Mengelola Kebijakan Reformasi Birokrasi. docx
Nama : Muhammad Nafier Amrillah
Nim : 115030101111027
Mengelola Kebijakan Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi sekarang ini sebenarnya adalah kesempatan emas (golden opportunity)
bagi pemerintah untuk membenahi birokrasi. Kesempatan itu harus dimanfaatkan secara optimal oleh
pemerintah untuk melakukan perubahan mendasar terhadap kehidupan birokrasi. Mengapa merupakan
kesempatan emas? Pertama, reformasi birokrasi telah menjadi kebutuhan bagi pemangku kepentingan
baik yang berada di dalam ataupun di luar birokrasi publik. Kedua, keinginan pemerintah untuk
memperbaiki remunerasi menciptakan peluang bagi pemerintah untuk membenahi birokrasi tanpa
harus mengelola konflik dan resistensi yng hebat dari aparatur birokrasi dan pemangku kepentingan
lainnya. Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil selama lima tahun terakhir dan kemampuan
finansial yang cukup baik memungkinkan pemerintah untuk memperbaiki struktur pengajian dan
sistem intensif bagi aparaturnya. Keempat, kesempatan emas juga muncul karena dalam kurun waktu
yang tidak lama akan ada sejumlah besar PNS, konon mendekati satu juta orang, yang segera
memasuki usia pensiun. Kelima, reformasi birokrasi sekarang ini relatif telah menjadi agenda
nasional.
Distori terhadap nilai dan substansi kebijakan menjadi salah satu masalah yang lazim terjadi
dalam implementasi sebuah kebijakan publik. Kebijakan publik tidak pernah beroperasi dalam ruang
yangi vacuum, melainkan beroperasi dalam sebuah lingkungan yang kompleks yang di dalamnya
terdapat banyak pemangku kepentigan yang selalu melihat substansi kebijakan dari perspektif
kepentingan masing-masing yang sempit. Merekan akan selalu mencoba memberikan makna terhadap
kebijakan publik yang mempengaruhinya sesuai dengan kepentingannya. Para pemangku kepentigan
sering kali memberikan interpretasi terhadap isi kebijakan berdasarkan kepentingannya yang sempit,
terutama ketika isi kebijakan tidak terdefinisikan dengan jelas.
Implementasi kebijakan reformasi birokrasi yang menyeluruh, seperti yang akan dilaksanakan
di Indonesia yang melibatkan kementrian, lemabaga nonkementrian, dan pemerintah daerah, tentu
membutuhkan dukungan kelembagaan yang kuat sebagai motor penggerak dan pengendali reformasi
birokrasi (engine of reform), Institusi ini berperan sebagai motor penggerak sekaligus pengawas dan
pengendali pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi (oversight body).
Kebijakan reformasi birokrasi yang menyeluruh dan melibatkan kementrian, lembaga, dan
daerah membutuhkan manajemen perubahan yang efektif dan solid. Setiap perubahan selalu akan
menciptakan resistensi dari berbagai pihak yang nasibnya dipengarugi oleh kebijakan reformasi
birokrasi, dengan alasan yang berbeda-beda. Bagi kalangan internal birokrasi di kementerian,
lembaga, dan daerah yang merasa telah mapan dan nyaman dengan kondisi yang ada sekarang dapat
menganggap reformasi birokrasi sebagai suatu gangguan terhadap kemapanan yang selama ini mereka
nikmati.
Sistem monitoring dan evaluasi (monev) perlu dikembangkan untuk menilai kapasitas dari
program-program reformasi birokrasi dalam mewujudkan perubahan-perubahan (outcomes) pada
birokrasi publik. Sistem monev harus dikembangkan di setiap kementrian, lembaga, dan daerah,
namun harus pula terintegrasi secara baik dengan sistem monev yang ada di kementrian PAN dan RB.
Sistem monev dirancang untuk mendokumentasikan semua perubahan yang terjadi sebagai akibat dari
pelaksanaan program reformasi birokrasi, baik yang diharapkan ataupun yang tidak diharapkan
sebelumnya.
Mengelola pelaksanaan reformasi birokrasi publik di Indonesia ibarat melakukan perjalanan
jauh yang penuh dengan rintangan dan jurang yang dalam setiap saat mengancam apabila kita tidak
berhati-hati dalam mengendarai kendaraan.
Nim : 115030101111027
Mengelola Kebijakan Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi sekarang ini sebenarnya adalah kesempatan emas (golden opportunity)
bagi pemerintah untuk membenahi birokrasi. Kesempatan itu harus dimanfaatkan secara optimal oleh
pemerintah untuk melakukan perubahan mendasar terhadap kehidupan birokrasi. Mengapa merupakan
kesempatan emas? Pertama, reformasi birokrasi telah menjadi kebutuhan bagi pemangku kepentingan
baik yang berada di dalam ataupun di luar birokrasi publik. Kedua, keinginan pemerintah untuk
memperbaiki remunerasi menciptakan peluang bagi pemerintah untuk membenahi birokrasi tanpa
harus mengelola konflik dan resistensi yng hebat dari aparatur birokrasi dan pemangku kepentingan
lainnya. Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil selama lima tahun terakhir dan kemampuan
finansial yang cukup baik memungkinkan pemerintah untuk memperbaiki struktur pengajian dan
sistem intensif bagi aparaturnya. Keempat, kesempatan emas juga muncul karena dalam kurun waktu
yang tidak lama akan ada sejumlah besar PNS, konon mendekati satu juta orang, yang segera
memasuki usia pensiun. Kelima, reformasi birokrasi sekarang ini relatif telah menjadi agenda
nasional.
Distori terhadap nilai dan substansi kebijakan menjadi salah satu masalah yang lazim terjadi
dalam implementasi sebuah kebijakan publik. Kebijakan publik tidak pernah beroperasi dalam ruang
yangi vacuum, melainkan beroperasi dalam sebuah lingkungan yang kompleks yang di dalamnya
terdapat banyak pemangku kepentigan yang selalu melihat substansi kebijakan dari perspektif
kepentingan masing-masing yang sempit. Merekan akan selalu mencoba memberikan makna terhadap
kebijakan publik yang mempengaruhinya sesuai dengan kepentingannya. Para pemangku kepentigan
sering kali memberikan interpretasi terhadap isi kebijakan berdasarkan kepentingannya yang sempit,
terutama ketika isi kebijakan tidak terdefinisikan dengan jelas.
Implementasi kebijakan reformasi birokrasi yang menyeluruh, seperti yang akan dilaksanakan
di Indonesia yang melibatkan kementrian, lemabaga nonkementrian, dan pemerintah daerah, tentu
membutuhkan dukungan kelembagaan yang kuat sebagai motor penggerak dan pengendali reformasi
birokrasi (engine of reform), Institusi ini berperan sebagai motor penggerak sekaligus pengawas dan
pengendali pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi (oversight body).
Kebijakan reformasi birokrasi yang menyeluruh dan melibatkan kementrian, lembaga, dan
daerah membutuhkan manajemen perubahan yang efektif dan solid. Setiap perubahan selalu akan
menciptakan resistensi dari berbagai pihak yang nasibnya dipengarugi oleh kebijakan reformasi
birokrasi, dengan alasan yang berbeda-beda. Bagi kalangan internal birokrasi di kementerian,
lembaga, dan daerah yang merasa telah mapan dan nyaman dengan kondisi yang ada sekarang dapat
menganggap reformasi birokrasi sebagai suatu gangguan terhadap kemapanan yang selama ini mereka
nikmati.
Sistem monitoring dan evaluasi (monev) perlu dikembangkan untuk menilai kapasitas dari
program-program reformasi birokrasi dalam mewujudkan perubahan-perubahan (outcomes) pada
birokrasi publik. Sistem monev harus dikembangkan di setiap kementrian, lembaga, dan daerah,
namun harus pula terintegrasi secara baik dengan sistem monev yang ada di kementrian PAN dan RB.
Sistem monev dirancang untuk mendokumentasikan semua perubahan yang terjadi sebagai akibat dari
pelaksanaan program reformasi birokrasi, baik yang diharapkan ataupun yang tidak diharapkan
sebelumnya.
Mengelola pelaksanaan reformasi birokrasi publik di Indonesia ibarat melakukan perjalanan
jauh yang penuh dengan rintangan dan jurang yang dalam setiap saat mengancam apabila kita tidak
berhati-hati dalam mengendarai kendaraan.