkan Pembinaan Kesadaran Bela Negara dapat dikembangkan secara lebih terpadu, sinergis, dan komprehensif. Sebagaimana dalam program

prioritas “Nawa Cita” menuju Indonesia Hebat, Pembinaan Kesadaran Bela Negara menjadi bagian dari revolusi karakter bangsa. Pembangunan Pusdiklat Bela Negara Badiklat Kemhan sebagai penyelenggara pendidikan dan pelatihan bela negara bagi komponen bangsa merupakan realisasi dari RPJMN 2015-2019 dan sejalan dengan salah satu tujuan pertahanan negara yang tertuang dalam Kebijakan Pertahanan Negara, yakni terwujudnya warga negara Indonesia yang memiliki kesadaran bela negara. Pusdiklat Bela Negara dibangun sejak tahun 2014 di atas lahan seluas 21,33 hektar dengan berbagai fasilitas dan sarana prasarana meliputi kantor, mess/barak dengan kapasitas 264 orang siswa putra dan 96 orang siswa putri, kelas lapangan, aula serba guna, montenering, lapangan sepak bola, poliklinik, masjid, rumah dinas, rumah makan, dan dapur. Upaya-upaya ini tentu akan semakin memperkuat komponen cadangan pertahanan negara untuk lebih siap menghadapi ancaman- ancaman bagi kedaulatan bangsa dan wilayah NKRI. Selain komponen cadangan, tentu komponen pendukung juga perlu dibangun kualitasnya agar dapat menunjang komponen utama dalam menjalankan fungsi pertahanan negara. Keberadaan komponen cadangan, dalam konteks pertahanan negara, menjadi hal yang secara bertahap wajib ada. Perubahan ancaman keamanan saat ini tidak

54 BDI (inisial), “Mulai Tahun 2017, Kemhan Akan Galakan Program Bela Negara di Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia,” https://www.kemhan.go.id/2017/01/21/mulai-tahun-2017-

kemhan-akan-galakan-program-bela-negara-di-perguruan-tinggi-seluruh-indonesia.html , diakses 22 Juni 2017.

55 Pusat Komunik asi dan Informasi Publik Kementerian Pertahanan, “Kemhan Resmikan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bela Negara ,” https://www.kemhan.go.id/2017/02/28/kemhan- resmikan-pusdiklat-bela-negara-2.html , diakses 22 Juni 2017.

hanya berdimensi militeristik 56 sehingga ketersediaan logistik pertahanan tidak hanya merujuk pada material persenjataan perang, tapi juga kemampuan

infrastruktur nasional dan industri dasar serta peralatan pendukung dan transportasi untuk memindahkan tentara serta kemampuan untuk memasok

kembali. 57 Beberapa negara bahkan menjadikan komponen cadangan sebagai perangkat utama, khususnya pada bagian dan atau divisi non-tempur, seperti

Jerman, Korea Selatan, dan Singapura. 58 Berkenaan dengan upaya Indonesia dalam memperkuat kapasitas komponen

pendukung pertahanan negara, terdapat pula rancangan undang-undang mengenai Komponen Pendukung Pertahanan Negara 59 yang belum juga disahkan sampai

hari ini. Namun sebagai wujud lain dari komponen pendukung, di lingkungan Kementerian Pertahanan telah berkembang pengaturan-pengaturan yang mendukung berkembangnya komponen pendukung, salah satunya adalah pembaharuan terhadap Undang-Undang Industri Pertahanan yang lebih mendorong kemandirian industri pertahanan dalam negeri sebagai unsur pertahanan negara yang harus diberdayakan terlebih dahulu ketimbang industri-

industri luar negeri, khususnya dalam pengadaan alutsista. 60 Upaya pemberdayaan ini penting dilakukan dengan menyelesaikan masalah

ketergantungan teknologi dari luar negeri, komponen-komponen, peralatan untuk produksi, dan produk persenjataan 61 , tidak lain karena Industri pertahanan

56 Muradi, Organisasi Komponen Cadangan Matra Darat, (makalah pengantar pada Rapat Kajian Organisasi Komponen Cadangan Matra Darat, Direktorat Jenderal Potensi

Pertahanan, Kementerian Pertahanan, 19 September 2012). 57 Agus Brotosusilo, Revitalisasi Industri Startegis Pertahanan melalui Integrasi Industri

Induk dan Industri-industri Pendukung dengan Pendekatan Cluster Industry System untuk Mewujudkan Kemandirian dan Peningkatan Daya Saing Industri Strategis Pertahanan, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2014), hlm. 1.

58 Harry Tie, Framing A Strategic Approach for Reserve Component Joint Officer Management, (New York: Rand Cooperation, 2006).

59 Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Rancangan Undang-Undang tentang Komponen Pendukung Pertahanan Negara, (Jakarta: Perpustakaan & Data Kasus (Pustaka) Bantuan Hukum

LBH Jakarta, s.t.), selengkapnya RUU tersebut dapat pula diakses secara online melalui tautan http://rtegarprisandi.web.ugm.ac.id/downloads/archive/RUU%20KOMPONEN%20PENDUKUN G%20PERTAHANAN%20NEGARA.pdf , diakses 22 Juni 2017.

60 Indonesia, Undang-Undang tentang Industri Pertahanan, UU No. 16 Tahun 2012, LN No. 183 Tahun 2012, TLN No. 5343, Ps. 43 ayat (1).

61 Muhammad, Kontribusi PT Pindad pada Pemenuhan Kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan dalam Perspektif Ketahanan Nasional: Studi Kasus Pengembangan

Divisi Kendaraan Khusus), (Tesis Magister Universitas Indonesia, Jakarta, 2015), hlm. 21.

merupakan industri yang strategis sehingga harus dilindungi dan dikembangkan oleh negara. Hal ini dikarenakan industri pertahanan merupakan salah satu pilar utama kedaulatan negara untuk dapat memenuhi kebutuhan alutsista (weapon systems), dan dapat memberikan efek tangkal (deterrence effect) bagi Indonesia dalam interaksi strategis dengan negara-negara lain. Selain itu, industri pertahanan juga memperkuat posisi tawar (bargaining power) Indonesia dengan meningkatkan kapasitas produksi Alutsista sehingga akan mengurangi tingkat

ketergantungan pada pasokan luar negeri. 62

III. Penutup

Dengan diperkuatnya sektor pertahanan melalui optimalisasi komponen cadangan dan komponen pendukung, bukannya tidak mungkin Indonesia beberapa tahun ke depan akan menjadi negara adidaya dalam mempertahankan kedaulatan negaranya dan dapat menjalankan performa yang prima dalam mendukung perdamaian dunia. Tentara Nasional Indonesia, sebagai komponen utama pertahanan negara dengan segudang prestasinya, tentu juga memiliki batasan-batasan tertentu. Pengandaian situasi yang secara implisit dibuat oleh Undang-Undang Pertahanan Negara dengan mengatur komponen cadangan menuntut kita sebagai warga negara untuk siap di segala situasi yang mengancam kedaulatan NKRI. Dengan meningkatkan kapasitas perorangan dan pendukungnya, maka Indonesia akan dipandang sebagai negara yang kuat dan siap menghadapi tantangan, baik yang bersifat militeristik maupun tidak.

Sebatang lidi mudah untuk dipatah, tapi tidak ketika ia bersama dengan lidi-lidi lainnya. Hendaknya lidi-lidi itu diikat kuat agar tidak tercerai-berai. Kita pun demikian. Indonesia dan negara-negara lainnya adalah bak lidi-lidi yang memiliki daya tahan yang berbeda-beda ketika hendak dipatahkan. Namun sekuat-kuatnya sebatang lidi, pasti ada juga yang dapat membelahnya. Indonesia boleh jadi bukan lidi yang terkuat atau boleh jadi justru lebih kuat dari yang lainnya. Kita tidak pernah tahu. Tapi satu yang pasti: ketika semua negara saling memperkuat

62 Andi Widjajanto, dkk, Dinamika Persenjataan dan Revitalisasi Inudstri Pertahanan, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2012), hlm. 47-49.

dirinya, lalu bersatu dengan apik, maka tujuan perdamaian dunia bukannya tidak mungkin tercapai.

DAFTAR PUSTAKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945. Indonesia. Undang-Undang Industri Pertahanan, UU No. 16 Tahun 2012, LN

No. 183 No. 183 Tahun 2012, TLN No. 5343. Indonesia. Undang-Undang Pertahanan Negara, UU No. 3 Tahun 2002, LN No.

3 Tahun 2002, TLN No. 4196. Indonesia. Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia, UU No. 34 Tahun 2004, LN No. 127. Tahun 2004, TLN No. 4439. Indonesia. Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia, UU No. 34 Tahun 2004, LN No. 127. Tahun 2004, TLN No. 4439.

BUKU

Brotosusilo, Agus. Revitalisasi Industri Startegis Pertahanan Melalui Integrasi Industri Induk dan Industri-Industri Pendukung Dengan Pendekatan Cluster Industry System Untuk Mewujudkan Kemandirian dan Peningkatan Daya Saing Industri Strategis Pertahanan. Jakarta: Universitas Indonesia, 2014.

Pauker, J Guy. The Indonesia Doctrine of Territorial Warfare and Territorial Management. Santa Monica, California: Rand Corporation, 1963.

Siahaan, Dr. Timbul. “Potensi Sumber Daya Nasional Sebagai Pilar Utama dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara,” WiRA 56 No.40 (September- Oktober 2015).

Suryohadiprojo, Sayidman. Si Vis Pacem Para Bellum. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. Suryohadiprojo, Sayidman. Si Vis Pacem Para Bellum. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. Tie, Harry. Framing A Strategic Approach for Reserve Component Joint Officer Management. New York: Rand Cooperation, 2006. Tim Pengajar Mata Kuliah Ilmu Negara. Ilmu Negara. Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003. Widjajanto, Andi. dkk, “ Dinamika Persenjataan dan Revitalisasi Inudstri

Pertahanan”. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2012.

TESIS

Muhammad, “Kontribusi PT Pindad pada Pemenuhan Kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan dalam Perspektif Ketahanan Nasional;

Studi Kasus Pengembangan Divisi Kendaraan Khusus”, Tesis Magister, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2015).

MATERI SEMINAR

Muradi. “Organisasi Komponen Cadangan Matra Darat.” Makalah disampaikan pada Rapat Kajian Organisasi Komponen Cadangan Matra Darat,

Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan, Kementerian Pertahanan, Jakarta, 19 September 2012.

INTERNET

Andini, Alfani Roosy. “TNI: Konsep Pertahanan Indonesia Defensif Aktif,”

https://nasional.sindonews.com/read/1020196/14/tni-konsep- pertahanan-indonesia-defensif-aktif-1436008187 . Diakses 19 Juni 2017.

Anonim, “RUU

Pertahanan Negara”. http://rtegarprisandi.web.ugm.ac.id/downloads/archive/RUU%20KO MPONEN%20CADANGAN%20PERTAHANAN%20NEGARA.pdf . Diakses 22 Juni 2017.

Komponen

Cadangan

Cherry, Kendra. “What Is Habituation?”, https://www.verywell.com/what-is- habituation-2795233 . Diakses 19 Juni 2017.

I, B.D. (inisial), “Mulai Tahun 2017, Kemhan Akan Galakan Program Bela Negara

Seluruh Indonesia”, https://www.kemhan.go.id/2017/01/21/mulai-tahun-2017-kemhan- akan-galakan-program-bela-negara-di-perguruan-tinggi-seluruh- indonesia.html. Diakses 22 Juni 2017 .

Pusat Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Pertahanan. “Kemhan Resmikan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bela Negara”. https://www.kemhan.go.id/2017/02/28/kemhan-resmikan-pusdiklat- bela-negara-2.html . Diakses 22 Juni 2017.

Q, R.F. (inisial), “RUU Komponen Cadangan Terlalu Dipaksakan: Pemerintah Harus

RUU Tersebut.” http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51fa2ebf434e0/ruu- komponen-cadangan-terlalu-dipaksakan . Diakses 22 Juni 2017.

Riyanto, J oko Arm. “Lintasan Sejarah Ranggal 5 Oktober Sebagai Hari Lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI),” WiRA 56 No.40 (September- Oktober 2015).

Schwartz, Tony.

Productivity,” https://dealbook.nytimes.com/2014/12/05/reduce-fear-to-create-a- calmer-productive-workplace/) . Diakses 19 Juni 2017.

Schwartz, Tony.

Productivity,” https://dealbook.nytimes.com/2014/12/05/reduce-fear-to-create-a- calmer-productive-workplace/) . Diakses 19 Juni 2017.

Y, A.D. (inis ial), “RUU Komponen Cadangan Belum Penting: Perang Modern Lebih Mengutamakan Kecanggihan Teknologi dan Profesionalisme Prajurit.” http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51b5bdfd26851/ruu-

komponen-cadangan-belum-penting. Diakses 22 Juni 2017.

PROFIL PENULIS

Rillo Priyo Prambudi adalah seorang sarjana hukum berdarah Bugis yang lahir di Jakarta, 26 September 1995. Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada Agustus 2017. Mendalami cabang ilmu hukum dalam kegiatan ekonomi atau lebih dikenal dengan hukum dagang. Juga memiliki ketertarikan dengan hukum perjanjian, hukum pembangunan, dan

hak asasi manusia. Aktif di beberapa kegiatan kemahasiswaan selama berkuliah baik menjadi fungsionaris organisasi maupun pelaksana tugas berbagai kepanitiaan. Rillo —yang akrab juga disapa Riyo, Baru menyelesaikan masa magang di Institut Hukum Keamanan Nasional dan saat ini bekerja menangani berkas dan dokumentasi persidangan di sebuah kantor pengacara (litigasi) di Jakarta. Di waktu senggang, menghabiskan waktu dengan membaca berbagai jenis buku referensi dan sastra, berolahraga, dan mengeksplorasi berbagai jenis seni pertunjukkan.

Penulis terbuka untuk kitik dan saran, juga akan sangat menyambut baik peluang- peluang berdiskusi berkenaan dengan artikel ini pada khususnya, dan atau hukum pada umumnya. Penulis dapat dihubungi melalui priyorillo@gmail.com (surel).

PEMBERDAYAAN CONVENTION ON THE ELIMINATION OF DISCRIMINATION AGAINST WOMEN (CEDAW) DAN BEIJING DECLARATION AND PLATFORM OF ACTION SEBAGAI KOMITMEN IMPLEMENTASI SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS: STRATEGI ALTERNATIF INDONESIA DALAM MEMPERBAIKI EKONOMI NEGARA

THE EMPOWERMENT OF CONVENTION ON THE ELIMINATION OF DISCRIMINATION AGAINST WOMEN (CEDAW) AND BEIJING DECLARATION AND PLATFORM OF ACTION AS THE COMMITMENT OF SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS IMPLEMENTATION: INDONESIA’S ALTERNATIVE STRATEGY TO FIX ITS ECONOMY

Kharisma Bintang Alghazy 1

Abstract