Umar al Faruk dan Ekonomi Politik Islam

Umar al-Faruk dan Ekonomi Politik Islam
Syahrul Efendi Dasopang
Pemred EkonomiKa

Tidak banyak mengungkap bahwa Umar bin Khattab merupakan salah satu pemuka Arab
Quraisy yang sejak muda sudah terdidik. Citra yang diperoleh selama ini terhadap sosok
Umar ialah pribadi yang kuat, keras, jika bukan kasar. Jauh dari citra seorang yang
terdidik (educated). Padahal nyatanya menurut Baladzuri, bahwa saat Muhammad Saw
diutus menjadi Nabi, hanya 17 orang dari seluruh suku Quraisy yang bisa membaca dan
menulis, dan Umar anak Khattab merupakan salah satu di antaranya. Berarti pada saat itu
Umar masih pemuda.
Selain itu, Umar juga dipilih oleh suku Qurays sebagai duta besar bagi mereka karena
mempertimbangkan kecakapan dan pengalaman luasnya berdagang ke Persia dan Suriah.
Umar juga berbakat dalam seni puisi di samping dirinya juga merupakan pegulat terkenal.
Dalam satu riwayat disebutkan, Umar juga mengetahui dan kemungkinan besar sudah
membaca Kitab Taurat. Dengan informasi semacam itu, pantaslah jika Umar dalam
periode khilafahnya sarat dengan keputusan-keputusan yang cerdas dan berjangkau
panjang.
Dikatakan, Umar lahir 40 tahun sebelum hijrah. Saat hijrah, periode Islam yang sangat
monumental itu, Umar sudah berumur 40 tahun. Pada saat Nabi mengabarkan misi
kenabiannya, Umar berusia 27 tahun, sedangkan Nabi genap berumur 40 tahun.

Sejak memeluk Islam, praktis seluruh hidupnya bersama-sama dengan Nabi. Pada tahun 1
Hijriah, Umar menjadi tangan kanan Rasulullah dalam perang Badr. Perang ini
merupakan perang menentukan dalam masa depan Islam selanjutnya. Dengan jumlah
yang tidak seimbang, perang ini dimenangkan kaum Muslimin.
Dengan menilai pribadi Umar yang educated seperti itu wajarlah bila Umar amat cepat
menilai suatu masalah. Umar pernah menyebutkan bahwa ia dapat menilai seseorang dari
pertanyaan yang diajukannya. Umar juga merupakan pribadi yang terbuka, terus-terang
dan rasional. Banyak keputusannya diputuskan berdasarkan pertimbangan akal dengan
tanpa mendahului dalil-dalil al-Qur’an dan Hadits. Syibli Nu’mani, penulis biografi Umar
me-list 45 daftar pembaharuan yang ditorehkan oleh Umar.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pendirian Baitul Mal atau perbendaharaan negara.

Pendirian pengadilan-pengadilan dan pengangkatan hakim-hakim.
Penentuan tanggal Hijriah.
Penerimaan gelar Amirul Mukminin.
Organisasi Jawatan Perang.
Memasukkan tentara cadangan pada daftar gaji.
Pendirian Jawatan Pajak Tanah.
Penelitian dan penaksiran tanah.
1

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.

40.
41.
42.
43.
44.
45.

Sensus.
Pembangunan terusan-terusan.
Pembangunan kota-kota, yaitu Kufah, Bashrah, Jazirah, Fushthath, dan Mousul.
Pembagian negeri-negeri yang ditaklukkan menjadi propinsi-propinsi.
Pengenaan bea cukai.
Pemajakan hasil laut dan pengangkatan pejabat-pejabat untuk memungutnya.
Izin bagi pedagang-pedagang luar negeri untuk berdagang di Arab.
Organisasi penjara.
Pemakaian cambuk.
Berkeliling-keliling di waktu malam untuk menyelidiki kehidupan rakyat.
Organisasi Jawatan Kepolisian.
Pendirian markas-markas militer di tempat-tempat strategis.
Pembedaan kuda turunan dan non-turunan.

Penugasan palapor-pelapor rahasia dan mata-mata.
Rumah-rumah singgah yang dibangun sepanjang rute Mekkah-Madinah untuk
pelayanan orang-orang dalam perjalanan.
Ketentuan untuk pemeliharaan dan pengasuhan anak-anak pungut.
Organisasi rumah-rumah tamu di berbagai kota.
Putusan apakah orang-orang Arab, apakah orang Islam atau bukan Islam, tidak dapat
dijadikan budak.
Tunjangan untuk orang-orang miskin di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Pendirian sekolah-sekolah.
Gaji untuk guru-guru dan pengajar-pengajar umum.
Meyakinkan Abu Bakar untuk menghimpun al-Qur’an dan pelaksanaan pekerjaan di
bawah asuhannya.
Perumusan prinsip Qiyas.
Pembagian warisan yang lebih tepat.
Pemasukan kalimat “Shalat lebih baik dari pada tidur” dalam panggilan (azan) shalat
subuh.
Memutuskan penyelenggaraan shalat tarawih dalam berjamaah.
Talak tiga yang dijatuhkan sekaligus dinyatakan mengikat.
Ketentuan hukuman delapan puluh bilur bagi pemabuk.
Pungutan zakat atas kuda-kuda yang diperdagangkan.

Pungutan zakat atas orang Kristen Bani Taghlab sebagai ganti jizyah.
Cara mengadakan urusan umum (trust).
Kebulatan pendapat tentang 4 takbir dalam shalat jenazah.
Organisasi khutbah-khutbah dalam mesjid. Tamim Dari memberikan khutbah dengan
seizin Umar. Ini adalah khutbah pertama dalam Islam.
Pemberian gaji kepada para Imam dan Muadzdzin.
Ketentuan tentang penerangan dalam mesjid di waktu malam.
Ketentuan hukuman untuk penulisan satire dan surat-surat sindiran.
Larangan menyebutkan nama-nama wanita dalam syair-syair lirik, meskipun adat
kebiasaan itu sangat tua di Arab.

Dan menurut Sybli Nu’man, masih banyak daftar pembaharuan yang digoreskan oleh
Umar selama periode kekhalifahannya. Semua itu membuktikan betapa cerdasnya Umar.
(Syibli Nu’mani, Sejarah dan Analisa Kepemimpinan Khalifah II, Bandung: Pustaka,
1981)
2

Adalah wajar, jika bibit-bibit ushul fiqh dikatakan berkecambah tatkala Islam masuk pada
periode Umar bin Khtattab. Karena Umar menghadapi situasi dan kondisi yang jauh lebih
kompleks dari sebelumnya akibat perluasan wilayah, maka implikasinya masalah-masalah

sosial, hukum, politik, ekonomi dan budaya pun makin rumit. Umar saat itu tampil
menyelesaikan masalah dengan cemerlang dan menjadi mujtahid yang produktif dan
mengesankan karena kedudukannya sebagai amirul mukminin, tempat umat untuk
merujuk dan meminta keputusan.
Dalam hal ini, Umar memiliki suatu prinsip yang menginspirasi generasi-generasi ulama
setelahnya. Ia menyatakan prosedur judisial kepada Abu Musa al-Asy’ari, “Kalau engkau
menemukan suatu pertimbangan tentang suatu masalah dalam al-Qur’an dan Hadits dan
engkau ragu-ragu tentang itu, pikirkan soal itu dan pikirkan lagi. Lalu carilah diktumdiktum mengenai masalah-masalah yang sama atau mirip, dan putuskanlah menurutnya.”
Tidak bisa disangkal lagi, perkataannya ini mengandung makna untuk menerapkan
metode qiyas. Dalam praktiknya juga, Umar menerapkan konsultasi dengan sahabatsahabat terkemuka, sebelum mengambil keputusan. Kadangkala keputusan yang
diambilnya, di luar pendapat mayoritas, seperti halnya kebijakan pajak tanah (kharaj) di
Mesir. Para sahabat menghendaki tanah-tanah yang diperoleh dari perang tersebut
dibagikan kepada para mujahidin yang ikut berperang. Tetapi oleh Umar ditolak, dan
diberikan kepada pribumi pemilik sebelumnya yang bukan dari Romawi. Tetapi pajak
tanahnya dikenakan untuk negara.
Dalam konteks kebutuhan suatu dasar-dasar ekonomi politik Islam, jejak-jejak (atsar)
pemikiran Umar bin Khattab terkait pengaturan negara, politik, dan ekonomi, dapat
dikembangkan untuk keperluan dewasa ini, mengingat dinamis dan progressifnya
keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh pemikiran Umar bin Khattab. Beberapa asas
yang menjadi dasar pemikirannya dalam setiap kali mengambil keputusan, dapat

disebutkan antara lain: keberpihakan kepada kepentingan luas umat Muslimin;
keberpihakan kepada masa depan umat Muslimin; keberpihakan kepada pihak-pihak yang
dekat kepada Nabi; keberpihakan kepada pihak-pihak yang mendesak memerlukan; dan
keberpihakan kepada kedaulatan dan kewibawaan daulah Islam.
Untuk asas keberpihakan kepada masa depan umat Islam misalnya dapat diungkit di sini
suatu kasus untuk menentukan pembagian harta rampasan perang. Ketika Suriah dan Irak
ditaklukkan, tentara meminta kepada Umar agar tanah-tanah yang ditaklukkan dibagibagikan di antara mereka, dan untuk maksud itu, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin
Awwam, dan Bilal bin Rabah mendesak Umar. Mereka mengajukan alasan dengan dalil
surah Al-Hasyr: “Tanah-tanah apa saja yang jath ke tanganmu yang berasal dari penduduk
kota, tanah-tanah itu kepunyaan Allah dan Rasul, anak-anak yatim piatu dan orang-orang
yang membutuhkan, orang-orang yang sedang dalam perjalanan dan orang-orang miskin
di antara para Muhajirin yang terusir dari rumah-rumahnya dan mereka yang datang
sesudah itu.”
Di luar dugaan Umar kembali mengutip ayat yang menjadi dalil mereka dengan
menekankan kalimat “dan mereka yang akan datang kemudian”. Kemudian Umar
berkata, “Oleh karena itu, semuanya ini adalah kepunyaan generasi-generasi yang akan
datang dan semua negeri (tanah) ini adalah milik umat. Lalu bagaimana aku dapat
3

membagi-bagikannya kepada yang sekarang hadir dan merenggutnya dari mereka yang

akan datang sesudah itu.”
Demikian juga mengenai asas keberpihakan kepada golongan yang dekat kepada Nabi,
dapat kita sebutkan peryatan Umar tatkala menjelang kematiannya. Kepada orang-orang
yang mengelilinginya ia menyatakan, “Siapa pun yang terpilih sebagai khalifah,
kuperintahkan untuk menghormati sebaik-baiknya hak-hak istimewa (privilege) dari lima
golongan rakyat ini: Muhajirin, Anshar, Badui, orang-orang Arab yang beremigrasi ke
kota-kota di luar negeri, dan dzhimmi, yaitu orang-orang Kristen, Yahudi dan Majusi yang
berada di bawah Islam.” Kemudian Umar melanjutkan perkataannya terkait dzimmi, “Ini
adalah perintah perpisahanku kepada Khalifah yang akan datang bahwa ia hendaknya
menaruh perhatian yang setepat-tepatnya terhadap pertanggungjawaban kepada Allah dan
Nabi-Nya, yaitu bahwa perjanjian yang dicapai dengan dzimmi supaya dihormati, musuhmusuh mereka supaya dielakkan dan agar mereka tidak dikenakan kewajiban-kewajiban
yang berada di luar kekuatan kemampuannya.” (Syibli Nu’mani, Sejarah dan Analisa
Kepemimpinan Khalifah II, Bandung: Pustaka, 1981)
Baik Muhajirin, Anshar, Badui, dan Dzimmi dikenal sebagai golongan yang mendapat
perhatian tinggi dari Rasulullah. Adapun orang-orang Arab yang beremigrasi
kemungkinan besar merupakan pendakwah-pendakwah yang dikirim oleh Khalifah Umar
di masa itu.
Jika pemikiran Umar tersebut diperas, maka diperolehlah satu prinsip bahwa hal itu
didorong oleh ketundukan dan kecintaannya yang total terhadap Allah, Islam, umat dan
junjungannya yang tercinta, Muhammad Saw. Dengan merujuk asas-asas pemikiran Umar

dalam menerjemahkan kebijakan ekonomi dan politiknya pada beragam kasus yang
dihadapinya, maka asas-asas tersebut prospektif untuk dapat dijadikan sebagai dasar-dasar
teoritik ekonomi politik Islam di masa sekarang.

4