PKI dan proses pemilu 1955 (1)

1

BAB I
Pendahuluan
Abstraksi
Kisah perjalanan politik Indonesia sangat berwarna, mulai dari demokrasi
terpimpin, NASAKOM dan Pancasila-isme. Salah satu pembangun pergerakan
revolusi Indonesia adalah Komunis yang berusaha terus memburu para penjajah.
Namun, beberapa tragedi telah mereka ukir dalam sejarah politik Indonesia. Mulai
dari pergerakan tahun 1926, 1948 dan pada akhirnya pupus tahun 1965. Menarik
jika Komunisme di Indonesia diulas pada tahun 1952, karena mereka mencoba
menarik massa akibat dari pergerakan tahun 1948. Usaha dari penyejahteraan
buruh atau tani hingga pembangunan sekolah dasar untuk memberantas buta huruf.

1.1 Latar Belakang
Kembalinya Musso ke Indonesia setelah mengemban ilmu di Rusia membuat
geger pemerintah, sebab durunya bercita-cita untuk membuat negara Republik Soviet
Indonesia di Madiun. Kejadian itu berawal dari kepulanganya Muso setelah
berkunjung ke Moskwa, pada tanggal 11 Agustus 1948.1 Lalu ia mencoba mengajak
beberapa petinggi negara agar Indonesia mendekatkan diri kepada Soviet, namun
usaha itu gagal karena prinsip ideologi Sukarno dan Hatta yang tetap kokoh pada

Pancasila. Gerakan non-blok yang menjadi tren di Indonesia pada masa perang dingin
merupakan salah satu alasan penolakan ide Muso, padahal selanjutnya Sukarno
amatlah dekat dengan PKI.
Tetapi dalam tulisan ini, kita tidak akan membahas tentang latar belakang dan
kejadian pemberontakan di Madiun 1948. Fokus tulisan ini berkenaan dengan latar
belakang dan proses kebangakitan PKI setelah tragedi 1948. Kurun waktu yang amat
singkat itulah yang dirasa menakjubkan untuk mengumpulkan sekitar 6,1 juta suara
pada saat Pemilu 1955 berlangsung.2 Tidak mungkin mereka mendapatkan suara
sebanyak itu tanpa adanya usaha yang keras dan ide cerdas. Ideologi yang ditawarkan

1 Pramoedya Ananta Toer, et al. Kronik Revolusi Indonesia; Jil, IV. Jakarta : KPG.
2003.hlm :494.
2 http://www.oocities.org/troskya/miskin.html

2

mereka pun tidak begitu cetek sehingga akhirnya mereka dapat merengkuh banyak
orang dalam waktu 7 tahun.

1.2 Rumusan Masalah :

 Hal apa yang menjadi latar belakang dari kebangkitan PKI setelah
pemberontakan 1948 ?
 Langkah-langkah macam apa yang mereka gunakan untuk membangkitkan
kekuatanya ?

BAB II
ISI
2.1 Kebangkitan PKI
PKI merupakan partai kedua yang lahir sebelum Indonesia merdeka. Mereka
lahir pada tahun 1924, tetapi sebelumnya nama partai ini adalah PKH (Partai
Komunis Hindia). Asal mula dari suatu organisasi dengan nama ISDV (Indische
Sociaal Democratische Vereeniging) atau dalam bahasa Inggris “Indies Social
Democratic Association”.3 Perkumpulan ini memutuskan diri untuk mengubah
namanya ketika berada di Semarang, pada tahun 1920. Baru benar-benar menjadi
Partai Komunis Indonesia pada tahun 1924, ketika Kongres Komintern Kelima
diselenggarakan.4 Tujuan mereka mendirikan partai ini untuk mendapatkan kontrol
dari persatuan buruh demi keberlangsungan revolusi melawan kolonial dan
memerdeka-kan Indonesia. Kemudian fokus partai berubah, dari buruh menjadi
petani.
Setelah partai ini berdiri, pada tahun-tahun berikutnya perjalanan partai

tidaklah selalu mulus, grafik mereka amatlah fluktuatif. Hal tersebut terjadi karena
banyak faktor, salah satunya adalah perbedaan ideologi antara para pemimpin PKI
3 http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia

4
Ibid…

3

Senior (Semaun, Muso, Alimin) dengan Founding Fathers yang lebih menekankan
sinergitas keberlangsungan hidup masyarakat beragama di dalam pandangan politik
bernegara. Terbukti dengan adanya pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948
akibat ide Musso yang ingin mendirikan Republik Sovyet Indonesi. Namun, usaha
tersebut menemui jalan buntu dan bahkan sang pemimpin pergerakan pun meninggal
ditempat. Pergerakan itu ditafsirkan oleh Soekarno dan Hatta sebagai suatu bentuk
pemisahan diri dari NKRI. Tetapi perlu kita liat juga sudut pandang Musso yang
menginginkan Imperialisme dan Kolonialisasi Barat itu sama sekali tidak masuk
kembali ke Indonesia. Sehingga, ekses pergerakan Muso ini berupa citra PKI yang
buruk.
Solusi yang tersedia hanyalah penggalangan masa lewat pembaharuan

Ideologi. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh para pemimpin PKI untuk
menggalang massa agar sukses mengembalikan kepercayaan masyarakat akan citra
partai dan juga sukses dalam Pemilu 1955. Tetapi sebelum membahas mengenai
langkah yang diambil, perlu diketahui akan latar belakang dari kebangkitan PKI ini.
Ide Marxis yang diaplikasikan oleh Lenin dan Mao menjadi inspirasi dari
kebangkitan PKI. Pemahaman Komunis yang ditularkan oleh kedua tokoh benarbenar mendarah daging terhadap Aidit. Terbukti ketika ia menjadi pemimpin partai
yang menekankan ajaran dan terminologi Marx-Lenin sebagai pedoman bertindak.5
Ajaran seperti itulah yang membuat para kader dan pemimpin PKI dapat tumbuh
berkembang.
Sementara itu Mao berperan dalam penerjemahaan ide Marx dalam hal
adaptasi. Artinya, Mao menyesuaikan ide Marx dengan kondisi negara, sehingga ia
membuat 3 dimensi strategis yang berisi;
“Dimensi Global: Mao menggangap bahwa sosialisme sebagai
kekuatan untuk melawan hegemoni kapitalisme global.
5 M.C Ricklef. Sejarah Indonesia Modern; 1200=2008. Jakarta : SerambiIlmu

Semesta. 2005. Hlm: 478.

4


Dimensi Negara dunia ke-3 : Kapitalisme adalah hegemoni asing,
bukan perangsang pertumbuhan internal.
Dimensi Nasional : Marxisme menjanjikan identitas tersenditi bagi
bangsa yang memakai ideologi tersebut.” [ CITATION Mag13 \l
1033 ]
Dengan kata lain, Mao berpendapat bahwa Marxisme harus direalisasikan
dalam bentuk Nasional yang sesuai dengan kondisi sosial, politik, ekonomi
negaranya. Bahkan mengisi segala manifestonya dengan ciri khas negara itu
sendiri.
Jika dilihat dari sudut pandang orang Indonesia sendiri, kita akan
disuguhi suatu ideologi Komunis yang adaptif dan lunak. Berbeda dengan
Rusia yang menerapkan ideologi ini dengan jalan kekerasan. PKI lebih bisa
menyesuaikan dirinya terhadap situasi dan kondisi negara pada waktu itu.
Sama seperti RRT yang pada waktu itu mencoba menggugah para petani agar
mereka bergerak melawan kapitalisme. Mengimplementasikan pendekatan
secara persuasif membuat mereka mendapat dukungan dari banyak kalangan
seperti petani dan buruh. Namun, penggalangan massa itu bersifat prosesual
karena pada kemudian hari mereka menmfokuskan penggalangan tidak
hanya dari kaum buruh,
Kelembutan PKI untuk menggalang massa ini terlihat dari beberapa

contoh tindakan mereka selama kampanye, seperti pembenahan saluran
irigasi, memfasilitasi kelompok olahraga dan musik. 6 Sehingga jelas sekali
mereka menjadikan organisasi sosial dibawah binaan itu menjadi lebih
berbudaya dan humanis. Sebab pada dasarnya, Komunis tidak mengajarkan
adanya stratifikasi sosial. Seperti yang Marx dan Engels tulis dalam
manifesto Komunisme, seperti berikut;
“Sejarah dari semua masyarakat:[b] yang ada hingga sekarang ini
adalah sejarah perjuangan kelas.
6 Ibid…Hlm : 493.

5

Orang-merdeka dan budak, patrisir dan plebejer, tuan
bangsawan dan hamba, tukang-ahli dan tukang pembantu,
pendeknya: penindas dan yang tertindas, senantiasa ada dalam
pertentangan satu dengan yang lain, melakukan perjuangan yang
tiada putus-putusnya, kadang-kadang dengan tersembunyi,
kadang-kadang dengan terang-terangan, suatu perjuangan yang
setiap kali berakhir dengan penyusunan-kembali masyarakat
umumnya atau dengan sama-sama binasanya kelas-kelas yang

bermusuhan.” 7

Jelas sekali bahwa komunisme menginginkan persamaan dalam masyarakat.
Sehingga 3 penerus PKI merasa cocok dengan ideologi ini.
Ada sekitar 3 orang yang menjadi motor pergerakan kebangkitan PKI,
yaitu D.N Aidit, Njoto dan Sjam Kamaruzaman. Di usianya yang masih
muda ini menjadikan partai berlambang “Palu Arit” itu melecit begitu tajam
ketika pemilu tahun 1955 diselenggarakan. Hal tersebut merupakan salah
satu hasil dari kerja keras para pemimpin muda ini dalam menggalang masa
yang perlu diketahui pula alasan mereka menjadi begitu kuat. Salah satunya
adalah acuan ideologi mereka, yaitu komunisme Cina yang telah
disampaikan pada paragraf sebelumnya.

2.2 Langkah-langkah yang dilakukan PKI dalam kebangkitannya.
Setelah berakhirnya pergerakan pendirian Negara Sovyet Indonesia yang dilakukan
Musso, secara simultan pula Undang-Undang mengenai Pemilu telah keluar.
Peraturan tentang Pemilu ini mengatur bagaimana pemilihan umum secara
demokratris terselenggara yang kemudian akan diselenggarakan pada tahun 1955.
Peraturan itu bertuliskan seperti berikut;
“Yogya, 30/8/1948

Undang-undang No.27/1948 tentang pemilihan umum berlaku
mulai tanggal 28/8-1948 dan denan begitu dicabutlah Undang-Undang
No.12/1946 tentang pembaharuan susunan Komite Nasional Pusat.

7 https://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1848/manifesto/ch01.htm

6

Pokok-pokok dari undang-undang tentang pemilihan umum
sebagaimana sudah kita umumkan etika diadakan pembicaraannya
dalam BP beberapa bulan yang lalu adalah sebagai berikut;
Dewan Perwakilan Rakyat terdiri dari sejumlah anggota
berdasar atas perhitungan 1 anggota buat tiap-tiap 300.000 penduduk
warga negara. Anggota dipilih untuk 5 tahun, dengan cara bertingkat
(sebelum pemilihan anggota diadakan pemilihan “pemilih” yang nanti
akan memilih anggota DPR). Batas umur untuk dipilih menjadi
anggota 25 tahun, batas untuk memilih 18 tahun.Jika dengan pemilihan
itu dari golongan minorteit belum cukup anggota-anggota DPR,
Presiden dapat mengangkat anggota-anggota dari golongan
tersebut...."[ CITATION Pra03 \l 1057 ]

Jelas sudah bahwa mandat untuk berkampanye sudah didengungkan sang Presiden.
Menurut saya, keberadaa pemilu ini merupakan simulasi awal dari pelajaran
demokrasi negara yang baru berdiri. Kegiatan ini bertujuan merubah sudut pandang
negara Barat bahwa Indonesia telah merdeka sepenuhnya dan telah melakukan
Pemilu.
Selanjutnya mereka bergerak atas latar belakang dari kebangkitan dan ide
yang mempengaruhinya. Konsep ideologi itu mereka implementasikan lewat berbagai
cara. Propoganda merupakan contoh pertama dari realisasi konsep dasar para
pemimpin PKI yang akan menggalang masa. Mereka merasa bahwa masih perlu
pembenahan sistem di negara ini menyangkut kehidupan masyarakat sebelum adanya
penentuan orientasi Negara itu sendiri. Sehingga Propaganda yang dipilih oleh PKI
adalah revolusi kebudayaan seperti yang dilakukan Mao Ze Dong.
Para pemimpin PKI setelah peristiwa Madiun (Aidit, Lukman dan Njoto)
melihat bahwa pola pikir orang Indonesia yang agak terbelakang perlu diperbaharui.
Abstraksi semacam itu mereka tempa selama beberapa tahun setelah peristiwa
Madiun terjadi. Penerjemahan Manifesto Komunis karya Engels dan Marx
merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh para calon pemimpin PKI ini. 8
Mereka menggodok orientasi partai bertiga, karena Aidit berpendapat bahwa orientasi

8 Arif Zulkifli et al. Aidit; Dua Wajah Dipa Nusantara. Jakarta : KPG. 2010. Hlm: 45


7

politiklah yang menjadi faktor penentu kelas sosial bukan sebaliknya. 9 Pada akhirnya
PKI menargetkan sisa-sisa Kolonialisme untuk pembenahan yang terkandung dalam
manifesto Komunis mereka.
Ciri khas dari kondisi negara juga mempengaruhi mereka dalam penyusunan
manifestonya. Pengelihatan akan kondisi Indonesia yang berada pada krisis politik,
ekonomi dan sosial membuat PKI melancarkan program pembenahan kaum proletar.
Pembenahan ini dimulai dengan perbaikan Sekolah, saluran irigasi, pemberantasan
buta huruf, serta membantu para anggotanya yang sedang kesulitan. Perbaikan dan
pendiri sekolah dari tingkat SD-Univ ini juga ternyata memiliki tujuan terselubung,
yaitu penularan paham Marx-Lenin.10 Selain itu, mendukung beberapa program
Soekarno menjadi alasan mengapa PKI menjadi “mass party”.11 Terlebih-lebih pada
saat program Nasakom dibuat oleh Sukarno. Untung bagi PKI ketika mereka
mendukung program Sukarno, karena dengan begitu mereka dapat kembali
menceburkan dirinya ke dalam gelanggang politik nasional.
Selain itu, banyak sekali pembaharuan citra partai selepas peristiwa Madiun
1948 dengan melakukan propaganda bahwa PKI partai nasionalis anti kolonialisme,
bersimpati pada agama dan menentang jalan kekerasan. 12 Sekali lagi, propaganda

semacam itu tidak lepas dari pengaruh pikiran Mao yang memakai ideologi Komunis
untuk mengusir Imperialis dan Kapitalis dengan menonjolkan identitas negara itu
sendiri. Mereka menyesuaikan struktur birokrasi Partai dengan struktur sosial yang
bersifat vertikal.
Banyak strategi lain yang telah dilakukan para pemimpin PKI sebelum Aidit
naik dan merebut politbiro pada Januari 1951. Semisal kepemimpinan Alimin yang
9
M.C Ricklefs. Op cit. Hlm: 479.
10 Ibid… Hlm: 493. Lihat juga. Serial Buku Tempo. Njoto; Peniup Saksofon di Tengah

Prahara
Aidit; Dua Wajah Dipa Nusantara. Jakarta : KPG. 2010. Hlm : 14 dan 46.
11 http://aufklarung1.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
12 http://sejarah-bangsa-kita.blogspot.com/2010/09/pemilu-1955-pki.html

8

membentuk Comite Central Sementara untuk menampung para kader. Namun, perlu
diketahui bahwa penampungan kader ini tidak langsung masuk ke dalam tubuh PKI
tetapi melewati Partai Sosialis terlebih dahulu. Hal terebut terjadi karena ada
beberapa kader yang masih belum berani untuk masuk ke partai palu arit tersebut.
Selain itu ia juga mempunyai visi untuk menjadikan PKI sebagai partai kader.13
Berbeda dengan kebijakan Aidit, dia merencanakan program persatuan potensi
Komunisme, atau disebut juga dengan kebijakan front persatuan Nasional. Ketika
kebijakan ini berlangsung, slogan Nasional lebih ditekankan. Tetapi tidak menutup
kemungkinan akan tujuan awal mereka tentang revolusi kelas sosial. Kebijakan ini
yang paling efektif dalam menggarap masa. Karena data membuktikan bahwa
perkembangan anggota PKI dari tahun 1952 berjumlah 100.000 menjadi 165.206
pada Maret 1954.14
Pelebaran sayap tidak hanya selesai pada kebijakan itu saja, penerimaan
anggota petani dan Buruh merupakan proyek selanjutnya. Awal mereka menampung
para buruh di bawah otoritas SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia)
hingga menjalar ke dalam tubuh beberapa lapisan masyarakat lain. Terbukti dengan
adanya pemimpin partai tingkat kecamatan yang digenggam seorang guru, petani
kelas menengah dan kaya.
Dari beberapa usaha yang dilakukan PKI itu membuahkan hasil yang positif
dan kabar kemajuan seperti itu pun terdengar sampai ke Peking. Bahkan pujian pun
datang dari negara tersebut yang berbunyi sebagai berikut;
“the PKI has rapidly grown in strength in the fires of protracted
revolutionary struggle” [ CITATION Arn69 \p 28 \l 1057 ]

Artinya ;
“PKI telah berkembang secara maksimal dalam runtutat peristiwa
panas, demi revolusi Indonesia”

13 Ibid…
14 M.C Ricklef. Op cit. Hlm: 483.

9

Jadi menurut hemat saya, kekuatan PKI dalam mengembangkan politik Indonesia ini
memiliki warna tersendiri. Selain itu juga dapat menggambarkan bagaimana sistem
politik lainnya yang cocok terhadap Indonesia selain sistem politik Pancasila.

BAB III
Penutup
Kita mengetahui bahwa suatu gerakan itu tidak mungkin muncul begitu saja di
lapisan masyarakat. Begitu pula pergerakan PKI dalam rangka menarik sejumlah
massa untuk bergabung dalam partai. Ide dari Marx-Lenin dan Mao menjadi inspirasi
bagi mereka sehingga mereka dapat menerjemahkan Komunisme secara baik dan
cocok untuk Indonesia. Pola kebijakan yang adaptif itu membuat PKI tercegah dari
kehancuran dan dapat kembali dipercaya oleh elit politik. Keputusan Aidit selama
memimpin ini menunjukkan bahwa dirinya itu terbentuk karena keadaan yang
memaksa dirinya dan kedua kawannya untuk mandiri.
Konsep pun sudah matang, terlihat dari penerjemahan manifesto Komunis
milik Karl Marx dan Friederich Engels. Langkah selanjutnya adalah implementasi
manifes komunis yang mereka terjemahkan tersendiri itu. Memakan waktu yang
cukup lama untuk menggodog abstraksi manifes PKI. Pada akhirnya mereka
mencangkan beberapa program yang memang dapat menarik massa secara cepat dan
dalam jumlah yang besar. Pembenahan sekolah, membantu anggotanya yang sedang
kesusahan merupakan contoh dari program CC PKI. Selain itu, pelebaran sayap terus
terjadi dengan penerimaan anggota partai dari golongan petani dan merangkul seluruh
masyarakat dari berbagai lapisan untuk ikut terlibat dalam pembangunan Indonesia.
Benar adanya jika mereka merengkuh orang lapisan bawah karena mereka-lah yang
paling tertindas pada masa penjajahan. Sementara itu tujuan PKI adalah membabat
habis sisa-sisa Kolonialisme.

Daftar Pustaka

10

Ananta Toer, Pramoedya; Kamil, Koesalah Soebagyo; Yu, Ediati Hamiyati. Kronik
Revolusi Indonesia; Jil, IV. Jakarta : KPG. 2003.
Brackman, Arnold C. The Communist Collapse in Indonesia. New York : Norton &
Company Inc. 1969.
M.C Ricklef. Sejarah Indonesia Modern; 1200=2008. Jakarta : SerambiIlmu
Semesta. 2005.
Zulkifli, Arif; Hidayat, Bagja. Aidit; Dua Wajah Dipa Nusantara. Jakarta : KPG.
2010.
…………… Njoto; Peniup Saksofon di Tengah Prahara. Jakarta : KPG. 2010.
…………… Sjam; Lelaki dengan Lima Alias. Jakarta : KPG. 2010.
http://www.oocities.org/troskya/miskin.html (diunduh pada tanggal 26 Maret 2015)
http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia (diunduh pada tanggal 26
Maret 2015)
http://aufklarung1.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
pada tanggal 26 Maret 2015)

(diunduh

http://sejarah-bangsa-kita.blogspot.com/2010/09/pemilu-1955-pki.html
pada tanggal 26 Maret 2015)

(diunduh