PENGARUH SIKAP KEAGAMAAN TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DI MAN KEMBANGSAWIT KEBONSARI MADIUN

PENGARUH SIKAP KEAGAMAAN TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DI MAN KEMBANGSAWIT KEBONSARI MADIUN

  

Oleh :Choiru Umatin

Abstrak

  Islam mengajarkan bahwa manusia merupakan khalifah Allah di muka bumi yang mengemban tanggungjawab sosial yang besar. Realisasi keagamaan seseorang terpancar berdasarkan sikap keagamaan seseorang. Sikap keagamaan diperlihatkan seseorang dalam menyikapi kehidupan sosial mereka, baik dalam interaksi dengan orang lain maupun dalam menempatkan dirinya di lingkungan masyarakatnya. Hal itu menunjukkan bahwa sikap keagamaan yang ditunjukkan seseorang akan berpengaruh terhadap perkembangan sosialnya.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap keagamaan terhadap perkembangan sosial siswa kelas XII MAN Kembang sawit, Kebonsari, Madiun.yang mana hasil dapat diketahui dengan mengetahui varibael x terlebih dahulu yakni sikap keagamaan dan variabel Y yakni perkembangan sosial terlebih dahulu.

  Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi penelitiannya adalah siswa kelas XII MAN Kembangsawit yang berjumlah 181 siswa. Sampelnya berjumlah 123. Pengambilan jumlah sampelmenggunakan bantuan tabel Krechji. Teknik samplingnya adalah random sampling. Pengumpulan data dengan angket dan dokumentasi. Analisa data menggunakan rumus regresi linier sederhana .

  Berdasarkan hasil penelitian terdapat 63,41% siswa kelas XII di MAN Kembangsawit memiliki sikap keagamaan tergolong cukup; 71.54% siswa kelas XII di MAN Kembangsawit memiliki Perkembangan sosial tergolong cukup dan 31, 0073% terdapat pengaruh antara sikap keagamaan terhadap perkembangan sosial siswa kelas XII di MAN Kembangsawit, Kebonsari, Madiun.

  Kata Kunci : Pengaruh, Sikap Keagamaan, Perkembangan sosial.

A. Pendahuluan

  Dewasa ini, kita semua menerima pendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia tidaklah lepas dari hubungan satu dengan hubungan yang lain. Ia selalu menyesuaikan diri dengan lingkunganya sehingga kepribadiannya, kecakapan-kecakapannya, ciri-ciri kegiatannya baru menjadi kepribadian individu yang sebenar-benarnya.

  Seperti halnya remaja (peserta didik) juga memiliki dimensi kebutuhan berinteraksi secara sosial dengan masyarakat lingkunganya. Sesuai dengan pengertian interaksi sosial sendiri yang dikemukakan oleh H. Bonner, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih bahwa kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan

  1

  individu yang lain atau sebaliknya . Dalam interaksi ini, tidak selalu berjalan lancar karena dalam interaksi sosial ini, mengandung kenyataan sosial yang tidak sesuai dengan individu masing-masing sehingga perlu adanya proses penyesuaian

  2 diri dengan lingkungan .

  Penyesuaian diri seseorang sendiri dengan lingkunganya memiliki dua jalan yakni autoplastis dan aloplastis. Autoplastis sendiri memiliki makna, yaitu penyesuaian diri kita secara aktif, yakni kita mempengaruhi lingkungan sehingga lingkungan kita bentuk sendiri agar sesuai dengan keinginan kita. Selanjutnya,

  aloplastis memiliki makna pasif bahwa manusia dipengaruhi lingkungan. Seperti

  halnya interaksi sosial yang mengandung kenyataan sosial yang memerlukan penyesuaian diri, baik secara autoplastis dan aloplastis. Dalam menyesuaikan diri ini, seorang remaja (peserta didik) juga harus memiliki kematangan karena dalam kenyataan sosial terkadang tidak sesuai dengan dirinya. Dalam hal ini, seorang remaja (peserta didik) memerlukakan kematangan perkembangan sosial. Agar remaja bisa memposisikan dirinya dan tidak dikucilkan dalam kehidupan sosial mereka.

  Menurut Syamsu Yusuf, perkembangan sosial merupakan proses pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling

  3

  berkomunikasi dan kerja sama . Dengan demikian, remaja sebagai bunga dan 1 2 Abu ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta : Rieneka Cipta, 1999), 54. 3 Ibid., 77.

  Pudji Asri, Perkembangan Sosial ABK, harapan bangsa serta pemimpin di masa depan sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti ia mempunyai penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat. Agar kontak sosial mereka semakin luas sesuai dengan tujuan perkembangan sosial remaja tanpa adanya konflik yang berarti.

  Salah satu contoh seorang siswa yang memiliki kematangan perkembangan sosial adalah seorang siswa tersebut adalah dapat mengontrol impuls-impuls agresif. Melalui interaksi dengan teman sebaya, remaja belajar bagaimana memecahkan pertentangan-pertentangan dengan cara-cara lain selain

  4

  dengan tindakan agresi langsung . Meskipun demikian, dapat dilihat di media massa dan mungkin di lingkungan sekitar kita, seorang siswa Sekolah Menengah Atas menyelesaikan suatu masalah dengan tindakan agresi. Mulai dari perkataan hingga perbuatan seperti tawuran. Pelaku tawuran tersebut semuanya juga

  5

  beragama Islam seperti kasus STAI Bau-bau, Sulawesi Tenggara . Padahal, jika dilihat seharusnya mereka sudah memiliki perkembangan sosial yang matang sejak lulus SMA karena perkembangan sosial pada anak semakin berkembang sampai ia dewasa. Perkembangan sosial itu sangat pesat ketika anak menginjak usia 16-18 tahun dan anak telah memasuki sekolah menengah atas.

  Walaupun begitu, tidak semua siswa menyelesaikan masalah-masalah sosial mereka dengan perilaku agresi. Sebagian dari mereka juga memiliki sikap yang lebih positif terhadap perilaku-perilaku agresi. Karena itu banyak dari mereka yang memilih menyikapi masalah dalam kehidupan sosial mereka tidak hanya dengan perilaku agresi. Dengan demikian, mereka dikategorikan seorang remaja yang memiliki kematangan perkembangan sosial karena dapat mengontrol implus-implus agresif mereka.

  Seperti halnya perbedaan kematangan perkembangan sosial remaja sebagai seorang muslim, remaja juga memiliki sikap keagamaan yang berbeda,

   diakses pada tanggal 20 Februari 2012. 4 5 Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 211.

  Redaksi, Tawuran sesama mahasiswa islam kembali pecah, www. hminews.com/news/ Seharusnya, mereka memiliki sikap yang sama karena berpedoman pada sumber agama, yakni agama Islam yang sudah mengandung nilai-nilai sosial yang sudah

  6 mengatur bagaimana cara berinteraksi sosial bermuatan kebaikan .

  Sikap keagamaan itu sendiri adalah suatu kondisi diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap

  7

  agama . Salah satu tingkah laku itu diperlihatkan dalam menyikapi kehidupan sosial mereka. Hal itu menunjukkan bahwa sikap keagamaan yang ditunjukan seseorang akan berpengaruh terhadap perkembangan sosialnya. Seseorang yang sikap keagamaannya baik akan mengimplementasikan hal itu dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam kehidupan individu maupun sosialnya.

  Seperti halnya yang tercantum dalam al-Q ur’an surat Al-ankabut ayat 45 yang berbunyi :             

              Artinya :

  “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab

  

(Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah

(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan

  8 Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan .

  ” Dengan demikian, seseorang yang memiliki sikap keagamaan, yakni mengerjakan sholat akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar, yang salah satu tercipta saat interaksi sosial mereka. Begitupun remaja, jika memiliki sikap keagamaan yang baik, mereka tidak akan melakukan tindakan-tindakan agresi 6 7 Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 240.

  Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 225. karena sudah dilarang oleh agama Islam yang dijelaskan dalam al-Q ur’an. Selain

  9 itu, sifat agresi dengan alasan dunia tidak diajarkan oleh Rosullulah saw .

  Paparan di atas menunjukkan bahwa seorang remaja dalam perkembangan sosialnya tidak selalu mengalami kematangan tepat pada waktunya. Dalam beragama, remaja juga memiliki sikap keagamaan yang berbeda pula. Sikap keagamaan ini mengandung nilai bagaimana bersikap dalam kehidupan sosialnya. Karena itu, untuk mengetahui adakah pengaruh antara sikap keagamaan remaja terhadap perkembangan sosialnya, penulis mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Sikap Keagamaan terhadap Perkembangan Sosial Siswa Madrasah Aliyah Negeri Kembangsawit, Kebonsari, Madiun ”.

  Penulis mengambil objek penelitian di Madrasah Aliyah Negeri Kembangsawit, Kebonsari, Madiun dengan alasan: 1) Madrasah Aliyah Negeri Kembangsawit, Kebonsari, Madiun adalah lembaga pendidikan yang maju dan memiliki catatan yang baik dalam penanaman sikap keagamaan ; 2) Hasil wawancara singkat, penulis mendapat data bahwa pada siswa di Madrasah Aliyah Negeri Kembangsawit, Kebonsari, Madiun siswanya tidak pernah tercatat berurusan dengan kekerasan.

B. Metode Penelitian

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu sehingga hasil dari penelitian ini dapat digeneralisasikan. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang

  10 telah ditetapkan . 9 Yadi Purwanto dan Racmat Mulyono, Psikologi Marah (Bandung : Refika Aditama, 2006), vi-vii. 10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfa Beta,

  Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yakni satu variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen adalah variabel yang

  11

  mempengaruhi yang dalam penelitian ini dirumuskan dengan X, yakni sikap

  12

  keagamaan siswa sedangkan variabel dependen, yakni variabel akibat yang dalam penelitian ini dirumuskan dengan Y adalah perkembangan sosial siswa.

  Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh siswa kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Kembangsawit, Kebonsari, Madiun. Jumlah keseluruhan populasi adalah 181 siswa yang dibagi menjadi 6 kelas setiap kelas terdiri atas ± 31 siswa. Selanjutnya, sampel dalam penelitian ini adalah beberapa siswa kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Kembangsawit, Kebonsari, Madiun Tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 123.

  Jumlah sampel yang akan diambil berdasarkan tabel Krecjie sehingga tidak perlu perhitungan yang rumit. Krecjie dalam melakukan penghitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu

  13

  mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi . Jadi, jumlah yang diambil

  14 adalah jika populasi (N) 181, jumlah sampelnya (S) adalah 123 .

  Adapun untuk menentukan jumlah sampel perkelas, yakni dengan cara 123 dibagi menjadi 6 kelas sehingga setiap kelas diambil ± 20 dan/atau 21 anak perkelas. Selanjutnya, untuk menentukan 20 dan/atau 21 anak digunakan cara undian dengan memasukan nomer absen yang mewakili nama-nama semua anggota kelas dan diambil menjadi sampel dengan perhitungan setiap 1 sampel mewakili 30 anak. Sehingga setiap anak dalam satu kelas memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel.

  Pertama membuat potongan kertas sejumlah siswa dikelas dengan diberi nomer absen siswa. Selanjutnya, memasukkan potongan-potongan kertas itu 11 12 Ibid., 162. 13 Ibid., 162.

  Ibid., 62. kedalam kotak undian untuk diundi. Jika keluar 1 nomer maka dianggap sah dan jika keluar 2 nomer atau lebih, dimasukan lagi dalam kotak undian karena tidak sah. Selanjutnya, setiap nomor yang keluar dari kotak undian yang dinyatakan sah dicatat dan dimasukkan lagi dalam kotak undian agar perhitungan 1 sampel mewakili 30 anak terlaksana. Jika yang keluar adalah nomor yang sama, akan dilakukan pengulangan karena dianggap tidak sah. Sebab, setiap 1 sampel mewakili 30 siswa.

  Prosedur penyebaran angket tidak langsung dilakukan oleh penulis melainkan, dilakukan oleh guru BP atas saran sekolah yang bersangkutan. Angket yang disebarkan terlebih dahulu diberi kode nomor absen siswa setiap kelas berdasarkan nomer undian yang dilakukan.

C. Hasil dan Pembahasan

  1. Sikap keagamaan siswa MAN Kembangsawit, Kebonsari, Madiun, Kebonsari, Madiun

  Dari penghitungan dapat diketahui bahwa yang menyatakan sikap keagamaan siswa MAN Kembangsawit, Kebonsari, Madiun dalam kategori baik dengan frekuensi sebanyak 15 responden (12,19%), dalam kategori cukup dengan frekuensi sebanyak 78 responden (63,41%), dan dalam kategori kurang dengan frekuensi sebanyak 30 responden (21,39%). Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa sikap keagamaan siswa MAN Kembangsawit, Kebonsari, Madiun adalah cukup karena dinyatakan dalam kategorisasi menujukkan prosentasenya 63,41%.

  Berdasarkan teori Ibn Taimiyah yang mengatakan bahwa ibadah mencangkup semua aktivitas yang dilakukan manusia yang disenangi Allah dan meridhoinya, baik yang berupa perkataan, maupun perbuatan, baik yang bersifat lahiriah, maupun yang bersifat batiniyah. Yang oleh karena itu, di samping sholat, puasa, zakat, dan haji, juga berbakti kepada kedua orang tua, tetangga, bahkan berbuat baik kepada binatang, makan, minum dan

  

15

  sebagainya adalah bagian dari ibadah dilakukan siswa MAN Kembangsawit, Kebonsari, Madiun dengan cukup baik.

  Hal ini menunjukan bahwa siswa dengan cukup baik dalam mengerjakan sholat lima waktu tepat pada waktunya, mengerjakan sholat secara khusuk, mengerjakan sholat wajib dengan berjamaah, melaksanakan puasa sunah lainya, ikut barpartisipasi menjadi amil zakat, mengeluarkan sedekah kepada orang lain, mengerjakan apa yang diperintahkan orang tua masing-masing siswa, ikut berpartisipasi jika tetangga memiliki hajat, memperhatikan jika guru menerangkan, memberikan oleh-oleh untuk tetangga/ berbagi dengan tetangga.

  Sikap keagamaan yang ada pada diri seorang anak didik bisa melekat dengan sendirinya. Untuk menanamkan sikap keagamaan kepada anak diperlukan proses. Dalam hal ini, orang tua memegang peran penting dalam pembentukan sikap keagamaan. Sikap keagamaan tersebut dapat dibentuk melalui pembiasaan dan pembinaan secara teratur kepada anak terutama pada usia dini.

  2. Perkembangan sosial siswa MAN Kembangsawit, Kebonsari, Madiun, Kebonsari, Madiun

  Dari perhitungan dapat diketahui bahwa yang menyatakan perkembangan sosial siswa MAN Kembangsawit, Kebonsari, Madiun dalam kategori baik dengan frekuensi sebanyak 24 responden (19.51%), dalam kategori cukup dengan frekuensi sebanyak 88 responden (71.54%), dan dalam kategori kurang dengan frekuensi sebanyak 11 responden (8.94%). Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan sosial siswa MAN Kembangsawit, Kebonsari, Madiun adalah cukup karena dinyatakan dalam kategorisasi menujukkan prosentasenya 71.54%.

  Sehingga, siswa MAN Kembangsawit, Kebonsari, Madiun cendrung cukup baik perkembangan sosialnya, artinya, siswa berkembang menurut umurnya yakni sesuai dengan usia perkembangan remaja, seperti sanggup mendeskripsikan cita-cita setelah lulus SMA, menjaga perasaan orang lain saat bicara, menjadi pribadi yang mandiri, mempertahankan pendapat dengan cara yang sopan, memilih gaya pakaian sendiri, bertanya jika belum paham pelajaran, mau minta maaf jika memang bersalah, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di rumah, menyelesaikan masalah dengan dengan musyawarah, menyatakan ketidaksukaan terhadap teman secara langsung dengan sopan, ikut menjenguk teman yang sakit, mampu membantu orang lain walaupun sedang kesulitan, mengerjakan tugas kelompok tanpa pilih-pilih teman, merasa percaya diri saat dengan orang lain.

  3. Pengaruh sikap keagamaan terhadap perkembangan sosial siswa MAN Kembangsawit, Kebonsari, Madiun, Kebonsari, Madiun

  Berdasarkan dari hasil analisis data di atas dengan penghitungan statistik dikemukakan bahwa F hitung > F tabel maka tolak H 0, artinya variabel (x) yaitu sikap keagamaan berpengaruh terhadap variabel (y), yaitu perkembangan sosial. Selanjutnya, penghitungan sebelumnya juga didapatkan persamaan/ model regresi linier sederhananya, yaitu 28,38017 + 0,797777 . Dari model tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan sosial seorang siswa akan berkembang lebih baik apabila sikap keagamaanya ditingkatkan dan sebaliknya.

  Sehingga, sikap keagamaan diperlihatkan seseorang dalam menyikapi kehidupan sosial mereka, baik dalam interaksi dengan orang lain maupun dalam menempatkan dirinya di lingkungan masyarakatnya. Hal itu menunjukkan bahwa sikap keagamaan yang ditunjukkan seseorang akan berpengaruh terhadap perkembangan sosialnya karena dalam berinteraksi dan penyesuaian diri seseorang memerlukan kematangan perkembangan sosial. Seseorang yang sikap keagamaanya baik akan mengimplementasikan hal itu dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam kehidupan individu maupun sosialnya. Jika diimplementasikan secara baik dan tidak adanya konflik yang berarti dalam interaksi, orang tersebut dikatakan perkembangan sosialnya baik.

  2 Selanjutnya, berdasarkan penghitungan koefisien determinasi (R )

  didapatkan nilai sebesar, yaitu 31,0073%, artinya variabilitas/ keragaman faktor sikap keagamaan (x) berpengaruh sebesar 31,0073% terhadap pesatnya perkembangan sosial (y) dan 68,99272% sisanya dipengaruhi faktor lain yang tidak masuk dalam model. Ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa agama yang tercermin dalam sikap keagamaan seseorang akan mempengaruhi segala bidang kehidupan termasuk perkembangan sosial yang dituntut untuk berkembang secara pesat pada fase remaja agar menjadi bekal kehidupan sosialnya kelak.

  Dengan demikian, meskipun semua orang muslim termasuk remaja muslim seharusnya memiliki sikap yang sama karena berpedoman pada sumber agama yang sama yakni agama Islam yang sudah mengandung nilai- nilai sosial. Di dalamnya mengatur cara berinteraksi sosial bermuatan nilai-

  16

  nilai kebaikan mempengaruhi secara langsung namun bukan faktor satu- satunya, masih banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial seorang siswa, termasuk salah satunya adalah pola asuh orang tua.

D. Penutup

  Berdasarkan hasil dan Pembahasan tersebut dapat disimpulkan yaitu: (1) terdapat 63,41% siswa kelas XII di MAN Kembangsawit memiliki sikap keagamaan tergolong cukup; (2) terdapat 71.54% siswa kelas XII di MAN Kembangsawit memiliki perkembangan sosial tergolong cukup dan (3) terdapat pengaruh antara sikap keagamaan terhadap perkembangan sosial siswa kelas XII di MAN Kembangsawit, Kebonsari, Madiun sebesar 31,0073%.

  

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta : Rieneka cipta,1999.

  • & Munawar sholeh. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rieneka Cipta, 2005.

  Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara, 2009. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rieneka Cipta, 2010.

  ,

  Purwakani, Aliyah B. Psikologi Perkembangan Islam. Jakarta: Raja grafindo Persada 2006. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press. 2007. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta, 2007. Sukmadinata, Nana Syaodi. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda Karya, 2010.

  Uno, Hamzah B. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara, 2008. Widyaningrum, Retno. Statistik Edisi Revisi. Ponororgo: STAIN Po Press, 2009 Winarsunu, Tulus. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press, 2002. Wulansari, Andhita Dessy. Statistik Parametrik : Analisis Regresi Linier. Ponorogo : tp, ttp.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SH A R E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 2 BANDAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

0 0 9

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI STRATEGI INKUIRI PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BANDAR SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

0 0 12

PENGARUH EKSTRAK BUNGA KENANGA (Canangium odoratum) DAN BUNGA KAMBOJA KUNING (Plumeria acuminata) TERHADAP MORTALITAS NYAMUK RUMAH (Culex quenquiefasciatus) Ana Ulfia Hidayati1 , Suhirman2 , dan Dwi wahyudiati3

0 0 9

A. PENDAHULUAN - LAYANAN KONSELING KELOMPOK SEBAGAI PROSES PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS XI SMKN I PACITAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

0 2 13

PENGARUH JENIS SIRIH DAN VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans Diana Etika Rahma Utami1 , Lutvia Krismayanti2 , dan Yahdi3

0 0 15

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK BUZZ GROUP UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA SMA

0 0 11

IDENTIFIKASI FAUNA TANAH PADA AREAL PASCAPENAMBANGAN TANAH URUGAN SEBAGAI REKLAMASI LAHAN PERTANIAN DI DESA LENDANG NANGKA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Munawir Sazali

0 0 12

A. PENDAHULUAN - PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMKN I DONOROJO

0 0 11

IMPLEMENTASI MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI MATERI VIRUS PADA SISWA KELAS XA DI MA QUR’ANIYAH BATU KUTA NARMADA DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR TAHUN PELAJARAN 20152016 Fendi Hidayat1 , Suhirman2 , dan Adi Fadli3

0 0 9

PERAN KEGIATAN ISTIGATSAH DALAM MENINGKATKAN NILAI-NILAI KEIMANAN DI PONDOK PESANTREN TREMAS PACITAN

0 0 24