TEKNO EKONOMI PEMBANGUNAN SATELIT MULTIF

MANAJEMEN KEEKONOMIAN DAN PROYEK TEKNIK
TEKNO EKONOMI
PEMBANGUNAN SATELIT MULTIFUNGSI PEMERINTAH
DI INDONESIA

Yacob Sapan Panggau
1606844984
Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA

PROGRAM PASCA SARJANA
MANAJEMEN TELEKOMUNIKASI
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTUI

Abstrak

Mempertimbangkan kebutuhan jaringan komunikasi pemerintah saat ini, serta
proyeksi pertumbuhan jaringan yang meningkat untuk masa depan, maka kebutuhan Satelit
Multifungsi Pemerintah sangat mendesak. Satelit Multifungsi Pemerintah ini dapat berguna
bagi instansi pemerintah seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika untuk memberikan

layanan seperti informasi pasar dan peta pertanian di wilayah rural yang jauh dari jangkauan
telekomunikasi, serta landscape imaging/remote sensing lainnya (volcano watch, landslide
monitoring, security watch, fisheries quota management). Diusulkan dua skenario alternatif
penyediaan satelit mutifungsi pemerintah. Skenario Alternatif I : Pemerintah membeli Satelit
Baru dan Skenario Alternatif II :Pemerintah menyewa Satelit yang telah ada di orbit. Melalui
metode Cost-Benefit Analisis terhadap dua skenario alternatif dihasilkan rekomendasi kepada
pemerintah perihal pemilihan metoda pembangunan infrastruktur Satelit Multifungsi
Pemerintah.
Kata Kunci : Cost Benefit Analysis, Satelit Multifungsi Pemerintah, Skenario Alternatif
I. Pendahuluan
Indonesia saat ini merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki 33
provinsi yang tersebar di sepanjang 5150 km garis khatulistiwa serta berpenduduk nomor
4 paling banyak di dunia. Salah satu peran penting Pemerintah adalah menyediakan
sarana untuk mengatasi kesenjangan dalam penyebaran informasi di seluruh wilayah
Indonesia melalui pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Saat ini Indonesia masih
kekurangan transponder satelit untuk kebutuhan komunikasi dan penyiaran. Diperkirakan
masih terdapat kekurangan lebih dari 100 transponder untuk memenuhi kebutuhan
komunikasi dan penyiaran nasional. Akibatnya Indonesia harus menggunakan satelit
asing untuk mencukupi kebutuhan transponder, dimana terdapat 34 satelit asing yang
beroperasi di Indonesia. Kebutuhan satelit di Indonesia masih undersupply. Selain itu

lebih dari 70% transponder yang dipakai perusahaan Indonesia kebanyakan dimiliki oleh
asing. Sehingga hadirnya satelit sendiri memberikan peluang bisnis yang menjanjikan.
Indonesia hanya memiliki 7 slot orbit yang dapat digunakan untuk kebutuhan komunikasi
dan penyiaran. Jumlah slot orbit ini tidak bertambah dalam beberapa tahun ini, sementara
kebutuhan trasponder semakin meningkat sehingga akibatnya kebutuhan kapasitas
trasponder masih belum terpenuhi semuanya oleh satelit nasional.[5]
Mempertimbangkan kebutuhan jaringan komunikasi pemerintah saat ini, serta
proyeksi pertumbuhan jaringan yang meningkat untuk masa depan, maka kebutuhan

satelit multifungsi pemerintah sangat mendesak. Satelit multifungsi pemerintah ini dapat
berguna bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk memberikan layanan jasa keuangan,
informasi pasar, bisnis, host to host dengan lembaga pemerintahan dan BUMN, layanan
pembayaran pajak sekitar 110 juta wajib pajak, peta pertanian di wilayah rural yang jauh
dari jangkauan telekomunikasi, serta landscape imaging/remote sensing lainnya (volcano
watch, landslide monitoring, security watch, fisheries quota management) bagi keperluan
kegiatan pemerintah.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas maka perlu pengadaan satelit khusus
untuk kebutuhan pemerintah. Ada 2 Opsi Pengadaan Satelit Multifungsi Pemerintah :
1. Membeli Satelit Baru, atau
2. Menyewa Satelit yang telah ada di orbit

Menimbang satu-satunya slot orbit yang tersedia yang dapat digunakan langsung
oleh Indonesia dengan posisi diatas Indonesia adalah slot orbit 115,4⁰BT, maka
pemerintah dihadapkan pada beberapa opsi antara lain :
1. Menggunakan slot orbit tersebut dengan kondisi yang telah tersedia (apa adanya)
atau
2. Menggunakan slot orbit lain yang dapat dipakai secara sewa atau kerjasama dengan
pihak yang berhak atas penggunaan slot tersebut.

II. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian adalah mengembangkan model tekno ekonomi dalam
membangun satelit multifungsi pemerintah pada 2 (dua) skenario alternatif, yaitu :
a. Skenario alternatif I : Pemerintah membeli satelit baru
b. Skenario alternatif II : Pemerintah menyewa satelit yang telah ada di orbit

III. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Pemerintah untuk
mendapatkan alternatif optimum terhadap metoda pembangunan dan pengembangan
satelit multifungsi pemerintah.

IV. Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan masalah bahwa Analisa Cost-Benefit hanya
menggunakan parameter keekonomian, sedangkan paramater politik, hukum dan sosial
diabaikan

V. Metode dan Pembahasan
Metoda penelitian yang digunakan adalah Cost-Benefit Analisis terhadap dua
skenario alternatif pengembangkan model tekno ekonomi Satelit Multifungsi dengan
tahapan sesuai Gambar 1.
Persiapan :





Perumusan
Masalah
Penentuan
Parameter
Metoda


Pengumpulan Data
dan Analisa Data

Kesimpulan

Dimensioning
menentukan jumlah
transponder/satelit

Analisa Cost – Benefit
terhadap alternatif yang
dipilih

Gambar 1 Tahapan Metode Penelitian

Persiapan dan Pengumpulan Data
Pada tahap persiapan, dilakukan perumusan masalah yang telah dibahas pada
bagian pendahuluan. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang
bersifat kualitatif yang merupakan data Sekunder yaitu merupakan data yang didapat
dari studi kepustakaan, data instansi lain yang berkompeten, dan kajian terkait

sebelumnya.

Pengguna Satelit Multifungsi Pemerintah
Sebelum mengembangkan Satelit Multifungsi Pemerintah, maka langkah yang
perlu dilakukan adalah menentukan siapa saja pengguna Satelit Multifungsi
Pemerintah, digunakan untuk aplikasi apa saja dan berapa jumlah kebutuhan
bandwidth. Kebutuhan Kementerian/lembaga akan pemanfaatan satelit dapat dilihat
pada tabel kebutuhan Satelit Multifungsi Pemerintah.

Tabel 1 Kebutuhan Satelit Multifungsi Pemerintah[6]

No

Kementerian/Lembaga

1.

Kementerian Kelautan dan
Perikanan


2.

Kementerian Kesehatan

3.

Kementerian Dalam Negeri

4.

Kementerian Pertahanan

5.

Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan

6.

Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika
Total Transponder
Jumlah Satelit

Mbps

Ratio
1:10

Hz/Bps
0,65

Transponde
r

123

12,3

8


0,2

17.583

1.758,3

1.143

31,7

162.570

16.257

10.567

293,5
5


106.000

10.600,0

6.890

191,4

36

1
522,8
10,4

Catatan :
Menggunakan CIR 1:10
Asumsi efisiensi 1,5bps/Hz
Dimensioning Network
Orbit satelit untuk satelit multifungsi pemerintah adalah Geostasioner (GEO).
Dengan menggunakan orbit GEO yang relatif stabil terhadap putaran bumi maka

komunikasi dapat terkoneksi selama 24 jam dengan menggunakan 1 satelit saja.
Menimbang satu-satunya slot orbit yang tersedia yang dapat digunakan langsung oleh
Indonesia dengan posisi diatas Indonesia adalah slot orbit 115,4⁰BT, maka pemerintah
dihadapkan pada beberapa opsi antara lain :
1. Menggunakan slot orbit tersebut dengan kondisi yang telah tersedia (apa adanya) atau
2. Menggunakan slot orbit lain yang dapat dipakai secara sewa atau kerjasama dengan
pihak yang berhak atas penggunaan slot tersebut.

Kedua opsi mempunyai kelebihan dan kekurangan seperti terlihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 2. Pro dan Cons Menggunakan Slot orbit planned band dan slot orbit lainnya [3]
Slot Orbit
1. Planned Band

Pro’s

Con’s

a. Hak penuh telah dimiliki a. Sesuai dengan alokasi ITU,
oleh Indonesia
power dan sensitifitas adalah
sub-standar
b. Perbaikan kualitas Ku-band b. Memerlukan
dapat
diatasi
teknologi

dengan

upaya

yang

cukup tinggi dalam waktu
dan biaya untuk dapat
modifikasi filing kearah
yang lebih baik

c. Menjadi landasan yang lebih
kuat untuk modifikasi ke
depan (dgn planned maupun
non-planned band)
2. Slot Orbit Lain

a. Langsung dapat digunakan a. Menggunakan slot yang
dengan kualitas yang baik
digunakan
oleh
swasta
bahkan prima (unplanned
Indonesia maupun asing
band)
b. Tidak perlu koordinasi

b. Biaya ‘sewa’ slot

Masalah utama pada plan band adalah karakteristik teknis yang tidak optimal sehingga
memerlukan beberapa strategi khusus untuk dapat dioptimalkan. Plan/Allotment Band
mempunyai karakteristik sebagaimana pada tabel dibawah ini.
Tabel 3 Karakteristik Plan Band [6]
NO
1

DESCRIPTION

C-BAND

Ku-BAND

Uplink frequency band

6725-7025

12750-13250

4500-4800

10700-10950 dan 1120011450

(MHz)
2

Downlink frequency band
(MHz)

3

Antenna size (m)

5.5

2.7

4

Tx antenna gain (dBi)

50.4

49.8

5

Network availability (%)

99.95

99.9

6

C/N uplink (dB)

21

21

7

C/N downlink (dB)

15

15

8

Minimum elevation angle
(deg)

40

40

9

Type of modulation

Any

Any

10

Rx ES system noise temp
(K)

95

125

11

ES antenna efficiency (%)

70

70

12

Rx SS system noise temp
(K)

500

550

13

Min beamwidth (deg)

1.6

0.8

14

SS antenna efficiency

55

55

15

Downlink pfd limits
(dB(W/(m2.MHz))

-127.5

-114

16

Uplink pfd limits
(dB(W/m2.MHz))

-140

-133

17

ES EIRP density (dBW/Hz)

1.8
(Equivalent 64.8 dBW/2
MHz)

13.7
(Equivalent 76.7 dBW/2
MHz)

18

SS EIRP density (dBW/Hz)

-38.6
(Equivalent 37 dBW/36
MHz)

-22
(Equivalent 53.2 dBW/36
MHz)

Sementara untuk skenario penyewaan satelit yang telah ada dapat menggunakan
sistem condosat. Condosat merupakan salah satu bentuk penyediaan/pembelian satelit
dengan melakukan kerja sama dengan penyelenggara telekomunikasi. Umumnya
Condosat dilakukan antar perusahaan penyelenggara telekomunikasi. Kerjasama ini
dilakukan karena adanya keterbatasan biaya pengadaan satelit dan launch, keterbatasan
orbital slot, serta untuk membangun partnership antar penyelenggara satelit.
Keuntungan Condosat adalah realibity satelit lebih terjamin dan tingkat risikonya lebih
kecil, namun return relatif kecil dibandingkan dengan kepemilikan langsung dan
memerlukan agreement yang sangat kompleks antar partner kerja sama.
Alternatif Condosat yang dapat dilakukan adalah dengan operator satelit di
Indonesia seperti: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom), PT Indosat Tbk.
(Indosat) atau dengan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN).
Tabel 4. Pro dan Cons Condosat Satelit dengan Operator Satelit Indonesia dan asing
Operator
Satelit
3. Indonesia

Pros
Mudah dilakukan

Cons
Mengambil porsi kapasitas dalam
negeri yang sudah kurang

4. Asing

Relatif lebih murah

Pemerintah memasuki ranah
industri swasta

Menambah kapasitas
‘dalam negeri’

Biaya relatif lebih tinggi
Ketergantungan pemerintah
Indonesia pada swasta asing

Kapasitas Transponder
Kapasitas Transponder sesuai filling slot orbit di 115,40 E (45 transponder
@36 Mhz):
a.
14 Transponder C-planned band @ 36 Mhz.
b.
24 Transponder Ku Planned Band @ 36 Mhz.

Gambar 2 Frekuensi FSS Plan Band dengan asumsi 36 MHz per Tansponder [6]
Footprint Satelit
Footprint: Sesuai footprint filing slot orbit satelit pada 115,40E (cakupan
layanan minimal mencakup seluruh wilayah area Indonesia). Footprint Satelit
multifungsi pemerintah untuk wilayah Asia Tenggara adalah sebagaimana pada
Gambar 3 berikut ini.

Sumber : www.linksat.com
Gambar 3 Footprint Satelit Nasional untuk Wilayah Indonesia

Analisis Cost Benefit dan Capex-Opex
Pada tahap ini, akan dilakukan analisa data dan penghitungan Tekno ekonomi
/ cost-benefit analysis terhadap dua skenario alternatif untuk nantinya dievaluasi
apakah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. CAPEX (Capital Expenditure)
merupakan biaya modal investasi yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah dalam
pengembangan
Satelit
Multifungsi.
Perhitungan
nilai
CAPEX
dari
pengimplementasian teknologi tersebut akan ditambah dengan nilai OPEX (Operating
Expenditure), dimana perhitungan dalam jangka waktu 15 tahun. OPEX merupakan
biaya yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan operasional dan pemeliharaan
(Operation & Maintenance) terkait jaringan yang digunakan. Output dari analisis Cost
Benefit adalah nilai ekonomis investasi jaringan sehingga dapat diketahui tingkat
profitabilitas investasi yang akan dilakukan yang dapat dijadikan acuan untuk
mengukur profitabilitas investasi.
Proyek didefinisikan operasi yang terdiri dari serangkaian pekerjaan, aktivitas
atau layanan yang bertujuan untuk menyelesaikan tugas terpisah yang bersifat
ekonomis atau teknik secara tepat dan mempunyai tujuan yang baik. Untuk
mengetahui suatu proyek layak dijalankan atau tidak, perlu dilakukan analisis
kelayakan salah satunya yaitu menggunakan cost-benefit analysis (CBA). Costbenefit analysis merupakan metode untuk mengorganisasi informasi guna
memperoleh keputusan mengenai alokasi sumberdaya. Kekuatan sebagai alat analisis
Analisis tekno mempunyai dua fitur utama yaitu: [8]
a. Biaya dan manfaat disajikan sejauh mungkin dalam bentuk uang karena
dibandingkan satu sama lain
b. Biaya dan manfaat bernilai dinilai dalam hal klaim yang mereka buat dan
keuntungan yang mereka berikan kepada masyarakat secara keseluruhan.
Cost-benefit analysis memberikan panduan untuk efisiensi alokasi sumber
daya pada suatu area dengan banyak sektor dimana tidak ada pasar yang menyediakan
informasi secara otomatis [9]. Analis biaya manfaat berguna dimana ada alasan ketidak
percayaan pada harga pasar, sebagai contoh input relatif dibawah biaya atau output
terlalu mahal.
Cost-benefit analysis memberikan pembuat keputusan pilihan perbandingan
yang terukur, bersama dengan informasi pendukung untuk setiap biaya dan manfaat
yang tidak terukur. CBA berfungsi membantu untuk membuat keputusan. Namun,
analisis biaya-manfaat tidak menggantikan kebutuhan untuk penilaian yang baik
berdasarkan berbagai pertimbangan. CBA digunakan dalam berbagai cara yang dapat
membantu pemerintah untuk [8]:
a. Memutuskan apakah proyek yang diajukan program harus dilakukan
b. Memutuskan apakah proyek yang ada atau program harus dilanjutkan
c. Memilih antara alternatif proyek dan beberapa program

d. d.Memilih skala dan waktu proyek yang tepat
e. Menentukan peraturan yang mempengaruhi sektor swasta
Konsep dasar cost benefit analysis meliputi [8] :
a. Opportunity cost : sumber daya yang dinilai terhadap penggunaan alternatif
terbaik yang berada dibawah atau diatas harga produksi. Opportunity cost bisa
diartikan juga biaya yang dikeluarkan ketika memilih suatu kegiatan
b. Kesediaan untuk membayar: Output yang dinilai pada apakah konsumer bersedia
untuk membelinya
c. Aturan biaya dan manfaat: tunduk pada anggaran dan kendala lainnya serta
pertimbangan keadilan
Proses Cost-Benefit Analysis meliputi [8] :
a. Menentukan permasalahan. Langkah pertama dalam melakukan investigasi dan
penilaian suatu permasalahan yaitu menentukan latar belakang, yang
menempatkan proyek dalam konteks luas sebelum mempersempit fokus ke proyek
atau program itu sendiri. Langkah ini termasuk mendefinisikan tujuan proyek atau
program dan mengidentifikasi siapa yang memperoleh keuntungan
b. Menentukan kendala. Kendala dalam mencapai tujuan perlu diidentifikasi untuk
memastikan bahwa semua alternatif diuji dalam analisis yang layak. Kendala
dapat berupa:
1) Keuangan (contoh: anggaran yang terbatas, price ceiling dan price floor)
2) Price ceiling merupakan harga maksimum yang ditetapkan pemerintah agar
konsumen dapat menjangkau harga suatu barang atau jasa
3) Price floor merupakan harga minimum yang ditetapkan karena barang dan jasa
yang dijual di pasar tidak adil atau terlalu rendahsehingga produsen memerlukan
bantuan
4) Distribusi
5) Managerial (sebagai contoh terbatasnya jumlah dan kualitas staff yang
tersedia)
6) Lingkungan (sebagai contoh, standard perlindungan lingkungan yang harus
dipenuhi)
c. Menentukan alternatif
d. Mengidentifikasi cost dan benefit
Contoh dari cost meliputi:
1) Capital expenditure;
2) Operational dan maintenance pada seluruh umur proyek;
3) Biaya tenaga kerja;

4) Biaya input lainnya (material, barang-barang manufaktur, transportasi dan
penyimpanan);
5) Biaya penelitian, disain dan pengembangan;
6) Opprotunity cost yang berhubungan dengan penggunaan tanah atau fasilitas
di dalam domain publik;
7) Efek yang merugikan pihak lain (contoh: biaya lingkungan yang terkena
polusi udara dan gangguan
Contoh benefit meliputi:
1) Revenue dari proyek
2) Nilai dari peralatan modal proyek
3) Biaya yang dihindari, yaitu biaya yang seharusnya dikeluarkan tapi tidak
dikeluarkan
4) Tabungan produktifitas – pengurangan belanja proyek atau program
5) Kesehatan, lingkungan dan keuntungan sosial lainnya yang tidak dipasarkan
atau digolongkan harga
6) Pengurangan pengangguran
e. Menghitung nilai cost dan benefit. Cost-benefit analysis membandingkan cost dan
benefit menggunakan ukuran umum yaitu dolar atau rupiah. Adapun yang
dihitung dalam cost-benefit asalysis adalah sebagai berikut:
1) Nilai output akhir
2) Nilai input fisik
3) Bunga modal yang dipinjam
4) Depresiasi /penyusutan
5) Tanah
f. Rumus yang digunakan untuk menghitung Cost Benetif Analysis diambil dari
buku Engineering Economy, Sullivan, Wicks, Luchoj, sebagai berikut [7] :

dimana :
PW (.) : Present Worth
B
: benefit of the project
I
: Initial investment in the proposed project
O&M : operating and maintenance cost

Proyek dinyatakan layak apabila B – C  1

PRO’s

CON’s

1. Normal,
seperti 
Pemerintah
halnya beli Core
membeli satelit
Server IT
baru
dan
perlu 
Pengelola oleh 2. Tidak
lembaga baru yang
Lembaga
khusus
Private
/
3. Tidak perlu SDM
incumbent
spesialist
satelit
operator
dalam waktu dekat
1. Mudah (membeli 
Pemerintah
servis pengelolaan)
menyewa satelit
yang telah ada di 2. Tidak pelu lembaga 
baru
orbit

Koordinasi
pengelolaan
lebih kompleks
Security tidak
digaransi

Security tidak
digaransi
Pengadaan tidak
terkontrol
langsung

Tabel 5 Skenario Alternatif Satelit Multifungsi Pemerintah[3]

VI. Kesimpulan
Berdasarkan jumlah aplikasi dan kebutuhan bandwidth instansi pemerintah, dilakukan analisa
ekonomi Pembangunan Satelit Multifungsi Pemerintah untuk masing-masing alternatif dalam
jangka waktu 15 tahun dengan opsi :
a.Skenario Alternatif I (Pemerintah Membeli Satelit Baru) yang terdiri atas komponen Total
Capex, Total Opex, Total Penyusutan dan Rasio Cost Benefit Analysis
b. Skenario Alternatif II (Pemerintah Menyewa Satelit yang telah ada di orbit) dengan
komponen analisa yaitu Total Opex dan Rasio Cost Benefit Analysis

[1]

[2]
[3]
[4]

[5]
[6]
[7]
[8]
[9]

Daftar Pustaka
The Techno Economic Analysis Of Integrated Government Radio Network For PPDR
(Public Protection And Disaster Relief) : Case Of Jakarta, West Java, And Banten
Provinces
Satellite Regulatory and Usage in Indonesia, ITU/MIC International Satellite
Symposium 2015,30 September- 1 October 2015, Danang City, Vietnam
Laporan Akhir Penyusunan Perencanaan Penyediaan Satelit Multifungsi dan Slot Orbit
Bandung, Nopember 2016, PT. MORTEZA Teknikatama
Analisis Kebutuhan Bandwidth Satelit untuk Layanan Broadband dengan Akses Jamak
TDMA dan CDMA, Wahyu Pamungkas T¹, Dr Arifin Nugroho², Heroe Wijanto³,
¹Magister Elektro Komunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
https://kominfo.go.id/content/detail/8308/kominfo-dorong-kemandirian-operator-satelitnasional/0/berita_satker
Kajian Implementasi Satelit multifungsi Pemerintah di Indonesia, 2015, PT LAPI ITB
Sullivan, G. William. (2008). Engineeing Economy Thirteenth Edition. USA : Pearson
International Edition
Department of Finance and Administration. Handbook of Cost-Benefit Analysis.
Australia. January 2006
PMK RI Nomor 1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan terhadap Barang Milik Negara
Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.