16574688 Fisika Trik Olimpiade Fisika

  

Trik Awal Pembimbingan Olimpiade Fisika : Penanaman Konsep

Wahyu Hari Kristiyanto

  

Lektor Pendidikan Fisika FSM-UKSW Salatiga

Email :whkris@staff.uksw.edu

  

Abstrak

Sejak diluncurkan, Olimpiade Fisika mendapatkan sambutan yang antusias

dan telah menjadi ajang yang bergengsi. Pengalaman pembimbingan

terhadap siswa-siswa paling berprestasi di SMA yang akan mengikuti

olimpiade Fisika menunjukkan beberapa siswa tersebut masih banyak

mengalami kesulitan untuk mengerjakan soal-soal Fisika tingkat sedang

hanya disebabkan tidak menguasai konsep gaya yang bekerja pada benda

(Wahyu Hari Kristiyanto, 2008:1). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan

proses penanaman konsep pada pembimbingan persiapan Olimpiade Fisika.

  

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Sampel yang digunakan adalah 3 orang siswa SMA peserta bimbingan

Olimpiade Fisika di UKSW. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan

penanaman konsep dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut : 1)

memahami soal dengan cara mempraktekkan dengan tangan, kulit tangan,

dan benda-benda di sekitar; 2) memahami konsep-konsep yang mungkin

muncul dengan cara merasakan dampak pada kulit, mengamati gerakan

tangan, kulit, dan benda-benda sekitar yang digunakan untuk

mempraktekkannya; 3) menulis gejala/kejadian/perubahan yang diamati

pada gambar sistem; 4) menentukan persamaan dasar yang berkaitan dengan

gejala/kejadian/perubahan tersebut; 5) menyelesaikan persamaan tersebut

secara matematis (jika terdapat variabel matematis) sesuai dengan geometri

lintasan dan peristiwa. Dari pengukuran kemampuan menyelesaikan soal-

soal Olimpiade Fisika dari berbagai tingkat (kota hingga internasional)

menunjukkan sampel dapat mengerjakan sesuai tahapan di atas sampai tahap

4 dengan baik, untuk tahap 5 dapat dicapai untuk beberapa geometri yang

tidak kompleks dengan pencapaian skor 75%. Dapat disimpulkan bahwa

dengan penanaman konsep melalui tahap tersebut dapat membantu siswa

mengerjakan soal-soal Olimpiade Fisika dengan baik, di samping itu masih

perlu dilatih penyelesaian secara matematis dengan berbagai macam

geometri.

  Kata kunci : Olimpiade Fisika, penanaman konsep, persamaan matematis

A. PENDAHULUAN

  Sejak diluncurkan, Olimpiade Fisika mendapatkan sambutan yang antusias dan telah menjadi ajang yang bergengsi. Pengalaman pembimbingan terhadap siswa-siswa paling berprestasi di SMA yang akan mengikuti olimpiade Fisika menunjukkan beberapa siswa tersebut masih banyak mengalami kesulitan untuk mengerjakan soal-soal Fisika tingkat sedang hanya disebabkan tidak menguasai Kesalahan penggambaran vektor gaya terjadi pada penentuan arah dan titik kerja (Rita Nunung Tri Kusyanti, 2009:PF-93 Zaharah Ramli Aris (2006) – PF-94).

  

sebagai guru pembimbing Olimpiade Sains Nasional DKI Jakarta mengungkapkan

bahwa: Pelajaran fisika telah menjadi „momok‟ di sebagian besar kalangan siswa SMA di Indonesia.

  …. Padahal pada kenyataannya, pelajaran ini bisa dipahami cukup dengan menggunakan penalaran mudah yang realitanya dapat dilihat dari kejadian sehari-hari.

  ….. Melalui metode pengajaran yang tepat, siswa dapat membuka belenggu potensi dan siap meraih prestasi dengan ikut serta dalam kompetisi pelajaran di luar sekolah.

  …. Prestasi yang diraih seperti pada kompetisi fisika paling bergengsi, yakni olimpiade tingkat Asia (APhO) dan olimpiade tingkat dunia (IPhO), otomatis akan mengangkat nama baik sekolah, bangsa, dan negara, khususnya dalam bidang pendidikan fisika.

  …. Tidak dapat disangkal bahwa kebahagiaan tertinggi bagi seorang guru adalah melihat anak didiknya meraih kesuksesan. Salah satu contoh kecil yang dapat dijadikan tolok ukur langsung adalah keberhasilan siswa dalam memenangkan kompetisi-kompetisi di luar sekolah. Di sana siswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat sekaligus mendapatkan gambaran objektif tentang kemampuan dirinya dengan siswa dari sekolah lain sebagai pembanding. Tentu saja peran aktif seorang guru sebagai pembina dan pengarah mutlak diperlukan untuk membimbing anak ke arah tersebut. Sebab hasil yang maksimal diraih bukan dengan cara menggantungkan semua beban ke pundak seorang siswa, tetapi dengan suatu teamwork dimana setiap komponen turut membantu semaksimalnya sesuai dengan peran masing- masing.

  Ungkapan tersebut di atas menunjukkan bahwa peran aktif dari guru pembimbing dalam pembinaan siswa-siswi pada ajang lomba atau kompetisi sangat besar.

  Namun dari pengalaman, penulis melihat adanya kekurangpercayaan guru dalam pembimbingan-pembimbingan terutama dalam ajang persiapan Olimpiade Fisika. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya permintaan pendampingan bimbingan bagi siswa-siswi yang akan dikirim untuk mengikuti ajang Olimpiade Fisika dari berbagai sekolah maupun Dinas Pendidikan dari berbagai kota dan kabupaten. Di satu pihak menguntungkan bagi penulis dan lembaga yang merupakan Perguruan Tinggi yang memiliki tugas Pengabdian Masyarakat, di lain pihak, hal ini merupakan keprihatinan penulis karena sebenarnya pembimbingan juga dapat dilakukan oleh guru di sekolah yang bersangkutan.

  Ada yang dapat diunduh dari beberapa kesan beberapa siswa dari beberapa daerah dalam Pelatihan Olimpiade Fisika yang dibimbing oleh Yohanes Surya pada tanggal 19

  • – 23 Mei 2008 mengungkapkan seperti berikut : Pamekasan: Lebih mengenal fisika secara fisis bukan sekedar mendapatkan rumus fisika apa adanya tapi kita sedikit dapat menemukan rumus – rumus fisika tersebut dengan logika.
  • – Pelatihan ini bermanfaat dalam menghadapi olimpiade olimpiade karena didalamnya terdapat pelatihan bagaimana menyelesaikan soal – soal dengan logika.

  Jakarta: Manfaatnya banyak cara menyelesaikan soal didapat dan juga pemahaman konsep dan logika tidak seperti di skul yang cuma disuruh modal hafal. Belajar full seharian rame

  • – rame sama teman, belum pernah aye kaya gini.

  Papua: Dapat mempelajari ilmu fisika lebih mendalam daripada yang diberikan di sekolah karena disekolah biasanya hanya memberi rumus yang ada tanpa menjelaskan penyebabnya. Bisa mengerjakan soal dengan metode logika yang terlepas dari rumus

  • – rumus yang kaku.

  Yohanes Surya (2008), pembimbing ahli Olimpiade Fisika senior yang juga guru besar fisika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga engungkapkan :

  Dengan metode pemahaman konsep sebagai pedoman, TOFI yang memiliki tenaga pembina para Doktor yang pernah mengikuti olimpiade fisika ini, menjaring anak

  • –anak berbakat dari seluruh Indonesia mulai dari tingkat kabupaten sampai nasional melalui kompetisi ilmiah. Selama 13 tahun menangani tim olimpiade fisika , Yohanes mempunyai metode pembelajaran fisika yang ia beri nama Gasing (gampang, asyik

  dan menyenangkan). Jadi metode ini melatih bagaimana

  mengungkapkan/memecahkan berbagai persoalan fisika dengan logika kata-kata, sementara rumus bisa menyesuaiakan setelahnya. Jadi nggak perlu ribet dulu dengan berbagai rumus.

  Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis melakukan penelitian kecil terhadap penerapan penanaman konsep dalam pembimbingan persiapan Olimpiade Fisika untuk mendukung keberhasilan penyelesaian pengerjaan soal-soal Olimpiade Fisika, agar dapat memberi wawasan kepada guru pembimbing Olimpiade Fisika terutama yang masih merasa kurang percaya diri untuk melakukan pendampingan

  B. PERUMUSAN MASALAH

  Bagaimana trik penanaman konsep untuk menyelesaikan soal pada pembimbingan persiapan Olimpiade Fisika bagi siswa SMA?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Mendeskripsikan proses penanaman konsep untuk menyelesaikan soal pada pembimbingan persiapan Olimpiade Fisika bagi siswa SMA.

  D. KAJIAN TEORI

  1. Materi Olimpiade Fisika

  Cakupan materi yang dibahas pada Olimpiade Fisika adalah tentang Mekanika yang secara rinci meliputi (Silabus Olimpiade Fisika Indonesia 2008, 2007:2) : a.

  Kekekalan energi mekanik b.

  Hukum Newton tentang gerak c. Osilasi d.

  Momentum dan Impuls e. Momentum sudut f. Gesekan g.

  Gerak Melingkar h. Hukum Hooke i. Pusat Massa j. Momen Inersia k.

  Rotasi l. Benda tegar

  Materi pendukung selain konsep fisika di atas adalah matematika analisis seperti diferensial, integral, deret dan trigonometri.

  2. Penanaman Konsep dan Matematika Analisis

  Tingkat pencapain konsep harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Untuk tingkat perkembangan pra-operasional konsep yang dipelajari pada tingkat konkret atau identitas. Pada tingkat perkembangan operasional konkret, dapat diharapkan tingkat pencapaian klasifikatori, paling sedikit untuk konsep-konsep yang mempunyai contoh-contoh konkret. Tingkat perkembangan operasi formal dapat diharapkan mencapai tingkat formal.

  Berdasarkan uraian-uraian di atas, untuk pengukuran pemahaman konsep bagi mahasiswa, tingkat pemahamannya diharapkan mencapai tingkat formal (menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep, memberi nama konsep itu dalam atribut-atribut kriterianya, mendeskriminasi dan memberi nama atribut- atribut yang membatasi, dan mengevaluasi atau memberikan secara verbal contoh- contoh dan noncontoh dari konsep, aturan-aturan dari peristiwa-peristiwa dengan sejumlah contoh-contoh positif yang berbeda, merumuskan hipotesis tentang atribut-atribut mana yang relevan, menguji hipotesis-hipotesis terhadap contoh positif dan negatif dan memperbaiki hipotesis itu bila perlu, dapat menggunakan aturan-aturan untuk menentukan apakah suatu stimulus termasuk ke dalam kategori nama konsep, atribut-atribut kriteria, dan uraian verbal tentang contoh- contoh yang diberikan) dengan mengukurnya dalam 3 kategori pemahaman, yaitu terjemahan, penafsiran dan ekstrapolasi (Ratna Wilis Dahar, 1989:89) .

  Penanaman konsep pada siswa dapat berpengaruh pada pembentukan konsep. Menurut Ratna Wilis Dhahar (1989:81-82), pembentukan konsep merupakan proses induktif dengan suatu bentuk belajar penemuan (discovery

  

learning ). Pembentukan konsep dapat mengikuti pola contoh/aturan atau pola eg-

  rule (eg=example=contoh). Ida Sriyanti (2009) mengungkapkan bahwa pendekatan pembelajaran interaktif berbasis konsep dapat mengefektifkan penanaman konsep pada siswa

  

).

  Pendekatan Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri utama yaitu berfokus pada penanaman konsep, menggunakan metode demonstrasi, system kolaborasi dalam kelompok kecil dan mengutamakan interaksi kelas (diskusi). Pendekatan pembelajaran interaktif berbasis konsep :

  1. Penanaman konsep terlebih dahulu (Concept first)

  3. Kolaborasi dalam grup kecil (Small group approach and collaborative group)

  E. METODOLOGI PENELITIAN

  Sampel yang digunakan adalah 3 orang siswa SMA peserta bimbingan Olimpiade Fisika di UKSW. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

  F. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Proses penanaman konsep

  Selama lebih dari 3 tahun penelitian ini dilakukan dengan melakukan ujicoba-ujicoba penanaman konsep. Tahapan penanaman konsep dilakukan dengan urutan sebagai berikut :

  a. Memahami soal dengan cara mempraktekkan dengan tangan, kulit tangan, dan benda-benda di sekitar.

  b. Memahami konsep-konsep yang mungkin muncul dengan cara merasakan dampak pada kulit, mengamati gerakan tangan, kulit, dan benda-benda sekitar yang digunakan untuk mempraktekkannya yang dinyatakan dalam bentuk gambar (jika perlu).

  c. Menulis gejala/kejadian/perubahan yang diamati pada gambar sistem.

  d. Menentukan persamaan dasar yang berkaitan dengan gejala/kejadian/perubahan tersebut.

  e. Menyelesaikan persamaan tersebut secara matematis (jika terdapat variabel matematis) sesuai dengan geometri lintasan dan peristiwa.

  Berikut dipaparkan contoh penerapan langkah-langkah tersebut di atas dengan soal sebagai berikut :

  

Suatu batang bermassa M ditopang oleh dua roda. Jarak pusat kedua roda adalah b.

  ”

  

Anggap kedua roda berputar pada arah yang berlawanan. Batang ditempatkan secara

tidak simetri seperti pada gambar. Koefisien gesek antara batang dan silinder µ. Hitung

posisi pusat massa batang sebagai fungsi waktu x(t) dihitung dari pusat silinder ”. (www.bpkpenabur-crb.sch.id/smak1). a c b

Gambar 1. Papan di atas 2 buah silinder yang berputar

  (diambil dari www.bpkpenabur-crb.sch.id/smak1)

a. Memahami soal dengan cara mempraktekkan dengan tangan, kulit tangan, dan benda-benda di sekitar.

  Kulit merupakan bagian tubuh yang dapat dimanfaatkan untuk memahami hal-hal yang terjadi pada maksud soal. Pada soal di atas terdapat 2 benda yang saling kontak yaitu papan dan silinder, dengan menggunakan tangan kanan sebagai papan dan tangan kiri sebagai silinder dan memutarnya sesuai dengan gambar, maka didapatkan bahwa kulit yang saling bersentuhan pada kedua tangan akan merasa ditarik satu sama lain, dengan arah yang berlawanan. Tarikan pada kulit tersebut yang juga dirasakan oleh papan dan silinder, dengan arah gaya tarikan sesuai dengan yang dirasakan oleh kulit.

  

Gambar 2. Peragaan maksud soal dengan menggunakan kulit tangan

  

b. Memahami konsep-konsep yang mungkin muncul dengan cara merasakan

dampak pada kulit, mengamati gerakan tangan, kulit, dan benda-benda sekitar yang digunakan untuk mempraktekkannya yang dinyatakan dalam bentuk gambar (jika perlu).

  Dari hasil praktek dengan menggunakan tangan dirasakan bahwa : a. Akibat papan menumpang pada silinder maka dirasakan ada gaya tekan pada papan maupun silinder dengan arah seperti yang dirasakan oleh tangan (tangan yang bawah merasakan didorong ke bawah oleh tangan yang atas, sedangkan tangan yang atas merasakan didorong ke atas oleh muncul N

  1 , N

  1 2 , dan N

  2 ’, N ’ dengan arah seperti yang dirasakan oleh kedua tangan. Apabila panjang bagian tangan atas yang ditumpangkan ke

  tangan bawah lebih panjang maka akan dirasakan bahwa gaya tekan pada kedua tangan lebih besar pula dibandingkan dengan panjang bagian tangan atas yang ditumpangkan ke tangan bawah lebih pendek. Hal ini berarti bahwa besarnya gaya normal N

  2 lebih besar daripada N 1 .

  b.

  Akibat putaran silinder maka ada gaya gesekan fg yang dirasakan oleh papan maupun silinder itu sendiri dengan arah seperti yang dirasakan

  kulit. Apabila panjang bagian tangan atas yang ditumpangkan ke tangan

  bawah lebih panjang maka akan dirasakan bahwa gaya gesekan pada kedua kulit tangan lebih besar pula dibandingkan dengan untuk panjang bagian tangan atas yang ditumpangkan ke tangan bawah lebih pendek. Hal ini berarti bahwa besarnya gaya gesekan fg

  2 lebih besar dibandingkan fg 1 .

  c.

  Akibat tangan yang bawah disingkirkan, maka tangan yang atas cenderung jatuh. Hal ini tidak dirasakan kulit, tapi tangan yang atas akan merasakan cenderung jatuh ke bawah, dan hal ini menunjukkan adanya gaya tarik pada tangan yang arahnya ke bawah yaitu gaya gravitasi bumi mg. Hal tersebut di atas kemudian dituangkan dalam bentuk gambar dari vektor-vektor gaya yang bekerja pada setiap benda, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

  N 2 N 1 x fg 1

  

‟ ‟

fg fg 1 2 fg 2 c a

  ‟ N 1

  ‟ mg N 2 b

  

Gambar 3. Penggambaran gaya pada sistem berdasar peragaan tangan

c. Menulis gejala/kejadian/perubahan yang diamati pada gambar sistem.

  Dengan merasakan dampak-dampak pada kulit dan tangan tersebut dipahami bahwa ada beberapa gaya yang bekerja pada papan, yaitu pada arah gaya gravitasi mg dan gaya normal N

  1 dan N 2 . Akibat gaya gesekan fg 1 lebih

  besar dari fg , maka resultan gaya pada arah mendatar tidak sama dengan nol dan

  2

  artinya papan akan bergerak dipercepat searah dengan fg 2 atau ke kiri.

  Namun akibat papan bergerak ke kiri maka bagian papan yang menumpang pada masing-masing silinder jadi berubah dan akhirnya sebaliknya bagian sebelah kiri menjadi lebih panjang dari pada bagian yang kanan, hal ini mengakibatkan ada perubahan menjadi sebaliknya yaitu gaya normal N

  1 menjadi

  lebih besar dari N

  2 dan gaya gesekan fg 1 lebih besar dari fg 2 akibatnya resultan

  gayanya ke arah mendatar juga berubah sebaliknya ke arah kanan sehingga papan menjadi dipercepat ke kanan yang mengakibatkan papan diperlambat kemudian diam lalu bergerak ke kanan kejadian tersebut akan berulang-ulang sehingga papan akan mengalami gerakan osilasi pada arah mendatar.

  Karena tidak mungkin papan akan bergerak ke atas maupun ke bawah, maka resultan gaya yang ke arah vertikal adalah nol. Di samping itu papan akan tetap bergerak pada arah mendatar dan tidak didapatkan bahwa papan akan terguling/berotasi, sehingga resultan torka pada papan adalah nol.

d. Menentukan persamaan dasar yang berkaitan dengan gejala/kejadian/perubahan tersebut.

  Setelah memahami gejala/kejadian/perubahan yang terjadi pada sistem, maka penyelesaian masalah tersebut dapat terarah. Arah dari penyelesaian masalah pada soal ini adalah akibat ada resultan gaya arah mendatar pada papan dan mengakibatkan papan dipercepat maka dapat ditulis persamaan dasarnya :

  ...............................................(1) Karena pada arah vertikal resultan gaya adalah nol, maka dapat ditulis persamaan dasarnya :

  .....................................................(2) Karena resultan torka pada papan adalah nol, maka dengan beracuan pada titik 1 dapat ditulis persamaan dasar untuk torkanya adalah :

  ..........................................................................(3)

  

e. Menyelesaikan persamaan tersebut secara matematis (jika terdapat

variabel matematis) sesuai dengan geometri lintasan dan peristiwa.

  Dari langkah 4 didapatkan 3 (tiga) persamaan dasar. Setelah persamaan dasar didapatkan maka persamaan-peramaan tersebut diselesaikan. Jika persamaan (2) disubstitusikan pada persamaan (1) maka menghasilkan :

  ...............................................(4) Persamaan (3) disubstitusikan ke persamaan (4) maka didapatkan :

  .......................................................(5) Tampak bahwa persamaan (5) memiliki 2 peubah yang saling berkaitan yaitu x dan a, jika ada hal seperti ini berarti percepatan a adalah fungsi posisi x yang dapat dinyatakan sebagai Karena dari Gambar 3 terlihat bahwa arah vektor x ke kanan dan arah vektor a ke kiri (berlawanan arah) maka sehingga persamaan (5) menjadi

  ...............................................................(6)

  Karena papan mengalami osilasi, maka persamaan yang dihasilkan juga merupakan persamaan osilasi dimana persamaan diferensial orde 2 untuk osilasi sederhana adalah dengan penyelesaian (langkah penyelesaian tidak perlu dijelaskan di sini) atau

  Terlihat bahwa persamaan (6) adalah persamaan osilasi yang dapat diselesaikan dengan pendekatan penyelesaian homogen dan inhomogen (Keith Symon, 1971:130) sebagai berikut : Penyelesaian homogen Dimana menurut persamaan diferensial orde 2 Sehingga didapatkan penyelesaian bahwa

  ...................................................................(7a) atau ............................................................(7b)

  Penyelesaian inhomogen ......................................................................(8) 2 (dua) penyelesaian tersebut menghasilkan persamaan (7a atau b) dan (8)

  ............................................................(9a) atau .....................................................(9b)

2. Kemampuan sampel

  Sebelum mengikuti bimbingan, sampel mengalami ketidakjelasan dalam pengambaran vektor gaya terutama titik kerja gaya. Penggambaran vektor gaya digambar dengan titik kerja dan arah yang tidak jelas dan ragu-ragu. Hal semacam ini sebenarnya muncul juga pada kebanyakan siswa (Rita Nunung Tri Kusyanti, 2009:PF-93).

  Setelah mengikuti pembimbingan, dari pengukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal Olimpiade Fisika dari berbagai tingkat (kota hingga internasional) menunjukkan sampel dapat mengerjakan sesuai tahapan di atas sampai tahap 4 dengan baik, untuk tahap 5 dapat dicapai untuk beberapa geometri yang tidak kompleks dengan pencapaian skor 75%. Sampel mengalami kesulitan pada penyelesaian matematika dalam perekayasaan dalam bentuk deret, ekspansi, integral tidak sederhana, diferensial dengan peubah saling terkait lebih dari 2 (dua), dan teknik pemisalan.

  Namun, walaupun ada keterbatasan pencapaian untuk tahap 5 tersebut, melalui proses penanaman konsep seperti tersebut di atas telah dapat mengantar beberapa siswa yang mengikuti bimbingan mendapatkan prestasi sesuai dengan kemampuan dan kesempatannya masing-masing. Memang prestasi tersebut dominan ditentukan oleh keadaan siswa itu sendiri, namun proses pembimbingan dapat mengarahkan dan mengoptimalkan kemampuan dari siswa tersebut. Bebarapa hasil prestasi siswa bimbingan persiapan Olimpiade Fisika ditunjukkan pada Table 1.

  

Tabel 1. Prestasi beberap siswa yang mengikuti proses penanaman konsep pada

pembimbingan persiapan Olimpiade Fisika.

  

No Nama Sekolah Asal Prestasi Tahun

1 Bambang SMA N 3 Salatiga Olimpiade Fisika Tingkat Nasional 2006

  

3 Erick SMA N 3 Salatiga Olimpiade Fisika Tingkat Propinsi 2008

  

4 Nurcholis SMA N 1 Kendal Lomba Mapel Fisika Tingkat Propinsi 2009

Olimpiade Fisika Tingkat Propinsi 2009

  

5 Achmad SMA N 1 Kendal Olimpiade Fisika Tingkat Propinsi 2009

  G. KESIMPULAN DAN SARAN

  Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa siswa dapat mengikuti penanaman konsep dengan tahapan : 1) memahami soal dengan cara mempraktekkan dengan tangan, kulit tangan, dan benda-benda di sekitar; 2) memahami konsep-konsep yang mungkin muncul dengan cara merasakan dampak pada kulit, mengamati gerakan tangan, kulit, dan benda-benda sekitar yang digunakan untuk mempraktekkannya; 3) menulis gejala/kejadian/perubahan yang diamati pada gambar sistem; 4) menentukan persamaan dasar yang berkaitan dengan gejala/kejadian/perubahan tersebut; 5) menyelesaikan persamaan tersebut secara matematis (jika terdapat variabel matematis) sesuai dengan geometri lintasan dan peristiwa. Siswa dapat menyelesaikan soal sesuai tahapan di atas sampai tahap 4 dengan baik, untuk tahap 5 dapat dicapai untuk beberapa geometri yang tidak kompleks dengan pencapaian skor 75%. Penanaman konsep melalui tahap tersebut dapat membantu siswa mengerjakan soal-soal Olimpiade Fisika dengan baik, namun masih perlu dilatih penyelesaian secara matematis dengan berbagai macam geometri.

  Langkah tersebut dapat digunakan oleh pengajar yang sedang membimbing siswa untuk persiapan Olimpiade Fisika dengan menambah latihan untuk penyelesaian matematis. Bagi pengajar yang akan dan berminat untuk mengadakan bimbingan bagi siswa untuk persiapan Olimpiade Fisika, dengan bantuan kulit dan tangan dapat dilakukan dengan mudah penanaman konsep terutama konsep gaya yang bekerja pada benda.

  H. DAFTAR PUSTAKA rd

  Keith R. Symon. 1971. “Mechanics 3 Edition”. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company

  Noname. 2007. “Silabus Olimpiade Fisika Indonesia 2008”. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

  Ratna Wilis Dahar. 1989. “Teori-teori Belajar”. Jakarta: Penerbit Erlangga

  Rita Nunung Tri Kusyanti, 2009, “Pemahaman Konsep Siswa Setelah Menggunakan Media Pembelajaran Animasi Fisika Yang Tidak Sesuai Fisika

  ”. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan,

  dan Penerapan MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta. 16 Mei

  2009.Hal PF-89 – PF-95

  Wahyu Hari Kristiyanto, 2008, ”Pemahaman Konsep sebagai Prestasi Belajar Fisika” . Prosiding Seminar Nasional Fisika, Pendidikan, dan Aplikasinya. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Volume 1

  Tahun 2008.Hal 38-41