PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KILANG

ISSN 1410-0029
Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KILANG MINYAK
DALAM LAGUNA UNTUK BUDIDAYA TANAMAN PADI
The Use of Liquid Waste within Lagoon Produce from Oil Refinery for Rice Cultivation
Oleh:
A. Iqbal
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNSOED Purwokerto

ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan limbah cair dalam laguna terhadap
pertumbuhan dan hasil dua varietas padi. Penelitian merupakan percobaan pot di rumah plastik dengan
perlakuan faktorial (2x8) disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa varietas Mentikwangi pertumbuhannya cukup baik dengan hasil gabah per malai yang tinggi, namun
bobot gabah per rumpun tidak berbeda dengan varietas Cisadane. Tanaman padi yang ditanam pada tanah
sawah hasil gabah per rumpunnya lebih tinggi dibandingkan dengan tanah sedimen laguna. Limbah cair
dalam laguna berpengaruh menurunkan hasil gabah. Kedua varietas yang ditanam pada lahan sawah yang
diairi limbah cair laguna menunjukkan adanya peningkatan kadar pati dan protein. Padi yang ditanam pada
media sedimen kandungan pati dan proteinnya lebih tinggi dibandingkan yang ditanam di tanah sawah yang
diairi dengan air irigasi.

Kata kunci: limbah cair laguna, sedimen laguna, varietas padi, hasil dan kualitas gabah.

ABSTRACT
The aim of this research was to evaluate the effects of plant media and the liquid waste on the growth
and yield of two paddy varieties. The research was a 2 x 8 factorial experiment arranged with randomize
completely block design (RCBD). This pot experiment was carried out in the plastic house. The result of
research showed that the Mentikwangi variety was good in growing and the paddy had also high in yield, but
the weight per clump was not different with the Cisadane variety. Paddy planted on the paddy soil gave
higher yield compared to that of lagoon sedimentation media. The liquid waste from oil refinery decreased
rice yield. Stalk and protein content of paddy planted within media derived from liquid waste was higher
than that of rice planted in the paddy field with irrigation system.
Key words: liquid waste on lagoon, sediment on lagoon, rice variety, yield and quality of rice.

PENDAHULUAN
Pengelolaan
limbah
sudah
semestinya menjadi bagian penting dalam
manajemen industri, karena limbah
seringkali memunculkan masalah baru

yang nilainya jauh lebih mahal
dibandingkan upaya pengelolaannya.

Menurut Murtadho dan Sa’id (1988),
limbah dikatakan mempunyai nilai
ekonomi
negatif
karena
untuk
mengelolanya biasanya membutuhkan
biaya yang cukup besar dan apabila
pengelolaannya tidak tepat, limbah
bahkan dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan (Gintings, 1995).

111

ISSN 1410-0029
Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007


Melalui penanganan limbah yang
memadai, bahaya kerusakan lingkungan
seperti pencemaran air dan tanah relatif
dapat dihindari. Oleh karena itu, upaya
pemanfaatan materi limbah yang
menumpuk dan senantiasa bertambah
banyak perlu diupayakan terus menerus
agar dapat meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat (Rachmadiah,
2000). Salah satunya untuk usaha
budidaya tanaman, yang tentunya
disesuaikan dengan materi limbahnya
mengingat kualitas limbah dapat sangat
bervariasi tergantung jenis industri dan
derajat pengelolaan limbah tersebut.
Limbah industri kilang minyak
merupakan limbah yang dihasilkan oleh
industri pengolahan minyak pertamina.
Limbah tersebut telah diolah dan
ditampung dalam laguna (semacam

kolam
yang
luas)
dan
belum
dimanfaatkan secara optimal (Pertamina,
2004). Limbah cair tersebut dialirkan
secara berturut-turut mulai dari laguna 1
sampai dengan laguna 18 dan akhirnya
dibuang ke laut. Pada saat itu limbah cair
mengalami proses pengendapan bahan
padat (sedimen) yang ikut terangkut
sehingga semakin jauh dari laguna 1
semakin jernih limbah cairnya. Secara
periodik sedimen yang berada di dasar
laguna dilakukan pengerukan dan
sedimen dibuang ke lahan sekitar laguna.
Hasil analisis laboratorium terhadap
limbah cair maupun sedimennya,
menunjukkan banyak mengandung unsur

N, P dan K yang sangat dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhannya.
Di musim kemarau, lahan pertanian
di daerah pantai banyak yang mengalami
kekeringan, sementara volume limbah
cair kilang minyak pertamina dalam
laguna cukup banyak dan dibuang ke
laut. Ada pemikiran apakah limbah cair

112

yang sudah jernih dan kandungan bahan
beracunnya sudah di bawah baku mutu
dapat dimanfaatkan untuk mengairi lahan
pertanian tersebut. Penelitian pada
tanaman padi sawah ini dilakukan untuk
menjawab
pertanyaan
tersebut.
Tujuannya, adalah untuk: 1) mengetahui

tanggap dua varietas padi yang ditanam
pada media yang diairi limbah cair dalam
laguna, 2) mengetahui pengaruh macam
media tanam dan limbah cair terhadap
pertumbuhan dan hasil padi, dan 3)
mengetahui pengaruh interaksi antara
varietas padi dan macam media yang
diairi limbah cair terhadap pertumbuhan
dan hasil padi.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di lahan
komplek PT Pertamina UP VI Balongan
Indramayu pada bulan Pebruari sampai
dengan Juli 2007. Tinggi tempat lokasi
penelitian 3 m dpl dekat pantai (sekitar
100 m). Angin yang bertiup di lokasi
penelitian cukup kencang. Suhu udara
cukup tinggi dan kelembaban rendah.
Penelitian merupakan percobaan

pot di rumah plastik dengan perlakuan
faktorial (2x8) disusun dalam rancangan
acak kelompok (RAK). Faktor pertama
adalah varietas tanaman padi yang terdiri
atas varietas Cisadane (V1) dan varietas
Mentikwangi (V2). Kedua varietas
dipilih karena banyak ditanam di daerah
tersebut. Faktor ke dua adalah macam
media dan limbah cair kilang minyak
dalam laguna yang terdiri atas: L0 =
tanah sawah + air irigasi, L1 = tanah
sawah + limbah cair laguna 1, L2 = tanah
sawah + limbah cair laguna 9, L3 = tanah
sawah + limbah cair laguna 18, L4 =
sedimen + air irigasi, L5 = sedimen +

ISSN 1410-0029
Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007

limbah cair laguna 1, L6 = sedimen +

limbah cair laguna 9, L7 = sedimen +
limbah cair laguna 18. Kombinasi
perlakuan ada 16 dan diulang tiga kali.
Variabel yang diamati meliputi
variabel pertumbuhan dan hasil yang
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun,
luas daun, jumlah anakan produktif,
bobot kering tanaman, panjang akar
terpanjang, bobot kering akar, panjang
daun bendera, panjang malai, jumlah
gabah per malai, bobot gabah per
rumpun, bobot gabah isi, dan bobot 100
butir, serta kandungan pati dan protein
dalam gabah. Data hasil pengamatan
dianalisis dengan uji F dan jika berbeda
dilanjutkan dengan uji jarak ganda
Duncans (DMRT) pada ketelitia 95%.
Pelaksanaan penelitian dimulai dari
persiapan media tanam. Tanah sawah dan
sedimen laguna dikeringanginkan lalu

dihaluskan. Setelah halus, media tanam
dimasukkan ke dalam polibag dengan 10
kg tanah media dan kemudian
dialokasikan di dalam rumah plastik
sesuai denah percobaan. Bibit padi umur
4 minggu ditanam di polibag, masingmasing 2 bibit per polibag. Pemupukan
urea, SP-36 dan KCl dilakukan dengan
menggunakan dosis separoh dari dosis
anjuran. Tanaman diairi dari limbah cair
laguna sesuai perlakuan dan kebutuhan
selama pertumbuhannya. Padi dipanen
pada umur 110 – 120 hari setelah tanam.
Untuk mengetahui kandungan pati dan
protrein dalam gabah dilakukan analisis
laboratorium di Laboratorium Kimia
Program Sarjana MIPA Unsoed.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ragam tanggap
varietas padi yang ditanam pada media


yang diairi limbah cair kilang minyak
menunjukkan adanya perbedaan pada
variabel jumlah daun, bobot kering
tanaman, panjang daun bendera, jumlah
gabah per malai dan bobot 100 butir.
Berdasarkan nilai rata-rata dari variabel
tersebut,
varietas
Mentikwangi
menunjukkan pertumbuhan yang lebih
baik daripada varietas Cisadane. Secara
lengkap data rata-rata pengamatan
variabel komponen pertumbuhan dan
hasil padi disajikan pada Tabel 1, 2, dan
Tabel 3.
Jumlah daun varietas Mentikwangi
lebih banyak daripada varietas Cisadane
Banyaknya daun ini mempengaruhi bobot
kering

tanaman,
tetapi
tidak
mempengaruhi luas daun, jumlah anakan
produktif dan jumlah malai. Banyaknya
daun menunjukkan banyaknya fotosintat
yang dihasilkan sehingga bobot kering
tanaman pun meningkat (Subhan, 1995;
Padmini dan Suwardi, 1998). Menurut
deskripsi tanaman dari Balitpa (1998),
varietas Mentikwangi memiliki jumlah
anakan produktif yang lebih tinggi
dibandingkan varietas Cisadane, namun
dalam penelitian ini hanya sedikit lebih
tinggi. Hal ini disebabkan karena kondisi
lingkungan yang tidak optimal untuk
pertumbuhannya
sehingga
varietas
Mentikwangi
tidak
dapat
mengekspresikan genotipnya secara
keseluruhan (Daradjat et al., 2001).
Hasil panen varietas Mentikwangi
bila dilihat dari jumlah gabah per malai
dan bobot gabah per rumpun cukup tinggi
dan berbeda nyata dengan varietas
Cisadane (Tabel 3). Namun, gabah ini
banyak yang hampa sehingga justru
bobot gabah isi per rumpunnya menjadi
lebih rendah. Menurut Abdurachman et
al. (2004), pengisian gabah dipengaruhi
oleh jumlah gabah dan pendeknya umur

113

ISSN 1410-0029
Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007

Tabel 1. Nilai rata-rata tanggap 2 varietas padi yang ditanam pada macam media dan
diairi limbah cair dari laguna
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Variabel Pengamatan
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun (helai)
Luas daun (cm2)
Jumlah anakan produktif
Bobot kering tanaman (g)
Bobot kering akar (g)
Panjang akar terpanjang (cm)
Panjang daun bendera (cm)
Jumlah malai
Jumlah gabah per malai
Bobot gabah per rumpun (g)
Bobot gabah isi (g)
Bobot 100 biji (g)

Var. Cisadane
106,45 a
261,0 a
32,26 a
18,6 a
161,5 a
64,8 a
40,29 a
27,4 a
24,58 a
95,73 a
62,21 a
59,49 a
2,12 b

Var. Mentikwangi
108,82 a
342,4 b
32,63 a
19,9 a
189,84 b
68,52 a
37,29 a
33,35 a
24,76 a
143,17 b
65,0 a
48,80 a
2,03 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing varietas
menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

Tabel 2. Nilai rata-rata variabel pertumbuhan padi karena perbedaan macam media
dan asal air irigasi.
Variabel Pengamatan
Tinggi
Jumlah
Bobot Panjang akar
Panjang
Perlakuan
Jumlah daun Luas daun
Bobot kering
Tanaman
anakan kering tan ter panjang
daun bendera
(helai)
(cm2)
akar (g)
(cm)
produktif
(g)
(cm)
(cm)
L0

126,20 c

379,8 d

38,6 cd

23,0 d

238,5 c

44,08 c

82,22 c

33,33 a

L1

119,28 c

378,5 d

40,7 d

21,3 cd

215,1 c

49,75 c

89,07 c

30,03 a

L2

118,95 c

381,5 d

41,9 d

20,7 cd

217,2 c

50,17 c

68,70 bc

29,25 a

L3

120,40 c

349,8 cd

41,9 d

22,5 d

259,5 c

47,00 c

118,00 d

30,03 a

L4

101,21 b

288,5 bc

27,4 ab

21,0 cd

153,4 b

35,17 b

69,17 bc

31,52 a

L5

94,67 ab

228,5 ab

31,4 bc

19,3 c

103,6 a

28,58 ab

20,20 a

30,67 a

L6

92,49 ab

197,8 a

18,5 a

15,2 b

125,6 ab

30,58 ab

56,07 b

31,10 a

L7

87,95 a

209,0 a

19,7 a

10,8 a

92,6 a

25,00 a

29,83 a

27,10 a

Keterangan: Atas dasar uji jarak ganda Duncan’s, angka pada variabel yang sama dan
diikuti oleh huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata.

114

ISSN 1410-0029
Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007

Tabel 3. Nilai rata-rata variable hasil padi karena perlakuan macam media dan air
irigasi limbah industri Laguna

Variabel Pengamatan
Perlakuan Panjang malai Jumlah gabah Bobot gabah/ Bobot gabah
(cm)
per malai
rumpun (g)
isi/rmp (g)
L0
25,57 bc
144,4 d
88,17 cd
79,72 c

Bobot 100
biji (g)
2,43 d

L1

25,05 bc

136,9 cd

68,52 bc

57,75 b

2,22 c

L2

24,12 ab

132,6 cd

107,10 b

78,63 c

2,2 c

L3

24,25 ab

132,0 cd

74,97 bc

55,95 b

2,1 bc

L4

26,48 c

121,6 bcd

53,60 ab

45,53 b

1,9 ab

L5

25,17 bc

113,6 bc

63,02 bc

44,10 b

1,8 a

L6

25,15 ab

98,3 ab

25,25

a

18,83 a

2,07bc

L7

22,60 a

76,25 a

28,25

a

20,65 a

1,87 a

Keterangan: Atas dasar uji jarak ganda Duncan’s, angka pada variabel yang sama dan
diikuti oleh huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata.

Oleh karena tanaman roboh, proses
pengisian biji padi menjadi terganggu.
Sebagai akibatnya banyak gabah yang
hampa (Sismiyati dan Partohardjono,
1994; Suardi dan Moeljopawiro, 1999).
Bobot 100 butir padi varietas
Cisadane lebih tinggi dibandingkan
varietas Mentikwangi. Bentuk gabah
varietas Cisadane bulat besar, sedangkan
varietas
Mentikwangi
ramping
memanjang sehingga bobotnya lebih
tinggi (Balitpa, 2004). Bentuk gabah ini
merupakan sifat genetik yang tidak
dipengaruhi oleh lingkungannya. Macam
media dan limbah cair kilang minyak
mempengaruhi semua variabel yang
diamati, baik variabel pertumbuhan
maupun variabel hasil kecuali panjang
daun bendera. Nilai rata-rata variabel
yang diamati menunjukkan tanaman padi
yang
ditanam
di
tanah
sawah
pertumbuhannya lebih baik dibandingkan

padi yang ditanam di tanah sedimen
(Tabel 2), kecuali pada variabel panjang
malai yang nilainya sangat beragam
(Tabel 3).
Ke dua macam media ini
berstruktur masif, tetapi tanah sawah
mempunyai kandungan liat lebih tinggi
dan kandungan pasir lebih rendah (hasil
analisis tanah). Kondisi seperti ini
menunjukkan bahwa tanah sawah lebih
pejal sehingga akar tersebut berusaha
mencari
zat
makanan
sebanyakbanyaknya dengan cara memperpanjang
akarnya, oleh karena itu akar padi di
media sawah lebih panjang. Kurniawati
(2005) menyatakan bahwa tanaman
mengatasi penyerapan air, unsur hara
yang langka dalam tanah dengan
memperbesar dan memperpanjang akar
sekitar 20 sampai 50% dari bobot
totalnya. Semakin panjang akar tanaman
maka pertumbuhan tanaman di atas tanah

115

ISSN 1410-0029
Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007

juga akan semakin baik. Pada Tabel 2
terlihat tinggi tanaman, jumlah daun, luas
daun, jumlah anakan, bobot tanaman
pada media tanah sawah lebih besar
dibandingkan dengan yang ditanam pada
media sedimen.
Pertumbuhan tanaman yang baik
pada media sawah ini sangat mendukung
hasil gabahnya (Wallace dan Yan, 1998;
Wahid, 2003). Jumlah gabah per malai,
bobot gabah per rumpun, dan bobot
gabah isi per rumpun memperlihatkan
hasil yang tinggi apabila padi ditanam di
tanah sawah. Untuk variabel panjang
malai dan bobot 100 biji pengaruhnya
sangat bervariasi, namun rata-ratanya
tetap lebih tinggi pada padi yang ditanam
di tanah sawah. Tingginya hasil gabah
ini disebabkan karena akar tanaman dapat
memperoleh zat makanan yang cukup
(Isfan, 1993; Khush, 1995). Sebaliknya
pada media sedimen walaupun cukup
hara (menurut hasil analisis media)
namun akarnya menunjukkan tidak
berkembang dan kemungkinan ada
pengaruh unsur yang dikandung oleh
sedimen, tanaman menjadi lebih kerdil
walaupun daunnya berwarna hijau.
Pengaruh
air
limbah
yang
digunakan untuk menyirami tanaman
padi tergantung pada media tanamnya.
Pada variabel pertumbuhan tanaman, air
limbah yang diberikan pada tanah sawah
tidak terlihat pengaruhnya. Antara air
irigasi dan air limbah dari laguna 1, 9,
dan 18 tidak menunjukkan adanya per
bedaan walaupun ada kecenderungan air
irigasi pengaruhnya lebih baik. Hal ini
menunjukkan air limbah dalam laguna
sebenarnya dapat digunakan untuk
mengairi sawah, hanya saja perlu diteliti
lebih lanjut kandungan unsur berbahaya
yang mungkin terakumulasi pada
tanaman.

116

Air irigasi memiliki pH yang netral
(6.8), sedangkan air limbah dalam
laguna, tanah sawah maupun sedimen
memiliki pH basa. Hal ini dapat terlihat
pengaruhnya pada hasil gabah. Air irigasi
yang diberikan pada tanah sawah maupun
sedimen dapat dikatakan rata-rata
hasilnya lebih tinggi. Pada kondisi pH
netral air irigasi dapat memberikan hasil
yang tinggi karena tanaman padi tetap
dipupuk walaupun setengah dosis
anjuran. Namun, pada air limbah yang
kandungan N, P, dan K-nya yang tinggi
tidak dapat diserap oleh tanaman karena
unsur-unsur tersebut dalam keadaan
terikat, sehingga gasil gabahnya tidak
menunjukkan
adanya
peningkatan.
Antara limbah cair dari laguna 1, 9, dan
18 tidak menunjukkan adanya perbedaan
pengaruh terhadap hasil padi untuk media
sawah. Akan tetapi, pada media sedimen
pengaruh air limbah sangat bervariasi
terhadap
pertumbuhan
tanaman,
sedangkan pada variabel hasil air limbah
dari laguna 1 dan 9 pengaruh lebih baik
dari pada laguna 18. Hal ini telah
diketahui bahwa semakin jauh laguna
dari laguna 1 atau laguna semakin
mendekati laut kandungan N, P, dan Knya semakin menurun. Ketersedian hara
tanaman dipengaruhi oleh lingkungan
termasuk pH media (Siregar et al., 1993).
dari laguna 1 dan 9 pengaruh lebih baik
dari pada laguna 18. Hal ini telah
diketahui bahwa semakin jauh laguna
dari laguna 1 atau laguna semakin
mendekati laut kandungan N, P, dan Knya semakin menurun. Ketersedian hara
tanaman dipengaruhi oleh lingkungan
termasuk pH media (Siregar et al., 1993).
Interaksi antara varietas padi dan
media tanam yang diberi limbah cair
dalam laguna nampak pengaruhnya pada
panjang akar terpanjang dan jumlah

ISSN 1410-0029
Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007

Tabel 4. Hasil Analisis Kandungan Protein dan Pati dalam Gabah
No. Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8

L0
L1
L2
L3
L4
L5
L6
L7

% Pati
% Protein
Cisadane Mentikwangi Cisadane Mentikwangi
70,09
71,61
6,73
6,72
73,39
75,89
6,87
7,53
72,30
74,23
6,70
7,58
71,05
73,28
6,95
7,26
72,62
73,13
7,23
7,52
73,02
73,91
7,14
7,33
72,01
74,12
6,90
7,46
73,44
74,22
7,38
7,41

Keterangan:
L0 = tanah sawah + air irigasi,
L1 = tanah sawah + limbah cair laguna 1,
L2 = tanah sawah + limbah cair laguna 9,
L3 = tanah sawah + limbah cair laguna 18,

anakan produktif. Pada variabel hasil
tidak terdapat pengaruh interaksi antara
kedua faktor perlakuan tersebut. Varietas
Cisadane dan Mentikwangi jumlah
anakan tertinggi pada padi yang ditanam
di tanah sawah yang diberi air irigasi.
Varietas Mentikwangi dapat beradaptasi
dengan media sedimen yang diberi air
limbah laguna 9 sehingga jumlah anakan
banyak, tetapi varietas Cisadane tidak
dapat tumbuh dengan baik pada media
sedimen tersebut.
Kandungan pati dan protein dalam
gabah pada padi varietas Cisadane yang
ditanam pada tanah sawah yang diberi air
irigasi menunjukkan nilai lebih rendah
dibandingkan dengan tanah yang diberi
air limbah (Tabel 4). Kadar pati yang
terkandung dalam beras pecah kulit
adalah sekitar 75% (Ismunadji et al.,
1988). Kandungan protein pada gabah
varietas Cisadane dan Mentikwangi yang
diperlakukan
dengan
air
limbah
menunjukkan lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan tanah sawah dengan air

L4 = sedimen + air irigasi,
L5 = sedimen + limbah cair laguna 1,
L6 = sedimen + limbah cair laguna 9,
L7 = sedimen + limbah cair laguna 18.

irigasi (Tabel 4). De Datta (1981) dan De
Datta dan Broadbent (1988) menyatakan
salah satu fungsi N pada tanaman padi
adalah meningkatkan kadar protein dalam
beras. Peningkatan kadar pati dan protein
disebabkan kandungan N pada media
maupun air limbah yang tinggi yang
diberikan secara terus menerus selama
pertumbuhannya. Standar kandungan
protein menurut Ismunadji et al. (1988)
adalah 8%, akan tetapi dari hasil
penelitian menunjukkan nilai yang lebih
rendah. Padahal ditinjau dari ketersediaan
N dalam media cukup tinggi. Ada
kemungkinan
karena
dominannya
pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga
translokasinya
ke
bagian
gabah
berkurang (Mulyanto et al., 2000).

KESIMPULAN
1. Padi
varietas
Mentikwangi
memberikan pertumbuhan yang baik
dan hasil gabah per malai yang tinggi,

117

ISSN 1410-0029
Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007

namun bobot gabah per rumpun tidak
berbeda dengan varietas Cisadane.
2. Tanaman padi yang ditanam pada
tanah sawah, hasil gabah per
rumpunnya lebih tinggi dibandingkan
dengan media sedimen laguna,
sedangkan limbah cair kilang minyak
cenderung menurunkan hasil.
3. Varietas Cisadane dan Mentikwangi,
jumlah anakan produktifnya banyak
apabila ditanam pada tanah sawah
yang diairi air irigasi. Padi yang
ditanam pada media sedimen
kandungan pati dan proteinnya lebih
tinggi dibandingkan dengan yang
ditanam di tanah sawah yang diairi air
irigasi.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, S., Supriyadi dan Z.
Susiana. 2004. Respon Padi Tipe
Baru terhadap Variasi Pemupukan
NPK. Bahan Seminar, Apresiasi
Hasil Penelitian 2003. Puslitan
Pangan, Bogor.
Balitpa. 1998. Deskripsi Varietas Padi
1991-1998. Balitpa, Sukamandi.
Daradjat, A.A, Nafisah dan R. Kurniati.
2001. Variabilitas dan heretabilitas
karakter indek kerabahan tanaman
padi sawah. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan 20(3): 6-10.
De Datta, S.K. 1981. Principle and
Practices Rice Production. John
Wiley and Sons, Inc. USA.
De Datta, S.K. dan F.E. Broadbent, 1988.
Metodology for evaluating nitrogen
utilization efficiency by rice
genotypes. Agron.J. 80: 793-798.

118

Gintings, P. 1995. Mencegah dan
Mengendalikan
Pencemaran
Industri. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.
Isfan, D. 1993. Genotypic variability for
physiological efficiency index of
nitrogen in Oats. Plant and Soil.
(154): 53-59.
Ismunadji, M.S. Partohardjono, M. Syam
dan A. Widjono. 1988. Padi I.
Badan Litbang Pertanian, Bogor.
Kurniawati, A.I. 2005. Studi Efisiensi
Agronomis Pemupukan Nitrogen
Pada Beberapa Varietas Unggul
Nasional Padi Sawah.
Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.
82 hal (Tidak dipublikasikan).
Khush, G.S. 1995. Breaking the yield
frontier of rice. Geo Jurnal 35(3):
329-332.
Marani A. dan J. Ephrat. 1983.
Penetration of radiation into cotton
crop canopies. J. Crop Sci. (25):
309-313.
Mulyanto, B., E. Lesniawati dan D.
Tjahyandari. 2000. Perbandingan
efisiensi pemupukan sawah baru
dan sawah lama di Kecamatan
Cugenang, Cianjur. J. Agrista 4(2):
162-167.
Murtadho, D.J. dan E.G. Sa’id. 1988.
Penanganan dan Pemanfaatan
Limbah Padat. PT Mediatama
Sarana Perkasa, Jakarta.
Padmini, O.S. dan Suwardi. 1998.
Pengaruh dosis pupuk N dan
pemindahan umur bibit terhadap
pertumbuhan dan hasil padi. Agrivet
2(1): 52-59.

ISSN 1410-0029
Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007

Partohardjono, S., B.S. Soepardi, dan A.
Munandar. 1981. Effect of ordinary
urea, granular urea, sulfur coated
urea and urea briquette on the yield
of PB26 lowland rice. Penelitian
Pertanian 1(1):10-14
Pertamina.
2004.
Masterplan
Lingkungan.
PT Pertamina
(Persero)
UP-VI
Balongan,
Indramayu.
Rahmadiah, B. 2000. Efek Logam Berat
Khromium (VI) dari Limbah
Laboratoriun Anorganik - LIPI
Bandung terhadap Tanaman Eceng
Gondok (Eichornia crassipes) dan
Kayambang (Salvinia molesta).
Skripsi.
Fakultas
Biologi
Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
52 hal. (Tidak
dipublikasikan)
Sakhidin, S.R. Suparto dan Y.A.
Nurwanto. 1998. Penggunaan urea
tablet untuk meningkatkan hasil
padi tanam benih langsung dan
pengaruhnya terhadap padi ratun
(efek residu).
Majalah Ilmiah
Unsoed. 24(2): 1-10.
Siregar, H., Suparman dan B. Siregar.
1993. Daya Hasil Galur Harapan
Padi Sawah dan Interaksinya

dengan Lingkungan. Penel. Pert.
13(1): 12-16.
Sismiyati, R., dan S. Partohardjono.
1994. Status Hara Nitrogen Padi
Sawah dalam Kaitannya dengan
Efisiensi Pupuk.
Penelitian
Pertanian 14 (1): 8-13.
Suardi, D. dan S. Moeljopawiro. 1999.
Daya tembus akar beberapa galur
padi. Penel. Pert. 18(1): 35-40.
Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara
Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Subhan. 1995. Pengaruh waktu aplikasi
dan dosis pupuk NPK (15-15-15)
terhadap pertumbuhan dan hasil
bawang
merah
(Allium
ascalonicum L.) varietas Ampenan.
Bul. Penel. Hort. 23(2): 136-144.
Wahid, A.S. 2003. Peningkatan Efisiensi
Pupuk Nitrogen Pada Padi Sawah
dengan Metode BWD. Jurnal
Litbang Pertanian Vol 22 (4):156161.
Wallace, D.H. and W. Yan. 1998. Plant
Breeding and Whole-System Crop
Physiology,
Improving
Crop
Maturity, Adapten and Yield. CAB
Internasional. New York USA.

119