pengertian dan contoh dari konjugasi kat

TUGAS BAHASA INDONESIA

NAMA

: ANUR RAMADHAN

KELAS

: VIIB

ABSEN

: 06

A. Konjugasi
Konjungsi adalah suatu kata tugas atau kata penghubung yang berfungsi untuk
menghubungkan dua buah klausa, kalimat, paragraf atau lebih. Dalam bahasa Indonesia ada
beberapa macam konjungsi yang dapat ditemukan, antara lain: Konjungsi antar klausa, antar
kalimat, dan konjungs antar paragraf.
Jenis-jenis konjungsi berdasarkan fungsinya konjungsi dikelompokan ke dalam tiga
bentuk, diantaranya adalah:

1. Konjungsi Antar Klausa
Konjungsi antar klausa adalah kata hubung yang mengubungkan dua buah
klausa atau lebih. Ada tiga macam konjungsi antara klausa, yaitu, korelatif,
subordinatif, dan koordinatif.
a) Konjungsi Korelatif, konjungsi ini menghubungkan dua buah klausa
yang

memiliki hubungan sintaksis setara. Macam-macam konjungsi

korelatif:
baik … maupun …
tidak hanya …, tetapi (…) juga …
bukan hanya …, melainkan …
(se)demikian (rupa) … sehingga…
apa(kah) … atau …
entah … entah …
jangankan…,…pun… .
Contoh:



Baik Riski maupun Nasar keduanya adalah anak yang baik.



Budi bukan hanya pelukis yang handal, tetapi juga sebagai
seniman yang cerdas.



Jangankan uang segudang, sepeser pun aku tak punya.



Aku tidak tahu harus berbuat apa entah pergi saja entah datang
menemuinya.



Dia menghias bunga itu sedemikian rupa sehingga terlihat sangat
indah.


b) Konjungsi Subordinatif, konjungsi ini menghubungkan dua buah klausa
yang memiliki hubungan sintaksis yang tidak sama (bertingkat). Macammacam konjungsi subordinatif:
…..sebelum…
jika…., maka….

…agar….
Meskipun/bagaimanapun….. , …..
dan lain-lain.
Contoh:


Ani telah pergi ke Jakarta sebelum Budi datang menyusulnya.



Meskipun dia miskin, dia sangat dermawan kepada setiap orang.




Saya giat belajar agar tidak menjadi anak yang malas.



Jika aku memliki banyak uang, aku akan pergi ke luar negeri.



Meskipun dia sangat nakal, bagaimanapun juga orang tuanya
tetap menyayanginya.

c) Konjungsi Koordnatif, konjungsi ini sama seperti korelatif yaitu
menghubungkan dua buah klausa yang sejajar, tetapi konjungsi ini hanya
terjadi pada klausa-klausa yang sederhana. Macam-macam konjungsi
koordinatif
…. dan …
… tetapi …
… atau …
Contoh :



Andi membeli buku dan baju di toko itu.



Aku ingin pergi tetapi tidak diijinkan oleh ayahku.



Kau boleh datang bersamaku tau bersama Indri.

2. Konjungsi Antar Kalimat
Konjungsi antar kalimat adalah kata hubung yang menghubungkan antara
satu kalimat dengan kalimat yang lain sehingga kalimat menjadi logis. Macammacam konjungsi antar kalimat:
a) Menyatakan

konsekuensi/akibat:

Dengan


demikian,

akibatnya,

konsekuensinya.
b) Menyatakan

kesediaan

untuk

melakukan

sesuatu:

Biarpun

demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, Meskipun demikian/begitu
c) Menyatakan suatu kebalikan dari pernyataan sebelumnya: Sebaliknya,
berbeda dengan

d) Menyatakan peristiwa, atau keadaan lain di luar hal yang telah
dinyatakan sebelumnya: Kemudian, sesudah/setelah itu, selanjutnya

e) Menyatakan keadaan yang sebenarnya terjadi: Bahwasanya, sebenarnya ,
sesungguhnya
f) Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya: Bahkan, Tak hanya
itu, malahan
g) Mempertentangkan keadaan sebelumnya: Sayangnya, Akan tetapi,
namun, kecuali
Oleh karena konjungsi ini merupakan penghubung antar kalimat, maka
konjungsi-konjungsi tersebut diawali dengan huruf kapital.
Contoh:


Andi suka sekali menolong orang banyak. Akibatnya dia menjadi
popular di kalangan wanita.



Pertama-tama kita harus membuat kerangka. Setelah itu kita

mulai mendesignnya.



Dewi alergi terhadap buah durian. Bahkan dia akan muntah jika
mencium baunya.



Shinta adalah gadis yang sangat cantik. Sayangnya sikapnya
tidak seperti rupa wajahnya.



Dia hidup dengan sangat sederhana. Sebenarnya dia adalah anak
orang kaya.



Kakak Budi orang yang sangat pintar. Sebaliknya Budi adalah

anak yang bodoh.

3. Konjungsi Antar Paragraf
Konjungsi antar paragraf adalah kata-kata penghubung yang menghubungkan
antar paragraf. Konjungsi ini berguna untuk menjadikan suatu paragrag unity,
coherent, dan sistematis. Macam-macam konjungsi antar paragraf:
Terlebih lagi
Disamping…..
Tak hanya sebagai …
Oleh karena itu…
Berdasarkan …
Contoh:


Burung adalah hewan yang sangat banyak ditemui. Hampir di semua
tempat di dunia ini bisa kita jumpai berbagai macam burung seperti di
dalam hutan, perkotaan. Bahkan ada juga di padang pasir. Hal ini karena
daya adaptasi burung yang sangat bagus terhadap lingkungannya.




Selain itu, burung juga memiliki tingkat reproduksi yang baik. Pada
umumnya setiap induk burung mampu menghasilkan 4 atau lebih telur
dalam sekali bereproduksi.



Terlebih lagi, burung juga sangat berguna bagi manusia seperti menjadi
hewan peliharaan, bahan makanan, dan lain-lain. tak heran burung sering
dikembangbiakan oleh manusia.



Oleh karena itu, populasi burung di dunia ini tetap terjaga dan sulit untuk
punah. Hal tersebut mungkin terjadi karena daya adapatasinya yang
tinggi, reproduksinya yang cepat, dan juga dikembangbakan oleh
manusia.

B. Pengertian dan Contoh Penggunaan Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata-kata dasar yang mendapatkan imbuhan yang berupa

awalan, akhiran, sisipan, dan awalan-akhiran. Imbuhan sendiri berfungsi untuk menambahkan
arti atau maksud dari kata-kata dasar yang diberi imbuhan tersebut. Macam-Macam Imbuhan:
1) Awalan (Prefiks)
Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar.
Imbuhan-imbuhan yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah: me-, ber-,
ke-, di-, pe-, dan ter-,Me- . Awalan me- bisa berubah menjadi beberapa macam
bentuk diantaranya adalah men-, meng-, meny-, mem-, dan menge-. Perubahanperubahan tersebut tergantung dengan kata dasarnya dan makna yang akan
dibentuk. Di bawah ini adalah makna-makna dari imbuhan
a. Imbuhan me- menyatakan suatu perbuatan aktif: mengambil,
menyiram, mengesampingkan, mempertahankan.
b. Imbuhan ber- mempunyai beberapa macam perubahan yaitu bel- dan
ber-. Perubahan-perubahan tersebut tergantung dengan kata dasarnya.
Aturan perubahan imbuhan ber- adalah sebagai berikut:
1. Jika kata dasar diawali dengan huruf r atau er, maka
menjadi becontoh: ber- + riak = beriak, ber- + rekreasi = berekreasi.
2. Jika kata dasarnya ajar, maka imbuhannya berubah
menjadi belcontoh: ber + ajar = belajar.
Imbuhan ber- memiliki beberapa macam makna yaitu:


Menyatakan kepunyaan : Beranak, berotot, beruang.



Menyatakan penggunaan : Bersepeda, bermotor.



Menyatakan kegiatan : bertelur, berkarya, bekerja.



Menyatakan jumlah : Berdua, bertiga.



Menyatakan suasana hati: bersedih, berbahagia, dan lain-lain.

c. Awalan ke- tidak memiliki bentuk perubahan khusus, tetapi memiliki
makna sebagai menyatakan urutan : kesatu, kedua, ketiga, dst.
d. Awalan di- adalah kebalikan dari imbuhan me- yang membentuk kata
dasar bermakna pasif. Contoh: disiram, dilihat, dipukul.
e. Imbuhan ter- sama dengan imbuhan di- yang membentuk kata kerja
pasif. Namun, imbuhan ter- cenderung menyatakan perbuatan yang
tidak disengaja. Selain kata kerja pasif, imbuhan ter- juga memiliki
makna sebagai berikut:

f.



Menyatakan sifat: Terpandai, terbaik, terhebat.



Menyatakan ketidaksengajaan: Terbawa, tertinggal.



Menyatakan keadaan telah: tertutup, terbuka, terkunci.



Menyatakan kegiatan tibaa-tiba: tertawa, terjatuh.

Imbuhan Pe- memiliki macam-macam perubahan bentuk seperti yang
terjadi pada awalan me- yaitu: peng-, penye-, per-. Makna dari
Imbuhan pe- adalah sebagai berikut:


Menyatakan pelaku, penyebab: pembaca, penulis, pengajar,
pemanis, pemutih.



Menyatakan pekerjaan: perpanjang, perlambat, percantik.



Menyatakan alat: penghapus, penggaris, pengasah.



Menyatakan sifat: pemalu, pemaaf.

g. Imbuhan Se- membentuk kata dasar memiliki makna antar lain:


Menyatakan satu: selembar, sepotong, sebiji.



Menyatakan keseluruhan: sekelas, sekampung, sekota.



Menyatakan sifat: sepandai, secantik, sebesar.

2) Sisipan (Infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentukbentuk sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-. Contoh: -em- + getar = gemetar.
Imbuhan infiks membentuk kata dasar yang memiliki makna sebagai berikut:


Menyatakan intensitas dan jumlah: gemetar, gemerincing, temali



Menyatakan sifat: temurun, telunjuk, gelembung, gemetar.

3) Akhiran (Sufiks)
Akhiran/sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada
beberapa macam bentuk imbuhan sufiks, diantaranya adalah –kan, -I, -an, -kah,
-tah, dan –pun.


-kan, Imbuhan kan memberikan kata dasar memiliki makna sebagai
menyatakan perintah: Dengarkan, ambilkan, pejamkan.



-i, akhiran –i membetuk kata dasar menjadi kata yang bermakna
sebagai menyatakan perintah: turuti, kuliti, gelitiki.



-an, akhiran –an membentuk kalimat menjadi bermakna sebagai
berikut:
 Menyatakan tempat: lapangan, kubangan, pangkalan.
 Menyatakan alat: timbangan, garisan.
 Menyatakan suatu hal atau objek tertentu: gambaran, lukisan,
lamaran, didikan.
 Menyatakan keseluruhan: lautan.
 Menyatakan bagian: satuan, kiloan, tahunan, mingguan.
 Menyatakan kemiripan: mobil-mobilan, kuda-kudaan.



Akhiran –kah dan -tah membentuk kata dasar sehingga memiliki
makna menyatakan penegasan dalam pertanyaan: bukankah,
sulitkah, mudahkah, iyatah, rugitah, panjangtah.



Akhiran –pun membentuk kata dasar yang memiliki makna seperti
“juga”: merekapun, diapun, sayapun.

4) Awalan-akhiran (Konfiks)
Konfiks adalah imbuhan yang diletakan pada bagian awal dan akhir kata.
Imbuhan-imbuhan konfiks diantaranya adalah me-kan, pe-an, ber-an, se-nya.


Me-kan,

Me-i,

memantulkan,

Menyatakan

kegiatan

menggembirakan,

aktif:

menelatarkan,

mengirimkan,
mengirimi,

meyambangi, dll.


Imbuhan di-kan dan di-i memiliki makna yang sama dengan imbuhan
me-kan, tetapi imbuhan ini membentuk kata kerja pasif. Contoh:
Dikirimkan, dipantulkan, digembirakan, ditelantarkan, dikirimi,
dilempari, dll.



Imbuhan pe-an membentuk kata dasar sehingga memiliki makna
menyatakan suatu hal atau perbuatan: pendidikan, pengangguran,
perampokan, pemeriksaan. Menyatakan suatu proses: Pendaftaran,
pembentukan, pembuatan. Menyatakan tempat: penampungan,
pemandian, pegunungan.



Imbuhan se-nya membentuk kata dasar sehingga memiliki makna
menyatakan tingkatan atau pengulangan: Sebaik-baiknya, sebagusbagusnya, secantik-cantiknya.

C. Kelompok Kata (Frasa dan Klausa)
1. Frasa
Frasa adalah kelompok kata yang terdiri dari gabungan dua kata atau lebih.
Gabungan kata ini tidak melebihi batas fungsi kalimat karena tidak memiliki fungsi
sebagai subjek dan predikat serta fungsi – fungsi kalimat lainnya. Ciri – Ciri Frasa:
a) Terbentuk dari dua kata atau lebih.
b) Tidak memiliki unsur – unsur subjek dan predikat.
c) Makna asli tetap dipertahankan.
Contoh – Contoh Frasa: Anak emas, nasi bakar, rumah tangga, anak rimba,
pulang pergi, rumah mewah, jalan sempit, makan tidur, tolong menolong, angkat
tangan, dan lain – lain. Satuan bahasa di atas tidak memiliki hubungan subjek dan
predikat, tetapi berdiri sendiri sebagai satu kesatuan makna. Inti frasa terdiri dari
unsur utama, yaitu unsur yang menjadi pokok atau diterangkan (D), dan unsur
atributif, yaitu unsur yang berfungsi sebagai penjealas atau menerangkan (M) unsur
inti.
Secara keseluruhan susunan unsur frasa adalah sebagai berikut:
D - M = diterangkan - menerangkan
Contoh : Kepala botak
D

M

Kepala sebagai unsur yang diterangkan dan botak sebagai unsur yang
menerangkan.
Jenis – jenis Frasa berdasarkan bentuknya frasa dikelompokan menjadi frasa
eksosentris

dan

frasa

endosentris.

Sedangkan

berdasarkan

kelasa

katanya,

frasa

diklasifikasikan menjadi frasa kata benda, frase kata sifat, frase kata keterangan, dan frase
preposisi. Berikut ini adalah penjelasan lengkap jenis – jenis frasa.

Berdasarkan bentuknya:
1) Frasa Eksosentris adalah frasa yang tidak memiliki unsur inti. Frase
ini didahului dengan kata depan atau kata sambung. Contoh: Di
depan rumah, kepada mereka, untuk dirinya, akibat berbohong, dan
lain – lain.
2) Frasa Endosentris, frasa ini memiliki unsur inti baik salah satu
unsurnya maupun kedua unsurnya. Frasa endosentris memiliki dua
bentuk yaitu:
a. Frasa endosentris koordinatif, frasa ini memiliki unsur –
unsur yang sama atau setara. Diantara unsur – unsur tersebut
dapat disisipkan dengan kata atau dan, dan. Contoh: Kakak
adik, suami istri, kakek nenek, belajar atau bermain, biru atau
merah, bukit dan gunung, dan lain – lain.
b. Frasa endosentris atributif, frasa ini terdiri dari unsur – unsur
yang tidak sama atau setara. Salah satu dari unsur tersebut
ada yang menjadi unsur inti dan unsur atributif. Contoh:
Rumah megah, gadis cantik, anak malas, burung liar, tikus
kotor, orang gila, buaya putih, anak ingusan, teman baik,
sahabat sejati, kapal karam, buah masak, dan lain – lain.
Berdasarkan kelas kata:
Frasa ini diklasifikasikan dengan menitik beratkan pada kelas kata
yang menjadi unsur – unsur frasa tersebut.
a. Frasa Kata Kerja, frasa ini dibentuk dengan kata kerja
sebagai unsur inti (D). Contoh : Sakit keras, lari kencang,
Jalan sehat, duduk termenung, lompat jauh, dan lain – lain.
b. Frasa kata sifat, frasa ini dibentuk dari gabungan kata sifat
sebagai unsur inti (D). Contoh: Senang sekali, sangat besar,
tinggi sekali, pandai sekali, dan lain – lain.
c. Frasa kata benda, frasa ini dibentuk dari gabungan kata
benda yang berfungsi sebagai unsur inti (D). Contoh:
Gedung olahraga, rumah sakit, nasi goreng, ayah bijak, dan
lain – lain.

d. Frasa kata keterangan, frasa ini dibentuk dari kata keterangan
sebagaai unsur inti (D). Contoh: Minggu kemarin, besok
lusa, tahun depan, besok sore, dan lain – lain.
2. Klausa
Sama seperti frasa, klausa adalah kelompok kata, tetapi bedanya adalah
klausa memiliki fungsi sintaksis karena mengandung unsur subjek dan predikat.
Ciri – Ciri Klausa:
a. Tidak memiliki intonasi akhir dan tidak ada tanda baca.
b. Meskipun memiliki fungsi subjek dan predikat, klausa berbeda
dengan kalimat karena tidak memiliki tanda baca.
Contoh:


Budi pergi

(Klausa)



Budi pergi ! (Kalimat)



Ketika dia datang (Klausa)



Ketika dia datang. (Kalimat)

Jenis – Jenis Klausa
Klausa dibagi menjadi dua jenis, yaitu klausa inti dan klausa bawahan.
Berikut ini adalah macam – macam klausa dan contohnya:
a. Klausa Inti
Klausa ini adalah klausa yang dapat berdiri sendiri. Dalam
kalimat mejemuk, klausa inti berkedudukan sebagai induk kalimat.
Contoh:
Budi pergi dari rumah, ketika dia berumur 2 tahun.
Ratih mendapatkan nilai yang baik karena rajin belajar.
b. Klausa Bawahan
Klausa bawahan adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri karena
belum lengkap. Dalam kalimat majemuk, klausa ini berfungsi sebagai
perluasan subjek, objek, keterangan, atau pelengkap. Contoh:
Dia mengira bahwa Budi tidak datang.
D. Kata Baku dan Kata Tidak Baku
Pengertian Kata Baku dan Tidak Baku
Kata baku adalah kata yang telah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah
ditentukan dan tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sedangkan, kata tidak
baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan.

Baku atau tidaknya kata merupakan persoalan ragam bahasa dalam hal penggunan. Kata baku
sering disebut juga dengan kata resmi yaitu kata-kata yang banyak digunakan dalam acara
formal seperti pidato maupun dalam karya tulis ilmiah. Sementara itu, kata tidak baku disebut
juga dengan kata tidak resmi yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Singkatnya kata
baku dan tidak baku dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Meskipun
tidak tercantum dalam KBBI, kata tidak baku belum tentu kata yang tidak baik atau efektif
karena, kata yang baik adalah kata-kata yang dapat dimengerti oleh pendengarnya. Oleh
karena itu, meskipun menggunakan kata baku dalam acara tertentu dan para audiens tidak
mengerti, kata baku tersebut bukanlah kata yang baik atau tidak efektif. Karena bahasa adalah
suatu hal yang dinamis, maka dengan seiring perkembangan zaman, kata-kata baru
bermunculan. Pemunculan kata-kata baru tersebut dapat menjadi kata baku dan tidak baku.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan suatu kata menjadi tidak baku.
a. Ketidaktahuan penuturnya tentang penulisan kata tersebut.
b. Kemunculan kata-kata gaul atau alay yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia, misalnya “Cius”, “Miapah”, dan lain-lain.
c. Kesalahan yang tidak disadari tetapi terus menerus digunakan hingga menjadi
umum di masyarakat.
Penggunaan Kata-Kata Baku
Karena bentuknya yang formal, maka kata-kata baku sering digunakan pada tulisan
maupun acara berikut ini:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Surat lamaran kerja.
Tulisan ilmiah.
Pidato resmi.
Pertemuan resmi.
Acara kenegaraan.
Tulian artikel majalah atau Koran.
Surat-surat atau dokumen Negara, dan lain-lain.

Contoh kata baku dan tidak baku
Kata baku
Apotek
Aktif
Telur
Fitnah
Jadwal

Kata tidak baku
Apotik
Aktip
Telor
Pitnah
Jadual

E. Tanda Baca
Tanda baca adalah sebuah symbol yang berperan untuk menunjukan struktur suatu
tulisan, intonasi dan jeda yang dapat dilihat pada saat membaca tulisan tersebut. Ada banyak

tanda baca yang sering kita jumpai di dalam tulisan. Di bawah ini adalah kumpulan tanda
baca, pedoman penggunaan, beserta contohnya.
1. Tanda titik (.)
i. Tanda titik digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan kalimat tanya
dan perintah.
ii. Tanda titik diletakan pada akhir singkatan gelar, jabatan, sapaan dan pangkat
seseorang.
iii. Digunakan pada singkatan atau ungkapan umum.
Contoh:


Ibu pergi ke pasar pada hari minggu.



Saya ingin bertemu dengan prof. Ibrahim, M.A untuk konsultasi
thesis pekan ini.
Teori itu dikutip dari buku Menulis dengan Benar pada hlm. 4 dan



12.
2. Tanda koma (,)
i.

Tanda koma digunakan untuk memisahkan unsur-unsur atau bagian pada
suatu pemerincian atau pembilangan.

ii.

Tanda koma memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat.

iii.

Tanda koma memisahkan kutipan langsung dengan bagian lain dalam
sebuah kalimat.
Contoh:


Ada banyak binatang yang bisa kita lihat di kebun binatang seperti,
gajah, harimau, buaya, kancil, dan lain-lain.



Untuk menyelesaikan masalah ini, kita memerlukan arahan orang tua.



Ibu berkata, “Setelah pulang sekolah segera pulang ke rumah”.

3. Tanda titik koma (;)
i.

Digunakan untuk memisahkan kalimat-kalimat yang sejenis atau setara.

ii.

Digunakan sebagai ganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
setara.

Contoh:


Ayah membaca Koran; ibu memasak di dapur; adik sedang menonton
televisi.



Hujan semakin deras; kami segera meneduh di halte bus.

4. Tanda titik dua (:)
i.

Digunakan untuk mengakhiri suatu pernyataan yang diikuti denagn
pembilangan atau pemerincian dalam kalimat.

ii.

Digunakan pada akhir kata atau frase yang membutuhkan pembilangan atau
pemeriaan.

iii.

Digunakan pada teks drama yang memisahkan nama tokoh dan dialognya.
Contoh:


Komplek perkantoran kota memiliki 3 bangunan utama: bangunan A,
bangunan B, dan bangunan C.



Dihadiri oleh: Peter pan, Ungu, Kangen band, dan Ada band.



Joko: “Selamat pagi Pak!”

5. Tanda ellipsis (…)
i.

Digunakan untuk menggambarkan suatu kalimat yang terputus-putus dalam
naskah drama.

ii.

Digunakan sebagai tanda bahwa kalimat yang menggunakan elipsisis ada
bagaian yang dihilangkan atau belum selesai

seperti pada kutipan

langsung.
Contoh:


Joni: Kalau begitu … ayo segera kita laksanakan misi ini.



Menurut John Smith, membaca cepat adalah membaca dengan cepat
dan tepat ….

6. Tanda tanya (?)
i.

Sebagai penanda kalimat tanya pada setiap akhir kalimat.

ii.

Jika diletakan di dalam tanda kurung sebagai penanda bahwa kalimat
tersebut belum tentu benar atau meragukan

Contoh:


Apakah kamu sudah makan siang?



Kecelakaan itu terjadi akibat jalan yang licin (?).

7. Tanda seru (!)
Sebagai

penanda

kalimat

seruan,

perintah

yang

menggambarkan

ketidakpercayaan, emosi, atau kesungguhan.
Contoh:


Sungguh indah pemandangan ini!



Tolong buka pintu itu!

8. Tanda hubung (-)
i.

Digunakan sebagai penyambung unsur-unsur kata ulang.

ii.

Sebagai perangkai kata bahasa Indonesia dengan kata bahasa asing.

iii.

Digunakan sebagai pemisah kata.

iv.

Digunakan pada imbuhan se-, ke-,-an.

v.

Digunakan untuk memperjelas bagian-bagian ungkapan.
Contoh:


Anak-anak itu saling pukul-memukul.



Pemain bola itu di-tackle oleh lawannya.



P-e-m-b-a-n-t-u



Ulang tahun ke-10.



Acara itu diselenggarakan se-Indonesia.



Gaya berpakaiannya seperti gaya tahun 70-an.



Dia memberi pegnemis itu uang tiga pulu-ribuan.

9. Tanda pisah (--)
i.

Digunakan untuk membatasi sebuah penyisipan kata di dalam kalimat yang
memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat tersebut.

ii.

Memisahkan antara 2 bilangan yang bermakna “sampai” dan antara 2
nama kota yang bermakna “ke”.

iii.

Tidak digunakan bersamaan dengan kata “dari”, “antara”, atau “tanda
kurung”.
Contoh:


Universitas Negeri Lampung -yang saya harap menjadi universitas
terbaik mengadakanpenerimaan mahasiswa baru. Perang itu terjadi
pada tanggal 1945-1950.



Silahkan buka buku dari halaman 3- 5.

10. Tanda kurung ((…))
i.

Digunakan sebagai pengapit informasi tambahan berupa keterangan atau
penjelas.

ii.

Sebagai pengapit penjelas yang bukan merupakan pokok pembicaraan
dalam kalimat.

iii.

Mengapit angka atau huruf yang menjadi pemerinci.

iv.

Digunakan sebagai pengapit huruf atau kata yang dapat dihilangkan di
dalam kalimat.
Contoh:


Tahun ini Indonesia kembali mengadakan KAA (Konferensi Asia
Afrika) di Bandung.



Kenaikan harga BBM tahun ini (Lihat grafik 4) merupakan yang paling
tinggi dari tahun sebelumnya.



Di dalam tulisan ini akan membahas: (1) latar belakang masalah, (2)
identifikasi masalah, (3) cara penanggulangannya.



Presiden Jokowi melakukan kunjungan ke (Kota) Bogor.

11. Tanda kurung siku ([…])
i.

Digunakan sebagai pengapit huruf, kata, atau kalimat sebagi tambahan
koreksi atau atau tambahan di akhir kalimat atau bagian kalimat lain yang
ditulis orang lain.

ii.

Sebagai pengapit keterangan di dalam kalimat penjelas yang sudah diberi
tanda kurung.

Contoh:


Aku melihat s[u]atu yang sedang bergerak di dalam bayangan.



Analisis masalah yang ada dalam latar belakang (lihat bagian latar



belakang [pada halaman 2 dan 3]) perlu diperjelas masalah-masalah



mana yang menjadi fokus.

12. Tanda petik (“…”)
i.

Sebagai pengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,
atau sumber tulisan lain.

ii.

Sebagai pengapit judul buku, syair, atau karangan yang digunakan di dalam
kalimat.

iii.

Sebagai pengapit kata atau istilah-istilah yang tidak dikenal.
Contoh:


“Aku akan menjadi orang yang berguna,” teriak Budi dengan kencang.



Film ini diadaptasi dari sebuah novel “Laskar Pemuda” yang sangat
terkenal.



Gaya rambut yang sedang digandrungi oleh para remaja saat ini adalah
“Mohawk”.

13. Tanda petik tunggal (‘…’)
i.

Sebagai pengapit petikan langsung yang tersusun di dalam petikan lain.

ii.

Sebagai pengapit kalimat terjemahan atau ungkapan asing.

Contoh:


Ibu berkata, “Kakek kamu bilang ‘jangan pernah menjadi orang yang
sombong’ jadi patuhi perintah itu”.

14. Tanda apostrof (‘)
Digunakan sebagai penunjuk ada bagian kata atau angka yang dihilangkan.
Contoh:


Aku ‘kan menemui suatu saat nanti. (‘kan=akan)



Indonesia mendapatkan kemerdekaannya pada tahun ’45.

15. Tanda garis miring

i.

Digunakan sebagai penomoran pada surat, alamat, dan tahun.

ii.

Sebagai pengganti kata “tiap”, “per” atau tanda bagian bilangan pecahan di
dalam matematika tetapi tidak digunakan sebagi pengganti kata “atau”.

Contoh:


No. 8/AK/2015



Harga beras mengalami kenaikan menjadi Rp. 15.000/ kilonya.



Dia hanya mendapatkan bagian ½ nya saja.

F. Huruf Kapital
Penggunaan huruf kapital telah menjadi pengetahuan yang umum seperti penulisan
judul atau nama orang. Namun, masih banyak aturan-aturan dalam penggunaa huruf kapital
yang mungkin tidak Anda ketahui. Untuk memudahkan Anda dalam menulis, berikut ini
adalah pedoman-pedoman umum dalam menggunakan huruf kapital sesuai dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kedua berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987.
1. Huruf kapital atau huruf besar digunakan pada huruf pertama pada setiap awal
kalimat. Aturan nomor 1 ini tentunya sudah tidak asing lagi bagi Anda.
Contohnya: Ibu selalu pergi ke pasar pada hari minggu.
2. Huruf kapital atau huruf besar digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata yang
memiliki hubungan dengan nama-nama agama, kitab suci, Tuhan dan termasuk juga
kata ganti Tuhan. Contoh Islam, Kristen, Buddha, Hindu, AL Quran, Injil , Weda,
Allah, Yesus, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih.
3. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan atau
keagamaan bila diikuti nama orang. Contoh: Haji Aria Nugraha, Sultan Mahmud ke3, Kiyai Samsudin, Pastur Paulo, Biksu Citra Dharma, Raja Henry, Pangeran Harry,
Ratu Maria.
4. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama setiap nama jabatan, atau pangkat yang
diikuti oleh nama orang, instansi tertentu, atau tempat. Contoh: Presiden Joko
Widodo, Menteri Perikanan dan Kelautan, Walikota Bandar Lampung, Jenderal
Soedirman.
5. Huruf kapital digunakan pada huruf awal di setiap unsur-unsur nama orang. Contoh:
Aria Nugraha, Muhammad Ibnu Batuta, Putri Annisa Siti Zahara Sari. Catatan: huruf
kapital tidak digunakan pada nama-nama pada huruf pertama kata bin, binti dan
alias. Contoh: Aria Nugraha bin Muhammad Nassir, Muhtia Azzahra binti Suprapto.

Huruf kapital tidak digunakan pada huruf awal nama orang, tempat geografis, kota,
yang digunakan sebagai nama ukuran, nama makanan dan nama satuan. Contoh:
pisang ambon, tahu sumedang, gula jawa, jeruk bali, kunci inggris.
Contoh kalimat: Saat berkunjung ke Ambon, aku membeli pisang ambon yang
terkenal itu.
6. Huruf kapital digunakan pada huruf awal nama suku, bangsa, Negara dan bahasa.
Contoh: bangsa Indonesia, suku Lampung, orang Dayak, bahasa Inggris. Contoh
kalimat: Suku Lampung memiliki ciri-ciri yang unik yaitu, berbicara dengan bahasa
Lampung, menulis dengan aksara Lampung dan tinggal di rumah khas Lampung.
Catatan: Huruf kapital tidak digunakan jika menjadi kata sisipan.
Contoh kalimat: Meskipun dia suku Batak, logat berbicaranya kejawa-jawaan.
7. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama di setiap nama bulan, tahun, peristiwa
sejarah, hari-hari khusus. Contoh: bulan Januari, tahun Masehi, hari Raya Idul Fitri.
Contoh kalimat: Tahun ini hari Raya Idul Fitri jatuh pada bulan Juli. Aku bertemu
dengannya pada hari Kamis di bulan Oktober. Sejarah mengatakan perang terbesar di
Indonesia adalah Perang Diponegoro.
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf awal pada nama khas dalam geografi. Contoh:
Selat Sunda, Gunung Rajabasa, Danau Toba, Bukit Barisan Selatan, Pegunungan
Semeru.
9. Huruf kapital digunakan pada huruf awal nama organisasi, badan atau lembaga,
instansi pemerintah, dan dokumen resmi Negara. Contoh: Undang-Undang Dasar
1945, Pancasila, Surat Supersemar, Kementrian Pendidikan.
10. Huruf kapital digunakan pada kata-kata sapan. Contoh: Pak, Bu, Tuan, Saudara,
Anda. Catatan: Huruf kapital tidak digunakan pada kata acuan seperti ibu, bapak,
kakak, saudara, dan lain-lain. Contoh kalimat:


Bagaimana perasaan Anda?



Selamat pagi Pak?



Permisi Buk, apakah ibu melihat ibu yang memakai baju putih lewat sini.



Hay Kak, perkenanlkan ini adalah kakakku yang pertama



Ada yang bisa saya bantu Tuan? sepertinya tuan muda sedang bingung.

11. Huruf kapital digunakan pada setiap huruf awal pada setiap kata di judul buku,
tulisan, artikel, dan lain-lain. Contoh: Berlayar ke Ujung Samudra yang Luas,
Manfaat dari Olahraga untuk Kesehatan Tubuh, Nyanyian tentang Alam di Gunung
yang Permai. Catatan: kata-kata yang tidak bisa berdiri sendiri atau kata tugas seperti
“ke, di, untuk, dari, tentang, yang” tidak menggunakan huruf kapital.

12. Huruf kapital digunakan sebagai singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan. Contoh:
Dr., Prof., S.Pd, Ny., Sdr., K.H., Tn.. Contoh: Di kampusku ada seorang professor
yang baik dia adalah Prof. Subagyanto. Dia mengatakan bahwa Dr. Aria Nugraha
meraih gelar doktornya di Amerika.
G. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki 2 klausa atau lebih yang
digabungkan kedalam satu kalimat dengan menggunakan Konjungsi atau kata penghubung.
Kalimat majemuk digolongkan menjadi 3 jenis kalimat yaitu kalimat majemuk setara,
bertingkat, dan campuran.
1. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang memiliki 2 klausa yang sejajar
atau sederajat. Kalimat ini biasanya dihubungkan dengan konjungsi berupa dan, lalu,
kemudian, tetapi, atau, bahkan.
Ayah membaca Koran dan ibu menonton televisi.
Klausa1= Ayah membaca ; Klausa 2= Ibu menonton televisi
Contoh:


Budi pergi ke sekolah sedangkan Andi tinggal di rumah.



Budi anak yang pintar, tetapi kakaknya lebih pintar.



Angga tidak lulus ujian, karena dia tidak belajar.



Budi anak yang pintar, bahkan gurunya pun mengakuinya.



Setelah membersihkan pekarangan rumah, kemudian dia membakar sampah.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk ini memiliki 2 klausa yang hubungannya tidak sejajar. Di
dalam kaliamat ini terdapat klausa yang berkedudukan sebagai induk kalimat dan
anak kalimat. konjungsi penghubung kalimat ini adalah jika, ketika, walaupun,
bahwa, bagaikan, sebab, sehingga dan dengan.
Para petani pergi ke sawah sebelum matahari terbit
Induk kalimat= Para petani pergi ke sawah ; anak kalimat= matahari terbit
Contoh:


Aku sudah tertidur, ketika ayahku pulang.



Jika aku menjadi juara kelas, Ayah akan memberiku hadiah.



Walupun dia sangat kaya, hidupnya sederhana.



Wanita yang memakai baju merah itu temanku waktu waktu kecil.



Tingkah lakunya menunjukan bahwa dia anak yang nakal.

3. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang menghubungkan kalimat
majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Biasanya kalimat majemuk
campuran memiliki klausa lebih dari 2. Contoh:
Pekerjaan itu telah selesai ketika ayahku datang dan ibu sudah menyiapkan
makan malam.
Induk kalimat= Pekerjaan itu telah selesai.
Anak kalimat= Ayah datang.
Anak kalimat= Ibu sudah menyiapkan makan malam.
Contoh:


Indonesia negara maritim, tetapi Indonesia menghadapi kendala serius dalam
hal tekhnologi sehingga pemanfaatannya tidak optimal.



Semua temanku telah pulang, ketika aku datang padahal hari masih cerah.



Pamanku memberitahukan bahwa dia akan dataang dan aku sangat senang.



Ketika aku perampokan itu terjadi, aku sedang tertidur sedangkan ayahku
tidak ada di rumah.

H. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari unsur Subjek dan Predikat
saja. Namun kalimat tunggal bisa juga diikuti dengan objek dan keterangan. Berdasarkan
jenis predikatnya, kalimat tunggal terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1. Kalimat Nominal
Kalimat tunggal nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh: Ayahnya guru di SMA.
S

p

K

2. Kalimat Verbal
Kalimat tunggal verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Contoh:
Budi tidur di kelas.
S

P

K

Shinta menangis semalaman
S

P

K

3. Kalimat Adjektival
Kalimat ini memiliki Predikat yang berupa kata sifat. Contoh:

Ayahnya

baik

S

P

Rumahnya sangat besar
S

P

4. Kalimat Numeral
Kalimat tunggal numeral memiliki predikat berupa kata bilangan. Contoh:
Yang datang 10 orang
S

P

Bukunya hanya 2 buah
S

P

5. Kalimat Preposisional
Kalimat ini predikatnya berupa kata depan atau preposisioanal. Contoh:
Ibunya dari Jawa Barat
S

P

Budi di dalam kamarnya
S

P

Perluasan Kalimat Tunggal
Perluasan kalimat tunggal bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1) Menambahkan unsur baru seperti keterangan atau pelengkap.
Contoh: Pemburu membakar hutan kemarin malam
S

P

O

K

Kalimat tersebut mengalami perluasan dengan ditambahkan keterangan waktu
kemarin malam.
2) Memperluas unsur-unsur yang ada seperti subjek dan predikat.
Contoh: Paman yang tinggal di Bandung akan datang
S

P

Kalimat tersebut mengalami perluasan pada unsur subjek.