Penyelesaian Utang dan Pengantar Hukum K

Penyelesaian
Utang dan
Pengantar
Hukum
Kepailitan &
PKPU
Oleh
Ema Rahmawati
Fakultas Hukum Unpad
ema_r3@yahoo.com

HUKUM

Apakah Hukum Itu?

Apakah Fungsi Hukum? Konsep Hukum dalam Pembangunan?
Mengapa Penting Mengetahui dan Belajar Hukum?

Kualitas Kredit Perbankan

Lancar


DPK

Kurang
Lancar

Diragukan

Macet

Economic Analysis

Internal Policy

(Cost and Benefit)
What
method?

Prevailed Regulation


Non-Economic
Analysis

Merumuskan
Permasalahan

Analisis

Memutuskan
Tindakan

Penanganan Sengketa
Utang/Piutang
Penanganan Sengketa Secara Internal

Penanganan Sengketa Secara Non- Litigasi

Penanganan Sengketa Secara Litigasi

Penanganan Secara Internal

Negosiasi Penyelamatan Kredit:
 Rescheduling (penjadwalan ulang)
 Reconditioning (pensyaratan ulang)
 Restructuring (penataan ulang)

Alternatif Penyelesaian
Segketa
Pasal 1 angka 10 UU No. 30/1999
memberikan pengertian alternatif
penyelesaian sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati
oleh para pihak, yakni penyelesaian diluar
pengadilan

Penanganan Secara NonLitigasi
(Alternatif Penyelesian
Sengketa)
Konsultasi


Negosiasi

Konsiliasi

Mediasi

Arbitrase

Penanganan Secara Litigasi
Terdap
at Unsur
Mediasi
/Perda
maian
Pula

Gugatan
Perkara Perdata
Permohonan
Pailit

Permohonan
PKPU

Gugatan Perkara
 Apa

itu Gugatan Perkara Perdata?
 Bagaimana Prosedurnya?
 Bagaimana Mekanisme Penyelesaian
Sengketa Melalui Pengadilan?

Apakah itu Kepailitan

Apakah itu Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang

Kepailitan
 Latar

Belakang Adanya Pengaturan

Kepailitan
 Sejarah Pengaturan Mengenai Kepailitan
 Pengaruh Kuat Hukum Kolonialisme
 Pengaruh Kuat dari Kreditor Asing Ketika
Penyusunan UU/Perpu
 Pengaruh Kuat Kondisi Perekonomian
 Kasus Kontroversial yang Menyebabkan
Pembaharuan UU Kepailitan dan PKPU

Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaann
Kewajiban Pembayaran Utang (“UUKPKPU”)

Faktor-faktor Perlunya
Pengaturan Kepailitan







Untuk menghindari perebutan harta debitor apabila dalam
waktu yang sama ada beberapa kreditor yang menagih
piutangnya dari debitor.
Untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak
jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan cara
menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan
kepentingan debitor atau para kreditor lainnya.
Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang
dilakukan oleh salah seorang kreditor atau debitor sendiri.
Misalnya, debitor berusaha untuk memberi keuntungan
kepada seorang atau beberapa orang kreditor tertentu
sehingga kreditor lainnya dirugikan, atau adanya
perbuatan curang dari debitor untuk melarikan semua
harta kekayaannya dengan maksud untuk melepaskan
tanggung jawabnya terhadap kreditor.

Asas/Prinsip UUKPKPU





UUKPKPU mengatur beberapa ketentuan yang nerupakan perwujudan dari
asas keseimbangan, yaitu di satu pihak, terdapat ketentuan yang dapat
mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan
oleh debitor yang tidak jujur, di lain pihak, terdapat ketentuan yang dapat
mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan
oleh kreditor yang beritikad tidak baik.








Asas Keseimbangan

Asas Kelangsungan Usaha


Dalam UUKPKPU terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan
debitor yang prospektif tetap dilangsungkan.
Pasal 104 UUKPKPU mengatur secara kongkrit sebagai berikut:
”(1) Berdasarkan persetujuan panitia kreditor sementara, kurator dapat
melanjutkan usaha Debitor yang dinyatakan pailit walaupun terhadap
putusan pernyataan pailit tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali.
(2) Apabila dalam kepailitan tidak diangkat panitia kreditor, Kurator
memerlukan izin Hakim Pengawas untuk melanjutkan usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)”





Dalam kepailitan asas keadilan mengandung pengertian
bahwa ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi
rasa keadilan bagi para pihak yang berkepentingan. Asas
keadilan ini untuk mencegah terjadinya kesewenangwenangan pihak penagih yang mengusahakan
pembayaran atas tagihan masing-masing terhadap
debitor, dengan tidak memperhatikan kreditor lainnya.





Asas Keadilan

Asas Integrasi

Asas integrasi di dalam UUKPKPU tersebut mengadung
pengertian bahwa sistem hukum formil dan materiilnya
merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum
perdata dan hukum acara perdata nasional.

Definisi
Pasal 1 angka 1 UUKPKPU, sebagai berikut:
”Kepailitan adalah sita umum atas semua
kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan
serta pemberesannya dilakukan oleh
Kurator di bawah pengawasan Hakim
Pengawas sebagaimana diatur di dalam

Undang-undang ini.”

Dasar Hukum Kepailitan
 Pasal

1131 KUHPerdata:
“Segala Kebendaan si berutang, baik
yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun
yang akan ada di kemudian hari, menjadi
tanggungan untuk segala perikatan
perseorangan
 Pasal 1132 KUHPerdata:
 Pasal 21 UUKPKPU

Pasal 1132 KUHPerdata:
“Kebendaan tersebut menjadi jaminan
bersama-sama bagi semua orang yang
mengutangkan padanya; pendapatan
penjualan benda-benda itu dibagi-bagi
menurut keseimbangan, yaitu menurut besar
kecilnya piutang masing-masing, kecuali
apabila di antara para berpiutang itu ada
alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.”
 Pasal 21 UUKPKPU


 Pasal

21 UUKPKPU
”Kepailitan meliputi seluruh kekayaan
Debitor pada saat putusan pernyataan
pailit diucapkan serta segala sesuatu yang
diperoleh selama kepailitan.”

Definisi Kepailitan
Pengertian formal dari kepailitan adalah
sebagaimana diatur di dalam Pasal 1
angka 1 UUKPKPU, sebagai berikut:
”Kepailitan adalah sita umum atas semua
kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan
serta pemberesannya dilakukan oleh
Kurator di bawah pengawasan Hakim
Pengawas sebagaimana diatur di dalam
Undang-undang ini.”

Unsur-unsur Kepailitan
 Sita

umum. Sita umum adalah penyitaan
atau pembeslahan terhadap seluruh
harta debitor pailit. Pengertian sita umum
ini untuk membedakan dengan sita
khusus seperti revindikator belag,
konservator beslag dan eksekutor beslag
yang semuanya merupakan beslag atau
sita khusus terhadap harta-harta tertentu.





Terhadap kekayaan debitor pailit. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kepailitan ditujukan terhadap
harta debitor dan bukan terhadap pribadi debitor.
Pengurusan dan pemberesan oleh kurator. Dengan
dinyatakan pailit, debitor kehilangan haknya atau
kehilangan kewenangannya (onbevoegd) untuk
mengurus dan menguasai hartanya yang
merupakan salah satu asas umum kepailitan. Debitor
pailit dianggap tidak cakap (onbekwaam) untuk
mengurus dan menguasai hartanya tersebut.
Pengurusan dan pengurusan atas harta kekayaan
debitor tersebut beralih kepada kurator.

 Terdapat

hakim pengawas. Tugas utama
hakim pengawas dalam kepailitan
debitor adalah melakukan pengawasan
atas pengurusan dan penguasaan harta
debitor pailit oleh kurator.

Definisi Utang
UUKPKPU mengatur definisi secara formal mengenai
utang dalam artian sangat luas sehingga terdapat
kepastian hukum mengenai utang. Berdasarkan
Pasal 1 angka 6 UUKPKPU sebagai berikut:
”Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau
dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam
mata uang Indonesia ataupun mata uang asing,
baik secara langsung maupun yang akan timbuk di
kemudian hari atau kontijen, yang timbul karena
perjanjian atau undang-undang dan yang wajib
dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi
memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat
pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor.”

Syarat Kepailitan
 Pasal

2 ayat (1) UUKPKPU sebagai berikut:
 ”Debitor yang mempunyai dua atau lebih
kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih, dinyatakan
pailit dengan putusan pengadilan, baik
atas permohonannya sendiri maupun
atas permohonan satu atau lebih
kreditornya.”

Syarat Kepailitan






Debitor mempunyai dua atau lebih
kreditor;
Debitor tidak membayar lunas sedikitnya
satu utang yang telah jatuh waktu dan
dapat ditagih;
Debitor dinyatakan pailit dengan putusan
pengadilan; dan
Atas permohonan debitor sendiri maupun
atas permintaan satu atau lebih
kreditornya.

Yang dapat Mengajukan
Kepailitan









Debitor
Kreditor
Diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum. Kejaksaan
dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan untuk
kepentingan umum dalam hal persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) UUKPKPU telah terpenuhi dan
tidak ada pihak yang mengajukan permohonan pailit. Yang
dimaksud dengan kepentingan umum adalah kepentingan
bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas.
Diajukan oleh Bank Indonesia dalam hal debitor adalah bank.
Diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dalam hal debitor
adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan
penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian.
Diajukan oleh Menteri Keuangan dalam hal debitor adalah
perusahaan asuransi, perusahaan re-asuransi, dana pensiun atau
badan usaha milik negara yang bergerak di bidang kepentingan
publik.

Pengadilan Yang
Berwenang

Pasal 3 UUKPKPU

Prosedur
Kepailitan

Pasal 6 dan
Pasal 7 UUKPKPU

Prosedur di
Pengadilan

Pasal 8 - Pasal
10 UUKPKPU

Putusan Pailit
 Pasal

15 UUKPKPU
 Pernyataan Pailit
 Pengangkatan Kurator
 Penunjukkan Hakim Pengawas

Upaya Hukum
Kasasi

•11-13
UUKPKPU

Peninjauan
Kembali

•14 (2)
UUKPKPU

Pencabutan
Pailit

Pasal 18
UUKPKPU

Syarat

Akibat Hukum Kepailitan
Terhadap
Harta
Kekayaan
(Psl 21)

Transfer Dana
(Psl 24 (3)

Perikatan
Yang Telah
Ada (Psl 25)

Terhadap
Harta
Warisan
(Psl 40)

Terhadap
Uang Paksa
(Psl 32)

Terhadap
Penyanderaa
n Gijzeling (Psl
31 (3)

Terhadap
Hukuman (Psl
25 (2)

Terhadap
Perjanjian
Kerja (Psl 39)

Terhadap
Perjanjian
Timbal Balik
(Psl 36)

Terhdadap
Eksekusi (Psl
31)

Terhadap
Tuntutan
Harta Pailit
(Psl 27)

Terhadap
Perjanjian
Sewa
Menyewa (Psl
38)

Tingkatan Kreditor
1.

2.

3.

Kreditor Separatis, yaitu kreditor yang dapat
melaksanakan haknya seolah-olah tidak
terjadi kepailitan. Termasuk kreditor separatis
misalnya pemegang gadai, pemegang
jaminan fidusi, hak tanggungan, hipotik,
agunan kebendaan lainnya.
Kreditor Preferent, yaitu kreditor dengan hak
istimewa seperti yang diatur di dalam Pasal
1139 KUHPerdata dan Pasal 1149 KUHPerdata.
Kreditor Konkuren atau kreditur bersaing, yaitu
kreditor yang tidak mempunyai keistimewaan
sehingga kedudukannya sama satu sama
lain.

Bandingkan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 67/PUU-XI/2013
yang memutuskan Pasal 95 ayat (4) UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan bertentangan dengan UUD 1945. bahwa “pembayaran
upah pekerja/buruh didahulukan atas semua jenis kreditur termasuk atas

Bandingkan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
67/PUU-XI/2013 yang memutuskan Pasal 95 ayat (4) UU Nomor
12 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bertentangan
dengan UUD 1945. bahwa “pembayaran upah pekerja/buruh
didahulukan atas semua jenis kreditur termasuk atas tagihan
kreditur separatis, tagihan hak negara, kantor lelang, dan
badan umum yang dibentuk pemerintah, sedangkan
pembayaran hak-hak pekerja/buruh lainnya didahulukan
atas semua tagihan termasuk tagihan hak negara, kantor
lelang dan badan umum yang dibentuk pemerintah, kecuali
tagihan dari kreditor separatis”. Apakah kedudukan upah
buruh dalam kepailitan adalah berdasarkan ketentuan
UUKPKPU dan mengesampingkan ketentuan Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2013? Lex posteriori derogat legi priori?

Fase-fase Secara Umum
dalam Kepailitan
• Upaya hukum berupa kasasi

Fase Penitipan
atau Sekestrasi
(concervatoir)

Fase Insolvensi
atau Fase
Eksekutor

atau peninjauan kembali
berhasil atau dikabulkan
• Perdamaian disetujui atau
diterima dan dihomologasi
(disahkan)
• Kepailitan dicabut dengan
putusan pengadilan krn harta
tidak cukup untuk membayar
biaya kepailitan (Pasal 18)
• Perdamaian tidak diajukan;
• Perdamaian diajukan tetapi
tidak disetujui atau tidak diterima
oleh Kreditor-kreditor yang
memiliki hak suara

Lanjutan…







Perdamaian diajukan, disetujui atau diterima
para Kreditor yang mempunyai hak suara,
tetapi tidak disahkan atau tidak dihomologasi
oleh Hakim.
Upaya hukum tidak dikabulkan, perdamaian
tidak diajukan.
Upaya Hukum tidak dikabulkan, perdamaian
tidak diterima.
Upaya hukum tidak dikabulkan, perdamaian
diterima tetapi tidak mendapatkan
pengesahan dari Hakim

 Kurator

Pasal 69 dst..
 Hakim Pengawas Pasal 65 dst
 Panitia Kreditor Pasal 79 dst
 Rapat Kreditor Pasal 86 - Hakim
Pengawas dan Kurator

Tindakan Setelah Pernyataan
Pailit
 Tindakan

Terhadap Diri Debitor Pailit (93-

97); dan
 Tindakan dalam hubungan dengan harta
pailit (Pasal 98-112).

Pencocokan Utang
 Kegiatan

penting dalam thap sekretasi
(penitipan) adalah verifikasi utang.
 Pasal 113-143

Procedure Renvoi




Apabila dalam rapat pencocokan piutang
kemungkinan terjadi perselisihan mengenai
piutang antara kreditor dan kurator, dan
Hakim pengawas tidak berhasil
menyelesaikannya, maka ditempuh
procedure renvoi, yaitu hakim pengawas
memerintahkan kepada pihak berselisih untuk
mengajukan penyelesaian perselisihan
melalui pengadilan.
Pasal 127 dst..perkara pemeriksaan singkat
dan sederhana.

Perdamaian
 Penting…terdapat

kemungkinan
pengajuan rencana perdamaian oleh
debitor pailit.
 Pasal 144 – 177.

Pasca Berakhirnya
Pemberesan
 Pasal

204 UUKPKPU
 Pasal 207 untuk harta peninggalan

Ketentuan Hukum
Internasional
 Pasal

212
 Pasal 213
 Pasal 214

Rehabilitasi
 Pasal

215 - 221

Penyelesaian Utang (lainnya)









Mengadakan perdamaian diluar pengadilan
dengan para kreditornya
Mengadakan perdamaian di dalam
pengadilan apabila debitor digugat secara
perdata
Mengajukan PKPU
Mengajukan perdamaian dalam PKPU
Mengajukan permohonan agar dinyatakan
pailit oleh pengadilan
Mengajukan perdamaian dalam kepailitan

Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang




PKPU dapat diajukan oleh debitor yang
mempunyai lebih dari 1 kreditor atau
diajukan oleh kreditor. (Pasal 222 (1)
Debitor yang tidak dapat atau
memperkirakan tidak akan dapat
melanjutkan membayar utang-utangnya
yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dapat memohon PKPU, dengan maksud
untuk mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran
sebagian atau seluruh utang kepada kreditor






PKPU sementara dikabulkan oleh pengadilan niaga dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Dalam hal permohonan diajukan oleh debitor, pengadilan niaga
dalam waktu paling lambat 3 hari sejak didaftarkannya surat
permohonan sebagaimana diatur di dalam Pasal 224 ayat (1)
UUKPKPU harus mengabulkan penundaan kewajiban pembayaran
utang sementara dan harus menunjuk seorang hakim pengawas
dari hakim pengadilan serta mengangkat 1 atau lebih pengurus
yang bersama dengan debitor mengurus harta debitor; dan
Dalam hal permohonan diajukan oleh kreditor, pengadilan niaga
dalam waktu paling lambat 20 hari sejak tanggal didaftarkannya
surat permohonan, harus mengabulkan permohonan penundaan
kewajiban pembayaran utang sementara dan harus menunjuk
hakim pengawas dari hakim pengadilan serta mengangkat 1 atau
lebih pengurus yang bersama dengan debitor mengurus harta
debitor. Diatur di dalam Pasal 225 ayat (2) dan ayat (3) UUKPKPU

Pailit Seketika dalam PKPU






Pasal 225 (5): apabila debitor tidak hadir
dalam sidang yang sudah ditetapkan
tersebut, berakibat PKPU sementara berakhir
dan Pengadilan Niaga wajib menyatakan
debitor pailit dalam sidang yang sama.
PKPU sementara berlaku sejak tanggal PKPU
diucapkan sampai dengan sidang untuk
membahasnya (Pasal 227)
Apabila PKPU tetap tidak dapat ditetapkan
oleh Pengadilan, maka Debitor dinyatakan
pailit. (Pasal 228 (5))







Sebagaimana diatur dalam Pasal 229 ayat (1) UUKPKPU,
pemberian PKPU tetap berikut perpanjangannya
ditetapkan oleh Pengadilan Niaga berdasarkan:
persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditor
konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang
hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian
dari seluruh tagihan yang diakui atau yang sementara
diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir
dalam sidang tersebut; dan
persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditor yang
piutangnya dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan, hipotik, atau hak agunan atas kebendaan
lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 (dua
pertiga) bagian dari seluruh tagihan kreditor atau
kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut.

 Pasal

240 UUKPKPU
Debitor tanpa persetujuan pengurus tidak
dapat melakukan tindakan kepengurusan
atau kepemilikan atas seluruh atau
sebagian hartanya
Pasal 242 UUKPKPU?

Jangka Waktu
 Apabila

permohonan PKPU tetap
disetujui, penundaan berikut
perpanjangannya tidak boleh melebihi
270 hari setelah putusan PKPU sementara
diucapkan (Pasal 228)

 Lihat

pasal 255

Rencana Perdamaian




Debitor berhak pada waktu mengajukan
permohonan penundaan kewajiban
pembayaran utang atau setelah itu
menawarkan suatu perdamaian kepada
kreditor. (Pasal 265).
Dalam hal sebelum putusan pengesahan
perdamaian memperoleh kekuatan hukum
tetap, terdapat putusan pengadilan yang
menyatakan bahwa penundaan kewajiban
pembayaran utang berakhir, gugurlah
rencana perdamaian tersebut. (Pasal 267)

Persetujuan Rencana
Perdamaian
Rencana Perdamaian dapat diterima
berdasarkan: (Pasal 281 (1))
 Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah
kreditor konkuren yang haknya diakui atau
sementara diakui yang hadir ada rapat
kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal
280, yang bersama-sama mewakili paling
sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh
tagihan yang diakui atau sementara diakui
dari kreditor konkuren atau kuasanya yang
hadir dalam rapat tersebut; dan

 Persetujuan

lebih dari ½ (satu perdua)
jumlah kreditor yang piutangnya dijamin
dengan gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan, hipotik, atau hak agunan
kebendaan lainnya yang hadir dan
mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga)
bagian dari seluruh tagihan dari kreditor
tersebut atau kuasanya yang hadir
dalam rapat tersebut.

 Kreditor

sebagaimana dimaksud pada
Pasal 281 (1) huruf b yang tidak
menyetujui rencana perdamaian
diberikan kompensasi sebesar nilai
terendah diantara jaminan atau nilai
aktual pinjaman yang secara langsung
dijamin dengan hak agunan atas
kebendaan. (Pasal 281 (2)).

 Pasal

285
 Pasal 288
 Pasal 289 jis. Pasal 290 dan 291

Upaya Hukum
 Tidak

terdapat upaya hukum biasa Pasal

293)
 Upaya Hukum PK (Pasal 295)
 Ketentuan

Haper lainnya mengenai
Kompetensi:
 Pasal 303 UUKPKPU.