Pentingnya Penerapan Kekuatan dan Keutam

Pentingnya Penerapan Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika, dan Etika bagi
Perawat Profesional
oleh Putri Atalya, 1406544381
Judul

: Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika, dan Etika

Pengarang

: Bagus Takwin, Fristian Hadinata, Saraswati Putri.

Data Publikasi :






Judul
Pengarang
Penerbit

Kota Terbit
Tahun Terbit

: Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika, dan Etika
: Bagus Takwin, Fristian Hadinata, Saraswati Putri.
: Universitas Indonesia
: Depok
: 2013

Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika, dan Etika merupakan komponen
penting untuk pengembangan diri individu dalam menghadapi kehidupan sosial yang mencakup
masyarakat dan bangsa, serta kebudayaan. Seluruh komponen ini saling berkesinambungan dan
menjadi kesatuan yang berkaitan satu dengan yang lain. Pelajaran-pelajaran yang dapat diperoleh
di dalamnya bukan hanya mengenai fungsi yang harus dimiliki mahasiswa Ilmu Keperawatan
dalam tuntutan masyarakatnya nanti sebagai perawat profesional, melainkan lebih daripada itu,
yakni pelajaran tentang bagaimana kapabilitas mahasiswa dapat dikembangkan sehingga ia dapat
mengembangkan dirinya sendiri dan masyarakatnya.
Seorang perawat pasti berhubungan erat dengan masyarakat. Di dalam masyarakat itu
sendiri terdapat beragam individu yang memiliki sifat, karakter, budaya dan kebiasaan yang
berbeda-beda. Dinamika yang terdapat di dalam masyarakat itu sendiri akan dihadapi oleh

seorang perawat dalam menjalankan tugasnya, dan tentunya diperlukan kemampuan perawat
untuk menyesuaikan diri dalam situasi tersebut. Kekuatan dan keutamaan karakter dapat
digunakan dalam menghasilkan kinerja yang baik dan mampu menimbulkan empati, inklusivitas
(menghargai perbedaan dan terbuka bagi siapa saja), dan positivitas (berpikir positif) yang
mencerminkan kebaikan hati serta tercakup dalam kekuatan cinta dam kecerdasan sosial, serta
tercakup dalam keutamaan kemanusiaan (Peterson dan Segliman, 2004 dalam Takwin, 2013:6).
Keutamaan merupakan karakteristik utama dari karakter (Peterson dan Segliman, 2004 dalam

Takwin, 2013:5). Berbagai perilaku juga dapat dinilai berdasarkan keutamaan yang secara umum
terdiri dari kebijaksanaan, courage (kesatriaan), kemanusiaan, keadilan, pengendalian atau
pengelolaan diri, dan transendensi. Peterson dan Segliman (2004) pun menegaskan bahwa enam
keutamaan ini universal dan memiliki dasar pada manusia secara biologis. Keenam keutamaan
ini harus ada dalam pribadi perawat yang dipercaya sebagai orang yang memiliki karakter baik.
Selain itu kekuatan dan keutamaan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian
kebahagiaan. Dalam menjalankan tugas, seorang perawat adalah orang yang berbahagia, mandiri,
dan memberi sumbangan positif kepada kliennya. Kebahagiaan itu harus dibagikan kepada klien
dengan menyebarkan pikiran positif, memandang hidup dan orang lain sebagai hal yang baik,
serta memahami dunia dan seisinya sebagai kebaikan dari Tuhan yang dianugerahkan kepada
kita. Jelas bahwa seorang perawat profesional sangat diharapkan mampu memiliki keutamaan
dan kekuatan karakter untuk mampu memberi aura positif dan selalu membawa keceriaan bagi

kliennya sehingga dapat menjalani hidup secara ringan meskipun dalam situasi-situasi yang sulit
dan berat.
Seorang perawat juga dituntut untuk berpikir secara sistematis. Sistematis disini memiliki
pengertian bahwa dalam melakukan segala sesuatu harus dilakukan dengan benar menurut suatu
aturan tertentu. Dimana tidakan curing sebagai perlakuan medis juga akan dilaksanakan perawat
selain tindakan utamanya yaitu caring yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan aturan
medis yang berlaku. Berfilsafat dapat digunakan untuk berpikir secara sistematis. Karakter dan
filsafat memiliki hubungan yang saling menguatkan (Takwin, 2013:21). Berfilsafat disini bukan
berarti harus mendalami ilmu filsafat seluruhnya, melainkan dapat didefinisikan filsafat itu
sebagai usaha untuk memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal, dan
sistematis. Misalnya dalam mendiagnosa penyakit, dengan berpikir kritis seorang perawat tidak
begitu saja menerima apa yang ada melainkan mencermati dan menganalisis dahulu bagaimana
keluhan klien yang dihadapi. Lalu setelah mencermati diperlukan pemikiran secara radikal yaitu
pemahaman mendalam tentang apa penyakit yang dikeluhkan menurut pengetahuan medis yang
dimiliki. Setelah mengetahui diagnosa seorang perawat akan menerapkan bagaimana tindakan
medis dengan benar sesuai aturan medis secara sistematis. Cara kerja yang demikian dinamakan
metode analisis-sintetis dalam filsafat. Analisis adalah melakukan pemeriksaan konsepsional
terhadap istilah-istilah yang digunakan atau pernyataan-pernyataan yang dibuat. Setelah itu
memadukan hasil penyelidikan melalui aktivitas sintesis untuk menuju suatu hipotesis. Dari


pernyataan tersebut jelas bahwa seorang perawat sebagai ahli medis memerlukan pemikiran
filosofis demi mewujudkan kinerja perawat yang profesional dalam bidangnya.
Dalam menggunakan pemikiran filosofis untuk menerapkan teknik-teknik dan kaidah
penalaran yang tepat, dibutuhkan logika Logika dapat diartikan sebagai cabang dari filsafat yang
mengkaji prinsip, hukum dan metode berpikir yang benar, tepat dan lurus (Takwin, 2013:41).
Sifat sistematis yang diperlukan untuk melakukan tindakan medis itu harus mencakup sifat logis.
Selain itu berpikir logis juga mampu menghindari sesat berpikir, yaitu penalaran berupa
penarikan kesimpulan-kesinpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh
dilanggarnya kaidah-kaidah logika. Menurut Copi (1986) dalam Takwin (2013), sesat pikir
adalah perbincangan yang mungkin dirasa betul, tetapi setelah diuji terbukti tidak betul. Sesat
pikir ini mungkin bisa terjadi dalam dunia medis dan mengakibatkan hal yang fatal, seperti
contoh kekeliruan dalam memberi resep karena kesalahan dalam analisis dan diagnosa. Oleh
karena itu diperlukan penerapan kaidah logika secara tepat dalam mengaktualisasikan tindakan
medis secara kritis, radikal dan sistematis.
Setelah tindakan seorang perawat menerapkan prinsip kekuatan dan keutamaan karakter,
filsafat serta logika, yang terpenting adalah harus memastikan bahwa tindakan medis yang
dilakukan itu etis. Terkadang apa yang telah kita lakukan secara logis belum tentu etis. Etika
mengacu kepada studi sistematis dan filosofis tentang bagaimana seharusnya kita bertindak
(Borchert, 2006:279 dalam Hadinata&Putri, 2013:135). Etika juga merupakan cabang ilmu
filsafat yang menyelidiki suatu sistem prinsip moral, etika juga bisa berarti filsafat atas moral

(Hadinata&Putri, 2013:136). Dalam menjalankan etika, kita membutuhkan moralitas. Moralitas
mengacu pada nilai baik atau tidak baik yang disepakati dan diadopsi dalam suatu lingkungan
tertentu (Borchert, 2006:280 dalam Hadinata&Putri, 2013:136). Dalam rangka melihat perilaku
yang dapat diterima atau tidak dalam situasi tertentu, maka perilaku etis didefinisikan. Tindakan
medis yang tidak etis akan menimbulkan hal yang fatal bagi klien.
Kekuatan dan keutamaan karakter, filsafat, logika, dan etika merupakan hal yang saling
terkait satu sama lain dan kesemuanya penting dalam segala tindakan kita. Perwujudan dari
kekuatan dan keutamaan karakter, filsafat, logika, dan etika sangat diperlukan untuk dimiliki
para perawat dalam profesionalitas pekerjaannya.