papaer sistem bisnis sistem informasi

DISTINCTIVE STRATEGIC
MANAGEMENT
SISTEM BISNIS
PT. TRISULA INTERNATIONAL, TBK.

Oleh:
Luh Eka

5511312014

UNIVERSITAS MERCU BUANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS
MAGISTER MANAJEMEN

PELUANG BISNIS
Industri Ritel Nasional
Pada tahun 2013 Indonesia memiliki 45 juta warga kelas menengah, dan diperkirakan akan bertambah
tiga kali lipat menjadi 135 juta pada tahun 2030. Konsumen tersebut memiliki pengeluaran antara ratarata Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per hari (data statistik World Bank, Kemampuan Daya Beli), hal ini
menunjukkan kemampuan daya beli konsumen yang tinggi.
Perilaku konsumtif kelas menengah tidak berpegang lagi pada needed theory yang mengedepankan

kebutuhan-kebutuhan dasar yang memang harus dipenuhi, namun sekarang bergeser pada praktik
perilaku konsumsi yang berdasarkan pada rasa gengsi. Ini ditunjukan pada bertambah maraknya
produk-produk impor yang dapat kita jumpai di mal-mal di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung
dan Surabaya.
Selain itu, jumlah pendapatan per kapita Indonesia diperkirakan juga akan naik hampir dua kali lipat
dari sebesar 3.500 dolar AS per kapita per tahun saat ini, menjadi 6.000 dolar AS per kapita per tahun
pada 2030. Maka, berbagai merek internasional berbondong-bondong masuk ke dalam Indonesia,
karena market yang besar.
Dunia ritel kedepan akan lebih massive menggunakan konsep store without store yaitu belanja dalam
pembelian barang yang bisa dilakukan secara online dan barang diantar langsung, sehingga konsumen
tidak perlu datang ke outlet atau gerai. Bisnis ritel di Indonesia merupakan lokomotif yang
menggerakkan sektor properti dan perdagangan, khususnya yang berkaitan dengan mall dan berbagai
pusat perbelanjaan.
Bagaimanapun, konsumsi yang tinggi dari masyarakat Indonesia telah berkontribusi pada pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa negara, peningkatan ekonomi nasional, serta
peningkatan pada pembukaan lapangan kerja baru.
Industri Garmen Indonesia
Industri garmen (pakaian jadi) memiliki kontribusi yang besar dalam ekspor Indonesia. Saat ini industri
ini tengah menghadapi berbagai tantangan antara lain perubahan permintaan pasar yang semakin
cepat seiring dengan percepatan perkembangan fashion dunia yang tidak hanya mengandalkan musim

tetapi trend mode. Kemampuan industri pakaian jadi untuk berkompetisi tidak hanya di pasar domestik
namun terlebih di pasar internasional.
Pengembangan garmen atau pakaian jadi merupakan salah satu sektor andalan industri di Indonesia
dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Industri garmen juga memberikan sumbangan tenaga
kerja yang besar dalam dunia perindustrian. Menurut catatan, industri garmen menyerap tenaga kerja
sebanyak ± 500.000 orang.
Permintaan yang besar atas produk fashion dan juga jumlah pesaing yang terus bertambah, memberi
semangat Trisula untuk terus berinovasi dalam produk maupun pelayanannya terhadap pelanggan .
Bagaimana prospek bisnis fashion?
Prospek bisnis fashion tahun depan cukup menjanjikan. Manusia itu tidak terlepas dari industri fashion,
apalagi wanita. Wanita kan lebih cenderung belanja lebih banyak dan fashionable. Kalau pria hanya
beberapa kali membeli pakaian, tapi wanita akan selalu mengikuti tren. Dan yang kami harapkan para
wanita tetap belanja produk Indonesia. Selera fashion dan gaya hidup pria dan wanita berbeda. Dunia
gaya hidup selalu berkembang, selama orang butuh pakaian demi menunjang gaya hidup, di situ pasti
kami ada. Kami juga melihat kecenderungan dunia gaya hidup sekarang lebih menengah-atas, yang
mana mereka membelanjakan uang lebih banyak dengan mendapat kualitas yang bagus. Jadi, kami rasa
prospek bisnis fashion tahun depan sangat menjanjikan. Baik di Jakarta maupun di luar kota, semua
memiliki potensi dan peluang bisnis yang bagus.

Peluang sebuah bisnis ditentukan oleh banyak faktor, antara lain faktor perekonomian, sosial budaya,

stabilitas dalam arti luas, regulasi, moneter, fiskal, dan lain-lain
Peluang sebuah bisnis juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal.
Lingkungan eksternal dan internal bisnis
Lingkungan internal adalah sumber daya manusia dan fisik yang mempengaruhi kinerja bisnis secara
langsung. Lingkungan ini terdiri atas
berikut ini.
a. Karyawan (tenaga kerja/sumber daya manusia).
b. Manajemen (keahlian pengelola).
c. Pemegang saham (stakeholders).
d. Modal dan peralatan fisik (dana, mesin, gedung).
e. Informasi.
Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal adalah institusi atau kekuatan luar yang potensial mempengaruhi kinerja
organisasi. Lingkungan eksternal terdiri dari dua
komponen, yakni berikut ini.
a. Lingkungan khusus
Lingkungan khusus adalah bagian dari lingkungan yang secara langsung relevan terhadap pencapaian
tujuan organisasi. Lingkungan khusus, meliputi orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam
organisasi (stakeholder), seperti konsumen, pemasok, pesaing, dan kreditor.
Konsumen. Sebagaimana diketahui, perusahaan ada untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Konsumen atau pelanggan merupakan kelompok potensial yang mengonsumsi output atau barang dan
jasa yang dihasilkan perusahaan atau organisasi bisnis dan juga lembaga pemerintahan maupun
organisasi nonprofit lainnya.
Pemasok. Perusahaan atau individu yang menyediakan faktor-faktor produksi yang dibutuhkan
perusahaan untuk memproduksi produk atau jasanya. Pasokan meliputi penyediaan bahan
baku/material, peralatan, input keuangan dan tenaga kerja.
Pesaing. Persaingan, meliputi semua tawaran pesaing yang nyata maupun potensial serta substitusi
yang dipertimbangkan oleh pembeli. Biasanya setiap perusahaan mempunyai satu atau lebih pesaing.
Perusahaan perlu lebih memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui penawaran produk
dan jasa yang lebih baik dari pesaing.
Kreditor. Perusahaan perlu memperhatikan kreditor atau kelompok kepentingan tertentu yang
mempengaruhi kegiatan organisasi secara finansial (institusi keuangan ataupun individu yang
memberikan pinjaman dana). Kreditor, misalnya bank akan menganalisis secara saksama dan teliti
mengenai perkembangan bisnis dan potensi dari suatu perusahaan karena bank sangat berkepentingan
dalam hal pencegahan terjadinya kredit macet atau ketidakmampuan perusahaan dalam
mengembalikan pinjaman yang diberikan.
b. Lingkungan umum
Lingkungan umum meliputi berbagai faktor, antara lain kondisi ekonomi, politik dan hukum, sosial
budaya, demografi, teknologi, dan kondisi global yang mungkin mempengaruhi organisasi. Perubahan
lingkungan umum biasanya tidak mempunyai dampak sebesar perubahan lingkungan khusus, namun

demikian manajer harus memperhatikannya ketika merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta
mengendalikan aktivitas organisasi bisnis.
Kondisi ekonomi. Tingkat inflasi, masalah pengangguran, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional,
keadaan neraca pembayaran, kondisi pasar saham serta fluktuasi kurs valuta asing dan suku bunga,
secara umum adalah beberapa faktor ekonomi yang mempengaruhi praktik manajemen dalam aktivitas

bisnis. Terdapat hubungan timbal balik antara keadaan perekonomian dan aktivitas bisnis atau dunia
usaha. Kestabilan dan pertumbuhan ekonomi akan mendorong perkembangan dunia usaha, dan
sebaliknya perkembangan dunia usaha akan mewujudkan kestabilan dan pertumbuhan ekonomi.
Kondisi politik dan hukum. Terdapatnya kestabilan politik dan kebijakan pemerintah yang sesuai dapat
menciptakan suasana kondusif untuk mengembangkan aktivitas organisasi bisnis di berbagai bidang.
Pertimbangan hukum juga perlu diperhatikan perusahaan, antara lain adanya peraturan pemerintah
mengenai pembentukan dan pengawasan organisasi yang membatasi kebijakan manajerial, termasuk
dalam hal pengelolaan sumber daya manusia.
Kondisi sosial budaya. Para manajer perlu memperhatikan adanya perubahan sosial budaya masyarakat
khususnya pola dan tren pasar yang
dituju. Manajer perlu menyesuaikan strategi bisnis terutama pemasarannya dengan kondisi nilai-nilai
sosial, kebiasaan, dan selera konsumen. Sebagai contoh saat ini tren nilai dan selera masyarakat
perkotaan adalah kembali ke alam sehingga perusahaan perlu menyesuaikan strategi pemasarannya,
misal dengan membuat produk yang alami tanpa bahan pengawet.

Kondisi demografi. Kondisi demografi mencakup kebiasaan yang berlaku dalam karakteristik fisik dari
populasi,seperti jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, lokasi geografis, pendapatan, konsumsi keluarga. Perubahan pada karakteristikkarakteristik ini dapat berpengaruh pada
kebijakan manajemen perusahaan dalam merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan
mengontrol organisasi bisnisnya.
Teknologi. Teknologi merupakan salah satu faktor lingkungan umum yang paling dramatis atau paling
cepat mengalami perubahan. Teknologi pun menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan
manajer terutama dalam hal pengembangan produk. Sebagai contoh, saat ini dinamika industri ponsel
sedang berkembang pesat, kita selalu mendapat informasi adanya tawaran produk ponsel dengan
berbagai fitur dan manfaat baru dalam waktu yang sangat cepat. Hal ini karena terkait dengan
perkembangan teknologi yang terjadi. Dahulu kita hanya mengenal ponsel digunakan untuk menelepon
saja, namun dalam waktu beberapa tahun belakangan ini dengan perkembangan teknologi yang sangat
pesat, kita sudah dapat menemukan ponsel dengan tambahan fitur kamera, video kamera atau bahkan
komputer.
Globalisasi. Globalisasi adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi organisasi bisnis. Manajer
dari perusahaan besar maupun kecil yang ada di dalam negeri semakin ditantang dengan meningkatnya
jumlah pesaing sebagai dampak dari adanya pasar global yang merupakan
bagian dari lingkungan eksternal.
Secara Garis besar, faktor-faktor penting yang mempengaruhi kegiatan usaha dan operasional dari PT.
Trisula International, Tbk, meliputi:

a) Kondisi Perekonomian dan Kondisi Pasar
Kondisi Ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global sebagai karakteristik dari
perubahan nilai tukar dan suku bunga. Perbaikan dan pemulihan ekonomi bergantung kepada
kebijakan-kebijakan yang sedang atau akan dijalankan oleh pemerintah, suatu tindakan yang berada
diluar kendali perseroan.
b) Perubahan dalam Harga dan Persaingan dengan Produk Sejenis
Perseroan memiliki kisaran harga dalam memasarkan produknya sesuai dengan segmen konsumen yang
disasar. Perseroan selalu berinovasi dalam perkembangan model dan teknologi produk-produk pakaian
jadi sehingga selalu unggul dalam persaingan dengan produk sejenis. Selain itu perseroan juga memiliki
divisi pelaksana dan pengontrol kualitas yang memastikan kualitas produk yang dipasarkan.

c) Metode Penjualan
Pada umumnya dalam bisnis garmen, Perseroan menjaga dan terus meningkatkan kualitas hubungan
baik dengan para pemasok, pemilik gerai dan konsumen.
d) Perilaku Pelanggan terhadap Perubahan Teknologi Baru
Perseroan juga menjalankan program riset pemasaran untuk mendeteksi kebutuhan para konsumen
dalam menghadapi perubahan gaya hidup dan budaya serta kesesuaian dalam pembuatan dan
penggunaan bahan dasar. Perseroan bekerjasama dengan pihak ketiga dalam memberikan pelayanan
yang lebih baik dan terarah kepada konsumen.
e) Kenaikan Upah Minimum

Kenaikan Upah Minimum kota/kabupaten yang meningkat berdampak terhadap kenaikan biaya bagi
perseroan. Namun Kenaikan daya beli masyarakat secara umum juga dapat memberikan dampak positif
pada kinerja perseroan di segmen retail.

COMPANY
INDUSTRI RETAIL GARMEN DI INDONESIA
Berdasarkan informasi dari media BINA UKM pada bulan Juni tahun 2010 yang menyatakan
bahwa industri retail garmen di Indonesia merupakan industri yang sangat kompetitif, khususnya untuk
tipe retail modern. Selain Kompetisi antara merek-merek lokal, derasnya barang impor dan seiring
dengan pemberlakuan perdagangan bebas turut menyebabkan kompetisi semakin ketat.
Pertumbuhan industri retail di Indonesia sangat didukung terutama oleh kuatnya tingkat
konsumsi domestik yang peningkatan pendapatan per kapita dan populasi yang sangat besar. Selama
ini, konsumsi domestik merupakan faktor utama yang mendukung perekonomian Indonesia. Potensi
pertumbuhan pasar retail yang kuat telah mendorong masuknya pemain-pemain asing di industri retail
baik di bidang department store, specialty store, maupun merek-merek garmen yang membidik
berbagai segment pasar. Untuk memenangi persaingan, maka terdapat beberapa strategi yang dapat
diterapkan oleh setiap pelaku pasar, yakni pemilihan lokasi yang strategis, pemilihan fokus segmen
pasar, strategi harga, pemasaran, dan lain-lain. Industri Garmen merupakan bagian dari industri TPT
(Tekstil dan Produk Tesktil) yang telah berkembang cukup lama di Indonesia. Industri TPT memiliki pasar
domestik dan pasar ekspor yang besar dengan citra yang cukup bagus di luar negeri.

KONSEP BISNIS (KEGIATAN USAHA)
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam usaha ritel, Perseroan memiliki dua macam sistem penjualan
untuk mendistribusikan produknya kepada konsumen, yaitu penjualan secara konsinyasi dan putus.
Kegiatan usaha entitas anak yang berorientasi ekspor garmen dilakukan dengan memproduksi produk
garmen yang disesuaikan dengan selera dan memiliki kualitas tinggi agar mampu menciptakan loyalitas
pelanggan. Berikut penjelasan dari bentuk penjualan:
a) Penjualan Konsinyasi
Pemenuhan produk di setiap gerai dipenuhi melalui aktifitas pembelian dari pemasok. Barang dari
pemasok akan dikirim ke gudang. Sesudah barang tersedia di gudang, tim penjualan melakukan
distribusi ke setiap gerai yang sudah direncakana. Penjualan konsinyasi terjadi pada gerai-gerai yang
memiliki department store. Perseroan menyediakan fixture ditempat gerai tersebut berikut Sales
Promotion Girl. Setiap penjualan yang terjadi di department store, akan masuk rekening Department
Store. Kemudian setiap akhir bulan, perseroan membuat perhitungan rekaptulasi penjualan dengan
memotong komisi sesuai perjanjian antara perseroan dan department store untuk kemudian
dibayarkan oleh Dept. Store kepada rekening Perseroan.
Kelebihan dari sistem penjualan ini, Perseroan tidak perlu mengeluarkan biaya sewa dimuka untuk
lokasi penjualan yang pada umumnya sangat besar sehingga dapat mengganggu arus kas. Kekurangan

dari sifat penjualan ini adalah Perseroan harus menunggu pembayaran dari Dept. Store yang pada
umumnya berkisar 3 minggu – 1 ½ bulan. Selain itu perseroan harus memperhitungkan risiko tidak

tertagihnya piutang dari Department Store.
b) Penjualan Putus
Perseroan melakukan distribusi pengiriman barang dari gudang ke toko-toko perseroan yang berlokasi
di mal. Toko-toko tersebut adalah tempat yang disewa oleh perseroan dengan mal yang pada umumnya
berjangka waktu sewa 3 – 5 tahun. Perseroan melakukan dekorasi toko berdasarkan citra dari masingmasing merek yaitu JOBB, Jack Niklaus, UniAsia, Man Club. Setiap bulan perseroan membayar biaya
sewa dan biaya service charge berdasarkan perjanjian dengan pihak mal. Hasil penjualan di setiap toko,
setiap harinya langsung diperoleh dari konsumen masuk ke rekening perseroan. Perseroan juga
melakukan sistem penjualan putus dalam jumlah besar atau grosir. Jumlah ini tidak terlalu signifikan
mengingat bisnis utama dari perseroan bersifat retail. Namun perseroan telah memiliki pelanggan setia
yang kadangkala memberikan jumlah order yang lebih bersifat partai karena mereka mempunyai
network yang belum menjadi jangkauan perseroan. Perseroan juga aktif mencari lokasi penjualan di
luar pusat perbelanjaan seperti pusat perkantoran dan pusat keramaian lainnya.
Ini bertujuan agar merek perseroan dapat mudah diperoleh konsumen dan lebih dekat dengan
konsumen. Perseroan membayar sewa lokasi dengan periode tertentu kepada pemilik gedung. Dalam
periode yang disepakati, perseroan melakukan promosi/penjualan yang mana hasil penjualan masuk ke
kas perseroan. Metode ini dilakukan seasonal khususnya pada saat menjelang natal dan lebaran.
Kesuksesan kegiatan usaha perseroan juga sangat bergantung kepada sinergi antara divisi-divisi antara
lain:
 Merchandising
 Operasional, Marketing, dan Visual Merchandhising

 Logistik
PROSPEK USAHA
Garmen
Defisit transaksi berjalan yang terjadi di Indonesia saat ini disebabkan oleh sejumlah hal, di antaranya
adalah persoalan bahan bakar minyak (BBM), pertumbuhan ekonomi, dan kondisi ekonomi dunia.
Dalam hal ini, Pemerintah berinisiatif untuk memberikan insentif ekspor. Inisiatif strategis dari
pemerintah untuk memberikan insentif dan kemudahan izin ekspor membuka peluang bagi banyak
industri, tak terkecuali industri garmen. Saat ini, industri garmen di dalam negeri diramaikan dengan
beberapa kota andalan diantaranya Sukabumi, Bandung dan Solo. Ketiga kota tersebut merupakan kota
favorit bagi banyak pengusaha pakaian jadi karena UMR yang lebih rendah dan karakter pekerjanya
yang rajin. Industri garmen seakan tidak pernah habis permintaan, seiring dengan bertumbuhnya
ekonomi di luar negeri dan terus munculnya pusat-pusat perbelanjaan di berbagai kota di tanah air. Hal
ini pula menjadi tantangan bagi Trisula untuk dapat terus menjaga dan meningkatkan mutu dan
“customer satisfaction“ bagi para pelanggannya.
Ritel
Pada tahun 2014, Trisula kembali akan menambahkan toko-toko/outlet-outlet baru dari brand yang
dimilikinya. Pembukaan toko/outlet baru tersebut, kembali akan tersebar di beberapa daerah
Jabodetabek, Sumatra, Jawa Timur dan Sulawesi. Selain itu bagi daerah yang menurut Trisula tidak
terjangkau dari segi perhitungan keuntungan dan resiko, Trisula akan menggandeng mitra daerah untuk
bekerja sama dalam penjualan produk-produk Trisula. Hal ini tentunya akan dapat meningkatkan jumlah
pangsa pasar Trisula di masa-masa yang mendatang.
UTILITY TEMPAT
Perseroan memulai usaha komersial pada tahun 2005 dengan kegiatan utama usaha Perseroan adalah
bergerak dalam bidang perdagangan pakaian jadi, industri garmen, industri tekstil serta usaha terkait.

Saat ini perseroan berkedudukan di Trisula Center, Jl. Lingkar Luar Barat Blok A No. 1, Jakarta 11740.
Perseroan melakukan penjualan secara langsung melalui gerai penjualan milik sendiri dan secara
konsinyasi melalui kerjasama dengan retailer dan pewaralaba di beberapa pusat perbelanjaan.
Perseroan memiliki 156 gerai dan 9 toko tersebar di seluruh indonesia, mulai dari pulau Jawa, Bali,
Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Kombinasi distribusi dilakukan dengan membuka gerai sendiri
atau konsinyasi melalui kerja sama dengan beberapa dept. Store.
Perseroan memiliki entitas anak yang bergerak dalam bidang produksi garmen dengan penjualan
berorientasi ekspor. Adapun yang dihasilkan oleh entitas anak adalah celana panjang dengan merek
yang datang dari negara USA, Eropa, dan Jepang. Entitas anak tidak hanya menjahit dan memproduksi
pakaian, namun juga memberikan jasa desain kepada pelanggan sehingga dapat memperoleh nilai
penjualan yang lebih baik. Merek luar negeri yang dihasilkan adalah Hugo Boss, Hush Puppies, Perry
Ellis, Mizuno, dll. Entitas anak yaitu TGM dan TMS. TGM memiliki pabriok yang berlokasi di Kompleks
industri Trikencana, JL. Kopo Soreang Km. 11,5 Bandung. TMS memiliki pabrik yang berlokasi di JL. Raya
Kopo Km. 7 No. 82, Bandung.
KEUNGGULAN KOMPETITIF PERSEROAN
Secara garis besar, keunggulan kompetititf perseroan diantaranya adalah:
 Perseroan merupakan bagian dari Grup Trisula yang telah dikenal dalam industri tekstil sejak
tahun 1968. Adapun grup trisula yang bersinergi dalam dunia industri tekstil, industri garment,
dan perdagangan grosir maupun retail. Hal ini merupakan sumber kekuatan Perseroan dalam
melakukan kegiatan usahanya.
 Perseroan memiliki jaringan kerjasama international yang baik, dengan didukung oleh kegiatan
usaha ekspor Entitas Anak. Hal ini merupakan salah satu kunci Perseroan untuk memperoleh
pangsa pasar international.
 Perseroan memiliki jaringan distribusi penjualan yang tersebar di kota-kota besar di indonesia,
melalui adanya gerai gerai di department stores ternama dan stand-alone shops.
 Perseroan ditunjang oleh Divisi Research and Development yang efektif, sehingga setiap
peluncuran inovasi produk baru, Perseroan memperoleh tanggapan baik dari konsumen.

CUSTOMER

a. Konsumen
Segmentasi yang dilakukan oleh manajemen trisula sudah tepat. Sasaran yang dibidik oleh
perusahaan ini tak pelak lagi adalah pasar menengah keatas. Produk yang ditawarkan oleh Trisula
adalah produk dengan kualitas tinggi dan desain yang inovatif. Fasilitas yang disediakan serta
pelayanan yang diberikan berkelas premium. Pelanggan yang datang ke setiap store akan
mempunyai kesan yang baik atas produk dan pelayanan yang diperolehnya. Kesan terhadap lokasi
store yang baru datang kesana biasanya akan berdecak kagum atas situasi store yang nyaman,
berkelas, dan inovatif.
Perseroan memiliki segmentasi produk yang jelas dengan brand awareness yang kuat untuk produk
yang dipasarkan oleh perseroan, yaitu:
I. Jack Niklaus difokuskan untuk segmen pasar pria dan wanita yang bergaya hidup mapan
II. JOBB difokuskan untuk segmen pasar pria pekerja profesional dan eksekutif muda
III. Uniasia, difokuskan untuk segmen pasar pegawai negeri sipil, BUMN, instansi pemerintah,
dan korporasi
IV. Man Club difokuskan untuk segmen pasar anak muda yang aktif, enerjik, dan metroseksual.
V.
G2000 difokuskan untuk segmen pasar pria dan wanita untuk semua kalangan baik kalangan
muda ataupun tua yang bergaya modern
VI. Bonds difokuskan untuk segmen pasar pria dan wanita kalangan menengah keatas

Segmentasi pasar perseroan yaitu pasar domestik (Kota-kota besar Indonesia) dan pasar
international seperti Malaysia, Singapura, Australia, Jepang, dan Amerika. Manajemen perseroan
secara berkala mengadakan perjalanan dinas untuk mencari pasar diluar negeri, sedikitnya 3 kali
dalam setahun.
b. Occupation dan Occasion
Pihak manajemen perseroan (Trisula) memahami betul, apa yang diinginkan oleh pasar. Ia mampu
melihat dengan jeli peluang yang masih terbuka di segmen pasar menengah keatas. Produk yang
ditawarkan sesuai dengan permintaan pasar dan kondisi globalisasi. Apalagi produk yang ditawarkan
adalah produk kelas premium. Dengan adanya persaingan untuk produk sejenis, tidak membuat
perseroan kalah bersaing. Karena produk yang ditawarkan selalu bervariasi, inovatif, dan berkelas.
Melihat permintaan masih tinggi dan penawaran yang masih terbatas untuk produk yang bervariatif
maka tidak mengherankan jika penjualan perseroan selalu mengalami peningkatan.
c. Object dan Objective
Apa yang dibeli oleh pelanggan? Produk yang ditawarkan oleh perseroan adalah sesuatu yang
sangat dibutuhkan untuk konsumen kalangan muda dan menengah keatas yang selalu ingin tampil
beda. Mereka mencari produk yang nyaman dipakai, design yang menarik/ beda dari yang lain, dan
harga yang terjangkau untuk kalangan eksekutif.

CHANNELS DAN CENTER SUPPLIERS
TINJAUAN OPERASIONAL
Selama ± 20 tahun, Trisula berhasil bertahan dalam dinamika industri fashion. Hal ini tercermin dari
penjualan Ritel Domestik Trisula terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun yaitu 25% di tahun
2011, 40% di tahun 2012, dan 67% di tahun 2013. Trisula akan terus mengembangkan kedua sektor
yang dimilikinya yaitu garmen, dan ritel karena yakin kedua sektor ini saling mendukung dan memiliki
masa depan yang cerah. Karya cipta Trisula telah lama memasuki pasar manca negara, yaitu dengan
jalan ekspor ke beberapa negara besar seperti Amerika, Inggris, Australia, Jepang, Korea Selatan,
Malaysia dan Singapura. Pada tahun 2013, jumlah negara pengimpor produk Trisula, sekitar 25% di USA,
29% di Aus, 17% di Jepang, dan sebesar 29% tersebar di negara-negara lainnya, seperti UK, EU, Korea
dan Asia Tenggara. Trisula senantiasa bijak dalam memilih negara tujuan ekspor produknya yaitu
dengan melakukan studi lokasi dan market negara tujuan ekspor, guna mencapai efektivitas bisnis yang
berdampak pada optimalisasi kinerja Perusahaan. Dalam pasar domestik, Trisula juga terus
mengembangkan sayapnya dengan menambah titik-titik penjualan, dari 230 titik penjualan di tahun
2012, menjadi 276 titik penjualan di tahun 2013. Dan di tahun 2013, Trisula kembali menambah 1
merek baru BONDS, yaitu merek pakaian dalam dan ‘active-wear’ pria dan wanita yang ternama dari
Australia.
ASPEK PEMASARAN
Pada tahun 2013 banyak merek international yang membuka outlet di Indonesia, ini menjadi tantangan
bagi Trisula untuk melakukan peluncuran produk baru dan menggencarkan pemasaran. Bagaimanapun,
Trisula telah cukup memberikan kinerja yang baik di tahun 2013 dengan kenaikan penjualan ritel
sebesar 67% meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 40,32%. Trisula berpendapat bahwa
kenaikan penjualan tersebut merupakan dampak dari membaiknya kondisi ekonomi dan adanya
kebijakan peningkatan UMR dari pemerintah daerah.

Terus melambungnya pembangunan perkantoran dan pembukaan lapangan kerja, hal ini disadari Trisula
akan meningkatnya permintaan keperluan seragam. Serta life style penduduk kota-kota besar Indonesia
yang berorientasi gengsi disadari Trisula sebagai peluang untuk peningkatan produk apparel bermerek.
Dalam mencapai aspek pemasaran yang produktif, baik untuk strategi pemasaran international maupun
domestik, Trisula senantiasa menerapkan Unique Selling Proposition, yang berlandaskan kualitas,
pelayanan, dan nilai penjualan. Trisula yakin dengan menerapkan strategi tersebut secara optimal,
Perusahaan akan selalu unggul dalam berkompetisi di dunia usaha yang sejenis.
STRATEGI PEMASARAN DAN PANGSA PASAR
Internasional
Trisula memasarkan hasil produksi ke berbagai negara, antara lain Amerika, Eropa, Jepang, Australia
serta Korea Selatan. Trisula menerapkan strategi pemasaran dengan melihat peluang pasar yang ada,
antara lain:
• Ekonomi
Kondisi ekonomi di Amerika membaik di tahun 2013, sehingga membuka kesempatan kembali kepada
Trisula untuk mengembangkan sayapnya selain ke Australia dan Jepang yang memiliki pertumbuhan
ekonomi stabil. Melalui negara ini, di tahun 2013 nilai ekspor yang dihasilkan mengalami pertumbuhan
sekitar 20% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, penjualan export Trisula ke manca
negara mengalami pertumbuhan sekitar 16%. Strategi pemasaran yang dilakukan Trisula adalah dengan
memasuki segmen kelompok menengah dan atas, menempatkan “person in charge” yang effective di
setiap negara serta menjalin hubungan baik dengan para pelanggan di luar negeri.
• Peluang Bisnis
Pada tahun 2013, pendapatan penjualan Trisula di pasar negara-negara timur masih lebih besar
dibandingkan dengan pasar pada negara-negara barat, walaupun adanya peningkatan penjualan yang
lebih baik di negara negara barat. Hal ini mendorong Trisula untuk terus tetap menjaga stabilitas
penjualan ke beberapa negara yang sudah memiliki hubungan cukup lama.
Nasional
Pelayanan Gerai
Pada pasar domestik, Trisula memiliki 230 gerai diakhir tahun 2012 yang terdiri dalam bentuk ‘Shop’ di
dalam Mal, dan ‘Counter’ di department store seperti Debenhams, Sogo, Metro, Centro, Matahari,
Sarinah dan lain-lain. Di akhir tahun 2013, Trisula berhasil menumbuhkan jumlah titik penjualan
menjadi 276 gerai. Penjualan yang dilakukan melalui gerai ini memiliki strategi pokok pemasaran yang
harus diterapkan, seperti penyediaan produk yang berkualitas dan model yang terkini, pelayanan Sales
Assistants yang ramah dan penataan gerai yang menarik.
Pemantauan Pasar
Trisula senantiasa berupaya untuk memberikan produk dengan kualitas terbaik. Oleh karena itu, Trisula
senantiasa memonitor potensi pasar ritel sesuai dengan target dari masing-masing produk dan
membuka gerai baru sebagai upaya dalam mengembangkan usaha sekaligus mempelajari kemungkinan
untuk menambah merek.
Promosi melalui Social Media
Di tahun 2013, Trisula lebih aktif dan meningkatkan penggunaan Social Media seperti Facebook, Twitter
dsbnya dalam meningkatkan promosi merek-merek yang diperdagangkan. Pada Tahun 2014, promosi
melalui media sosial terus berlanjut. Tidak hanya promosi barang, tetapi diberikan berbagai jenis
discount dan hadiah menarik.
Sumber Daya Manusia (SDM) Pemasaran

Trisula senantiasa meningkatkan keahlian SDM pemasaran melalui proses pelatihan dan pengembangan
SDM. Setiap SDM pemasaran Trisula memahami pasokan atas distribusi barang, proses pemesanan dan
product knowldege dari masing-masing produk yang dijual. Di masa mendatang, Trisula akan
mengembangkan dan menyempurnakan strategi pemasaran yang sudah ada dengan mengevaluasi
strategi tersebut secara berkala.

COMPETITORS
KOMPETISI
Persaingan bisnis bisa dilihat dari dua sisi, yaitu dalam konsep persaingan luas dan persaingan regional.
Industri garment dan retail dalam negeri saat ini selain dihadapkan oleh persaingan antara pemain
lokal, juga menghadapi persaingan dengan produk garment impor seiring dengan pemberlakuan
perdagangan bebas ACFTA. Oleh karena itu untuk bisa memenangkan persaingan, maka produk yang
ditawarkan harus mempunyai keunggulan komparatif, produk premium, distribusi yang luas, dan
kualitas pelayanan yang tinggi. Produk harus bisa mengikuti ke arah mana kecenderungan permintaan
pasar.

KESIMPULAN
Pengusaha ritel dinilai perlu menjalankan sepuluh hal ini untuk memperoleh kesuksesan dalam
menguasai pasar. Terlebih, Indonesia sebagai negara berkembang perlu persiapan lebih untuk
menghadapi perdagangan bebas pada 2015.
 Hal yang pertama dan paling utama yakni memilih lokasi strategis sesuai dengan target pasar.
Hal ini tidak hanya berlaku bagi pasar domestik, tetapi juga bila pengusaha akan berekspansi ke
luar negeri.
 “Kedua, mereka harus mampu beradaptasi, mengerti, dan mau untuk mendengarkan pelanggan.
Apalagi, Indonesia memiliki karakteristik yang unik, ada Jawa dan luar Jawa, ada urban dan nonurban.
 Ketiga, lanjutnya, pengusaha harus mampu memprediksi jangkauan secara tepat. Hal ini
berhubungan erat dengan pemilihan segmen pasar yang akan dibidik.
 Keempat, memilih saluran pemasaran yang tepat, misalnya apakah secara konvensional atau ecommerse. Bisa juga dengan keduanya yang disebut cross channel.
 Kelima, pengusaha tidak bisa selalu melakukan seluruh pekerjaan bisnis ritel sendiri, maka
dibutuhkan seorang manajer yang handal. Dia harus mampu mengerjakan pekerjaannya sesuai
dengan ekspektasi pengusaha.
 Keenam, dibutuhkan konsep yang jelas mengenai usaha ritelnya.
 Ketujuh, adanya sistem yang bagus baik dalam manajemen maupun rantai produksi hingga
sampai ke tangan konsumen.
 Selain itu yang kedelapan, perusahaan harus mempunyai sistem penjualan yang efektif,
terutama dalam mempromosikan agar pesan brand bisa tersampai.
 Kesembilan, harga harus dijaga agar tetap kompetitif, tidak terpaut jauh dengan di pasaran.
Terakhir, pengusaha harus mampu mengisi celah yang belum dimanfaatkan kompetitor lain.
Mereka harus mampu melakukan hal yang belum dilakukan.