PENGARUH KONDISI, PERLAKUAN DAN BERAT SAMPEL TERHADAP EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI KELOPAK BUNGA ROSELA DENGAN PELARUT AQUADEST DAN ETANOL

  

PENGARUH KONDISI, PERLAKUAN DAN BERAT

SAMPEL TERHADAP EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI

KELOPAK BUNGA ROSELA DENGAN PELARUT

AQUADEST DAN ETANOL

  

Rosdiana Moeksin, Stevanus Ronald HP

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

  

Abstrak

Rosela merupakan tanaman yang kaya akan manfaat, serat batangnya dapat dimanfaatkan

sebagai sebagai bahan baku pembuatan tali dan karung goni, biji dapat digunakan sebagai

pengganti jarak dan yang terutama pada kelopak bunganya terdapat zat antosianin yang dapat

digunakan sebagai pewarna bahan pangan yang bermanfaat bagi kesehatan karena kandungan gizi

serta zat aktif yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan pengambilan antosianin dari kelopak bunga

rosela dengan mengamati pengaruh kondisi, perlakuan dan berat sampel terhadap pelarut aquadest

dan etanol untuk menghasilkan antosianin yang terbaik. Antosianin diperoleh dengan metode

ekstraksi, diperoleh kondisi kering oven dengan perlakuan gerus serta berat 25 gr yang paling baik

unutk menghasilkan % yield antosianin ptimal sebesar 74,790% dengan menggunakan pelarut

etanol pada konsentrasi 96%.

  Kata kunci : rosela, antosianin, ekstraksi

Abstract

Rosela is a plant that is rich in benefits, fiber can be used as the stem as a raw material for

making ropes and gunny, seeds can be used instead of the distance and the sheath, especially in the

interest antosianin there is a substance that can be used as a food coloring is useful for health care

because of the womb nutrition and active substances that can cure various diseases.

  This study aims to optimize the sheath antosianin of interest rosela with the influence of the

condition, treatment and weight of the sample solvent aquadest and ethanol to produce the best

antosianin. Antosianin obtained with the method of extraction, obtained with the oven dry condition

smalling partikel treatment and weight 25 gr unutk the most well produced antosianin ptimal% yield

of 74.790% with the use of ethanol solvent concentration 96%.

  Keywords: rosela, antosianin, extraction

  I. PENDAHULUAN

  Namun jenis lain dari rosela Hibiscus Sabdariffa memiliki potensi yang lebih besar, selain batangnya digunakan sebagai bahan baku pengganti rami, biji dan kelopaknya dapat digunakan dalam bahan pangan. Di dalam biji rosela terdapat kandungan menyerupai jarak pagar kasar dan pada kelopak bunga rosella dapat digunakan sebagai pewarna alami yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.

  Kalori 44 kal Air 86,2% Protein 1,6 gr Lemak 0,1 gr

  Kandungan 100 gr Kelopak Segar

Tabel 2.1 Kandungan gizi pada kelopak rosela

  Berdasarkan DEPKES RI. No SPP. 1065/35.15/05 kandungan gizi yang terdapat dalam kelopak bunga rosela adalah :

  Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosela meliputi : gossypetin, antosianin, dan glukosida hibisci yang dapat menyebuhkan diuretik koleretik, penurun viskositas darah, pengurang tekanan darah, TBC dan perangsang peristaltik usus. Selain itu,kelopak bunga rosela juga berkhasiat sebagai antiseptik, antibakteri, antiradang, menurunkan panas, mencegah gangguan jantung dan kanker darah.

  Kelopak bunga rosela dapat dimanfaatkan sebagai bahan salad, saus sup, the rosela, sari buah, koktail, asinan, selai, puding, jelly dan berbagai produk olahan lainnya. Di Sudan, kelopak bunga rosela diolah menjadi minuman tradisional yang dinamakan Kardekh dan merupakan minuman kebangsaan. (Amanda dan Prima)

  2.1.1. Manfaat Tanaman Rosela

  Cannabinus terkenal sebagai tanaman yang memiliki kaya akan serat sehingga tidak heran awalnya tanaman ini dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tali dan karung goni. Akan tetapi seiring perkembangan zaman penggunaan rosela Hibiscus Cannabinus sebagai serat alami tergantikan dengan adanya serat sintetis.

  Tanaman rosela merupakan tanaman hias luar ruangan yang merupakan jenis dari tanaman sepatu. Tanaman rosella (sabdariffa hibiscus linn) merupakan tanaman yang sangat dikenal saat ini karena pada kelopak bunga rosella dapat digunakan sebagai minuman kesehatan yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Selain itu, bagian dari tanaman ini memiliki manfaat lain, pada serat batang dapat dimanfaatkan sebagai sebagai bahan baku pembuatan tali dan karung goni dan buahnya memiliki kandungan yang sama dengan biji jarak. Kelopak bunga rosela mengandung zat warna antosianin dengan kadar yang relatif tinggi, sehingga kelopak bunga rosela mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber zat warna alami pada bahan pangan yang bermanfaat bagi kesehatan.

  Tanaman rosela merupakan tanaman sejenis kembang sepatu (Hibiscus) yang berasal dari India Timur yang dapat tumbuh pada iklim tropis dan

  II. TINJAUAN PUSTAKA

  Mengetahui pengaruh perlakuan (langsung dan gerus) dan berat (15 gr, 20 gr dan 25 gr) terhadap pelarut yang dipakai untuk menghasilkan % yield antosianin yang terbaik.

  Mengetahui pengaruh kondisi (basah, kering dan kering oven) terhadap jenis pelarut yang dipakai untuk menghasilkan % yield antosianin yang terbaik. 3)

  Mengetahui pengaruh jenis pelarut untuk memperoleh % yield antosianin yang terbaik. 2)

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1)

  Penelitian ini menggali potensi dan manfaat lain dari bunga rosela, terutama kelopak bunga rosela yang memiliki antosianin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami pada bahan pangan yang memiliki bermanfaat bagi kesehatan. Antosianin adalah kelompok pigmen yang menyebabkan warna kemerah- merahan, letaknya di dalam cairan sel yang bersifat larut dalam larutan polar. Larutan pengekstrak yang digunakan pada penelitian ini adalah aquadest dan etanol. Dipilihnya etanol sebagai pelarut dalam mengekstrak karena antosianin adalah pigmen yang sifatnya polar dan akan larut dengan baik dalam pelarut-pelarut polar, sementara aquadest digunakan sebagai pelarut pembanding dalam memperoleh antosianin yang terbaik.

2.1 Rosela

  Kandungan 100 gr Kelopak Segar

2.2.1 Antosianin

  3) Alat evaporasi

  3) Aquadest

  2) Etanol 96%

  1) Kelopak bunga rosela

  3.1.2 Bahan yang digunakan :

  11) Neraca analitis

  10) Botol sampel

  9) Gelas ukur

  8) Tabung reaksi

  7) Termometer

  6) Spektrometer

  5) Pompa vakum

  4) Sentrifuge

  2) Soklet ekstraktor

  Karbohidrat 11,1 gr Serat 2,5 gr Abu 1,0 gr Fosfor 60 mg Besi 3,8 mg Betakaroten 285 ig Vitamin C 14 mg Tiamin (vitamin B1) 0,04 mg Riboflavin (vitamin B2)

  1) Blender

  3.1.1 Alat-alat yang digunakan :

  3.1 Alat dan Bahan

  III. METODELOGI PENELITIAN

  Evaporasi adalah menguapkan cairan yanga ada pada larutan, sehingga diperoleh suatu larutan yang lebih pekat (thick liquor). Alat untuk melakukan evaporasi adalah evaporator. Evapaorator merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengevaporasi sebagian atau seluruh pelarut dari suatu larutan. Hasilnya biasanya berupa zat padat atau konsentrat dari larutan. Jika hasilnya zat padat, panas yang dibutuhkan untuk penguapan larutan harus disuplai ke suspensi zat padat pada larutan, jika tidak alat tersebut dikasifikasikan sebagai pengering

  2.4 Metode Evaporasi

  Ekstraksi merupakan dilakuan dengan mengontakkan padatan dengan pelarut sehingga diperoleh larutan yang diinginkan yang kemudian dipisahkan dari padatan sisanya. Pada saat berlangsung adalah peristiwa pelarutan dan difusi. Pelarutan merupakan peristiwa penguraian suatu molekul zat menjadi komponennya, baik berupa molekul – molekul atom – atom maupun ion – ion, karena pengaruh pelarut cair yang melingkupinya. Partikel – partikel yang terlarutkan ini berkumpul di permukaan antara (interface) padatan dan terlarut. Bila peristiwa pelarutan masih berlangsung, maka terjadi difusi partikel – partikel zat terlarut dari lapisan antara fase menembus lapisan permukaan pelarut dan masuk ke dalam badan pelarut dimana zat terdistribusikan merata. Jadi difusi terjadi di fase padat diikuti difusi fase cair. Peristiwa ini terus berlangsung sehingga keadaan setimbang tercapai (Bird et,al 1980).

  Antosianin dengan metil atau fenil pada atom karbon nomor 4 memiliki stabilitas yang baik, bahkan stabilitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan bahan pewarna merah sintetis (Francis, 1985).

  Seluruh senyawa antosianin merupakan senyawa susunan yang merupakan senyawa turunan dari kation flavium. Dua puluh jenis senyawa telah ditemukan, tetapi yang memegang peranan penting dalam bahan pangan yaitu pelargonidin, sianidin, delfinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin. (Francis, 1985). Terdapat lima jenis gula yang ditemui pada molekul antosianin, yaitu glukosa, rhamosa, galaktosa, xilosa dan arbinosa. Molekul lain yang terdapat/melekat pada inti kation flavium adalah p-coumaric, ferulik, kafeik, malonik, vanilik, atau asam asetat. Satu atau lebih molekul tersebut dapat teresterifikasi pada molekul gulanya (Francis, 1985).

  Antosianin adalah kelompok pigmen yang berwarna merah, yang tersebar luas pada tanaman. Terdapat beraneka ragam bunga, daun dan buah yang memilliki warna yang menarik, disebabkan adanya pigmen ini di dalam selnya.

Gambar 2.1 stuktur molekul antosianin

  Antosianin memiliki rumus struktur sebagai berikut :

  0,6 mg Niasin (vitamin B3) 0,5 mg

2.3 Metode Ekstraksi

   Prosedur Penelitian Berat Rendemen

  3.3.1 Persiapan Bahan Baku Berat Rendemen = berat sebelum ekstraksi –

  Kelopak bunga rosela yang telah dicuci bersih berat setelah ekstraksi dipisahklan berdasarkan kondisi dan perlakuan yang

  3.4.2 Penentuan (% yield) Antosianin

  akan dilakukan pada kelopak bunga rosela. Timbang berat kelopak bunga rosella menjadi 15 gr, 20 gr dan 25 % yield = berat setelah ekstraksi – berat stelah gr berdasarkan kondisi dan perlakuan yang dilakukan ekstraksi / berat stelah ekstraksi pada kelopak bunga rosella dan dibungkus dengan kertas saring.

  3.4.3 Uji Identifikasi Antosianin

  3.3.2 Persiapan Pelarut

  Hasil ekstraksi yang diperoleh diambil Pelarut yang digunakan adalah aquadest dan etanol sebanyak 7 ml, tambahkan 2 tetes NaOH 10%

  (96%) dengan volume yang sama yaitu 200 ml. sehingga terjadi perubahan warna menjadi coklat,

  Aquadest dan etanol merupakan pelarut organik yang dan kemudian tambahkan HCl pekat sebanyak 2 bersifat tidak bersifat beracun sehingga aman tetes sehingga warnanya kembali merah. digunakan sebagai pelarut bahan pangan.

  3.4.4 Penentuan Daya Absorbansi Antosianin

  3.3.3 Tahap Ekstraksi

  Siapkan blanko antosianin (reagen antosianin Pada tahap ini, ekstraksi dilakukan didalam alat

  • aquadest), kemudian siapkan sample hasil sokhlet. Kelopak bunga rosella yang telah dibedakan ekstraksi yang telah diencerkan sebanyak 50 kali berdasarkan variable kondisi, perlakuan dan berat dari pengenceran. Ukur absorbansi dengan sampel dibungkus dengan menggunakan kertas saring menggunakan alat Spectronic dengan panjang dan diekstraksi selama 4 jam dengan pelarut aquadest gelombang 450, 500, 550 dan 600 nm dan etanol (96%)

  3.3.4 Sentrifuse

  Hasil ekstraksi yang didapatkan merupakan ekstrak yang belum murni karena masih bercampur dengan pelarut (aquadest dan etanol) dan partikel-partikel kecil oleh karena itu dilakukan sentrifuse. Sentrifuse bertujuan untuk memisahkan partikel-partikel padat yang berukuran kecil yang terikut dalam hasil ekstraksi sehingga partikel-partikel tersebut mengendap didasar tabung. Sentrifuse dilakukan selama kurang lebih 5 menit dengan kecepatan 6000 rpm.

  3.3.5 Penyaringan Filtrat

  Penyaringan hasil ekstraksi dilakukan setelah ekstrak disentrifuse, penyaringan dirangkai dengan pompa vakum dan kertas saring sebagai penyaring padatan yang sangat kecil. Ambil sample yang lolos dari kertas saring, lalu didapat filtrat pigmen.

  3.3.6 Evaporasi

  Evaporasi dilakukan berdasarkan titik didih pelarut pada aquadest dengan temperatur 100 C dan etanol dengan temperatur 80

  C. Evaporasi bertujuan untuk menguapkan dan mengambil pelarut yang masih bercampur dengan antosianin sehingga larutan menjadi pekat.

3.4 Proses Analisa

4.1 Hasil Ekstraksi Antosianin Uji Identifikasi Antosianin

  Antosianin Aquad est

  Antosianin+NaOH0,1M Antosianin+NaOH0,1 M

  20 gr 7,598 25 gr 8,097 Kering

  20 gr 4,102 25 gr 4,975 Gerus 15 gr 5,498

  Basah Langsung 15 gr 3,493

  Pelarut Kondisi

  Sampel Perlakuan Sampel

  Berat Sampel

  (gr) % Yield

  • HCl Pekat

  Hasil ekstraksi menggunakan pelarut aquadest menghasilkan antosianin yang tidak optimal dibandingkan dengan menggunakan pelarut etanol yang bersifat polar sehingga sangat baik digunakan dalam proses ekstraksi antosianin. Pelarut etanol pada ekstraksi ini akan

  N o Kode Sampel %Yield (nm)

  3,906 3,574 3,362 2,839

  2,301 2,098 1,709 1,526

  450 500 550 600

  3 Kondisi kering oven Perlakuan sampel gerus Berat sampel 25 gr Pelarut etanol 74,970

  3,541 3,067 2,493 1,301

  1,982 1,817 1,495 1.053

  450 500 550 600

  2 Kondisi kering oven Perlakuan sampel langsung Berat sampel 25 gr Pelarut etanol 69,113

  2,549 2,116 0,785

  1,340 1,815 0,327 2,763

  42,475 450 599 550 600 1,310

  1 Kondisi kering Perlakuan sampel gerus Berat sampel 25 gr Pelarut aquadest

  Absorba nsi Konse ntrasi

  20 gr 73,075 25 gr 74,970

  Proses penelitian ini menggunakan metode ekstraksi dengan beberapa variabel yakni kondisi sampel (basah, kering dan kering oven), perlakuan sampel (langsung dan digerus), dan berat sampel (15 gr, 20 gr dan 25 gr) dari kelopak bunga rosela. Proses ekstraksi terjadi didalam sokhlet dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan (solubilitas) dari kelopak bunga rosela terhadap pelarut aquadest dan etanol.

  20 gr 68,397 25 gr 69,113 Gerus 15 gr 71,642

  Oven Langsung 15 gr 67,653

  20 gr 58,301 25 gr 60,184 Kering

  20 gr 53,912 25 gr 55,205 Gerus 15 gr 56,719

  Kering Langsung 15 gr 52,573

  4.3 Penentuan Daya Absorbansi Antosianin

  Langsung 15 gr 6,106 20 gr 7,515 25 gr 7,841

  Etanol Basah

  Gerus 15 gr 53,157 20 gr 53,981 25 gr 55,385

  Langsung 15 gr 48,246 20 gr 49,274 25 gr 51,278

  Kering Oven

  Gerus 15 gr 40,079 20 gr 41,742 25 gr 42,745

  Langsung 15 gr 37,480 20 gr 38,031 25 gr 38,996

  4.3.1 Pembahasan

  Gerus 15 gr 8,037 20 gr 9,473 25 gr 10,589 dilihat dari % antosianin dan berat rendemen yang dihasilkan. Untuk menghilangkan pelarut yang masih tersisa pada sampel maka dilakukan evaporasi. Evaporasi dilakukan diatas titik didih pelarut agar pelarut dapat dipisahkan dari sampel. Hasil antosianin yang diperoleh dengan pelarut etanol memiliki aroma asam kelopak bunga rosela yang lebih menyengat dibandingkan dengan mengunkan aquadest.

  Penelitian mengenai pengaruh pelarut yang dilakukan untuk membandingkan pengaruh pelarut terbaik untuk menghasilkan % yield antosianin yang terbaik dari kelopak bunga rosela dengan kondisi sampel basah, kering, dan kering oven pada perlakuan langsung dan gerus serta dengan membandingkan kondisi berat 15 gr, 20 gr dan 25 gr. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi adalah aquadest dan etanol dengan volume yang sama yaitu 200ml. Proses ekstraksi dilakukan selama 4 jam. untuk memperoleh antosianin yang optimal akan tetapi apabila lebih dari 4 jam akan merusak warna antosianin yang dihasilkan menjadi berwarna coklat hitam (gosong).

  10

4.3.2 Mengetahui Pengaruh Pelarut Terhadap % Yield Antosianin pada Kondisi dan Perlakuan Sampel

  30 Berat Sampel (gr) % Y iel d A n to si ani n Basah, Perlakuan Langsung Basah, Perlakuan Gerus Kering, Langsung Kering, Gerus Kering Oven, Langsung Kering Oven, Gerus

  20

  10

  80

  70

  60

  50

  40

  30

  20

  20

Gambar 4.2 % Yield Ekstraksi dengan Pelarut Aquadest menggunakan pelarut etanol akan menyisahkan bau etanol yang menyengat pada sampel antosianin hal ini disebabkan adanya etanol yang masih terkandung didalam sampel antosianin sehingga perlu dilakukan proses evaporasi. Setelah dilakukan proses evaporasi dengan menggunakan evaporator kurang lebih selama 15 menit pada temperatur 80oC bau etanol tersebut hilang sehingga dihasilkan bau asam khas antosianin dari kelopak bunga rosella serta sampel yang lebih pekat.

  10

  60

  50

  40

  30

  20

  10

  Sementara itu berdasarkan sifat fisik sampel antosianin terlihat bahwa antosianin yang dihasilkan dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan warna yang lebih cerah dan menarik dibandingkan dengan menggunakan pelarut aquadest yang cederung menghasilkan warna yang tidak begitu cerah. Hal ini disebabkan oleh karena pelarut etanol sangat baik digunakan sebagai pelarut antosianin, selain menghasilkan warna yang cerah juga disebabkan oleh karena etanol bersifat polar dan tidak beracun sehingga aman digunakan sebagai pelarut pada bahan pangan.

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin yang terbaik hal dapat dilihat dengan dari kedua gambar grafik 4.1 dan 4.2 terdapat perbedaan yang cukup besar, baik pada kondisi basah, kering dan kering oven dengan perlakuan langsung dan gerus serta dengan berat 15 gr, 20 gr dan 25 gr.

  Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kondisi basah dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin yang cukup besar yaitu 6,106 % yield antosianin dengan perlakuan langsung dan berat 15 gr sementara pada perlakuan gerus menghasilkan antosianin sebesar 8,037% yield antosianin. Hal ini sangat berbeda dengan hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut aquadest pada kondisi basah dengan perlakuan langsung dan 15 gr dihasilkan 3,493% yield antosianin dan pada kondisi basah dengan perlakuan langsung dan berat 15 gr menghasilkan 5,498% yield antosianin.

Gambar 4.3 % Yield antosianin dengan Pelarut Etanol

30 Berat Sampel (gr) % Y iel d A n to si an in Basah, Perlakuan Langsung Basah, Perlakuan Gerus Kering, Langsung Kering, Gerus Kering Oven, Langsung Kering Oven, Gerus

  Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa % yield antosianin yang didapatkan pada ekstraksi dengan menggunakan pelarut aquadest pada kondisi kering oven gerus dengan berat sampel 25 gr menghasilkan % yield antosianin yang terbaik yaitu sebesar 55,385%. Hal ini dikarenakan semakin kecil ukuran sampel semakin besar luas kontak area permukaan dengan pelarut sehingga menghasilkan antosianin yang terbaik dibandingkan dengan kondisi basah dan kering dengan perlakuan langsung.

4.3.3 Mengetahui Pengaruh Perlakuan Sampel Terhadap % Yield Antosianin pada Jenis Pelarut, Kondisi , dan Berat Sampel

30 Berat Sampel (gr) % Y ield A n to sian in Pelarut Etanol, Kondisi Basah Pelarut Aquadest, Kondisi Basah Pelarut Etanol, Kondisi Kering Pelarut Aquadest, Kondisi Kering Pelarut Etanol, Kondisi Kering Oven Pelarut Aquadest, Kondisi Kering Oven

  450 500 550 600

  20

  10

  80

  70

  60

  50

  40

  30

  20

  10

  3,906 3,574 3,362 2,839

  2,301 2,098 1,709 1,526

Gambar 4.4 Pengaruh Perlakuan Sampel Terhadap % Yield Antosianin

  Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin yang lebih besar hal ini dapat dilihat pada perbedaan % yield antosianin yang dihasilkan dari kedua pelarut yang digunakan yaitu pelarut aquadest dan pelarut etanol. Pada kondisi kering oven, dengan perlakuan langsung dan berat sampel 25 gr dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin sebesar 69,113 dibandingkan dengan menggunakan pelarut aquadest menghasilkan % yield antosianin sebesar 51,278 %.

  3,541 3,067 2,493 1,301

  1,982 1,817 1,495 1.053

  450 500 550 600

  2 Kondisi kering oven Perlakuan sampel langsung Berat sampel 25 gr Pelarut etanol 69,113

  2,763 2,549 2,116 0,785

  1,310 1,340 1,815 0,327

  450 599 550 600

  1 Kondisi kering Perlakuan sampel

gerus

Berat sampel 25 gr Pelarut aquadest 42,475

   (nm) Absorban si Konsentrasi

Tabel 4.2 Identifikasi Analisa Absorbansi Antosianin No Kode Sampel %Yiel d

  4.3.4 Mengetahui Pengaruh % Yield Antosianin Terhadap Absorbansi Antosianin

  Faktor lainnya yang sangat berperan penting dalam menghasilkan % yield antosianin yang optimal adalah berat dari sampel kelopak bunga rosella, semakin berat sampel maka akan semakin besar pula % yield antosianin yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari gambar bahwa pada berat sampel 25 gr menghasilkan % antosianin yang terbaik pada kondisi basah, kering dan kering oven serta pada perlakuan langsung dan gerus.

  Kondisi sampel sangat berpengaruh dalam menghasilkan % yield antosianin yang terbaik, semakin rendah kandungan air maka proses ekstraksi semakin baik. Selain itu, perlakuan sampel sangat berperan dalam menghasilkan % yield antosianin yang terjadi pada proses ekstraksi, semakin kecil permukaan sampel akan menghasilkan antosianin yang terbaik. Hal ini dapat dilihat pada gambar bahwa kondisi kering oven dan perlakuan gerus menghasilkan % yield antosianin terbesar dibandingkan dengan kondisi basah, kering dengan perlakuan langsung.

  Sementara pada kondisi kering oven, dengan perlakuan gerus dan berat sampel 25 gr dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yiled antosianin paling terbaik sebesar 74,970% dibandingkan dengan pelarut aquadest dengan kondisi, perlakuan dan berat yang sama menghasilkan % yield antosianin sebesar 55,385. Sehingga kondisi, perlakuan dan berat terbaik terjadi pada kondisi kering oven dengan perlakuan gerus dan berat 25 gr, hal ini kondisi kering oven yang disebbkan pengeringan denegn menggunakan oven lebih baik dan optimal bila dibandingkan dengan kondisi basah dan kering sehingga proses ekstraksi dapat berlangsung secara sempurna tanpa berkurangnya konsentrasi pelarut yang diakibatkan secara tidak langsung air yang bercampur dengan pelarut pada proses ekstraksi.

  3 Kondisi kering oven Perlakuan sampel

gerus

Berat sampel 25 gr Pelarut etanol 74,970

  ni a n 50 60 70

  80

  mengetahui seberapa besar kemampuan sampel Berdasarkan hasil penelitian yang lakukan antosianin yang dihasilkan dari kelopak bunga rosella dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : untuk menyerap panjang gelombang sehingga sampel

  1. Pelarut terbaik untuk ekstraksi antosianin dari antosianin dapat digunakan sebagai pewarna bahan kelopak bunga rosela adalah dengan pelarut pangan.dan dapat bercampur dengan senyawa lain etanol (96%). teruitama air, Absorbansi merupakan kadar kepekatan 2. atau intensitas warna suatu larutan. Kondisi terbaik untuk ekstakrsi antosianin dari kelopak bunga rosela adalah kondisi

  Pada analisa ini dilakukan dengan sampel kering oven. antosianin yang terlebih dahulu dipekat dengan proses 3.

  Perlakuan terbaik dalam ekstrksi antosianin evaporasi untuk memisahkan pelarut yang masih tersisa dari kelopak bunga rosela adalah perlakuan pada sampel antosianin. Analisa dilakukan dengan gerus untuk memperluas area permukaan perbandingan air dan sampel antosianin 1 : 50 , dimana kontak terhadap pelarut sehingga terjadi sampel antosianin sebesar 1 ml dilarutkan kedalam 50 proses ekstraksi antosianin yang optimal. ml. Hasil perncampuran menunjukkan bahwa 4.

  Berat terbaik dalam ekstraksi antosianin dari kandungan antosianin rosella sangat baik sebagai kelopak bunga rosela adalah dengan berat 25 pewarna bahan pangan. gr.

  Kering, gerus,

  2.5 VI. DAFTAR PUSTAKA 25 gr,

  2 si Aquadest an

  1.5 Maryani Herti, Kristiana Lusi., “Kasiat dan rb Kering oven, Manfaat Rosela”, Jakarta : Agro Media,

  1 langsung, 25 so 2008 dari www.agromedia.net. b gr, etanol A

  0.5 H. faraji M., H. Tarkhani A.,”The effect of Sour Tea (Hibiscus sabdariffa on Essential Kering oven, gerus, 25 gr, Hypertension”,Ethnopharmacol dari

  400 500 600 700 etanol http://www.ncbi.nlm.nih.gov. Panjang Gelombang

  Syamsul hidayat, Sri Sugati, dan Johny Rai

  (nm)

  Hutapea, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Jakarta : Departemen

Gambar 4.5 Perbandingan Panjang Gelombang

  Kesehatan RI, Badan Penelitian dan

   Terhadap Absorbansi

  Pengembangan Kesehatan, 1991 dari Pada kode sampel 1 dan kode sampel 3 http://www.hibiscus.org. pengaruh pelarut yang digunakan serta perlakuan sangat Amanda & Prima. 2008.”Khasiat Teh berperan penting dalam menghasilkan % yield Rosella”. http://Amandaprima.Blogsome/20 antosianin. Hal ini dapat kita lihat bahwa pada sampel 1 08 / 10 / 02 / khasiat – teh – rosella /. dengan % yield sebesar 42,475% dengan panjang [Diakses tanggal 4 Mei 2009].

  Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat gelombang 600 nm menghasilkan absorbansi 0,327 sedangkan pada kode sampel 3 dengan % yield Indonesia . Ungaran : Trubus griwidya. antosianin sebesar 74,970 pada panjang gelombang 600 Stephens, James M., “Roselle-Hibiscus nm menghasilkan absorbansi 1,526. Sehingga dapat sabdariffa L”, dari disimpulkan bahwa semakin besar %yield antosianin http://edis.ifras.ufl.edu/MV126 maka semakin besar daya absorbansi terhadap larutan. Treyball,R.E. “Mass Transfer Operation”, Third

  Edition,Mc graw Hill Book Company,Singapore,1981

  Else Silviani, Erliandi.2004.,”Ekstraksi Pigmen

  Antosianin dari Kulit Buah Rambutan” .Palembang. Unsri.