Sistem Pemeliharaan Ternak Potong dan Ke

MAKALAH
DASAR TERNAK POTONG DAN KERJA

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK POTONG DAN KERJA
PADA RUMINANSIA KECIL (KAMBING DAN DOMBA)

OLEH :

IQBAL JALIL HAFID
O 121 12 094
12 000

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015

I.

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya permintaan daging kambing dan domba,
mengakibatkan terjadinya pengurasan ternak di tingkat petani ternak khususnya di
pedesaan. Untuk mengatasi terjadinya kelangkaan ternak, pada petani/peternak
perlu diberikan informasi mengenai pentingnya sistem pemeliharaan dan
perawatan ternak kambing/domba yang benar untuk meningkatkan produktivitas.
Tatalaksana meliputi pembibitan (pemilihan bibit unggul), pemberian
pakan, pemeliharaan temak dan perawatan kesehatan ternak (pencegahan
penyakit). Dengan memperhatikan berbagai aspek budidaya yang benar
dimaksudkan agar usaha para petani/petemak tetap berjalan dengan baik dan
meningkatkan produktivitas.
Segala kerugian pada kegiatan budidaya diharapkan dapat dihindari,
karena pengalaman yang dimiliki peternak merupakan modal dasar dan bila
dipadukan dengan teknologi budidaya maka akan menjadikan petemak yang
mandiri dan berhasil. Oleh karena itu, dalam penulisan makalah ini dibahas
mengenai sistem pemeliharaan ternak potong dan kerja pada ruminansia kecil,
yaitu kambing dan domba.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan adalah untuk memberikan informasi mengenai sistem
pemeliharan ternak potong dan kerja pada ruminansia kecil, yaitu kambing dan
domba.
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan ini adalah sebagai informasi
mengenai sistem pemeliharan ternak potong dan kerja pada ruminansia kecil,
yaitu kambing dan domba, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik.

II.
1.

PEMBAHASAN

Pemeliharaan dan Perawatan Ternak Kambing dan Domba
Pemeliharaan dan perawatan kesehatan cara mengerjakannya satu sama

lain saling terkait dan saling berhubungan, maka dalam hal ini tidak bisa
terpisahkan.
A. Pemeliharaan
Pemeliharaan ternak kambing dan domba yang pada umumnya oleh
petani/peternak dianggap sebagai tabungan dan bukan sebagai pendapatan

pokok dengan menjadikan faktor-faktor pemeliharaan yang baik dan benar.
Faktor-faktor pemeliharaan diantaranya meliputi:
1) Makanan
Rumput merupakan makanan pokok yang harus tersedia setiap hari, yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, seperti untuk
metabolisme, untuk kebutuhan produksi susu dan untuk kebutuhan
bereproduksi (kawin, bunting, beranak dan menyusui). Untuk ternakternak yang selalu dikandangkan, pemberian rumput adalah sebanyak
10% dan konsentrat 1% dari bobot badan hidup. Selain jenis rumputrumputan, diberikan juga jenis hijauan lain/dami-damian seperti daun
singkong dan daun glyrisidia yang pemberiannya setelah proses pelayuan.
Pemberian dalam bentuk segar, sebaiknya dihindari karena tanaman ini
mengandung racun. Dengan pelayuan, maka semua racun yang ada dapat
berkurang. Pemberian yang bebas akan memberikan pertumbuhan yang
lebih cepat pada ternak, karena hijauan tersebut bernilai gizi tinggi
2) Memandikan ternak
Memandikan ternak sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun, ternak
yang tidak pernah dimandikan terlihat bulunya akan kotor, gembul dan
lembab (terutama ternak domba). Manfaat dari memandikan ternak adalah
agar kuman penyakit, parasit dan jamur yang bersarang dapat
dicegah/diberantas. Ternak yang nampak bersih akan terlihat lebih sehat,
sehingga bila dijual kemungkinan harganya menjadi lebih tinggi.


3) Mencukur bulu
Pencukuran bulu biasanya hanya dilakukan pada ternak domba, yang
dilakukan

sekurang-kurangnya

2

kali

dalam

setahun.

Cara

pencukurannya, yaitu:
a. Pergunakan gunting rambut yang tajam;
b. Sebelum pencukuran, ternak dimandikan terlebih dahulu agar bulu

tidak terlalu gembel;
c. Pencukuran dilakukan sesuai dengan petunjuk, yaitu dimulai dari
bagian perut mengarah ke depan sejajar, dengan punggung ternak; dan
d. Dalam pencukuran, sisakan guntingan bulu setinggi 0,5 cm.
4) Pemotongan kuku
Ternak kambing dan domba yang selalu dikandangkan terus-menerus
biasanya pertumbuhan kukunya lebih cepat dari pada yang digembalakan.
Kuku yang panjang apabila tidak segera dipotong dapat mengakibatkan:
a. Jalannya terganggu;
b. Ternak jantan mengalami kesulitan bila kawin;
c. Kuku yang tidak dipotong dapat patah dan bisa mengakibatkan luka
dan infeksi;
d. Di bawah telapak kuku yang panjang bisa berongga dan penuh dengan
kotoran yang ditumbuhi parasit dan jamur sehingga membahayakan
kesehatan ternak.
Oleh karena itu dalam pemeliharaan ternak kambing dan domba yang
intensif disarankan untuk melakukan pemotongan kuku secara berkala.

B. Perawatan
Pada dasarnya petani/peternak di pedesaan selalu menginginkan ternakternaknya sehat dan terhindar dari berbagai penyakit yang berbahaya dan

menular. Pada kondisi tertentu penyakit bisa berakibat fatal yang dapat
menyebabkan kematian ternak, sehingga berpotensi menyebakan kerugian
pada peternak. Beberapa diantara penyakit ternak kambing dan domba yang
sering melanda masyarakat petani ternak adalah:

1) Orf/bintumen/dakangan
Merupakan penyakit hewan yang menular, penyakit ini menyebabkan
lesi-lesi yang khas disekitar mulut/bibir berupa lepuh-lepuh atau benjolan
berkeropeng, penyakit ini disebabkan oleh virus.
a. Cara pencegahan
Hanya dapat dilakukan dengan vaksinasi terhadap ternak yang sehat
dan pada daerah yang tidak tertular.
b. Cara pengobatan
Hingga kini obat untuk penyakit tersebut masih belum diketahui,
pengobatan hanya ditujukan membunuh infeksi sekunder oleh bakteri
tidak untuk virus. Untuk itu gunakan salep anti biotika (penisilin,
streptonisin) atau anti biotika injekasi seperti terramisin, selain itu
berikan vitamin untuk memperkuat kondisi tubuh .
2) Kudis/budug
Merupakan penyakit akibat inveksi parasit kulit. Tanda-tandanya adalah

hewan yang terkena kudis/budug selalu menggosokkan bagian tubuh yang
terserang,bulu rontok, kulit tebal dan kaku.
a. Cara pencegahan






Hewan yang kudisan tidak boleh dicampur dengan yang sehat.
Hindari kontak tubuh dengan yang kudisan.
Bersihkan dan semprot kandang bekas yang kudisan dengan
Basudin 60 yang diencerkan 1 sendok teh, Basudin 60 dicampur



dengan 1 ember air.
Sebelum dipakai, kandang dicuci dengan air bersih.

b. Cara pengobatan








Sebelum diobati hewan dimandikan agar bersih (digosok dengan
sabun) lalu dijemur.
Obati dengan cara menggosokan atau mengolesi berupa campuran
oli bekas yang kental dengan belerang secara merata.
Ulangi pengobatan setiap 3 hari.
Disuntik dengan obat Ivomec.

3) Myasis/belatungan
Diakibatkan oleh luka/tubuh berdarah yang diinveksi oleh lalat sehingga
lalat bertelur dan menghasilkan larva/belatung.
a. Cara pencegahan





Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan luka.
Mencegah dan hindari adanya lalat dengan menjaga kebersihan
dan penyemprotan insektisida.

b. Cara pengobatan
Bersihkan luka dan basmi belatung dengan insektisida seperti
Gusanex, kamper yang dihaluskan (ditumbuk), tembakau juga dapat

digunakan sebagai pembasmi. Lama pengobatan sekitar 2-3 hari.
Untuk mempercepat penyembuhan dapat diberi Yodium Tinctur atau
Gusanex pada luka.

4) Keracunan tanaman
Diantara rumput-rumputan atau daun-daunan ada yang mengandung racun
dan dapat membahayakan ternak seperti daun jarak atau daun jawer
kotok. Tanda-tanda klinis ternak yang keracunan adalah mati mendadak
dengan ciri mulut berbusa, kejang-kejang, terjadi pendarahan (kotoran
berdarah). Jika terjadi keracunan usaha pengobatan jarang berhasil.

a. Cara pencegahan
Jangan memberikan makanan/hijauan yang beracun atau jangan
mengembalakan ternak di daerah yang banyak tumbuhan beracun
serta petani/peternak harus mempunyai pengetahuan mengenai jenis
tanaman yang beracun.
b. Cara pengobatan
Pada keracunan dini (baru), dapat dilakukan pemberian arang aktif
(tablet Norit) atau diminumkan air kelapa muda.

2.

Manajemen Pembibitan

A. Pemilihan Bibit
1. Persyaratan umum
1) Bibit kambing/domba yang dipilih berasal dari daerah yang bebas
penyakit hewan menular dan harus melalui pemeriksaan dan
pengamatan terhadap penyakit menular sesuai ketentuan (antara lain
bebas Brucellosis).
2) Bibit kambing/domba harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik

seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki
dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung
atau cacat tubuh lainnya.
3) Bibit kambing/domba harus bebas dari cacat alat reproduksi.
2. Persyaratan khusus
Untuk menjamin mutu produk diperlukan bibit yang sesuai dengan
persyaratan teknis sesuai dengan rumpun antara lain sebagai berikut:
1) Kambing Peranakan Ettawah
Kualitatif

Kuantitatif

a. Warna bulu kombinasi putih 1. Jantan (umur > 1 – 2 tahun):
hitam atau putih coklat
a. Tinggi pundak minimum 75 cm
b. Profil muka cembung
b. Panjang badan minimum 61 cm
c. Tanduk pejantan dan betina kecil
c. Panjang telinga minimum 26
cm
melengkung ke belakang
d. Ekor pendek
d. Lingkar dada minimum 80 cm
e. Panjang
bulu
rewos/gembyeng/surai
minimum 14 cm
2. Betina (umur > 1 – 2 tahun):
a. Tinggi pundak minimum 71 cm
b. Panjang badan minimum 57 cm
c. Panjang telinga minimum 26
cm
d. Lingkar dada minimum 76 cm
e. Panjang
bulu
rewos/gembyeng/surai
minimum 14 cm

2) Domba Lokal
Kualitatif

Kuantitatif

a. Warna bulu bermacam-macam
1. Jantan (umur 12 – 18 bulan):
b. Betina tidak bertanduk, jantan
a. Tinggi badan minimum 45 cm
bertanduk kecil tidak melingkar
b. Bobot badan minimum 15 kg
c. Bentuk badan kecil
2. Betina (umur 8 – 12 bulan):
a. Tinggi badan 40 cm
b. Bobot badan minimum 10 kg
B. Perkandangan
1.

Kandang sedapat mungkin dibuat tipe panggung menggunakan bahan
baku yang ekonomis dan kuat serta memenuhi persyaratan teknis.

2.

Disarankan untuk membuat kandang koloni/kelompok dan kandang
untuk anak yang baru lahir.

C. Pakan dan Air Minum
1.

Menyediakan pakan hijauan (rumput, leguminosa, sisa hasil pertanian,
dedaunan) dan pakan tambahan berupa mineral dan pakan tambahan
lainnya dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik.

2.

Air minum disediakan tidak terbatas (ad libitum).

D. Obat Hewan
1.

Obat hewan yang digunakan meliputi sediaan biologik, farmasetik,
premik dan obat alami.

2.

Obat hewan yang dipergunakan seperti bahan kimia dan bahan biologik
harus memiliki nomor pendaftaran. Untuk sediaan obat alami tidak
dipersyaratkan memiliki nomor pendaftaran.

3.

Penggunaan golongan obat keras harus di bawah pengawasan tenaga
medis kesehatan hewan.

E. Perkawinan
1.

Inseminasi Buatan (IB)
a.

Perkawinan menggunakan kawin alam dan atau teknik inseminasi
buatan (IB) menggunakan semen beku/semen cair yang sudah teruji
dan memenuhi standar mutu.

b.

Inseminasi buatan menawarkan cara terbaik untuk mendistribusikan
plasma nutfah dari inti peternakan domba dalam setiap ekosistem.

c.

Metode speculum inseminasi digunakan untuk domba.

d.

Umumnya inseminasi buatan mengarah untuk menurunkan tingkat
reproduksi daripada layanan alam dan semen beku memberikan
bahkan banyak tingkat kehamilan yang rendah, yaitu sekitar 40%.

e.

Inseminasi serviks umumnya diikuti untuk tingkat konsepsi yang
lebih baik.

2.

Inbreeding

Pejantan yang digunakan adalah pejantan terpilih yang memenuhi
persyaratan sebagai pejantan unggul dan harus dihindari perkawinan
kerabat dekat (inbreeding).

F. Reproduksi
1.

Parameter reproduksi domba dan kambing
a.

Breeding usia 6 – 8 bulan

b.

Datang panas (masa kelamin) setelah beranak - 21 hari setelahnya

c.

Panjang kehamilan 147 hari (rentang antara 144 dan 152 hari)

d.

Rasio jantan betina 01:20

e.

Periode estrus diulang setiap 16 – 17 hari rata-rata pada domba
(kisaran 14 – 19 hari)

f.

Periode estrus berlangsung selama sekitar 24 – 36 jam pada domba
betina

2.

Tanda-tanda estrus domba dan kambing
a.

Redden dari vulva (mengalami kemerahan) dan debit dari vulva

b.

Ekor bergoyang-goyang

3.

c.

Mencari pejantan

d.

Sering mengembik

e.

Berdiri untuk kawin (berdiri refleks)

Pejantan tertarik dengan bau, penglihatan dan suara dan menunjukkan
perilaku
a.

Mengendus vulva

b.

Memperluas leher dengan curling bibir atas

c.

Menggigit sisi domba

d.

Menaiki pasangan

G. Persiapan Betina dan Jantan
1.

Betina
1) Pembilasan (Flushing)
a.

Flushing adalah makanan konsentrat ekstra untuk domba

sebelum awal musim berkembang biak, biasanya 3 atau 4
minggu sebelum berkembang biak.
b.

Hal ini untuk meningkatkan tingkat ovulasi dari domba,
sehingga jumlah kembar dan kembar tiga meningkat.

c.

Flushing hanya akan berpengaruh jika domba berada di fase

menurunnya ketersediaan gizi.
d.

Domba dalam kondisi tubuh yang lebih baik akan menghasilkan
lebih banyak domba sehingga pembilasan domba lebih ramping
akan meningkatkan kesuburan dengan cara meningkatkan
insiden estrus, meningkatkan tingkat ovulasi dan menurunkan
angka kematian embrio dini dengan memperkuat integritas
membran janin.

e.

Flushing bisa dilakukan dengan menambah 250 gram konsentrat

harian atau 500 gram berkualitas baik kacangan jerami per
kepala per hari.
f.

Flushing meningkatkan tingkat beranak hingga 10 sampai 20

persen.

2) Eyeing
Untuk mencegah kebutaan dikarenakan wol di beberapa keturunan
yang kelebihan wol di sekitar mata harus dipotong secara teratur.
Proses ini disebut sebagai eyeing.
3) Crutching
Penghapusan wol di sekitar wilayah abadi (kemaluan) dan pangkal
ekor

seekor

domba

betina

dikenal

sebagai

crutching.

Ini

memfasilitasi kawin yang lebih baik.
2.

Jantan
1) Menandai ram/buck
a.

Demi identifikasi domba jantan.

b.

Ketika proses tagging domba betina selama pembibitan, domba
jantan akan ditandai pada pantatnya (marked).

c.

Hal ini memungkinkan untuk merekam/mengingat tanggal
ketika domba dibiakkan (pembibitan).

2) Raddle/raddling
a. Menandai domba betina dengan ram juga dapat dilakukan
dengan raddle. Raddle hanyalah krayon ram yang mengandung
harness, yang dioleskan pada pantat domba betina ketika kawin
berlangsung, sehingga tanda warna yang tersisa dapat terlihat.
b. Proses yang memungkinkan ram untuk dijalankan bersama
dengan raddle disebut sebagai raddling.
c. Praktek di atas juga dapat diterapkan dalam kambing.

H. Pencatatan (Recording)
Untuk mempermudah penelusuran silsilah diperlukan pencatatan data
individu ternak secara tertib, yang meliputi:
1.

Tetua (induk dan bapak).

2.

Kelahiran (tanggal, bobot lahir, panjang badan, tipe kelahiran dan jenis
kelamin).

3.

Penyapihan umur 3 bulan (tanggal, bobot sapih dan panjang badan).

4.

Perkawinan (tanggal kawin dan pejantan).

5.

Tanggal beranak kembali.

6.

Penyakit (vaksinasi dan pengobatan).

7.

Mutasi. Pencatatan dilaksanakan oleh peternaknya sendiri pada kartukartu dan oleh petugas dalam buku registrasi dengan model rekording
yang sederhana, mudah diterapkan di lapangan. Data hasil pencatatan
akan sangat bermanfaat untuk peningkatan kualitas bibit dan produksi
bibit serta untuk bahan seleksi dan sertifikasi calon ternak bibit di masa
yang akan datang.

I.

Seleksi
1.

Seleksi dilakukan oleh peternak terhadap bibit ternak yang akan
dikembangkan di bawah bimbingan petugas yang berwenang.

2.

Seleksi calon bibit jantan dipilih 10% terbaik dari hasil keturunan,
sedangkan calon bibit betina dipilih 25% terbaik dari hasil keturunan
untuk selanjutnya digunakan sebagai replacement.

J.

Afkir (Culling)
1.

Induk dan pejantan yang tidak produktif harus segera diafkir.

2.

Keturunan yang tidak terpilih sebagai calon bibit (tidak lolos seleksi)
harus segera diafkir.

K. Kesehatan Ternak
1.

Setiap terjadi kasus penyakit terutama penyakit menular harus segera
ditangani dan dilaporkan kepada petugas yang berwenang.

2.

Setiap ternak yang sakit harus segera dikeluarkan dari kandang untuk
diobati atau dikeluarkan dari kelompok peternak/peternakan.

III.

PENUTUP

Dengan melakukan sistem pemeliharaan dan perawatan yang baik dan
benar, diharapkan petani/peternak khususnya kambing dan domba dapat terhindar
dari segala kerugian. Pengalaman yang dimiliki oleh peternak merupakan modal
dasar, kemudian melalui dukungan oleh teknologi budidaya dapat menjadi
petani/peternak yang mandiri dan berhasil.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Tanpa tahun terbit. Breeding Management of Sheep and Goat, (Internet),
(http://agridr.in/). Tamil Nadu University: New Delhi. Diakses pada
hari Selasa tanggal 1 September 2015.
Hidayah, J. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ternak Domba dan Kambing,
(Internet),
(http://jamilatunhidayah-duniakuhidupmu.blogspot.com/).
Diakses pada hari Selasa tanggal 1 September 2015.
Rubiono, Bambang. 2006. Tatalaksana Pemeliharaan dan Perawatan Ternak
Kambing
dan
Domba .
(Internet).
(http://balitnak.litbang.pertanian.go.id). Diunduh pada hari Selasa
tanggal 1 September 2015.
Yos, T. 2014. Pedoman Teknis Pengembangan Pembibitan Kambing dan Domba
pada Tahun 2012, (Internet) (https://www.academia.edu/). Diunduh
pada hari Selasa tanggal 1 September 2015.