PENGARUH TEMPERATUR KARBONISASI DAN KOMPOSISI ARANG TERHADAP KUALITAS BIOBRIKET DARI CAMPURAN CANGKANG BIJI KARET DAN KULIT KACANG TANAH

  

PENGARUH TEMPERATUR KARBONISASI DAN

KOMPOSISI ARANG TERHADAP KUALITAS

BIOBRIKET DARI CAMPURAN CANGKANG BIJI

KARET DAN KULIT KACANG TANAH

*

Faisol Asip*, Elvia Sandra, Suzy Nurhasanah

  Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Indralaya

  • –Prabumulih KM.32 Indralaya Ogan Ilir (OI) 30662

  Email: faisol_asip@yahoo.com

  

Abstrak

Biobriket adalah bahan bakar alternatif berbentuk padat yang dapat dibuat dari bahan yang mengandung

selulosa dengan karbon konten yang tinggi. Beragam bahan dapat digunakan sebagai bahan baku

pembuatan biobriket, contohnya jerami, sekam padi, tempurung kelapa, serbuk gergaji, cangkang karet,

dan kulit kacang tanah. Cangkang karet dan kulit kacang tanah adalah limbah biomassa yang dianggap

  tidak berguna, jika diproses kedua bahan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan bakar biobriket sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil akan memberikan banyak manfaat. Bahan yang digunakan pada

  

penelitian ini adalah cangkang biji karet dan kulit kacang tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan nilai kalor biobriket dengan cara karboninasi campuran kedua bahan tersebut dengan

komposisi tertentu (4CK:14KK, 9CK:9KK, 14CK:9KK) pada temperatur te rtentu (350˚C, 400˚C, 450˚C,

dan 500˚C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa biobriket dengan kualitas terbaik yaitu dengan nilai

kalor 6294,4 cal/gr diperoleh dari campuran bahan baku 14 gram cangkang biji karet dan 4 gram kulit

kacang tanah pada temperatur optimum 500˚C. Untuk biobriket dengan penambahan getah karet

mengalami kenaikan nilai kalor menjadi 6904,8 cal/gr.

  Kata kunci: Biobriket, cangkang biji karet, temperatur karbonisasi, kulit kacang tanah

Abstract

  

Biobriquette is an alternative solid fuel which can be made from material that contains cellulose with

high carbon content. There are many materials that can be used as a feedstock to make biobriquette, such

as straw, rice husk, coconut shell, sawdust, rubber seeds shell, and peanuts shell. The feedstocks that used

in this research are rubber seeds shell and peanuts shell. The purpose of this reasearch is to increase the

caloric value of the biobriquette by carbonizing both feedstocks with certain composition mixture

(9RS:14PS, 9RS:9PS, 14RS:9PS) at certain temperature (350˚C, 400˚C, 450˚C, dan 500˚C). The result of

this research shows that best quality of biobriquette with caloric value 6294,4 cal/gr is obtained from

feedstocks mixture of 14 gram rubber seeds shell and 4 gram peanuts shell, where optimum temperature

of 500˚C. Biobriquette with the addition of gum, the caloric value increases to 6904,8 cal/gr.

  Keywords: Biobriquette, rubber seeds shell, temperature of carbonization, peanut shell

1. PENDAHULUAN kacang tanah (Sudiro, 2014). Cangkang karet

  Biobriket adalah bahan bakar alternatif dan kulit kacang tanah adalah limbah biomassa

berbentuk padat yang dapat yang dianggap tidak berguna, jika diproses

dibuat dari bahan yang mengandung selulosa kedua bahan tersebut dapat dijadikan sebagai

dengan karbon konten yang bahan bakar biobriket sebagai alternatif

tinggi . Beragam bahan dapat digunakan pengganti bahan bakar fosil akan memberikan

  sebagai bahan baku pembuatan biobriket, banyak manfaat. Di Indonesia pemanfaat contohnya jerami, sekam padi, tempurung pembuatan biobriket sudah dilakukan kelapa, serbuk gergaji, cangkang karet, kulit menggunakan berbagai limbah biomassa.

  Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 23, Januari 2017 Page | 28

  Berdasarkan data yang didapatkan dari BPS pada tahun 2014 Sumatera Selatan memiliki kebun karet seluas 812,59 hektar dan produksi kacang tanah sebesar 2720 ton. Berdasarkan data tersebut produktivitas dari kedua bahan tersebut cukup banyak. Oleh landasan tersebut penulis berpendapat, untuk wilayah Sumatera Selatan dapat dilakukan pengembangan energi alternatif dengan mengkombinasikan kedua biomassa tersebut untuk dijadikan bahan baku pembuatan biobriket.

  Matter Fixed Carbon

  No. Parameter Satuan Kisaran 1.

  Caloric Value

  cal/gr Min 5000

  2. Total Moisture % Maks 8 3.

  Ash Content

  % Maks 8 4.

  5. Volatile

  % %

  Tabel 3.

  Maks 15 Min 77

  (Sumber : Standar Nasional Indonesia no. SNI 01- 6235-200)

  Syarat briket yang baik adalah briket yang permukaannya halus dan tidak memberikan noda hitam di tangan. Sebagai bahan bakar, briket harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

  a) Mudah dinyalakan.

  b) Tidak mengeluarkan asap.

  c) Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun.

  d) Kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama.

  e) Menunjukkan upaya laju pembakaran (Nursyiwan dkk, 2005).

  Syarat Mutu Briket Arang

  Biobriket termasuk bahan yang lunak yang diolah menjadi bahan arang keras dengan berbagai macam bentuk-bentuk tertentu. Kualitas dari biobriket tidak kalah dengan kualitas batubara dan bahan bakarbahan bakar jenis arang lainnya. (Suryani dkk, 2012). Berikut ini adalah tabel 2.3. yang merupakan syarat mutu biobriket:

  Cangkang Biji Karet

  Kulit kacang tanah dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif yakni biomassa yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Kandungan selulosa yang terdapat dalam kulit kacang sebanyak 25-30% dapat dilihat padat

  Pemanfaatan dari cangkang kulit karet yang masih kurang optimal, jika dibandingkan dengan bagian lainnya dari biji karet, bagian cangkang termasuk bagian yang mengandung selulosa yang cukup banyak, sehingga bagian ini cukup potensial untuk diolah menjadi produk biomassa yakni biobriket, yang sangat bermanfaat dan bernilai jual yang tinggi. Hal ini akan membuat cangkang buah karet menjadi lebih termanfaatkan.

  Tabel 1.

  Komposisi Kimia yang Terkandung dalam Cangkang Karet

  Komposisi Jumlah (%)

  Selulosa 48,64 Lignin 33,54

  Kadar Abu 1,25 Pentosan 16,81

  Kadar Silika 0,52

  (Safitri, 2003 dalam Rananda, 2016) Kulit kacang tanah

Tabel 3.2. hal ini sangat potensial untuk dijadikan bahan untuk pembuatan biobriket.

  Biobriket dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak, bahan bakar industri, dan dapat juga digunakan sebagai pembangkitkan listrik. Industripembuatan Biobriket dapat mengurangi limbah biomassa (terutama limbah pertanian), mengurangi pengangguran, mengurangi emisi karbon, , serta dapat menambah pendapatan bagi pembuatnya. Contoh negara pembuat dan pengguna Biobriket terbesar adalah India. Di India, Biobriket biasanya dibuat dari limbah pertanian seperti daun tebu, ampas tebu, dan batang jagung. Dengan adanya industri tersebut, angka pengangguran terutama di pedesan yang megembangkan biobriket akan berkurang.

  Pembuatan biobriket dengan berbahan dasar kulit kacang dapat memberikan dapat dikembangan di Indonesia karena ketersidaan bahan baku yang melimpah dan juga ramah lingkungan. (Wahyusi et al. 2012).

  Tabel 2. Komposisi Unsur Kimia Kacang

  Tanah

  Komposisi Jumlah (%)

  Selulosa 25-30 Lignin 30-40

  Hemiselulosa 25-30 Kadar Abu 5,3-7,3

  Air 4,95-7,75

  ( Sumber: Oktavia S, 2003 dalam Setiawan dkk, 2012) Biobriket

  Ditinjau dari segi polusi udara, briket bioarang ini relatif lebih aman dibandingkan dengan bahan bakar dari batubara ataupun minyak tanah. Bahan bakar minyak tanah ataupun batubara akan menghasilkan CO 2 yang berlebihan di atmosfir. Kelebihan CO 2 di amosfer bumi ini akan menimbulkan terjadinya pencemaran udara, yang mengakibatkan adanya hujan asam bahkan rusaknya lapisan ozon sehingga dapat membahayakan semua makhluk di muka bumi ini. Pembuatan biobriket bertujuan memperoleh suatu bahan bakar dengan berkualitas yang dapat digunakan semua sektor sebgai salah satu bahan bakar pengganti dengan kualitas yang hampir sama.

  Proses pembriketan adalah proses pengolahan yang mengalami perlakuan penggerusan, pencampuran bahan baku, pencetakan dan pengeringan pada kondisi tertentu, diperoleh briket yang mempunyai bentuk, ukuran fisik, dan sifat kimia tertentu. Secara umum beberapa spesifikasi briket yang dibutuhkan oleh konsumen adalah sebagai berikut: 1) Daya tahan briket. 2)

  Temperatur karbonisasi sangat berpengaruh terhadap arang yang dihasilkan, penentuan temperatur yang tepat akanmenentukan kualitas arang. Banyaknya kuantitas arang tergantung seberapa banyak biomassa yang diarangkan. Semakin banyak kandungan volatile matter maka semakin sedikit arang yang dihasilkan karena banyak bagian dari arang yang terlepas keudara. Penentuan komposisi awal biomassa dilakukan dengan analisa bahan baku. Proses karbonisasi merupakan salah satu tahap yang penting dalam pembuatan briket arang.

  2. METODOLOGI PENELITIAN

  d) Pembentukan gas hidrogen dimana ini merupakan proses pemurnian arang yang terbentuk. (Moeksin, 2016).

  c) Penguraian senyawa-senyawa lignin sehingga menghasilkan lebih banyak tar yang akan bertambah jumlahnya pada waktu yang lama dan suhu tinggi.

  b) Penguraian beberapa selulosa secara intensif hingga menghasilkan gas serta sedikit air.

  Penguapan air, kemudian penguraian selulosa menjadi destilat yang sebagian besar mengandung asam-asam dan metanol.

  Pada umumnya proses ini dilakukan pada mudah menguap akan hilang sehingga akan terbentuk struktur pori awal (Widowati, 2003 dalam Suryani dkk, 2012). Karbonisasi adalah suatu proses perubahan bahan organik menjadi arang. Pada proses karbonisasi melepaskan zat yang mudah terbakar seperti CO, CH 4 dan H 2 yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada proses karbonisasi. Proses karbonisasi dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut: a)

  Karbonisasi

  Ukuran dan bentuk yang sesuai untuk penggunaannya. 3)

  Perekat Organik Perekat organik merupakan perekat yang efektif mudah diapat, harganya murah, dan ketikan pembakaran briket abu yang dihasilkan sedikit. Contoh dari perekat organik adalah kanji, getah karet, aspal, amilum, molase dan parafin. (Setiawan dkk, 2012)

  Perekat anorganik Perekat anorganik dapat menjaga ketahanan suatu briket saat proses pembakaran, sehingga briket akan lebih tanah lama dan memiliki daya lekat yang lama. Pengikat anorganik ini mempunyai kelemahan yaitu akan menghasilkan banyak abu, abu tersebut berasal dari bahan pengikat yang menurunkan kuantitas pembakaran dari briket, dampaknya dapat menurunkan nilai kalor. Contoh dari pengikat anorganik antara lain semen, lempung (tanah liat), natrium silikat. (Setiawan dkk, 2012) 2)

  Perekat sangat diperlukan dalam pembuatan biobriket, karena sifat alami dari bubuk arang yang akan memisah karena berupa bubuk-bubuk halus.. Pemilihan perekat memiliki pengaruh besar terhadap kualitas biobriket. Hal ini disebabkan perekat akan mempengaruhi nilai kalor biobriket dan kualitas dari biobriket pada saat pembakaran. (Muzi, 2014). Jenis pengikat untuk pembuatan briket, yaitu: 1)

  Bahan Perekat

  Sifat pembakaran yang sesuai dengan kebutuhan (Diana Ekawati Fajrin, 2010 dalam Setiawan dkk, 2012).

  Bersih (tidak berasap), terutama untuk sektor rumah tangga. 4) Bebas gas-gas berbahaya. 5)

  Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Politeknik Negri Sriwijaya dan Laboratorium Pengujian Batubara PT. Bukit Asam Unit Dermaga Kertapati Palembang Sumatera Selatan. Adapun variabel penelitian adalah temperature pada proses karbonisasi dan perbandingan komposisi arang bahan baku antara cangkang biji karet dan kulit kacang tanah.

  Alat

  Analisa Kualitas Biobriket (Nilai Kalor)

  14

  9

  4

  2

  2

  2

  b) Campurkan arang denganperekat larutan tepung tapioka yang sudah disediakan.

  c) Campuran arang yang sudah diberi perekat dimasukkan ke dalam alat pencetak briketsehingga terbentuklah briket.

  d) Briket yang sudah jadi diletakkan di sebuhan loyang, dan dibiarkan dalam suhu kamar selama 24 jam .

  e) Briket yang telat didiamkan kemudian dioven selama 1 jam dengan suhu 80 O C dan biobriket siap digunakan dan dianalisa.

  f) Ambil biobriket dengan kualitas yang paling baik kemudian buat biobriket dengan menggunakan perekat campuran antara tapioka dengan getah karet dengan berat total perekat tetap 2 gram dan berat total biobriket 20 gram, dan lakukan proses selanjutnya sama dengan proses pada poin b,c,d,e.

  Nilai kalor dari bahan baku merupakan penjumlahan dari harga panas pembakaran dari unsur-unsur yang membentuk bahan baku. Nilai kalor tersebut dapat ditentukkan dengan bom kalorimeter. Langkah-langkah analisa: 1)

  9

  Siapkan peralatan yang digunakan untuk pengujian bom calorimeter. 2)

  Gunakan peralatan sesuai dengan petunjuk dari bom calorimeter. 3)

  Lalu saklar utama dihidupkan, dan isi dengan air aquadest pada bagian jacket melalui lubang bawah penutup. 4)

  Kemudian hubungkan dengan water

  cooler sirkulator yang ada, dan pasang selangnya ke C 4000.

  5) Posisikan cover kalorimeternya pada posisi terbuka (saat menunggu ready ataupun saat menunggu pengukuran sampel berikutnya).

  6) Nyalakan water cooler dan C 4000 dinyalakan maa ketinggian airnya berkurang.

  7) C 4000 dinyalakan melalui proses inisialisasi.Dibutuhkan 30 menit setiap pertama kali dinyalakan untuk memperoleh kondisi water cooler yang sesuai dan kondisi C 4000 yang stabil.

  8) Menyiapkan sampel dalam bomb

  head,kemudian pastikan volume air pada bucket selalu konstan dan atur suhunya

  selalu 25 o C setiap kali akan melakukan pengukuran. 9)

  14

  4

  Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu Furnace, Mortar, Ayakan, Alat pencetak briket, dan Oven.

  C, 450

  Bahan

  Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah: a)

  Cangkang biji karet Cangkang biji karet (para) diambil dari Desa Payaraman, Ogan Ilir.

  b) Kulit kacang tanah Kulit kacang tanah diambil dari pasar Pagar Alam, Sumatera Selatan.

  c) Perekat

  Tepung Tapioka serta penambahan getah karet.

  Persiapan Bahan Baku

  a) Cangkang biji karet dibersihkan, kemudian cangkang biji karet dijemur ± 2 hari sampai benar-benar kering.

  b) Cangkang biji karet yang sudah kering tadi dipotong-potong sampai ukuran 1-2cm untuk memudahkan proses karbonisasi.

  c) Kemudian dilakukan karbonisasi menggunakan furnace dengan temperatur (350

  C, 400

  C, 500

  Tabel 4. Komposisi Biobriket Karbon Cangkang Biji Karet (gram) Karbon Kulit Kacang Tanah (gram) Tapioka (gram)

  C) selama 1 jam, angkat dan dinginkan.

  d) Setelah itu penghalusan cangkang biji karet menjadi serbuk dengan ukuran 60 mesh.

  Persiapan Perekat

  a) Timbang perekat sebanyak 2 gr (tapioka 2 gram atau campuran tapioka dan getah karet 1:1).

  b) Larutkan dengan aquadestsebanyak 10 ml, aduk rata. (Ketika penambahan getah karet, volume aquadest sebanyak 5 ml).

  c) Panaskan larutan perekat tapioka di atas

  hot plate,

  sampai larutan mengental dan siap untuk digunakan.

  Pembriketan

  a) Timbang bahan baku cangkang biji karet,

  Kulit kacang tanah, dan tapioka dengan berat total 20 gram. Komposisi campuran adalah sebagai berikut:

  Masukkan bomb head ke dalam bucket dan tutup C 4000 maka indicator led hijau akan menyala. lalu nyalakan timer T1 selama 10 menit, setelah tercapai catat, suhu T1 yang ada pada display.

  10) Saklar dihidupkan pembakaran maka indicator led kuning akan menyala dan menyalakan timerT 2 beberapa menit, setelah tercapai. Mencatat suhu T 2 yang ada pada display.

  4) Lakukan pembakaran semua sampel menjadi abu (±2 Jam).

  Fixed Carbon (%) = 100 – IM – AC - VM

  Keterangan:

  IM = Inherent Moisture (%) AC = Ash Content (%)

  VM = Volatile Matter (%)

  Analisa Kadar Abu

  Kadar abu atau ash content adalah suatu material anorganik tak terbakar yang merupakan sisa dari bahan baku dibakar. Langkah-langkah analisa: 1)

  Timbang ± 1 gram sampel lalu masukkan ke dalam cawan porselin yang telah ditimbang beratnya. 2)

  Kemudian letakkan cawan porselen berisi sampel ke dalam furnace pada temperatur 450 o selama 1 jam. 3)

  Naikan temperature sampai 815 o C selama 1 jam.

  5) Kemuadian dinginkan di udara bebas, lalu masukkan ke dalam desikator selama 15 menit.

  11) Hitung Caloric Value

  6) Keluarkan cawan porselen yang berisi residu lalu ditimbang

  7) Catat dan Timbang ash content (A)

  Blok Diagram Proses Pembuatan Biobriket Pencetakan

  Pembersihan dan pengeringan (2 hari) Pencampuran bahan baku dan perekat Pengecilan ukuran

  Karbonisasi (350

  C, 400

  C, 4500

  C, 500

  C) selama 1 jam

  Kadar karbon tetap yang terdapat didalam briket dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai beikut:

  Kulit Kacang Tanah

  Perekat 10%

  Moisture

  12) Hitung nilai kalor dari sampel

  Analisa Kadar Air

  Untuk menghitung nilai kadar air pada briket bioarang yaitu menggunakan cara dengan menguapkan air yang terdapat di dalamnya hingga beratnya konstan. Briket yang telah kita dapatkan dari hasil pencetakkan lalu dihancurkan sampai halus menggunakan mortar kemudian didiamkan dalam oven pada temperatur 105 o C selama 1 jam. Kemudian di dinginkan dan ditimbang. Langkah-langkah analisa:

  Timbang 1gr masing-masing briket contoh beserta crushible dan tutup. 2)

  Panaskan pada temperature 105 o C selama 1 jam.

  3) Keluarkan crushible berisi residu dan tutup.

  4) Dinginkan lalu kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit.

  5) Timbang residu beserta crushible dan tutupnya.

  6) Catat dan Hitung persentase Inherent

  (IM)

  5 menit dan memasukkan ke dalam desikator.

  Analisa Kadar Zat Terbang (Volatile Matter)

  Langkah-langkah analisa: 1)

  Panaskan cawan silica dan tutupnya di atas dudukan kawat nikel chrom suhu 900 o C selama 7 menit. 2)

  Angkat dudukan dan cawan dari furnace lalu dingikan di atas lempengan logam selama 5 menit, kemudian memasukkan ke dalam desikataor. 3)

  Setelah dingin menimbang cawan dan tutupnya. 4)

  Menimbang ± 1 gr sampel briket ke dalam cawan. 5)

  Ratakan permukaan sampel dengan cara mengetuk-ngetuk cawan secara perlahan – lahan. 6)

  Panaskan eduduka ke dalam furnace selama 7 menit dengan suhu 900 o C. 7)

  Angkat dan dinginkan dudukan dari

  furnace ke atas lempengan logam selama

  Penghalusan Arang (60 mesh) Cangkang Biji karet

8) Timbang cawan bila sudah dingin.

  9) Hitung kadar zat terbang

  Analisa Kadar Karbon Tetap (Fixed Carbon) sehingga kemampuannya menyerap air akan

  Pengeringan 24 jam pada suhu ruangan

  semakin rendah, sehingga ketika arang dengan suhu karbonisasi yang tinggi dicampur dengan perekat maka arang tersebut akan menyerap air

  Pengovenan T= 80

  C, t = 4 jam

  dari perekat dengan kemampuan yang lebih rendah dibandingkan dengan arang dengan suhu karbonisasi yang lebih rendah. Dari

  Biobriket

  gambar dijelaskan bahwa kadar air lembab terendah terdapat pada temperatur karbonisasi 500˚C dengan campuran 14 gram cangkang biji karet dan 4 gram kulit kacang tanah yaitu

  Analisa biobriket

  sebesar 5,95%, sedangkan kadar air lembab tertinggi terdapat pada temperatur karbonisasi 350˚C campuran 4 gram cangkang biji karet

3. HASIL DAN PEMBAHASAN dan 14 gram kulit kacang tanah. yakni sebesar A.

  12,77%. Dari semua sampel hanya dua sampel

   Pengaruh Temperatur Karbonisasi terhadap Kualitas Biobriket yang tidak memenuhi standar SNI yakni Campuran Cangkang Biji Karet dan maksimal kadar air lembab 8%.

  Kulit Kacang Tanah

  Pengaruh Temperatur Karbonisasi Temperatur karbonisasi mempengaruhi terhadap Kadar Abu (Ash Content) kualitas biobriket yaitukadar air lembab (inherent moisture), kadar abu (ash content), kadar zat terbang (volatile matter), kadar karbon padat (fixed carbon), dan nilai kalor (calorific value).

  1) Temperatur Karbonisasi Pengaruh terhadap Kadar Air Lembab (Inherent

  Moisture ) Gambar 2 . Pengaruh temperatur karbonisasi

  terhadap kadar abu lembab (Ash

  Content ) biobriket campuran

  Cangkang biji karet dan kulit kacang tanah Pada gambar 2. dapat dilihat semakin tinggi temperatur karbonisasi maka akan semakin tinggi pula kadar abu yang ada pada

  Gambar 1 . Pengaruh temperatur karbonisasi

  biobriket. Hal ini terjadi disebabkan oleh terhadap kadar air lembab temperatur karbonisasi yang tinggi akan

  (inherent moisture ) biobriket semakin banyak bahan baku yang terbakar campuran Cangkang biji karet menjadi abu, ini menunjukkan temperatur dan kulit kacang tanah karbonisasi berbanding lurus dengan kenaikan abu. Selain itu kadar abu dipengaruhi oleh

  Pada gambar 1. dapat dilihat semakin banyaknya bahan anorganik yang terkandung tinggi temperatur karbonisasi kadar air dalam bahan baku dan tepung tapioka yang lembab dari biobriket akan semakin berkurang. digunakan sebagai perekat. Dari gambar

  Hal ini dapat terjadi karena pada saat dijelaskan bahwa kadar abu terendah pada karbonisasi kadar air lembab yang ada di dalam temperatur karbonisasi 350˚C dengan bahan akan keluar, semakin tinggi temperatur campuran campuran 4 gram cangkang biji karet karbonisasi akan semakin banyak kadar air dan 14 gram kulit kacang tanah sebesar 3,56%, lembab yang akan menguap dan banyak sedangkan kadar abu tertinggi pada temperatur berkurang. Hal itu membuat arang dengan suhu karbonisasi 500 ˚C dengan campuran 14 gram karbonisasi yang lebih tinggi akan lebih kering, cangkang biji karet dan 4 gram kulit kacang tanah sebesar 10,36%. Dari semua sampel hanya satu sampel yang tidak memenuhi standar SNI yakni maksimal kadar abu 8%.

  3) Pengaruh Temperatur Karbonisasi terhadap Kadar Zat Terbang (Volatile

  Gambar 4

  Dari seluruh sampel telah memenuhi standar SNI yakni nilai kalor sebsar 5000 cal/gr.

  karet dan kulit kacang tanah Pada gambar 5. dapat dilihat semakin tinggi temperatur karbonisasi maka akan semakin meningkat nilai kalor yang dihasilkan biobriket dari campuran cangkang biji karet dan kulit kacang tanah. Hal ini juga disebabkan karena semakin tinggi temperatur karbonisasi maka kadar fixed carbon dalam arang semakin meningkat sedangkan kadar air akan berkurang sehingga nilai kalor dari briket bioarang akan meningkat juga. Dari gambar dijelaskan bahwa nilai kalor terendah pada temperatur karbonisasi 350˚C dengan campuran campuran 4 gram cangkang biji karet dan 14 gram kulit kacang tanah sebesar 5654,7 cal/gr, sedangkan nilai karbon tertinggi pada temperatur karbonisasi 500 ˚C dengan campuran 14 gram cangkang biji karet dan 4 gram kulit kacang tanah sebesar 62,94 cal/gr.

  value ) camouran cangkang biji

  terhadap nilai kalor (calorifc

  Gambar 5 . Pengaruh temperatur karbonisasi

  5) Pengaruh Temperatur Karbonisasi terhadap Nilai Kalor (Calorific Value)

  . Pengaruh temperatur karbonisasi terhadap nilai fixed carbon biobriket campuran cangkang biji karet dan kulit kacang tanah

  500 ˚C dengan campuran 14 gram cangkang biji karet dan 4 gram kulit kacang tanah sebesar 67,96%. Dari seluruh sampel belum memenuhi standar SNI yakni nilai fixed carbon 77%.

  Matter ) Gambar 3

  carbon tertinggi pada temperatur karbonisasi

  karbonisasi 350˚C dengan campuran campuran 4 gram cangkang biji karet dan 14 gram kulit kacang tanah sebesar 51,90%, sedangkan fixed

  fixed carbon terendah pada temperatur

  4) Pengaruh Temperatur Karbonisasi terhadap Jumalah Fixed Carbon Pada gambar 4. dapat dilihat semakin tinggi temperatur karbonisasi maka akan semakin besar kadar fixed carbon dari biobriket. Dari gambar dijelaskan bahwa kadar

  Pada gambar 3. dapat dilihat semakin tinggi temperatur karbonisasi maka akan semakin menurun pula kadar zat terbang pada biobriket. Semakin tinggi temperatur karbonisasi menyebabkan kadar zat terbang pada bahan baku semakin banyak menguap keluar dari bahan ketika proses karbonisasi, hal ini menyebabkan kadar zat terbang dari biobriket semakin berkurang. Dari gambar dijelaskan bahwa kadar zat terbang terendah terdapat pada temperatur karbonisasi 500˚C dengan campuran 14 gram cangkang biji karet dan 4 gram kulit kacang tanah yaitu sebesar 15,73%, sedangkan kadar zat terbang tertinggi terdapat pada temperatur karbonisasi 350˚C campuran 4 gram cangkang biji karet dan 14 gram kulit kacang tanah. yakni sebesar 32,58%. Dari semua sampel belum memenuhi standar SNI yakni kadar zat terbang maksimal 15%.

  ) biobriket campuran Cangkang biji karet dan kulit kacang tanah

  Matter

  . Pengaruh temperatur karbonisasi (Volatile

  B. Pengaruh Komposisi Arang Bahan Baku terhadap Kualitas Biobriket

  Campuran Cangkang Biji Karet dan Kulit Kacang Tanah

  1) Pengaruh Komposisi Arang Bahan Baku terhadap Kadar Air Lembab (Inherent

  Moisture )

  Pada gambar 6. terlihat semakin bertambahnya komposisi arang dari kulit kacang tanah maka kadar air lembab dalam biobriket juga akan semakin bertambah, dari gambar 6. tampak bahwa komposisi kadar air lembab terendah terdapat pada komposisi arang 14 gram cangkang biji karet dan 4 gram kulit

  Gambar 7

  . Pengaruh komposisi arang bahan kacang tanah dan kadar air lembab tertinggi baku terhadap kadar abu biobriket terdapat pada komposisi arang 4 gram campuran cangkang biji karet dan cangkang biji karet dan 14 gram kulit kacang kulit kacang tanah tanah.

  3) Pengaruh Komposisi Arang Bahan Baku terhadap Kadar Zat Terbang (Volatile

  Matter)

  Pada gambar 8. terlihat kadar zat terbang dari biobriket semakin tinggi dengan meningkatnya komposisi kulit kacang tanah yang ditambahkan kedalam campuran, dari gambar tampak bahwa komposisi kadar zat terbang terendah terdapat pada komposisi arang 14 gram cangkang biji karet dan 4 gram kulit kacang tanah dan kadar zat terbang tertinggi terdapat pada komposisi arang 4 gram cangkang biji karet dan 14 gram kulit kacang tanah.

  Gambar 6

  . Pengaruh komposisi arang bahan baku terhadap kadar air lembab biobriket campuran cangkang biji karet dan kulit kacang tanah

  2) Pengaruh Komposisi Arang Bahan Baku terhadap Kadar Abu (Ash Content)

  Pada gambar 7. terlihat semakin berkurang komposisi arang dari kulit kacang tanah maka kadar abu dari biobriket akan semakin rendah. Kadar abu dalam biobriket juga akan semakin bertambah dengan bertambahnya komposisi dari cangkang biji

  Gambar 8

  . Pengaruh komposisi arang bahan karet, dari gambar 7. tampak bahwa komposisi baku terhadap kadar zat terbang kadar abu terendah terdapat pada komposisi biobriket campuran cangkang biji arang 4 gram cangkang biji karet dan 14 gram karet dan kulit kacang tanah kulit kacang tanah dan kadar abu tertinggi terdapat pada komposisi arang 14 gram

  4) Pengaruh Komposisi Arang Bahan Baku cangkang biji karet dan 4 gram kulit kacang terhadap Kadar Karbon Tetap (Fixed tanah.

  Carbon ).

  Pada gambar 9. terlihat jumlah fixed

  carbon semakin meningkat dengan

  bertambahnya komposisi dari cangkang biji karet yang ditambahkan kedalam campuran biobriket, dari gambar 9. tampak bahwa jumlah

  fixed carbon

  terendah terdapat pada komposisi T=50

  0 C, 14CK :

  . Hasil Analisa Uji Pembakaran Komposisi Parameter Waktu Penyalaan (detik) Warna Api Asap Dan Bau

  T=50

  14CK : 4KK Pada detik ke 26 sudah terbentuk gelembung air dan pada detik ke 103 air sudah mendidih

  0 C

  Komposisi Briket Keterangan T=50

  Hasil Analisa Uji Pemanfaat Biobriket

  Tabel 4.

  34 Merah Asap berwarna putih ketitaman tetapi sedikit dan tidak berbau menyengat

  4KK + getah karet

  0 C, 14 CK :

  50 Merah Asap berwarna putih kehitaman dan banyak serata bau agak menyengat T=50

  4KK

  arang 4 gram cangkang biji karet dan 14 gram kulit kacang tanah dan jumlah fixed carbon tertinggi terdapat pada komposisi arang 14 gram cangkang biji karet dan 4 gram kulit kacang tanah

  Tabel 3

  14 CK : 4KK

  Terhadap Pembakaran Biobriket

  . Pengaruh penambahan getah karet terhadap kualitas biobriket Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dengan penambahan getah karet nilai kalor biobriket mengalami kenaikan, sedangkan kadar air lembab dalam briket berkurang dan jumlah fixed carbon meningkat. Dengan meningkatnya nilai kalor maka kualitas biobriket akan semakin baik. 2) Pengaruh Penambahan Getah Karet

  Tabel 1

  Biobriket Campuran Cangkang

  1) Pengaruh Getah Karet Terhadap Kualitas

  . Pengaruh komposisi arang bahan baku terhadap nilai kalor biobriket campuran cangkang biji karet dan kulit kacang tanah

  Gambar 10

  Dari gambar 10. dapat dilihat bahwa nilai kalor dari biobriket akan semakin meningkat dengan semakin banyak komposisi cangkang biji karet yang di tambahkan ke dalam campuran, dari gambar 10. tampak bahwa nilai kalor terendah terdapat pada komposisi arang 4 gram cangkang biji karet dan 14 gram kulit kacang tanah dan nilai kalor tertinggi terdapat pada komposisi arang 14 gram cangkang biji karet dan 4 gram kulit kacang tanah.

  biobriket campuran cangkang biji karet dan kulit kacang tanah 5) Pengaruh Komposisi Bahan Baku terhadap Nilai Kalor (Calorific Value)

  fixed carbon

  baku terhadap

  Gambar 9 . Pengaruh komposisi arang bahan

  0 C

  • getah karet Pada detik ke 19 sudah terbentuk gelembung air dan pada detik ke 63 air sudah mendidih

  Data tabel diatas dapat dilihat bahwa biobriket yang bagus memliki kualifikasi kualitas terbaik untuk uji pembakaran adalah biobriket dengan penambahan getah karet.

C. Pengaruh Getah Karet Terhadap Kualitas dan Pembakaran Biobriket Cangkang Biji Karet dan Kulit Kacang Tanah

  Dimana terlihat biobriket dengan penambahan getah karet memiliki waktu yang lebih cepat untuk mendidihkan air yaitu 63 detik. Hal ini disebabkan nilai kalornya lebih besar dibandingkan biobriket yang tanpa penambahan getah karet. Nilai kalor pada biobriket yang ditambah getah karet dapat tinggi karena kandungan air lembab dalam biobriket berkurang dan jumlah fixed carbon bertambah.

  Campuran Tempurung dan Cangkang Biji Karet dengan Batubara Peringkat Rendah. Jurnal Ilmiah Jurusan Teknik

  . Jurnal Kesemas Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta 8 (1) : 1978-0575

  Ningsih, dkk. 2016. Pengaruh Jenis Perekat

  pada Briket dari Kulit Buah Bintaro terhadap Waktu Bakar . Jurnal Program

  Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama, Surabaya.

  Nursyiwan, dkk. 2005. Pembuatan Briket

  Arang dari Serbuk Gergaji . Lembaga

  Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta. Patria, D, dkk. 2015. Pembuatan Biobriket dari

  Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Ristianingsih, Y, dkk. 2015. Pengaruh Suhu

  Vol.4 No. 1 Universitas Brawijaya, Malang. Muzi, I, dkk. 2014. Perbedaan Konsentrasi

  dan Konsentrasi Perekat Terhadap Karakteristik Briket Bioarang Berbahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Proses Pirolisis . Jurusan Teknik

  Kimia Fakultas Teknik Univeristas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Selpiana, dkk. 2014. Pengaruh Temperatur dan

  Komposisi Pada Pembuatan Biobriket dari Cangkang Biji Karet dan Plastik Polietilen. Seminar Nasional Added Value of Energy Resources (AvoER) ke-6.

  Setiawan, dkk. 2012. Pengaruh Komposisi

  Pembuatan Biobriket dari Campuran Kulit Kacang dan Serbuk Gergaji terhadap Nilai Pembakaran . Jurnal

  Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 18 (2). Sudiro, dkk, 2014. Pengaruh Komposisi dan

  Ukuran Serbuk Briket yang Terbuat dari Batubara dan Jerami Padi Terhadap Karakteristik Pembakaran . Jurnal

  Perekat antara Briket Bioarang Tandan Kosong Sawit dengan Briket Bioarang Tempurung Kelapa terhadap Waktu Didih Air

  Buah Nipah untuk Pembuatan Briket Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif . Jurnal Teknologi Pertanian

  Dari penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa: 1)

  Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Mulyadi, A, dkk. 2013. Pemanfaatan Kulit

  dari Campuran Tempurung Kelapa dan Cangkang Biji Karet. Jurusan Teknik

  Moeksin, R, dkk. 2016. Pembuatan Biobriket

4. KESIMPULAN

  Semakin tinggi temperatur karbonisasi maka akan semakin tinggi pula nilai kalor yang dihasilkan, nilai kalor tertinggi terdapat pada biobiket temperature 500˚C dengan komposisi 14CK:4KK sebesar 6294,4 cal/gr. 2)

  Semakin banyak komposisi cangkang karet yang ditambahkan kedalam campuran biobriket akan meningkatkan nilai kalor biobriket sehingga kualitas dari biobriket akan semakin meningkat. 3)

  Dengan penambahn getah karet nilai kalor dari biobriket meningkat dengan jumlah 6904,8cal/gr dan kadar air menurun, sehingga kualitas biobriket meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

  dari Daun Jati dan Sagu Aren sebagai Pengikat . Jurnal Teknik Kimia No.1

  Vol.17. Universitas Sriwijaya, Inderalaya. HA,F,L. 2012. Majalah Semi Popular

  Kering Sebagai Briket untuk Alternatif Pengganti Bahan Bakar Minyak .

  Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Dwina, dkk. 2010. Pengolahan Limbah Daun

  dari Eceng Gondok (Eichornia crasipess solm) dengan Sagu sebagai Pengikat .

  Brandes, A.C. 2007. Pembuatan Briket Arang

  Anonim. 2000. Standar Mutu Briket (SNI-01- 6235-2000): Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

  Tanaman Rempah dan Industri Pemanfaatan Biji Karet Untuk Energi Alternatif Sebagai Upaya Peningkatan Nilai Tambah. Pusat Penelitian dan

  Pengembangan Tanaman Perkebunan, Sukabumi. Marwanza, dkk. 2013. Pengaruh Penambahan

  Polimer terhadap Kadar Air Total dan Nilai Kalor Batubara.

  Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Jakarta.

  Rekayasa Sipil Vol. No. 2. Politeknik Negeri Padang. Fajrin, dkk. 2010. Pembuatan Briket Arang

  Sainstech Politeknik Indonusa Vol.2 No.2, Surakarta. Suryani, I, dkk. 2012. Pembuatan Briket

  Arang dari Campuran Buah Bintaro dan Tempurung Kelapa Menggunakan Perekat Amilum. Jurnal Jurusan Teknik

  Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Kampus Palembang 18 (1)

  Vinsiah, R, dkk. 2013. Pembuatan Karbon

  Aktif Dari Cangkang Kulit Buah Karet (Hevea Brasilliensis). Jurnal Program

  Studi Pendidikan Kimia Fkip, Universitas Sriwijaya

  Wahyusih, dkk. 2012. Briket Arang Kulit

  Kacang Tanah dengan Proses Karbonisasi . Jurnal Jurusan Teknik Kimia

  Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran, Jawa Timur.