BLACK GARLIC PENCEGAH INFEKSI OPORTUNISTIK PADA PENDERITA AIDS (AQCUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME)

BLACK GARLIC PENCEGAH INFEKSI OPORTUNISTIK

  

IMMUNODEFICIENCY

SYNDROME)

ANISSAUL KARIMA

  1212010004

  

SUBJECT

  AIDS, Infeksi oportunistik, Black Garlic

  

DESCRIPTION

  Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menimbulkan gejala klinis penurunan sistem imunitas, hal ini menyebabkan penderita AIDS lebih rentan mengalami infeksi oportunistik. Tujuan dari studi literatur ini adalah untuk mengetahui manfaat dari black garlic dalam mencegah infeksi opportunistik pada penderita AIDS.

  Studi literatur ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran data dari berbagai pustaka yang berasal dari 1 buku, 17 jurnal, dan 3 artikel ilmiah tentang AIDS, infeksi oportunistik dan juga manfaat black garlic bagi kesehatan.

  Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan oleh Danan Wang, dkk pada tahun 2010 dengan judul

  “Black Garlic (allium sativum) Extracts Enhance

the Immune System” didapatkan hasil extrak black garlic dengan kandungan

  senyawa organosulfur berupa allicin jauh lebih tinggi daripada bawang putih segar biasa. Allicin merupakan senyawa aktif yang bersifat tidak stabil dan efektif membunuh mikroba, seperti kuman

  • – kuman penyebab infeksi (flu, gastroentritis, dan demam). Sehingga black garlic dapat menjadi alternatif obat pencegah infeksi oportunistik pada penderita AIDS.

  Dengan demikian, peneliti selanjutnya diharapkan adanya penelitian serta pengembangan mengenai black garlic pencegah infeksi oportunistik pada penderita AIDS dan masyarakat, rumah sakit serta petugas kesehatan dapat mengaplikasikan black garlic sebagai pencegah infeksi oportunistik terutama penderita AIDS.

  

ABSTRACT

  The infection of Human Immunodeficiency Virus (HIV) cause clinical symtoms descreasing the immune system, this lead to AIDS patient be more exposed to opportunistic infections. The aim of this literature study wasto determine the benefits of black garlic in preventing opportunistic infections in AIDS patients.

  This literature study was done by tracking data from a variety of references that come from one book, 17 journals and 3 scientific articles about AIDS, opportunistic infections and also the health benefits of black garlic.

  Based on the results of the literature study conducted by Danan Wang, et al in 2010 under the title “ Black Garlic (Allium sativum) Extracts Enhance the Immune System” it suggests that black garlic extract containing much higher organosulfur compounds such as allicin than that of ordinary fresh garlic. Allicin is the active compound which is unstable and able to effectively kill microbes, such as germs that cause infections (colds, gastroenteritis and fever). Therefore, black garlic can be an alternative to drugs preventing opportunistic infections in AIDS patients.

  Thus, further research is expected for research and development of black garlic to prevent opportunistic infections in AIDS patients, the community, hospitals and health care workers can utilize black garlic to prevent opportunistic infections, especially in people with AIDS.

  Keywords : AIDS, opportunistic infections, Black Garlic Contributor : 1.

  Rifa’atul Laila Mahmudah, M.Farm-Klin

  2. Umul Fatkhiyah, S. Kep. Ns

  Date : 8 Juli 2015 Type Material : laporan Penelitian Right : Open Document Summary : Latar Belakang

  AIDS (Aqcuired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala klinis akibat infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi wabah internasional sejak pertama ditemukan di tahun 1981 (Djoerban Z dan Djauzi S, 2006). Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) menimbulkan gejala klinis penurunan sistem imunitas, hal ini menyebabkan penderita AIDS lebih rentan mengalami infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik merupakan infeksi yang timbul akibat penurunan kekebalan tubuh dimana pada orang normal infeksi ini terkendali oleh kekebalan tubuh. (Aidsinfonet, 2008).

  Berdasarkan case report United Nations Programme on HIV-AIDS (UNAIDS) tahun 2011 jumlah orang yang terjangkit HIV di dunia sampai akhir tahun2010 terdapat 34 juta orang. Dua pertiga dari jumlah tersebut berada di Afrika kawasan Selatan Sahara dimana ditemukan kasus infeksi baru mencapai 70%. Di Afrika Selatan mencapai 5,6 juta orang yang terinfeksi HIV, di Eropa Tengah dan Barat jumlah kasus infeksi baru HIV-AIDS sekitar 840.000, di Jerman secara kumulasi terdapat 73.000 orang dengan HIV-AIDS dan 5 juta penderita HIV-AIDS ada di kawasan Asia Pasifik yang merupakan urutan kedua terbesar di dunia setelah Afrika Selatan. Sedangkan, di Indonesia sendiri, pada akhir September tahun 2014 tercatat penderita HIV sebanyak 22.869 orang dan penderita AIDS sebanyak 1.876 orang. (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014).

  AIDS umumnya berkembang akibat infeksi HIV. HIV timbul ketika sel T

  • CD4 yang berfungsi sebagai pusat pengendalian sistem imunologik mengalami
  • >penurunan, sehingga HIV dengan mudah merusak sel T CD4 de
  • +

  

enzym reverse transcryptae untuk merubah bentuk RNA agar dapat bergabung

  dengan DNA sel, selanjutnya sel berkembang biak menjadi bahan genetik virus,

  • yang lambat laun menghabiskan sel dari sel CD4 . Akibatnya, sistem imunologik semakin melemah yang memudahkan seseorang terjangkit AIDS dan mengalami infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik itu sendiri meliputi Kandidiasis esofagus, Tuberkulosis, MAC (M. Avium kompleks), Toksoplasmosis, Sitomegalovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster, dan PCP (Pneumonia P, carinii). Terapi medis untuk masing- masing infeksi tersebut antara lain Flukonazol, Rifampisin, Klaritomisin, Primetamin, Gansiklovir, Asiklovir, Klotimoksasol (Yusufina, 2014).

  Sebuah penelitian mengenai bawang putih untuk memerangi HIV pertama kali dipresentasikan pada Konferensi AIDS Internasional 1989 dan kemudian diterbitkan dalam Journal of Oncology Jerman (Deutsche Zeitschrift Onkologie). Bawang putih Kyolic (bawang putih mentah) diberikan kepada sepuluh pasien oportunistik, termasuk herpes genital dan diare cryptosporidial. Selama enam minggu pertama pasien menerima 5 gram, atau sekitar 2 siung bawang putih setiap hari dan kemudian 10 gram atau 6 siung setiap hari selama enam minggu. Tiga dari pasien tidak menyelesaikan uji coba karena berada di tahap terminal penyakit dan meninggal sebelum sidang berakhir. Namun, tujuh yang menyelesaikan uji coba menunjukkan aktivitas sel yang mampu membunuh infeksi pada akhir periode dua belas minggu. Sehingga infeksi yang diderita pasien akan membaik, termasuk infeksi candida, herpes genital dan diare kronis setelah mengkonsumsi bawang putih. Namun dengan mengkonsumsi bawang putih segar secara langsung menimbulkan bau nafas yang tidak enak serta bau badan. Sehingga diperlukan alternatif baru berupa olahan bawang putih yang diolah secara alami, sehat, dan tidak menimbulkan efek samping, serta praktik untuk dikonsumsi. Salah satu olahan alternative berbahan herbal yang dapat dipilih sebagai solusi adalah Black Garlic.

  Black Garlic

  adalah bawang putih segar yang diproses melalui fermentasi secara alamiah pada suhu (70̊ C) dengan kelembaban yang tinggi dalam waktu yang lama dan cukup panjang tanpa banyak perlakuan dan penambahan zat tertentu (Wangetal.,2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Choi, et al tahun 2008 menunjukkan black garlic memiliki kandungan senyawa

  

allicin/thiosulfinates sebanyak lima kali lipat di bandingkan dengan bawang putih

  segar. Menurut Vaidya tahun 2009 menjelaskan bahwa allicin merupakan senyawa anti bakteri yang kuat yang dapat digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi. Allicin juga memiliki aktivitas antioksidan, dan mampu membunuh berbagai jenis bakteri. Selain aktivitas anti bakteri, allicin juga menunjukkan aktivitas anti jamur dan anti virus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa black garlic dapat dikonsumsi untuk menurunkan resiko infeksi oportunistik pada penderita AIDS.

  Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Studi literatur ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran data dari berbagai pustaka yang berasal dari 1 buku, 17 jurnal, dan 3 artikel ilmiah tentang AIDS, infeksi oportunistik dan juga manfaat black garlic bagi kesehatan.

  Hasil Penelitian dan Penelitian

  Berdasarkan penelitian Danan Wang, dkk pada tahun 2010 dengan judul

  

“Black Garlic (Allium sativum) Extracts Enhance the Immune System”

  didapatkan hasil ekstrak black garlic dengan kandungan senyawa organosulfur berupa allicin jauh lebih tinggi daripada bawang putih segar biasa. Menurut penelitian Choi et al, tahun 2008 kandungan allicin/thiosulfinatespada black

  278

  

garlic μmol/g sedangkan allicin pada bawang putih segar 77 μmol/g. Allicin

  merupakan senyawa organosulfur yang berasal dari bawang putih. Bawang putih merupakan tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi karena memiliki beragam kegunaan salah satunya telah digunakan sebagai pemberi aroma serta berpotensi untuk mencegah serta mengobati penyakit. Bawang putih mempunyai efek biologis dan farmalogis seperti antitumoregenesis, antiantheroscleriosis, modulasi gula darah, antibiosis, penghambatan pertumbuhan kanker (Wang, 2011). Selain itu, Bawang putih mengandung zat kimia antara lain, minyak atsiri,

  Komponen Senyawa aktif utama dalam bawang putih ialah Allicin. Allicin merupakan senyawa aktif dalam bawang putih yang bersifat tidak stabil dan efektif membunuh mikroba, seperti kuman-kuman penyebab infeksi (flu, gastroenteritis dan demam). Allicin juga ditemukan pada bawang merah dan daun bawang kucai yang berfungsi sebagai anti bakteri. Allicin ditemukan oleh cavallito pada tahun 1944 yang pertama kali mencatat mengenai kemampuan antimikrobial bawang putih. Didapatkan hasil, allicin paten terhadap aktivitas antijamur.Menurut Saravanan tahun 2010 menge nai “Antibacterial Activity of

  

Allium sativum L. On pathogenic Bacterial Strains” menjelaskan bahwa Allicin

  mampu menghambat bakteri Gram positif dan Gram negatif dengan cara menghambat produksi RNA dan sintesis lipid. Penghambatan ini menyebabkan asam amino dan protein tidak dapat diproduksi serta bilayer fosfolipid dari dinding sel tidak dapat terbentuk, sehingga pertumbuhan dan perkembangan pada bakteri tidak akan terjadi. Untuk mendapatkan allicin, maka umbi bawang putih diiris- iris dan dihaluskan dalam proses pembuatan ekstrak atau bumbu masakan, enzim allinase menjadi aktif dan menghidrolisis aliin untuk menghasilkan senyawa intermediet asam sulfenat kondensasi asam tersebut untuk menghasilkan

  allicin .

  Menurut penelitian antara 1995 sampai tahun 2005, menyebutkan bahwa

  

allicin dapat mengurangi penyumbatan pembuluh darah (arteoskleosis), timbunan

  lemak dalam tubuh (fat deposition), menormalkan keseimbangan lipoprotein, menurunkan tekanan darah, anti-trombosit, anti-peradangan dan sebagai

  

antioksidant . Penelitian lain, menunjukkan bahwa allicin yang memiliki

  kepadatan 1.148g/cm3 serta mendidih pada suhu 248.6°C di tekanan 760 mmHg ini berperan menurunkan kolesterol, antipembekuan darah, anti-hipertensi, anti- kanker, antioksidan dan anti-mikroba.Saat ini, bawang putih telah difermentasi menjadi bawang hitam (black garlic) dengan menggunakan Oven. Kandungan senyawa black garlic diantaranya adalah Allicin, SAC (S-allylcysteine), phenol,

  

dan flavonoids. Diantara senyawa bioaktif yang ada dalam black garlic, yang

  sangat berperan dalam dalam aktifitas antifungi, antibakteri yaitu Allicin. Dalam

  

black garlic , SAC (S-allylcysteine) membantu penyerapan allicin sehingga

  metabolisme perlindungan terhadap infeksi bakteri menjadi lebih mudah (Abu disimpulkan bahwa bawang putih dan black garlic sama-sama memiliki kemampuan anti bakteri berupa alicin, dimana bakteri ini mampu melawan bakteri serta jamur. Namun kemampuan Allicin yang dimiliki black garlic lebih tinggi dari bawang putih segar biasa, sehingga aktivitas Allicindalam melawan bakteri juga semakin kuat daripada bawang putih biasa.

  Menurut hasil penelitian Miriam Patya, dkk tahun 2004 dengan judul

  

“Stimulates Lymphocytes and Elicits An Antitumor Effect”menunjukkan bahwa

dosis allicin yang efektif sebagai antitumor adalah sebesar 5 mg/kg.

  Menurut hasil penelitian Ilic Dusica, dkk tahun 2012 dengan judul

  

“Cytotoxicity and antimicrobial activity of allicin and its transformation

product didapatkan hasil bahwa allicin telah menunjukkan aktivitas bakteri yang

  kuat terhadap uji Gram positif dan Gram negatif dan aktivitas antijamur yang sangat kuat dengan konsentrasi hambat minimum minimum inhibitory

  

concentration (MIC) 0,001 - 0,008 mg x 10-1/ml dan minimum fungisidal

  • – 0,03 mg x 10-1/ml. Hal ini menunjukkan jamur lebih rentan terhadap allicin , seperti Candida albicans, Aspergillus niger, dan

  . Selain itu, allicin memiliki aktivitas antivirus baik in vitro maupun

  Penicillium sp

in vivo . Diantara virus yang rentan terhadap allicin yaitu herpes simpleks tipe 1

dan 2, parainfluenz viruz tipe 3, human Cytomegalo virus, Influenza B, Vaccinia

virus, Vesicular stomatitis virus, Human rhinovirus type 2.

  Sebuah percobaan kecil menggunakan metode acak terkontrol menemukan bahwa penerapan 1% ajoene krim untuk kulit selama dua kali sehari merupakan pengobatan yang sangat efektif dalam mengobati tinea pedis (kutu) 1%

  

terbinafine (Lamisil) cream. Dimana ajoene merupakan turunan senyawa dari

allicin yang memiliki aktifitas sebagai anti mikroba in vitro (Ledezma,

  2000).Sebuah penelitian dengan menggunakan placebo terkontrol yang menunjukkan bahwa mengkonsumsi bawang putih membuktikan bahwa secara significan dapat menurunkan gejala flu karena kandungan didalam bawang putih berupa allicin sebagai anti-virus (Josling, 2001).

  Baru-baru ini University of East London telah menunjukkan bahwa ektrak air allicin, ketika diolah menjadi krim sederhana, mampu membunuh MRSA (methicillin-resistant Staphylococcusaureus). Dimana Allicin ini mengubah strukturnya dan mengembangkan resistensi terhadap antibiotik . Krim dari Allicin ini memiliki efek yang menguntungkan pada orang yang menderita penyakit kulitseperti jerawat. Hal ini, diakibatkan Kandungan Allicin yang memiliki peran sebagai anti-bakteri (Harington, 1609).

  Penderita AIDS adalah penderita yang sangat mudah terserang oleh berbagai penyakit yang diakibatkan oleh penurunan daya tahan tubuh. oleh karena itu penderita AIDS sangat mudah terjangkit infeksi oportunistik sehingga menimbulkan beberapa gejala penyakit seperti Candida albicans, Herpes simpleks

  

tipe 1 dan 2, human Cytomegalo virus. Dengan demikian black garlic ini dapat

dijadikan sebagai alternatif pencegah infeksi oportunistik pada penderita AIDS.

  Simpulan

  Berdasarkan penelitian Danan Wang, dkk pada tahun 2010 dengan judul

  

“Black Garlic (Allium sativum) Extracts Enhance the Immune System”

  didapatkan hasil ekstrak black garlic dengan kandungan senyawa organosulfur merupakan senyawa aktif dalam bawang putih yang bersifat tidak stabil dan efektif membunuh mikroba, seperti kuman-kuman penyebab infeksi (flu, gastroenteritis dan demam). Sehingga black garlic dapat menjadi alternatif obat pencegah infeksi oportunistik pada penderita AIDS.

  Rekomendasi 1.

  Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitiannya dengan menggunakan metode eksperimental mengenai “black garlic sebagai pencegah infeksi oportunistik pada penderita AIDS.

  2. Masyarakat khususnya penderita AIDS diharapkan dapat meminimalisir terjadinya infeksi dengan cara lebih aktif dalam mencari informasi tentang pencegahan infeksi oportunistik pada penderita AIDS melalui media, penyuluhan ataupun konseling yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Hasil studi ini hendaknya digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi rumah sakit ataupun progam pendidikan serta kesehatan tentang manfaat Black garlic sebagai pencegah infeksi oportunistik pada penderita AIDS yang mudah, tanpa biaya, serta meminimalisir komplikasi akibat infeksi oportunistik pada penderita AIDS.

  4. Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa kajian-kajian literatur yang kemudian dapat digunakan sebagai pengembangan upaya asuhan keperawatan pasien dengan AIDS di rumah sakit.

  Alamat Respondensi:

  : Semambung Driyorejo RT 03 RW 06 Gresik

  • Alamat rumah

  

  • Email

  :089520330987

  • No.hp

Dokumen yang terkait

PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA GIZI BESI PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA PELANG KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN LAILATUN NI’MAH ZAHROTUN NISA 1212010018 SUBJECT: Perilaku, Anemia Gizi Besi, Wanita Usia Subur DESCRIPTION: Anemia gizi besi adalah keadaa

0 0 7

DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

0 0 9

KUALITAS AIR BERSIH YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKEERTO

0 0 6

EFEKTIFITAS BUNGA SEPATU MERAH ( Red Hibiscus rosa-sinesis L.) SEBAGAI ALTERNATIF ANTI KOLESTEROL PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER FITRI NORMEI ANDRIANI NIM. 1212010013 SUBJECT bunga sepatu merah, flavonoid, kolesterol

1 1 6

PERAN IBU PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA KOTA MOJOKERTO

0 0 7

HARGA DIRI PADA KLIEN GANGGUAN JIWA YANG MENJALANI RAWAT JALAN DI RSU DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

0 0 7

PERKEMBANGAN LUKA ULKUS PLANTAR PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KUSTA SUMBER GLAGAH KABUPATEN MOJOKERTO DIGNA NURLAELA MAI LESTARI NIM. 12120008 Subject : Kusta, Ulkus Plantar, Perkembangan Luka

0 0 6

HUBUNGAN SANITASI MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

0 1 7

GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA MOJOKERTO

1 8 5

PENANGANAN NON FARMAKOLOGIS UNTUK MENGURANGI NYERI SENDI LUTUT PADA LANSIA DI DESA GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO ARIK MEGA SANDY 1212020004 SUBJECT: Penanganan non farmakologis, Nyeri sendi lutut, Lansia DESCRIPTION: Penanganan non-farmakologis merupakan sa

0 0 5