LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI K

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA

OLEH

INTAN PARA’PAK
1408105036
KELOMPOK 2 B

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA

2014

REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA

I.

Tujuan
Mempelajari perubahan kimia yang terjadi pada siklus logam Cu.


II.

Dasar Teori
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa kimia yang ditandai

dengan berubahnya suatu zat menjadi zat lain. Semua materi selalu mengalami perubahan.
Perubahan itulah yang disebut perubahan kimia di mana terjadi reaksi di dalamnya yang kita
kenal dengan reaksi kimia. Zat yang mengalami perubahan disebut zat pereaksi (reaktan) dan
zat yang terbentuk disebut hasil reaksi (produk). Kehidupan di dunia tidak lepas dari
perubahan kimia. Pernapasan merupakan bagian dari perubahan kimia. Kita memasukkan 02
ke dalam tubuh yang akan bereaksi dengan glukosa menghasilkan H2O dan CO2. Reaksi ini
menghasilkan energi yang berupa panas untuk menjaga suhu tubuh dan energi
gerak.Beberapa reaksi kimia yang sering terjadi lingkungan antara lain, kayu-kayu yang
terbakar, proses perkaratan, proses pencemaran bahan makanan, proses pembuatan plastik,
proses fermentasi, dan masih banyak lagi.
Secara umum beberapa jenis – jenis reaksi kimia antara lain :
1. Pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa bergabung dengan
oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana.
2. Penggabungan (sintetis) suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks

terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa)
3. Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih
sederhana
4. Penggantian (Perpindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana sebuah unsur pindahan
unsur lain dalam suatu senyawa.
5. Metatesis (pemindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana terjadi pertukaran antara
dua reaksi.

Dalam mereaksikan suatu zat, terlebih dahulu kita harus menghitung massa, volume,
serta mol zat yang terlibat dalam reaksi tersebut dengan teliti. Seperti dalam percobaan ini
kita harus menghitung massa logam Cu, mengitung mol HNO3 dan Cu, dan volume HNO3
agar reaksi dapat berlangsung.
Sebelumnya kita harus bisa menuliskan reaksi antara logam Cu dengan HNO3.
Kemudian kita tentukan perbandingan koefisien dari reaksi tersebut. Konsep mol digunakan
untuk menyatakan jumlah zat yang bereaksi. Secara umum, mol merupakan satuan jumlah zat
yang menyatakan jumlah partikel zat yang sangat besar. Dimana 1 mol adalah banyaknya zat
yang mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah atom yang terdapat dalam 12
gram C-12, yaitu 6,02 x 10. Kemolalan atau molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut
dalam kg zat pelarut.
Massa satu mol zat sama dengan massa atom relatif/massa molekul relatif dalam

gram. Rumus mol suatu unsur/ senyawa dirumuskan sebagai berikut.
Untuk unsur:

n = m/Ar atau m = n x A

Untuk senyawa: n = m/Mr

atau

m = n x Mr

Keterangan:


n = mol unsur/senyawa



m = massa unsur/senyawa




Ar = massa atom relatif



Mr = massa molekul relatif
Volume merupakan ukuran besarnya ruang yang ditempati oleh suatu zat yang
dilambangkan (V) dengan satuan liter (L). Avogadro menyatakan bahwa volume
setiap mol gas pada suhu 0˚C (273K) dan tekanan 1 atm (76 cmHg) mempunyai
volume 22,4 liter. Sehingga kondisi tersebut dinamakan sebagai keadaan standar/STP
(Standard Temperature and Pressure) yang dituliskan dengan (0˚C, 1 atm).Hubungan
volume gas dengan mol dapat dituliskan sebagai berikut.

V = n x 22,4 atau n = V/22,4
Keterangan:


V = volume gas STP




n = molunsur/senyawa

Volume gas untuk keadaan tidak STP, maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
PV = nRT
Keterangan:


P = tekanan gas (atm)



V = volume gas (liter)



n = mol gas (mol)




R = tetapan gas (0,082 L atm/mol K)



T = temperatur (K)
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitaif unsur dalam suatu peristiwa atau

reaksi disebut “STOIKIOMETRI” (bahasaYunani : Stoichea = unsur , metrain =
mengukur). Jadi, stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan
kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Pada persamaan reaksi kimia berlaku
Hukum Kekekalan Massa, yang dikemukakan oleh “Lavoiser”. Pada tahun 1774, ia
melakukan penelitian dengan memanaskan timah dengan oksigen dalam wadah tertutup.
Dengan mengamati secara teliti, ia berhasil membuktikan bahwa dalam reaksi itu tidak
terjadi perubahan massa. Hukum Kekelan Massa itu menyatakan bahwa setiap reaksi
kimia, massa zat – zat setelah bereaksi adalah sama dengan zat sebelum bereaksi.
Secara umum ada beberapa peristiwa yang menandai adanya perubahan kimia, yaitu :


Habisnya zat yang bereaksi


Seperti hilangnya Cu(s)pada saat ditambahkan HNO3(aq). Peristiwa ini disebabkan karena
adanya interaksi antara molekul Cu dengan molekul HNO3.


Timbulnya gas

Biasanya ditunjukkan dengan timbulnya gelembung-gelembung gas seperti saat
CuSO4(aq)ditambahkan dengan Zn(S).



Terjadi perubahan warna

Dapat dilihat saat CuO(s)ditambahkan dengan H2SO4(aq) terjadi perubahan warna.


Timbul endapan

Ketika mereaksikan dua larutan dalam sebuah tabung reaksi, kadang-kadang terbentuk suatu

senyawa yang tidak larut, berbentuk padat, dan terpisah dari larutannya. Padatan itu disebut
dengan endapan (presipitat). Seperti yang terjadi ketika Cu(NO3)2(aq)ditambahkan dengan
KOH(aq).


Terjadi perubahan suhu
Reaksi kimia yang menghasilkan energi dalam bentuk panas disebut dengan reaksi

eksotermis, sedangkan reaksi yang menyerap energy panas disebut reaksi endotermis.
1. Reaksi eksotern : merupakan reaksi pembebasan panas dari sistem kelingkungan
sehingga suhu lingkungan bertambah
2. Reaksi endoterm : merupakan reaksi penyerapan panas dari lingkungan kesistem
sehingga suhu lingkungan


Tercium adanya bau yang baru

III.
Alat dan Bahan
a. Alat

1.
Gelas Kimia
2.
Gunting

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
b.

Kaca Arloji
Batang Pengaduk
Gelas Ukur
Pipet Tetes
Botol Semprot

Steambath/Alat Pemanas
Penjepit
Lap
Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

IV.

Tembaga (Cu) 0,2 gram
Larutan HNO3 4 M, 4 ml
Larutan NaOH 1 M, 8 ml
Larutan H2SO4 2 M, 2 ml
Zn dalam bentuk potongan kecil
Air Suling

Aquades

Cara Kerja
1. Langkah I (Reaksi antara logam Cu dan HNO3)
Logam Cu dipotong menjadi potongan yang kecil dengan menggunakan
gunting. Setelah itu, potongan Cu tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia
250 ml. Larutan HNO3 diukur sebanyak 4 ml lalu dimasukkan ke dalam gelas
kimia yang berisi potongan Cu. Setelah itu, gelas kimia yang berisi campuran
larutan HNO3 dan potongan Cu ditutup dengan menggunakan kaca arloji.
Selama dua minggu dilakukan pengamatan tentang reaksi dan perubahan yang
terjadi. Hasil dari proses ini disimpan untuk pengerjaan selanjutnya.
2. Langkah II (Penambahan larutan NaOH)
Larutan hasil reaksi logam Cu dengan HNO3 diambil untuk ditambahkan
NaOH sebanyak 8 ml. Setelah itu, dilakukan pengamatan terhadap perubahan
yang terjadi. Hasil reaksi ini disimpan untuk pengerjaan selanjutnya.
3. Langkah III (Pemanasan)
Larutan hasil reaksi pada langkah sebelumnya diambil lalu ditambahkan
50 ml air suling ke dalam larutan tersebut. Setelah itu, gelas kimia yang berisi
larutan itu dipanaskan di atas steambath (alat pemanas) sambil diaduk dengan
menggunakan batang pengaduk. Pemanasan dilakukan hingga larutan
mendidih dan tidak terjadi perubahan yang dapat diamati lagi. Setelah
perubahan yang terjadi telah dicatat, gelas kimia yang berisi larutan tersebut
dipindahkan lalu batang pengaduk dikeluarkan dari gelas kimia lalu disemprot

dengan aquades secara perlahan dan merata untuk melepaskan partikel-partikel
hasil reaksi yang menempel pada batang pengaduk.
Gelas kimia yang berisi larutan yang telah dipanaskan dimasukkan ke
dalam wadah berisi air dingin untuk didinginkan. Setelah itu, gelas kimia
tersebut didiamkan selama 15-20 menit hingga cairan terpisah lalu membentuk
cairan bening dan endapan yang berwarna hitam. Setelah itu, dilakukan
dekantasi cairan bening dalam gelas kimia ke dalam gelas kimia yang lainnya
sehingga hanya tersisa padatan di dalam gelas kimia tersebut. Proses dekantasi
dilakukan dengan sangat hati-hati agar endapan hitam tidak ikut tertuang.
Proses dekantasi dilakukan sebanyak 3 kali, lalu hasil dari proses tersebut
disimpan untuk pengerjaan selanjutnya.
4. Langkah IV (Penambahan Larutan H2SO4)
Larutan hasil reaksi pada langkah sebelumnya diambil lalu ditambahkan
larutan H2SO4 sebanyak 2 ml. Lalu, gelas kimia yang telah ditambahkan
larutan H2SO4 tersebut diaduk hingga terjadi perubahan pada larutan tersebut.
Hasil dari proses ini disimpan untuk pengerjaan selanjutnya.
5. Langkah V (Penambahan logam Zn)
Larutan hasil reaksi pada langkah sebelumnya diambil lalu dimasukkan
logam Zn yang telah berbentuk potongan kecil. Setelah itu, gelas kimia yang
berisi larutan yang telah ditambahkan logam Zn tersebut ditutup dengan
menggunakan kaca arloji sambil sesekali digoyangkan perlahan. Reaksi kimia
dibiarkan berlangsung hingga Zn habis bereaksi. Hasil dari proses ini
disimpan untuk pengerjaan selanjutnya.
6. Langkah VI (Recovery Cu/Mengendapkan Cu kembali)
Larutan hasil reaksi pada langkah sebelumnya diambil lalu didekantasi
dari padatannya. Larutan dicuci dengan 50 ml air suling lalu padatannya
dibiarkan mengendap kemudian didekantasi kembali. Dekantasi dilakukan
sebanyak tiga kali. Kemudian, cawan penguap yang bersih ditimbang dengan
teliti lalu dicatat massanya. Gelas beker disiapkan untuk ditambahkan air
suling sebanyak 50 ml lalu dipanaskan di atas steambath hingga mendidih.
Lalu, padatan dalam gelas kimia dituangkan ke dalam cawan penguap
kemudian dikeringkan di atas gelas beker yang airnya telah dipanaskan
terlebih dahulu lalu padatan ditunggu hingga benar-benar kering. Setelah itu,

cawan penguap beserta isinya ditimbang dan dicatat massanya. Lalu,
dilakukan perhitungan untuk massa Cu beserta rendemennya.
V.

Data Pengamatan
1. Langkah I (Reaksi antara logam Cu dan HNO3)
No
.
1.
2.

Identifikasi

Logam Cu

Larutan HNO3

Wujud

Padatan
Kuning
Kemerahan
Lempengan
tipis
0,2 gr
-

Cair

Warna

3.

Bentuk

4.
5.
6.

Massa
Volume
Kemolaran

Bening
Larutan
4 ml
4 M

 Hasil pengamatan dari reaksi logam Cu dan HNO3 dengan persamaan reaksi :
3Cu(s) + 8HNO3(aq)
3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l)
Terjadi reaksi kimia dengan ciri-ciri :
- Adanya gelembung dan gas
- Menimbulkan bau yang baru
- Logam Cu habis bereaksi
- Larutan berubah warna menjadi warna biru
- Terjadi perubahan suhu
2. Langkah II (Penambahan larutan NaOH)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Identifikasi
Wujud
Warna
Bentuk
Massa
Volume
Kemolaran

Larutan Cu(NO3)2
Cair
Biru Muda
Larutan
-

Larutan NaOH
Cair
Bening
Larutan
8 ml
1 ml

 Hasil pengamatan dari reaksi larutan Cu(NO3)2 dan larutan NaOH dengan
persamaan reaksi :
Cu(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq)
Cu(OH)2(s) + 2NaNO3(aq)
Terjadi reaksi kimia ditandai dengan :
- Larutan berubah warna menjadi biru pekat
- Adanya endapan
- Zat habis bereaksi

-

Terjadi perubahan suhu

3. Langkah III (Pemanasan)
No.

Identifikasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Wujud
Warna
Bentuk
Massa
Volume
Kemolaran

Perubahan Cu(OH)2
saat ditambah air
suling 50 ml
Cair
Hitam Pekat
Larutan dan endapan
-

 Hasil pengamatan dari reaksi pemanasan Cu(OH)2 dengan persamaan reaksi :
Cu(OH)2(s)

CuO(s) + H2O(l)

Terjadi reaksi kimia ditandai dengan :
- Perubahan warna larutan menjadi hitam pekat
- Perubahan suhu
- Adanya gelembung gas
 Hasil pengamatan dari Cu(OH)2 menghasilkan CuO setelah pendinginan :
- Adanya endapan hitam pekat pada dasar gelas
- Larutan bening berupa H2O

4. Langkah IV (Penambahan larutan H2SO4)
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Identifikasi
Volume
Kemolaran
Wujud
Bentuk
Warna

Larutan H2SO4
3 ml
1M
Cair
Larutan
Bening

 Hasil pengamatan dari reaksi larutan CuO dan larutan H2SO4 dengan persamaan
reaksi :
CuO(s) + H2SO4(aq)
CuSO4(aq) + H2O(l)
Terjadi reaksi kimia ditandai dengan :
- Terjadi perubahan warna menjadi biru muda
- Zat habis bereaksi

5. Langkah V (Penambahan Zn)

No.
1.
2.
3.
4.

Identifikasi
Massa
Wujud
Bentuk
Warna

Logam Zn
0,2 gr
Padatan
Butir kepingan
Abu-abu

 Hasil pengamatan dari reaksi larutan CuSO4 dan logam Zn dengan persamaan
reaksi :
CuSO4(aq) + Zn(s)
ZnSO4(aq) + Cu(s)
Terjadi reaksi kimia ditandai dengan :
- Terjadi perubahan warna larutan dari biru muda menjadi bening
- Adanya endapan
- Adanya gelembung gas
- Adanya bau baru

6. Langkah VI (Recovery Cu)
No.

Objek Pengamatan

1.

Cu yang didekantasi dengan menggunakan
air suling

2.

Padatan Cu yang diperoleh setelah
dipanaskan di atas steambath
menggunakan uap air dari gelas beker yang
telah diisi air

3.

Proses Recovery Cu selesai

Ciri-ciri
Adanya padatan Cu
yang berwarna merah
bata namun masih
dalam bentuk serbuk
basah.
Padatan Cu berwarna
merah bata dan
berbentuk serbuk
kering.
Didapatkan massa Cu
yang diperoleh
dengan cara
mengurangi jumlah
berat cawan penguap
yang telah berisi Cu
dengan cawan
penguap yang bersih.

 Jumlah logam Cu yang didapatkan kembali
Benda yang ditimbang
Cawan penguap
Cawan penguap berisi Cu
Massa Cu
 Hasil Penghitungan Rendemen Cu
Hasil rendemen = Hasil nyata/Hasil teoritis x 100%
= 0,0628/0,2 x 100%

Jumlah massa
41,5454 gr
41,6082 gr
41,6082 – 41,5454 = 0,0628 gr

= 31,4%
VI.

Pembahasan
1. Langkah I (Reaksi antara logam Cu dan HNO3)
Pada percobaan ini digunakan logam Cu sebanyak 0,2 gram. Cu yang
digunakan berwujud padat, berwarna kuning kemerahan, berbentuk lempengan tipis,
dan jenis unsurnya adalah logam. Logam Cu berasal dari unsur transisi periode ke-4
yang paling baik menghantarkan listrik.
Pada langkah I ini logam Cu direaksikan dengan HNO3 sesuai persamaan
reaksi di bawah ini :
3Cu(s) + 8HNO3(aq)

3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l)

Dengan logam Cu = 0,2 gram
Jadi, mol Cu = massa Cu = 0,2 gr = 0,003 mol
Ar Cu

63,5

Sehingga volume HNO3 yang dipakai adalah
3Cu(s) + 8HNO3(aq)
3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l)
Mol HNO3 = 8 x 0,003 = 0,008 mol
3
Setelah didapatkan mol HNO3 0,008 mol maka volume HNO3 :
V.M = mol
V = mol
V = 0,008 = 0,002 L = 2 ml
M
4
2 ml HNO3 dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi potonganpotongan kecil logam Cu, tetapi karena keterbatasan waktu untuk mempercepat reaksi
ditambahkan lagi 2 ml HNO3 sehingga menjadi 4 ml HNO3. Saat penambahan 4 ml
HNO3 dapat dilihat terjadi perubahan warna yang sangat signifikan dan sangat
mencolok. Logam Cu dengan warna kuning kemerahan dan larutan HNO3 yang
bening berubah menjadi warna biru. Bau yang ditimbulkan oleh reaksi ini pun mulai
dapat dicium, dengan bau yang menyengat. Lalu, terjadi perubahan suhu menjadi
lebih tinggi dan kemudian timbul gas NO yang beracun. Gas NO yang terbentuk
lama-kelamaan akan menghilang seiring dengan habisnya Cu yang bereaksi. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, larutan ini didiamkan selama satu minggu untuk
menunggu logam habis bereaksi.
2. Langkah II (Penambahan NaOH)

Ditambahkannya larutan NaOH pada langkah kedua ini berfungsi untuk
memberi suasana basa pada larutan Cu(NO3)2 yang bersifat asam agar reaksi dapat
terus berlangsung. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Cu(NO3)2(aq) + NaOH(aq)
Cu(OH)2(s) + NaNO3(aq)
Menjadi : Cu(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq)
Cu(OH)2(s) + 2NaNO3(aq)
1
: 2
:
1
:
2
Keterangan :
Mol Cu = mol Cu(NO3)2 = 0,003 mol
Maka : mol NaOH = 2 x mol Cu(NO3)2
= 2 x 0,003 = 0,006 mol
Dengan 1 M NaOH maka volume NaOH yang dibutuhkan adalah :
M = mol
V = mol = 0,006 = 0,006 L = 6 ml
Setelah ditambahkan NaOH sebanyak 6 ml, larutan belum mengalami
perubahan reaksi kimia karena pada percobaan ini reaksi tidak terjadi dengan
sempurna dan jumlah NaOH yang harus ditambahkan itu tergantung pada larutan,
maka ditambahkan NaOH lagi sebanyak 2 ml sehingga larutan NaOh yang dipakai
sebanyak 8 ml hingga larutan berubah warna menjadi biru pekat.
Pada saat NaOH dicampurkan ke dalam larutan Cu(NO3)2 , reaksi ini
mengakibatkan perubahan warna menjadi warna biru pekat saat diaduk, diikuti
dengan timbulnya endapan, perubahan suhu serta terbentuknya produk reaksi yang
baru. Perubahan itu menandakan bahwa zat yang bereaksi telah terlarut.
3. Langkah III (Pemanasan)
Pada awalnya Cu(OH)2 berwarna biru pekat dan mengendap. Pada percobaan
ini ditambahkan lagi air suling sebanyak 50 ml sebelum pemanasan, dengan
persamaan reaksi :
Cu(OH)2(s)

CuO(s) + H2O(l)

Pada saat penambahan air suling pada Cu(OH)2 yang kemudian dipanaskan
hingga mendidih akan menimbulkan perubahan warna dari warna biru pekat
menjadi hitam pekat. Terdapat pula endapan CuO berwarna hitam pekar setelah
didinginkan dan larutan bening di atasnya yang berupa H2O. Proses selanjutnya
adalah dekantasi. Dekantasi adalah proses mengendapkan endapan kemudian
menuangkan cairan di atas endapan ke tempat lain sehingga endapan tetap berada
pada tempat semula. Untuk dekantasi selanjutnya dilakukan sebanyak 3 kali dan
menghasilkan endapan CuO yang berwarna hitam pekat.
4. Langkah IV (Penambahan larutan H2SO4)

Endapan CuO yang terbentuk setelah mengalami proses pemanasan,
pencucian dengan air suling, dan dekantasi kemudian ditambahkan dengan larutan
H2SO4. Penambahan larutan H2SO4 berfungsi sebagai oksidator di mana larutan
H2SO4 akan mendestruksi endapan CuO agar kembali menjadi unsur-unsur
pembentuk semula zat-zat yang direaksikan sebelumnya.

Reaksinya adalah sebagai berikut :
CuO(s) + H2SO4(aq)
1

:

1

CuSO4(aq) + H2O(l)
:

1

:

1

Molaritas H2SO4 = 2 M
Jadi, volume H2SO4 yang dibutuhkan sebanyak :
M = mol

V = mol = 0,003 = 0,015 L = 1,5 ml
M

2

Volume yang didapatkan dibulatkan menjadi 2 ml sehingga penambahan
H2SO4 ke dalam CuO adalah 2 ml.
Saat 2 ml H2SO4 ditambahkan ke dalam CuO, reaksi yang terjadi adalah zat
habis bereaksi dan terjadi perubahan warna dari hitam menjadi biru seperti
semula. Hal ini menandakan bahwa zat yang bereaksi telah habis terlarut.
5. Langkah V (Penambahan logam Zn)
Zn merupakan logam unsur transisi yang sering digunakan sebagai
logam pelapis anti karat, paduan logam, pembuatan bahan cat putih, dan
antioksidan dalam pembuatan ban mobil. Dalam tabel periodik, Zn terletak di
golongan transisi dengan nomor atom 30. Logam Zn yang dipakai berwarna
abu-abu berbentuk butir kepingan.
Persamaan reaksi penambahan logam Zn ke dalam larutan CuSO4
adalah sebagai berikut :
CuSO4(aq) + Zn(s)
Banyaknya Zn yang diperlukan :

ZnSO4(aq) + Cu(s)

Massa Zn = Ar Zn x mol = 65 x 0,003 = 0,195 gr, dibulatkan menjadi 0,2 gr.
Berbagai perubahan yang terjadi sat penambahan 0,2 gr Zn di
antaranya perubahan suhu pada lingkungan, larutan yang awalnya berwarna
biru pekat perlahan-lahan menjadi warna biru muda dan akhirnya menjadi
bening dan terbentuknya endapan berwarna merah bata pada dasar gelas
kimia, timbulnya bau gas baru dan adanya gelembung gas.

6. Langkah VI (Mendapatkan Cu kembali/Recovery Cu)
Untuk mendapatkan Cu kembali, setelah dekantasi dilakukan sebanyak
2 kali, kemudian kaca arloji bersih ditimbang dan didapatkan massa sebanyak
41,54 gram. Endapan logam Cu kemudian dipindahkan ke kaca arloji dengan
menggunakan batang pengaduk. Lalu, logam yang berada di kaca arloji
tersebut dikeringkan di atas gelas kimia yang berisi air yang dipanaskan
dengan steambath. Ini dilakukan untuk menguapkan air sisa dekantasi. Setelah
logam Cu kering, kaca arloji tersebut diangkat dengan sapu tangan lalu
dihitung massanya. Massa kaca arloji setelah berisi padatan Cu adalah 41,60
gram.
Menghitung massa Cu
Diketahui :
Massa kaca arloji bersih

= 41,5454 gram

Massa kaca arloji berisi padatan Cu

= 41,6082 gram

Ditanyakan :
- Massa Cu kembali = .... ?
- Rendemennya

= ..... ?

Jawaban :
a. Massa Cu kembali = massa kaca arloji berisi Cu – massa arloji bersih
= 41,6082 – 41,5454
= 0,0628 gram
b. Rendemen Cu
= Massa Cu akhir/Massa Cu awal x 100%
= 0,0628/0,2 x 100%

= 31,4%
Jadi, massa logam Cu yang diperoleh dari hasil recovery Cu adalah 0,0628
gram, sedangkan rendemennya adalah 31,4%.
Diperoleh massa kaca arloji yang ditimbang dengan endapan Cu seberat 41,6082
gram. Dalam percobaan yang dilakukan dalam siklus tembaga (Cu), diperoleh massa Cu
akhir = 0,0628 gram, sedangkan massa Cu di awal yang diperoleh adalah 0,2 gram. Cu
akhir yang kami dapatkan lebih sedikit dibandingkan dengan massa Cu awal. Hal ini
disebabkan karena kesalahan kami saat dekantasi atau menuangkan endapan Cu ke arloji.
Kemungkinan endapan Cu masih banyak yang tertinggal di pengaduk atau di dinding
gelas beker sehingga saat ditimbang terjadi selisih antara logam Cu di akhir dan di awal.
Demikian pula perhitungan rendemennya kurang dari 100%.
VII.

Simpulan

1. Praktikan mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan kali ini yang
terjadi adalah perubahan fisis pada logam menghasilkan gas yang bersifat racun,
pengendapan, perubahan warna dan gelembung gas. Ada pun hasil reaksi
keseluruhan setelah mencampur logam Cu dengan HNO3, lalu hasilnya
ditambahkan NaOH 8 ml, kemudian ditambahkan asam sulfat dan terakhir
penambahan kepingan Zn menghasilkan reaksi akhir sebagai berikut :
CuSO4 + Zn

Cu + ZnSO4

2. Bahan kimia terutama logam Cu jika direaksikan dengan asam nitrat akan
menghasilkan gas NO2 yang menimbulkan bau dan bersifat racun.
3. Dalam percobaan tentang beberapa reaksi kimia dengan menggunakan siklus
tembaga (Cu), maka dapat dibuktikan bahwa pada reaksi kimia terjadi :
-

Habisnya zat yang bereaksi

-

Timbulnya gelembung gas

-

Terjadinya perubahan warna

-

Timbulnya endapan

-

Adanya bau

4. Konsentrasi, luas permukaan suatu zat, suhu dan katalis merupakan faktor yang
mempengaruhi terjadinya sebuah reaksi kimia (contohnya adalah logam Cu yang
dipotong kecil dapat mempercepat proses reaksi kimia).

VIII. Daftar Pustaka


Tim laboratorium Kimia Dasar.2007.Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Jurusan
Kimia FMIPA, UniversitasUdayana : Bukit Jimbaran, Bali.



Chang, Raymond.2004. Kimia Dasar :Konsep – Konsep Inti Jilid I Edisi
Ketiga.Erlangga : Jakarta.



Syukri, Unggul.1999.Kimia DasarI. ITB : Bandung.



Petrucci, Ralph.H, 1999, “KIMIA DASAR - Prinsip dan Terapan Modern”,
EdisiKeempat-Jilid 2, Erlangga: Jakarta.



Purba, Michael. 2002. Kimia SMA Kelas XII. Erlangga : Jakarta.

LAMPIRAN

LAMPIRAN

LAMPIRAN

LAMPIRAN

LAMPIRAN

LAMPIRAN