Sekolah dan Organisasi Sosial Sebuah Per

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bidang praktek pekerjaan sosial adalah di bidang pendidikan
atau sekolah. Pendidikan

merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi

manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya,
agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Pekerja sosial harus mampu bekerja sama dengan personil sekolah untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Pekerja sosial memberikan perspektif untuk praktek di sekolah yang
berfokus pada hubungan antara manusia dan lingkungan sosial mereka sebagai unit
analisis utama dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi sosial (Richman,
Bowen & Woolley, 2004). Perspektif ini menekankan bahwa lingkungan sangat
berpengaruh dalam membentuk ekosistem anak-anak dan interaksi mereka dengan
lingkungannya sebagai tempat mereka hidup dan melakukan fungsi sosialnya.
Pekerja sosial sekolah harus memiliki pemahaman tentang poses kerja
kolektif yang mempengaruhi fungsi dan hasil belajar siswa. Misalnya, jika iklim
sosial sekolah tidak mendukung kehangatan dan


tidak insentif, maka akan

menghambat proses belajar dan mengajar di kelas. Pekerja sosial sekolah berada
dalam posisi untuk melakukan intervensi secara langsung atau berkolaborasi dengan
orang lain untuk mengubah kualitas lingkungan ini.
Sekolah merupakan sistem sosial yang oleh sosiolog disebut sebagai
organisasi formal. Hal ini berarti sekolah merupakan sistem sosial yang telah
dilembagakan dan memiliki aturan-aturan atau norma-norma tertentu yang
diterapkan dan sifatnya mengatur interaksi sosial anggotanya untuk mencapai
tujuan. Teori sistem umum memberikan konsep yang berguna untuk memahami dan
menganalisis fungsi sekolah dan konteks yang lebih luas di mana mereka berfungsi.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang diatas, maka yang yang menjadi umusan
masalah adalah

1.
2.


Apakah yang dimaksud dengan teori sistem?
Bagaimana implikasi teori sistem umum dalam pekerjaan sosial sekolah?

1.3 Tujuan Penulisan
Melalui penulisan makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam:
1. Memahami definisi teroi sistem umum
2. Memahami bagaimana imolikasi teori sistem umum dalam praktek pekerjaan
sosial sekolah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Sistem Umum
Teori sistem umum telah digunakan sejak tahun 1950 sebagai perspektif
yang terintegrasi dalam dunia

pendidikan pekerjaan sosial. Teori ini

menyediakan cara yang terorganisir untuk mempelajari sekolah sebagai
lingkungan yang dinamis termasuk di dalamnya interaksi antara sekolah dengan

berbagai lapisan masyarakat lainnya. Selain itu, teori sistem menggunakan
asumsi teori dan konsep-konsep dari paradigma sistem untuk mempelajari
makhluk hidup dan hubungan mereka pada berbagai tingkatan (Barker, 1999).
Sistem pada dasarnya memiliki beberapa karakteristik umum sebagai
berikut
1.

Bagian dari sistem bersifat dinamis, berinteraksi satu sama lain, saling
berhubungan, dan saling tergantung satu sama lain.

2.

Suatu sistem dapat tersusun dari beberapa sub sistem, sub sistem dapat tersusun
dari beberapa sub-sub sistem yang secara keseluruhan harus dilihat sebagai
bagian dari sistem.

3.

Setiap sistem memiliki tujuan proses, norma, perangkat peran, struktur sendiri,
dan pola-pola tertentu.


4.

Sistem pada dasarnya bersifat terbuka (open system) dengan ciri adanya
masukan energi, keluaran, proses di dalam sistem, masukan informasi, umpan
balik negatif dan sebagainya.
Teori sistem umum sendiri dikemukakan oleh seorang ahli biologi yaitu

Ludwig Von Bertalanffy. Bertalanffy memadukan prinsip-prinsip umum dari
pendekatan sistem yang terus berkembang dalam disiplin ilmu yang beragam seperti
biologi, ilmu sosial, dan ekonomi. Teori sistem sosial juga menerapkan perspektif
sistem umum untuk manusia, individu atau kelompok individu yang berada dalam
suatu interelasi. Sebagai suatu perspektif inti dalam basis pengetahuan pekerjaan
sosial sekolah teori sistem membantu pekerja sosial sekolah untuk memahami
bahwa sekolah adalah sistem sosial dengan sifat yang kompleks dan subsistem
(bagian dari keseluruhan yang besar) dan supra system (dalam konteks lingkungan)
serta memiliki input dan output, yaitu internal dan eksternal.

Untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu
membedakan unsur-unsur dari pembentukan sebuah sistem. Organisasi sosial

sebagai sistem terbuka terdiri atas:
1.

Input
Input organisasi biasanya diperoleh dari lingkungan, seperti bahan
mentah, manusia, modal, dan informasi. Input dalam sekolah adalah anak-anak
yang memiliki berbagai macam tingkah laku dan inilah yang diproses.

2.

Proses
Proses merupakan cara untuk merobah input menjadi suatu output.
Namun dalam situasi tertentu, proses tidak dapat diketahui secara detail karena
transformasi yang dilakukan terlalu kompleks. Kombinasi input yang berbeda,
atau urutan pemakaiannya yang berbeda mungkin akan menghasilkan output
yang berbeda. Misalnya, banyak pimpinan organisasi tidak dapat menentukan
hubungan antara berbagai komponen dari sistem sehingga dia tidak dapat
mengerti faktor mana yang dominan dalam mencapai sasaran perusahaan.

3.


Output
Output merupakan keluaran yang dihasilkan ke lingkungan, seperti
produk, keuntungan, informasi.

4.

Feedback atau umpan balik
Feedback atau umpan balik merupakan elemen penting dalam
pengendalian. Umpan balik informasi diberikan ke orang-orang yang tepat
dalam organisasi, kemudian diproses lebih lanjut. Sehingga jika sesuatu

melenceng dari rencana yang telah ditetapkan, maka perbaikan bisa segera
dilakukan. Sehingga setiap organisasi memiliki pendekatan-pendekatan dalam
sistemnya yang meliputi penerapan konsep-konsep dan strategi yang cocok dari
teori-teori sistem guna mempermudah pemahaman tentang organisasi dan
praktik manajerialnya
5.

Penghubung Sistem

Penghubung (interface) merupakan media penghubung antara satu
subsistem dengan subsistem lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan
sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang lain.
Keluaran (output) dari satu subsistem akan menjadi satu masukan (input) bagi
subsistem yang lain dan akan melalui penghubung. Dengan penghubung satu
subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem yang lainnya membentuk satu
kesatuan.

6.

Boundariess atau batasan sistem
Batasan sistem (boundary) merupakan daerah yang membatasi antara
suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas
sistem ini memungkinkan suatu sistem dipasang sebagai suatu kesatuan.
Batasan sistem membatasi sistem dengan lingkungannya. Dalam sistem yang
terbuka, biasanya batas tersebut fleksibel, berbeda dengan sistem tertutup, batas
tersebut kaku

7.


Environment
Lingkungan luar (environment) dari suatu sistem adalah apapun diluar
batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem
dapat bersifat menguntungkan dan dapat bersifat merugikan sistem tersebut.

Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan
dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara.
Asumsi utama dari teori sistem umum adalah bahwa semua sistem
memiliki tujuan yang terarah.

Sebagai suatu sistem sosial, sekolah melakukan

usaha bersama untuk mecapai tujuan tertentu.
1.
Sekolah Yang Berorientasi Pada Tujuan
Sekolah merupakan sistem sosial yang terdiri atas siswa, guru, dan
bagian administrasi.Contoh paling sederhana dari sebuah sekolah sebagai
sistem sosial adalah sebuah sekolah yang terdiri dari siswa, guru dan sebuah
administrasi. Edgar Schein (1985) menguraikan dua tujuan utama dari sistem
sosial, seperti sekolah yang berinteraksi dalam keadaan yang sangat interdepent

:
a.
b.

Adaptasi eksternal, yang membahas misi dan tujuan dari sistem
Integrasi internal, yang membahas fungsi sistem internal.
Sekolah untuk mencapai misi yang telah ditetapkan perlu adanya

komitmen ikatan internal dengan dukungan, kekompakan, ataupun kepedulian
dari semua bagian dari sistem. Sedangkan menurut Schen, integrasi internal itu
sendiri didorong oleh tingginya tingkat adaptasi eksternal atau keberhasilan
kinerja. Dalam konteks penanganan masalah adaptasi eksternal dan integrasi
internal,

sistem

sosial

mengembangkan


batas-batas

kelompok

yang

mendefinisikan orang dalam dan orang luar serta aturan atas perilaku yang
mengatur tentang interaksi mereka.
Organisasi dalam lingkup sekolah merupakan sistem sosial yang
berorientasi pada tujuan. Sekolah berfungsi sebagai organisasi pembelajaran
yang dijalankan secara fleksibel dimana pembuatan keputusan dilakukan secara
desentralisasi, menerima percobaan belajar, dan memfokuskan tujuan yang
direalisasikan dalam beberapa bidang prioritas yang utama, serta tetap terbuka
terhadap cara kerja baru dalam konteks tujuan organisasi.
Bowen, Rose dan Ware (2006) mengasosiasikan pembelajaran
organisasi dengan serangkaian inti dari kondisi dan proses yang mendukung
kemampuan organisasi dalam memperoleh nilai dan menggunakan informasi
dan pengetahuan yang diperoleh dari para pegawai ataupun pemangku

kepentingan dalam merencanakan keberhasilan serta melaksanakan dan

mengevaluasi strategi untuk mencapai tujuan kinerja. Pada intinya organisasi
tidak hanya mencakup para pegawai, tetapi juga mereka yang mendapatkan
pelayanan dari organisasi termasuk di dalamnya siswa, orang tua dan anggota
masyarakat.
2.

Subsistem
Subsistem merupakan pembagian divisi kerja dan dirancang untuk
meningkatkan adaptasi eksternal dan integrasi internal sistem sosial.
Keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya sebagian besar tergantung
pada pengaruh fasilitas beberapa subsistem, yang meliputi ruang kelas, guru
dan pekerja sosial yang dirancang untuk mencapai ketertiban dan organisasi
dalam menghadapi tuntutan lingkungan.
Komponen subsistem biasanya tidak semua memiliki kekuatan yang
sama. Beberapa individu dan subkelompok memiliki kekuatan yang lebih besar
daripada yang lain. Dengan kekuasaan, berarti kita memiliki kemampuan untuk
membuat keputusan dan untuk mempengaruhi tindakan dan perilaku orang lain.
Seperti bisnis, sistem sosial sekolah sistem sosial biasanya memiliki hirarki.
Kepala sekolah dan tim manajemennya adalah pemimpin pemberian sanksi di
sekolah. Guru dan staf profesional lainnya, seperti pekerja sosial sekolah,
beroperasi di bawah otoritas kepala sekolah dan tim manajemennya. Dan siswa
berada di tingkat paling bawah dan memiliki pengaruh yang lebih dan kontrol
atas keputusan dan untuk mendapatkan akses ke sumber daya yang terbatas
Mengingat hampir tidak ada suatu masalah yang berdiri sendiri, maka
semua pimpinan atau manajer yang bertanggung jawab dalam suatu organisasi
diharapkan perlu menggunakan pendekatan yang menyeluruh dalam proses
pengambilan keputusan terutama dalam menentukan tujuan, mengalokasikan
sumber daya, dan membuat perencanaan. Proses pengambilan keputusan yang
dilakukan harus memperhatikan semua faktor yang terkait dan keputusan yang
diambil harus ditekankan kepada upaya untuk mencapai kinerja dari
keseluruhan (sistem) organisasi bukan hanya kinerja dari salah satu bagiannya.
Teori sistem umum menggunakan konsep Holon yang menggambarkan
kemampuan untuk melihat entitas yang sama, satu kelas juga dapat dipelajari

sebagai suatu sistem sosial. Input dan proses, bagaimanapun, adalah terkait
dengan proses operasional seluruh sekolah. Murid dan guru memasuki dan
meninggalkan ruang kelas, materi dan fasilitas fisik yang disediakan, bahkan
hubungan sosial diatur dalam norma-norma kelas serta produk dari sekolah
yang lebih besar, kawasan sekolah dan lembaga pendidikan. Sebaliknya, sistem
sosial kelas terdiri dari jaringan interaksi dan hubungan yang rumit seperti
pengaturan fisik tempat duduk, status hierarki, perbedaan ras, struktur
kewenangan, dan perbedaan dalam sejarah pembelajaran, kemampuan, jenis
kelamin, dan usia.
3.

Supra sistem
Sekolah merupakan sistem yang terbuka dan beroperasi dalam konteks
yang lebih besar dimana mereka melakukan pertukaran materi, energi, dan
informasi melalui proses umpan balik secara formal dan informal. Pada
umumnya istilah sistem lingkungan didefinisikan sebagai semua faktor fisik
dan sosial yang merupakan batas luar suatu sistem dan memberikan pengaruh
pada sistem. Tiga tingkat pengaruh eksternal yang dibahas di bawah ini
menyediakan konteks bagi kinerja sekolah:
a. Tingkat Kabupaten
Biasanya, sekolah beroperasi di kompleks yang lebih besar dari
unit sekolah dan masing-masing dengan administrator dan staf
pengajar sendiri yang dibantu oleh kader sistem administrasi yang
luas. Dalam sistem modern yang kompleks, kader administrasi ini
terdiri dari kepala administrasi (pengawas) yang bertanggung
jawab untuk semua staf langsungnya dan arah kegiatan sistem.
Reformasi Sekolah di tingkat kabupaten dapat berfokus pada
kebijakan tentang alokasi sumber daya yang terbatas untuk setiap
sekolah, termasuk keputusan tentang perbandingan siswa dan guru
b.

serta pekerja sosial sekolah.
Tingkat Masyarakat Lokal
Sekolah juga beroperasi dalam proses dan struktur masyarakat
setempat. Masyarakat didefinisikan sebuah lingkungan terdekat di mana
sekolah dan siswa berada. Lingkungan lokal ini termasuk didalamnya

infrastruktur fisik, kualitas dan jenis sumber daya masyarakat, profil
demografi dan sosial masyarakat yang bervariasi sesuai dengan kelas
sosial, usia, dan komposisi rasial dan etnis, norma-norma masyarakat
berpengaruh pada struktur organisasi dan fungsi sekolah (Arum, 2000;
Furstenberg & Hughes, 1997). Sebaliknya, pengusaha, tempat ibadah,
tetangga, keluarga, kelompok sebaya, serta lembaga masyarakat publik
dan swasta termasuk sekolah merupakan bagian dari ekosistem
masyarakat setempat.
Fokus dari perspektif teori sistem umum adalah efek dari fitur
struktural (misalnya, ketersediaan dan akses untuk mendukung layanan
dan program) dan proses kolektif

(misalnya pola perilaku) pada

masyarakat dan sekolah terkait dengan hasil sekolah. Reformasi Sekolah
di tingkat masyarakat lokal dipusatkan pada perhatian untuk membangun
dan memperkuat jaringan hubungan antar lembaga dan anggota
masyarakat yang mendukung prestasi belajar siswa (Timpane & Reich,
c.

1997).
Tingkat Institutional
Konteks ini lebih luas dibanding proses dan struktur masyarakat
setempat. Namun lebih didefinisikan sebagai bidang organisasi. Hal ini
berarti bahwa bidang ini dipengaruhi oleh praktek dan kebijakan
masyarakat lokal dan juga tingkat sekolah. Reformasi Sekolah dari
perspektif non istitutional membahas kekuatan-kekuatan politik, sosial dan
profesional yang lebih besar. Kekuatan tersebut membentuk struktur
peluang dan lingkungan normatif bagi keberhasilan sekolah baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui proses dan struktur masyarakat.

2.1 Organisasi Sosial
Organisasi sosial adalah dimensi sistem sosial yang mengacu pada
jaringan hubungan antara orang-orang, pola pertukaran dan tingkat timbal
balik, dan sejauh mana mereka memberikan dukungan instrumental dan
ekspresif satu sama lain dalam mencapai tujuan masing-masing dan tujuan
kolektif (Mancini, Martin & Bowen, 2003). Organisasi sosial juga mencakup
standar dan norma-norma yang diterima dan mengatur perilaku individu dan

kolektif, seperti harapan untuk tanggung jawab sosial dan saling mendukung
satu sama lain, serta memperluas nilai-nilai bersama yang mendukung standarstandar dan norma-norma.
Organisasi sasial sebagai sebagai sebuah sistem memiliki bagianbagian antara lain:
1.

Individu

dalam

organisasi.

Adanya individu/orang dalam organisasi menyebabkan organisasi dapat
beraktivtas. Individu mempunyai latar belakang, sikap, motivasi yang berlainan
dan bersama-sama, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Individu
dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya.
2.

Aspek

formal

dari

organisasi.

Setiap organisasi selalu tersusun berdasarkan prinsip, peraturan, dan
prosedur tertentu untuk dapat menjalankan fungsinya secara baik dan ini
berkaitan dengan formalisasi organisasi.
3.

Aspek

informal

dari

organisasi

Interaksi sosial antar individu dalam organisasi menghasilkan berbagai
bentuk hubungan sosial yang tidak selalu formal sifatnya. Perilaku sosial yang
spontan ini kemudian memiliki pola tertentu sehingga memunculkan kelompok
informal dalam organisasi untuk memenuhi kebutuhan sosialnya yang tidak
dapat dipenuhi oleh organisasi.
4.

Status

dan

peran

dalam

organisasi

Setiap organisasi memiliki sistem hirarki/sistem berjenjang yang
membentuk piramida yang dapat menunjukkan posisi sosial individu dalam
organisasi dan meberikan peran dan status tertentu.
5.

Lingkungan

fisik

organisasi

Situasi lingkungan aktivitas organisasi dapat terdiri dari berbagai
macam, misalnya lingkungan fisik yang memberikan pengaruh besar pada
keterampilan, motivasi, persepsi, prestasi dan kepuasan kerja

Teori sistem umum mengatakan bahwa organisasi sebagai suatu set
bagian-bagian yang kompleks yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah agar dapat mencapai
tujuannya. Suatu perubahan atau pengaruh pada suatu komponen akan
mempengaruhi kepada komponen sistem yang lainnya. Organisasi sebagai sistem
terbuka adalah organisasi yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan kata lain
organisasi yang menerima masukan dari suatu sistem dan melepaskannya kepada
sistem yang lain. Organisasi merupakan suatu sistem terbuka karena selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan dapat dilakukan dengan dua arah
yaitu organisasi dipenuhi perubahan dan sebaliknya lingkungan dipengaruhi oleh
organisai.
Organisasi sosial memiliki tiga konsep penting. Yang pertama bahwa
organisasi sosial bukan milik individu, tetapi merupakan properti yang muncul dan
milik kolektif dari suatu sistem sosial yang dikaitkan dengan hasil individu maupun
kolektif. Properti yang muncul dari organisasi sosial dituangkan dalam konsep yang
utuh dari teori sistem umum. Kedua, konsep organisasi sosial berkaitan erat dengan
konsep integrasi internal sebagai tujuan penting dari sistem sosial. Integrasi internal
atau kohesi kelompok dianggap sebagai komponen organisasi sosial yang
merupakan konsep yang lebih luas dan lebih menyeluruh. Ketiga, sangatlah penting
untuk membedakan struktur sosial dari proses sosial.
Dua kunci organisasi sosial dalam lingkungan pada dasarnya berfokus
pada dua hal yaitu kontrol sosial dan dukungan sosial. Berbagai ilmuwan prilaku dan
sosial telah melakukan berbagai penelitian mengenai bagaimana dimensi hasil
organisasi berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak dan remaja. Seperti
James Coleman (1997) yang mengkaji sekolah sebagai jangkar analisa kami
mengenai lembaga sosial . Lalu pada tahun 1988, Coleman membahas tentang
modal sosial sebagai sumber daya yang berasal dari hubungan sosial yang
memungkinkan individu untuk mencapai hasil yang tidak tercapai. Coleman
mengidentifikasi tiga bentuk modal sosial sebagai konsep dari organisasi sosial,
yaitu kewajiban timbal balik, berbagi informasi, dan norma-norma sosial. Dibingkai
oleh perspektif modal sosial, pertama-tama kita mengalihkan perhatian kita pada

organisasi sosial dengan proses organisasi sosial di sekolah.
1.
Sekolah
`Penelitian yang dilakukan Coleman dan rekan-rekannya (1966)
mengenai kesenjangan prestasi akademik di seluruh kelompok ras/etnis dan
sosial ekonomi menjadi titik awal yang baik dalam membahas bagaimana
proses organisasi sosial mempengaruhi hasil siswa. Mereka menemukan bahwa
pendidikan dan pengalaman seorang guru dalam mengajar dan sumber daya
sekolah misalnya fasilitas fisik, kurikulum, dan anggaran persiswa berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Dari perspektif teori sistem umum, peneliti
mencoba untuk mengidentifikasi throughputs yang menghubungkan input
pendidikan, seperti rata-rata murid per kelas dan output pendidikan, seperti
2.

prestasi siswa (Shouse, 2002).
Tekanan Akademik dan Kesadaran Masyarakat
Shouse mendefinisikan tekanan akademik sebagai

sejauh mana

organisasi sekolah yang didorong oleh nilai-nilai berorientasi terhadap prestasi,
tujuan, dan norma-norma. Menurut Shouse, sekolah dengan tekanan akademis
yang tinggi memberikan siswa berbagai kursus yang beragam dan menantang,
memperhatikan dan menghargai kinerja yang tinggi, mengharapkan siswa
untuk menghadiri sekolah dan mengerjakan pekerjaan rumah yang lengkap,
menyediakan lingkungan yang menarik dan aman bagi siswa, dan memiliki
guru yang menggunakan strategi pengajaran yang inovatif, membuat tugas
yang bermakna dan penuh tantangan, serta memiliki harapan yang tinggi untuk
kinerja dan belajar siswa.
Definisi dari kesadaran masyarakat cukup abstrak dan sulit dipahami.
Ciri yang paling utama adalah semangat kepedulian yang kuat dari masyarakat
yang mengatur interaksi sosial di dalam dan di antara semua tingkat organisasi
sekolah. Sedangkan ciri utama masyarakat itu adalah adanya hubungan antara
guru dan siswa, misalnya sejauh mana para siswa menghormati dan
menganggap guru peduli tentang mereka serta menghargai mereka sebagai
individu (Bowen, Rose, & Bowen, 2005).
Seperti digambarkan oleh Bryk et al. (1993), etika kepedulian ini
diperkuat oleh dua komponen tambahan kesadaran komunitas yaitu nilai-nilai
bersama yang meningkatkan agenda bersama dan mendorong tanggung jawab

sosial dan berbagi kegiatan yang menawarkan kesempatan untuk interaksi
sosial dan memperkuat norma-norma komunal. Di sekolah, bukti adanya kedua
komponen tambahan komunalitas yaitu adanya kristalisasi dari nilai-nilai dan
norma pada kalangan orang dewasa di sekolah tentang tujuan akademik dan
prioritas sekolah, serta semua siswa didorong dan diberikan kesempatan untuk
berpartisipasi secara penuh pada kegiatan yang berhubungan dengan sekolah.
Royal dan Rossi (1997) melihat penghargaan terhadap keragaman sebagai
komponen tambahan pada kesadaran masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shouse (1997)
menunjukkan adanya hubungan yang lebih komplek antara kedua ciri dari
organisasi sosial tersebut terhadap prestasi siswa. Dari diskusi ini, kami
berasumsi bahwa para siswa akan berprestasi tinggi di sekolah dengan tekanan
akademik yang tinggi dan kesadaran yang tinggi dari komunitas. Di sisi lain,
kita akan berasumsi bahwa prestasi siswa akan terendah di sekolah di mana
tekanan akademik dan kesadaran komunitas keduanya rendah.
3.

Masyarakat
Proses organisasi sosial juga dapat diteliti di masyarakat dimana sekolah
itu berada. Meskipun sekolah merupakan cermin dari masyarakat yang lebih
luas dimana mereka menjadi bagiannya, peneliti dan praktisi sering
memperlakukan sekolah seolah-olah mereka picik. Terlepas jarak yang
ditempuh dari rumah ke sekolah dan sejumlah lokasi dari mana para siswa
tinggal, dari perspektif teori sistem umum, materi transportasi, informasi dan
energi para siswa melintasi batas-batas dari sistem di mana mereka
berpartisipasi. Peristiwa dan situasi dalam satu lingkungan berimplikasi untuk
peristiwa dan situasi dalam pengaturan lainnya.
Masyarakat setempat merupakan lingkungan

penting

bagi

perkembangan anak dan remaja.Peneliti dan praktisi semakin menyadari bahwa
masyarakat setempat sebagai lingkungan memegang peranan penting bagi
perkembangan anak dan remaja. Seperti yang diungkapkan oleh Coleman
bahwa modal sosial sebagai sumber daya yang ada di dalam dan diantara
adopsi beberapa mikrosistem, teori ekologi sebagai pedoman kerja untuk
praktik pekerjaan sosial dan penekanan baru pada praktek masyarakat dalam

pekerjaan sosial. Pekerja sosial saat ini menyadari bahwa sekolah tidak dapat
mengatasi tantangan kompleks yang dihadapi oleh banyak siswa yang berhasil
4.

secara akademis di sekolah (Bowen & Richman, 2002).
Kontrol Sosial dan Dukungan Sosial
Kontrol sosial dan dukungan sosial merupakan proses yang saling
terkait dengan organisasi sosial di lingkungan. Lingkungan didefinisikan dari
perspektif geografis sebagai pengaturan tata ruang di mana anak-anak dan
remaja berada. Definisi ini sejalan dengan yang diusulkan oleh Sampson,
Raudenbush, dan Earls (1997) bahwa lingkungan merupakan kumpulan orang
dan lembaga yang menduduki subbagian dari komunitas yang lebih besar.
Penelitian oleh Bowen, Bowen & Cook (2000) dan Brodsky (1996)
menyatakan

bahwa

hidup

di

lingkungan

dengan

karakteristik

yang

membahayakan, seperti kejahatan dan kekerasan serta perilaku negatif remaja,
dapat meningkatkan tingkat keterisolasian sosial antara penduduk dan
mengurangi pola dukungan pertukaran dan hubungan timbal balik. Pada
dasarnya, tingginya tingkat kejahatan dan kekerasan masyarakat tidak hanya
meluas langsung ke sekolah dan meningkatkan kemungkinan kekerasan dan
kejahatan sekolah, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap keterlibatan
pendidikan dan prestasi akademik siswa yang tinggal di komunitas tersebut.
N. K. Bowen et al. (2002) melaporkan di lingkungan yang mengalami
disorganisasi sosial (seperti kurangnya dukungan tetangga, perilaku rekan
negatif, dan kejahatan dan kekerasan) memberi efek negatif yang kuat pada
laporan pendidikan perilaku positif, termasuk nilai bagi siswa sekolah
menengah dan tinggi. Lingkungan yang mengalami disorganisasi sosial tidak
hanya memiliki dampak langsung pada perilaku pendidikan siswa tetapi juga
memiliki dampak tidak langsung melalui pengaruh negatif terhadap perilaku
keluarga yang mendukung. Darling & Steinberg (1997) menduga bahwa siswa
yang berfungsi baik dengan lingkungannya mendapat manfaat lebih dari
hubungan dengan rekan mereka dan cenderung menguatkan dan mendukung
dalam lingkungan.
Dari perspektif teori sistem umum, keberhasilan sekolah dalam

mendidik anak-anak dan remaja, memerlukan intervensi yang menargetkan
beberapa lingkungan di mana siswa dan keluarga mereka tinggal dan bekerja.
Pekerja sosial sekolah dapat bekerja sama sebagai mitra dengan lembagalembaga

penegak hukum dan

kelompok-kelompok

lingkungan

untuk

mengembangkan strategi dalam meningkatkan keamanan lingkungan. Pekerja
sosial sekolah dapat bekerja sebagai katalisator dalam mendukung pemangku
kepentingan sekolah dan masyarakat dalam mensponsori dialog masyarakat
untuk tujuan memperkuat hubungan masyarakat dan menggerakkan upaya
masyarakat atas nama anak-anak dan remaja.
2.2 Implikasinya Bagi Praktik Pekerjaan Sosial Di Sekolah
Pendekatan sistem merupakan suatu metode ilmiah, dimana proses
pencapaian hasilatau tujuan logis dari pemecahan masalah dilakukan dengan cara
efektif dan efisien. Pendekatan sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan
masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan
melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem diperlukan apabila kita
menghadapi suatu masalah yang kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap
permasalahan tadi, untuk memahami hubungan bagian dengan bagian lain dalam
masalah tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah lainnya.
Sekolah dalam mencapai tujuan akademik selalu menemukan
permasalahan-permasalahan seperti mahasiswa yang terlalu banyak, ketidaksiapan
dan sakit dan tantangan-tantangan lain seperti mahasiswa dengan realitas ekonomi
dan sosialnya. Jika pekerjaan sosial memberikan kontribusi untuk memecahkan
tantangan yang dihadapi oleh sekolah bangsa kita, maka intervensi sosial perlu
menargetkan poin maksimal dari organisasi sosial di sekolah dan masyarakat.
Dalam buku “Community Programs to Promote Youth Development” yang
diterbitkan di bawah naungan National Research Council and the Institute of
Medicine (2002), komite interdisipliner mengidentifikasi peran dari hubungan yang
mendukung sebagai ciri utama dari program yang efektif untuk meningkatkan
pengembangan generasi muda. Pekerja sosial sekolah memainkan peran penting
dalam bekerja sama sebagai mitra dengan sekolah dan lembaga masyarakat untuk
menawarkan inisiatif program tersebut yang berdasarkan bukti di sekolah dan

masyarakat setempat.
Sebuah tantangan

khusus

bagi

pekerja

sosial

sekolah

adalah

mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk bekerja secara efektif
sebagai

agen

mengembangkan

perubahan
jenis

dalam

dari

birokrasi

struktur

yang

administrasi

sangat

terpusat

dalam

dan

dukungan

yang

mengoptimalkan persiapan siswa untuk peran orang dewasa. Efektivitas dalam peran
mereka sebagai agen perubahan juga mensyaratkan bahwa praktek pekerja sosial
sekolah pada masyarakat yang lebih luas, termasuk lingkungan di mana siswa dan
keluarga mereka berada. Pekerja sosial sekolah harus memahami bahwa individu dan
keluarga, sekolah dan masyarakat berbeda dalam profil mereka baik demografis
maupun sosial serta memiliki irama perkembangan yang harus dihargai dalam
rancangan intervensinya (Grup Harwood, 1999).
Dari perspektif teori sistem umum, proses organisasi sosial di sekolah dan
masyarakat tidak ada yang terjadi secara bebas dari struktural dan institusional.
Pekerja sosial sekolah dapat mempengaruhi proses organisasi sosial melalui
intervensi struktural, seperti advokasi untuk sekolah kecil atau untuk awal
pengembangan masyarakat di lingkungan yang secara ekologis kurang beruntung.
Sebagai pegawai sekolah dan sebagai advokat atas nama siswa dan keluarganya,
pekerja sosial sekolah memiliki peran penting dalam perdebatan tentang reformasi
sekolah dan tentang rancangan dan pelaksanaan intervensi untuk mengatasi
kebutuhan dukungan dari siswa dan keluarganya.
Winters dan Gourdine (2000) menambahkan

peran

koordinator

masyarakat ke perluasan uraian tugas pekerja sosial sekolah di milenium baru, peran
yang konsisten dengan meningkatkan hubungan yang lebih positif antara lingkungan
dan sekolah. Sebuah fokus khusus dari peran yang diperluas untuk pekerja sosial
sekolah ini adalah meningkatkan hubungan masyarakat antara kelompok ras dan
etnis dalam upaya untuk mendorong budaya dan apresiasi untuk mengurangi budaya
bahwa siswa dari kelompok minoritas siswa dan orang tuanyayang merasa

di

sekolah sebagian besar administrator dan guru berasal dari kulit putih (Ogbu, 1978).
Pandangan sekolah sebagai entitas yang hidup dalam konteks yang lebih luas ini
didukung oleh teori sistem umum, konsisten dengan fokus pada organisasi sosial di
sekolah dan masyarakat serta mendukung peran praktik yang diperluas dan tanggung

jawab pekerja sosial sekolah.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori sistem umum menawarkan pekerja sosial sekolah sebuah perspektif
yang familiar. Dari perspektif ini, sekolah harus dipahami sebagai sistem dinamis
yang tertanam dalam pengaturan kelembagaan dan komunitas yang lebih besar.
Konsep organisasi sosial memberikan pekerja sosial sebuah langkah awal untuk
praktek yang fokus pada orang dan proses kolektif. Penemuan yang disajikan dalam
bab ini jelas mencatat bahwa proses kolektif di sekolah dan masyarakat dapat
mengalahkan dampak yang merugikan dari lngkungan.
Bab ini menawarkan perspektif yang luas, dan kita telah bijaksana dalam
membahas beberapa proses organisasi sosial di sekolah dan di masyarakat yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Misalnya, pengaruh keterlibatan orang
tua di sekolah terhadap prestasi belajar siswa ( Bowen & Bowen, 1998), pengaruh
yang kuat dari teman sebaya dan keterlibatan akademis di sekolah-terkait sikap dan
perilaku siswa menengah dan sekolah tinggi (Darling & Steinberg, 1997), dan peran

sekolah menghubungkan pelayanan di sekolah-sekolah pada koordinasi dan
penyampaian pelayanan dukungan untuk siswa ( Jozefowich-Simbeni & AllenMeares, 2002) juga merupakan topik penting dari diskusi ini. Tujuan dari bab ini
menggambarkan mengenai penerapan teori sistem umum bukan pada komprehensif
atau definitif.
Teori sistem umum memberikan pekerja sosial sekolah pandangan yang
luas untuk melihat sekolah sebagai wujud yang kompleks, dinamis dan terorganisir.
Sebuah konsep sangat terintegrasi membantu mereka untuk mengatasi efektivitas
sekolah sebagai sistem sosial yang berkomitmen dalam mencapai perkembangan
optimal anak. Salah satu kontribusi teori yang terbesar terletak dalam
menerjemahkan peran serta berbagai disiplin ilmu ke dalam formulasi teoritis umum
atau serangkaian konstruksi yang memungkinkan komunikasi di seluruh disiplin
ilmu. Komunikasi semacam itu telah banyak dilakukan untuk memperluas landasan
konseptual dan empiris untuk praktek pekerjaan sosial yang efektif di sekolah.