Kesehatan masyarakat dan id. docx

BAB I
PENDAHULUAN
A.
a.

LATAR BELAKANG
Sekelumit Sejarah Kesehatan Masyarakat
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari
dua tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia.
Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut asclepius disebutkan
sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang
telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mengobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedurprosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia, seeorang asistennya, yang kemudian diceritakan
sebagai istrinya, juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan.
Beda

antara

Asclepius


dengan

Higeia

dalam

pendekatan/penanganan masalah kesehatan sebagai berikut: 1)
Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit) setelah
penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2) Higeia mengajarkan
kepada pengikutnya ddalam pendekatan masalah kesehatan
melalui ‘hidup seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman
beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat

dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit,
Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara
alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain
lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang
baik, daripada dengan pengobatan.pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut

akhirnya muncul dua aliran atau pendekatan dalam menangani
masalah masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama
cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang
selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok
ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater,
praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit
seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upayaupaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan
(promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini
termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan
sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai
jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis
pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan
kesehatan kuratif (curative health care). Kedua pencegahan atau

preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat
dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai
berikut. Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan
terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran
(pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas

kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau
sasaran cenderung jauh. Sedangkan penddekatan preventif,
sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan)
masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalahmasalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah
individu.

Hubungan

antara

petugas

kesehatan

dengan

masayarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan, tidak seperti
dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif
artinya pada kelompok ini pada umumnya hanya menunggu

masalah datang. Seperti dokter yang menunggu pasien datang di
Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang
berarti tidak ada masalah maka selesailah tugas mereka bahwa
masalah kesehatan adalah adannya penyakit. Sedangkan
kelompok preventif lebih menggunakan pendekatan proaktif,
artinya tidak menunggu adanya masalah,

tetapi mencari

masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu
pasien datang di kantor atau di tempat praktik mereka, tetapi
harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi
masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.
Ketiga,

pendekatan

kuratif

cenderung


melihat

dan

menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis
manusia atau pasien hanya dilihat secara partial, padahal
manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang
terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan
pendekatan preventif melihat klien sebagai mahluk yang utuh,
dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak
semata-mata karena terganggunya sistem biologi, individual,
tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan
sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual
dan partia, tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.
b.

Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia
dimulai sejak pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan

masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya
upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti
masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun

1927, dan tahun 1837 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia,
kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui
Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berasal
dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada
waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain,
pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal
Daendels, dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktik
persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka
kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini
tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih
kebinaan, kemudian baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan
didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan
persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman
kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut
dilaksanakan lagi.

Pada tahun 1851 sekolah dokter jawa didirikan oleh dr.
Bosch, kepalan pelayanan kesehatan sipil dan militer, dan dokter
Bleeker di Indonesia. Sekolah ini terkenal dengan nama
STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau
sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913

didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama
NIAS (Nederland Indische Arsten School). Pada tahun 1927
Stovia berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak
berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah
dokter tersebut mempunyai andil yang sangat besar dalam
menghasilkan tenaga dokter yang mengembangkan kesehatan
masyarakat Indonesia.
Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang
membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat
terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia.
Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh
dr. Achmad Dipodilogo, yang mengacu kepada konsep Bandung
dan


Proyek

Bekasi.

Kesimpulan

seminar

ini

adalah

disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan
C. Dengan menggunakan hasil-hasil

seminar tersebut.

Departemen Kesehahtan menyiapkan rencana induk pelayanan
kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1968

dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa
Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu,
yang kemudian dikembangkan oleh pemerntah (Departemen

Kesehatan) menjadi pusat pelayanan Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif
secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam
wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan

dikota

madya atau kabupaten. Kegiatan pokok puskesmas mencakup:
1)
Kesehatan ibu dan anak
2)
Keluarga berencana
3)
Gizi
4)

Kesehatan lingkungan
5)
Pencegahan penyakit menular
6)
Penyuluhan kesehatan masyarakat
7)
Pengobatan
8)
Perawatan kesehatan masyarakat
9)
Usaha kesehatan gizi
10) Usaha kesehatan sekolah
11) Usaha kesehatan jiwa
12) Laboratorium
13) Pencatatan dan pelaporan.

A.

BAB II
TINJAUAN TEORI

Definisi Kesehatan Masyarakat
Sudah banyak ahli kesehatan membuat batasan kesehatan

masayarakat. Secara kronologis batasan-batasan kesehahtan

masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai
batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas
seperti berikut ini. Batasan yang paling tua,

dikatakan bahwa

kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalahmasalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain
kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya
memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan
kegiatan kesehatan masyarakt. Kemudian pada akhir abad ke-18
dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan
beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah
pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui
perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui
B.

imunisasi.
Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Seperti disebutkan diatas bahwa kesehatan masyarakat
adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup kesehatan
masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu,
kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin
keilmuan, yakni ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu
sosial. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka
disiplin ilmu yang mendasri ilmu kesehatan masyarakat pun

berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang
mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup:
ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu
lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan,
dan sebagainya.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu
kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama
ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain:
a) Epidemiologi
b) Biostatistik/statistik kesehatan
c) Kesehatan lingkungan
d) Pendidikan kesehahtan dan ilmun perilaku
e) Administrasi kesehatan masyarakat
f) Gizi masyarakat
g) Kesehatan kerja.
Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka
pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu,
kesehatan masyarakat sebagai seni atau praktiknya mempunyai
bentanngan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung
maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif),
meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental,
dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif)
kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan
masyarakat. Misalnya: pembebrsihan lingkungan, penyediaan

air

bersih,

penyelenggaraan

pengawasan

makanan,

perbaikan

gizi,

pelayanan

kesehatan

masyarakat,

cara

pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah,
pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan
sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya.
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan
sebagai seni atau penerapan ilmu kesehahtan masyarakat antara
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

lain:
Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
Perbaikan sanitasi lingkungan.
Perbaikan lingkungan pemukiman.
Pemberantasan vektor.
Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Pembinaan gizi masyarakat.
Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
Pengawasan obat dan minuman.
Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sudah banyak ahli kesehatan membuat batasan kesehatan

masyarakat. Secara kronologis batasan-batasan kesehatan
masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit samapi
batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas
seperti berikut ini. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa
kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalahmasalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain
kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni.