pengaruh etika profesi dan kecerdasan em

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi
suatu tantangan baru bagi para pemeriksa inspektorat atau internal auditor.
Profesi internal auditor sangat dituntut akan kemampuannya memberikan jasa
yang terbaik, dan sesuai dengan yang dibutuhkan serta diperintahkan oleh
pimpinan tertinggi instansi atau badan. Peningkatan pengawasan internal di
dalam suatu organisasi, instansi atau badan tentunya menuntut tersedianya
internal audit yangbaik, agar tercapainya suatu proses pengawasan internal
yang baik pula. Menurut Mardiasmo (2005:189), terdapat tiga aspek utama
yang mendukung terciptanya pemerintahan yang baik (good governance), yaitu
pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Salah satu unit yang melakukan
audit/pemeriksaan terhadap pemerintah daerah adalah inspektorat daerah.
Inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan
pengawasan umum pemerintah daerah, dan tugas lain yang diberikan kepala
daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal.
Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang
merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005:103).

Auditor pemerintah dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya
memeriksa dan menilai kewajaran laporan keuangan sektor publik, tetapi juga
menilai ketaatan aparatur pemerintah terhadap undang-undang dan peraturan
yang berlaku.Disamping itu, auditor juga memeriksa dan menilai sifat

2

ekonomis, efisiensi dan keefektifan dari semua pekerjaan dan pelayanan yang
dilakukan oleh pemerintah. Pengawasan yang dilakukan oleh auditor
pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan efisiensi
nasional, sehingga auditor pemerintah harus menjaga dan senantiasa
meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya, salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi adalah pendidikan di bidang akuntansi, karena
dengan pendidikan di bidang akuntansi maka seorang auditor dapat
memperoleh

pengetahuan

dan


pemahaman

dalam

kaitannya

untuk

melaksanakan tugas audit. Pencapaian sasaran sesuai dengan upaya untuk
mewujudkan suatu iklim pengelolaan yang baik (good governance), yaitu
pemerintahan yang dapat menjalankan amanah dari rakyat baik dalam melayani
maupun menyelenggarakan pemerintahan yang dapat beroperasi secara efisien,
efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat, serta mempertanggung
jawabkan pelaksanaan amanah tersebut kepada rakyat. Hal ini dapat
mewujudkan transparansi yang dapat menimbulkan kepercayaan kepada
pemerintah,

dan

masyarakat


mau

berpartisipasi

dalam

pelaksanaan

pembangunan nasional.
Auditor bekerja dengan cara menarik sebuah kesimpulan dari suatu
proses auditing, yang merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan.

3

Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang, karena

memberikan kontribusi yang relevan dan andal yang dapat dipercaya pada audit
dan pendapatyang diberikan.
Fenomena di masyarakat yang mengambarkan akuntabilitas keuangan
belum berjalan sepenuhnya antara lain; tingkat korupsi yang masih tinggi,
adanya kebocoran anggaran, pengukuran kinerja instansi pemerintah lebih
menekankan kepada kemampuan instansi pemerintah dalam menyerap
anggaran, pengawasan fungsional belum efektif karena belum dilaksanakan
secara profesional. Dalam pemerintah daerah terdapat aparat pengawasan
fungsional intern pemerintah kabupaten/kota yang membantu pimpinan
pemerintah dalam melakukan pengawasan apakah kegiatan yang dilakukan
oleh aparatnya sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan program yang telah
ditentukan. Pengawasan fungsional dapat dilakukan melalui pemeriksaan,
pengujian,penilaian

dan

pengusutan

berbagai


aspek

penyelenggaraan

pemerintahan (PP No 20 tahun 2001). Inspektorat daerah mempunyai tugas
menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas
lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama
dengan auditor internal. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit
pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo,
2005:193). Dalam menjalankan audit internal diperlukan auditor internal.
Fungsi auditor internal adalah melaksanakan fungsi pemeriksaan internal yang
merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi
untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan. Selain

4

itu, auditor internal diharapkan pula dapat lebih memberikan sumbangan bagi
perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja
organisasi. Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai auditor
internal, auditor dituntut untuk memiliki sikap profesionalisme. Hal ini

dimaksudkan, sebagai penentuan mutu dan kualitas dalam menjalankan suatu
pekerjaan. Sikap profesionalisme seseorang dapat diukur dengan beberapa
indikator yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian,
keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi (Hidayat,
2011).
Audit yang dilakukan pada sektor pemerintah berbeda dengan yang
dilakukan pada sektor swasta. Perbedaannya terdapat pada latar belakang
institusional dan hukum yang berbeda.Audit pada sektor pemerintah
mempunyai prosedur dan tanggung jawab yang berbeda serta peran yang lebih
luas dibandingkan audit sektor swasta (Jones, 1996; Rubin, 1988) dalam
Wilopo (2001). Hal ini dapat diketahui bahwa auditor pemerintah dalam
melaksanakan tugasnya tidak hanya memeriksa dan menilai kewajaran laporan
keuangan sektor pemerintahan, tetapi juga menilai ketaatan aparatur
pemerintah terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku, serta
memeriksa dan menilai sifat ekonomis, efisiensi dan keefektifan dari semua
pekerjaan dan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah.

5

B. Masalah Pokok

Berdasarkan latar belakang maka peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut:
1. Apakah etika profesi berpengaruh terhadap rekomendasi audit?
2. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap rekomendasi
audit?
3. Apakah etika profesi dan kecerdasan emosional berpengaruh secara
simultan terhadap rekomendasi audit?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh etika profesi terhadap auditor dalam
rekomendasi audit.
2. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap auditor
dalam rekomendasi audit.
3. Untuk mengetahui pengaruh etika profesi dan kecerdasan emosional
secara simultan terhadap rekomendasi audit..
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan kajian berupa sumbangan pemikiran tentang rekomendasi
audit agar dapat meningkatkan kinerja auditor Inspektorat Provinsi
Sulawesi Selatan di masa yang akan datang.

2. Untuk menambah dan memperdalam wawasan dan pengetahuan tentang
apa yang telah peneliti lakukan dan sebagai refensi untuk penelitian
selanjutnya.

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Teori Keperilakuan
Krech dan Krutchfield (1983) dalam Maryani dan Ludigo (2001),
mengatakan bahwa sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang
menggerakan untuk bertindak, menyertai manusia dengan perasaanperasaan tertentu dalam menanggapi objek yang terbentuk atas dasar
pengalaman-pengalaman. Sikap pada diri seseorang akan menjadi corak
atau warna pada tingkah laku orang tersebut.
Dengan mengetahui sikap pada diri seseorang maka akan dapat diduga
respon atau perilaku yang akan diambil oleh seseorang terhadap masalah
atau keadaan yang dihadapi. Pembentukan atau perubahan sikap ditentukan
oleh dua faktor pokok, yaitu faktor individu (faktor dalam) dan faktor luar.

Faktor individu adalah faktor yang berhubungan dengan respon individu
menanggapi dunia luar secara selektif. Sedangkan faktor luar adalah faktor
yang berhubungan dengan hal-hal atau keadaan dari luar yang merupakan
rangsangan atau stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap (Maryani
dan Ludigdo, 2001).
Perilaku etis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma-norma
sosial yang diterima secara umum, berhubungan dengan tindakan-tindakan
yang bermanfaat dan membahayakan.Perilaku kepribadian merupakan

7

karakteristik individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Karakteristik tersebut meliputi sifat, kemampuan, nilai, ketrampilan, sikap,
dan intelegensi yang muncul dalam pola perilaku seseorang. Dapat
disimpulkan bahwa perilaku merupakan perwujudan atau manifestasi
karakteristik-karakteristik seseorang dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan (Maryani dan Ludigdo, 2001).
Perilaku etis juga didefinisikan sebagai pelaksanaan tindakan fair
sesuai hukum kontstitusional dan peraturan pemerintah yang dapat
diaplikasikan (Steiner dalam Reiss dan Mitra, 1998). Perilaku etis sering

disebut sebagai komponen dari kepemimpinan. Pengembangan etika
merupakan hal yang penting bagi kesuksesan individu sebagai pemimpin
suatu organisasi (Morgan dalam Nugrahaningsih, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seorang meliputi :
a. Faktor personal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu.
b. Faktor situasional, yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia
sehingga dapat mengakibatkan seseorang cenderung berperilaku
sesuai dengan karakteristik kelompok yang diikuti.
c.

Faktor stimulasi yang mendorong dan meneguhkan perilaku
seseorang.

Pola perilaku etis dalam diri masing-masing individu (termasuk
auditor) berkembang sepanjang waktu. Oleh karena itu, setiap orang akan
menunjukkan perubahan yang terus-menerus terhadap perilaku etis.
Perilaku akan dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, organisasi, lingkungan

8


organisasi, dan masyarakat umum. Perilaku etis seseorang juga sering kali
mengacu pada apa yang diyakini (Husein, 2003). Teori sikap dan perilaku
dapat mempengaruhi auditor untuk bertindak jujur, tegas, adil tanpa
dipengaruhi tekanan maupun permintaan dari

pihak tertentu atau

kepentingan pribadi. Yang nantinya akan mempengaruhi auditor dalam
mengambil judgment yang berkualitas.
B. Rekomendasi Audit
1. Pengertian Rekomendasi Audit
Rekomendasi audit dimuat dalam laporan audit. Rekomendasi
pastilah menyangkut tindakan perbaikan yang dianggap perlu oleh auditor.
Namun, pelaksanaannya tetap diserahkan pada audit, audit dapat
melaksanakan rekomendasi tersebut atau menolaknya dengan menanggung
resiko yang mungkin terjadi atau melakukan tindak lanjut lain yang
dianggap oleh audit lebih efektif. Rekomendasi atau saran adalah bentuk
laporan hasil audit dari auditor internal untuk disampaikan kepada pihak
manajemen perusahaan untuk selanjutnya ditindak lanjuti oleh pihak
manajemen.
Rekomendasi

merupakan

pendapat

auditor

yang

telah

dipertimbangkan mengenai suatu situasi tertentu dan mencerminkan
pengetahuan penilaian dan merancang memperbaiki kondisi dalam suatu
temuan-temuan pengauditan (Tugiman,2007).
Rekomendasi

Auditor

merupakan

pendapat

auditor

yang

dipertimbangkan mengenai suatu situasi tertentu dan harus mencerminkan

9

pengetahuan dan penilaian auditor mengenai pokok persoalannya dalam
arti apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya (Andharini,2001).
Berdasrkan

penjelasan

diatas

dapat

disimpulkan

bahwa

rekomendasi adalah merupakan pendapat auditor yang akan disampaikan
kepada pihak manajemen dan telah dipertimbangkan mengenai suatu
situasi tertentu yang mencerminkan pengetahuan penilaian dan merancang,
memperbaiki kondisi dalam suatu temuan-temuan pengauditan.
2. Rekomendasi Hasil Laporan
Rekomendasi harus dirancang sedemikian rupa guna memperbaiki
kondisi yang memerlukan perbaikan. Apabila auditor mengajukan
rekomendasi, maka bagian temuan yang berhubungan dengannya harus
memuat pernyataan jelas tentang tujuan yang hendak dicapai atau alasan
auditor untuk berpendapat bahwa diperlukan tindakan korektif.
Rekomendasi harus disusun secara logis namun tidak berarti bahwa
rekomendasi tersebut hanya berhubungan dengan masalah-masalah
diidentifikasikan

dalam

temuan-temuan

pengauditan.

Biasanya

rekomendasi juga harus dihubungkan dengan pribadi dari prilaku-prilaku
masing-masing. Rekomendasi tertentu harus ditujukan untuk temuantemuan tertentu sehingga ada mata rantai hubungan antara temuan dan
rekomendasi.
Menurut Rekomendasi diberikan oleh departemen internal audit
harus mempertimbangkan beberapa faktor (Tugiman,2007) yaitu:
a.

Memperbaiki kondisi yang ada atau menyelesaikan masalah.

10

b.

Dapat ditindak lanjuti secara logis, praktis dan reasonable.

c.

Bersifat korektif dan konstruktif.

d.

Sebagai solusi jangka pendek dan jangka panjang dan

e.

Merupakan pelaksanaan dari proses audit yang dijalankan secara
benar.
Rekomendasi-rekomendasi

yang

memenuhi

kriteria

diatas

merupakan bentuk pelayanan paling bernilai yang diberikan departemen
internal

audit

kepada

pihak

manajemen.

Dalam

Statement

of

Responsibilities of internal auditor dikatakan bahwa rekomendasi ini
merupakan salah satu tugas departemen internal audit, selain melakukan
berbagai analisis dan penilaian, petunjuk dan informasi sehubungan
dengan kegiatan yang diperiksa. Ini merupakan pelaksanaan audit internal
yang bertujuan untuk membantu para anggota organisasi agar dapat
melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.
3. Efektivitas Rekomendasi
Inti dari efektivitas pada dasarnya adalah mengerjakan sesuatu
dengan benar atau “do the right things”. Sehingga dapat dianalogikan
terhadap efektivitas rekomendasi diartikan sebagai hubungan antara output
dengan tujuan dari hasil pemeriksaan.
Rekomendasi yang efektif adalah rekomendasi yang memiliki
syarat-syarat (Tugiman,2007) sebagai berikut:
a.

Memperbaiki kondisi yang ada atau dapat menyelesaikan masalah

11

Rekomendasi yang diberikan oleh internal audit dapat memperbaiki
kondisi yang ada pada perusahaan sebelum rekomendasi tersebut
disampaikan, untuk kearah yang lebih baik atau dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan atau bagian yang diaudit.
b.

Dapat ditindak lanjuti secara logis, praktis dan reasonable
Rekomendasi yang diberikan dapat ditindak lanjuti, tidak hanya
sekedar saran tetapi harus diterapkan didalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan. Praktis adalah menggunakan kalimat yang sederhana
dan mudah dipahami serta berdasarkan data-data dari hasil
pemeriksaan dengan mempertimbangkan segala kesulitan audit
dilapangan,

sedangkan

reasonable

adalah

yang

mendukung

rekomendasi tersebut dapat diterima oleh audit.
c.

Bersifat korektif dan konstruktif
Rekomendasi yang diberikan oleh internal audit dapat memotivasi
tindakan koreksi yang diperlukan selanjutnya oleh audit sehingga
tidak ada unsur keterpaksaan.

d.

Sebagai solusi jangka pendek dan jangka panjang
Rekomendasi yang diberikan oleh internal audit dapat dijadikan atau
diimplementasikan sebagai solusi jangka pendek dan jangka panjang.

e.

Merupakan hasil pelaksanaan dari proses audit yang dijalankan
secara benar.
Rekomendasi yang diberikan oleh internal audit telah melalui tahap
atau proses audit yang benar.

12

Dari syarat-syarat Rekomendasi yang efektif diatas maka akan
tercapai suatu tujuan Rekomendasi yang diharapkan adapun Tujuan
Rekomendasi yang efektif Menurut Tugiman (2007:100) adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan Prestasi.
Relevan, menegaskan bahwa suatu sistem penilaian prestasi kerja
hanya mengukur penilaian temuan pemeriksaan sesuai dengan fakta.
Akseptabel, suatu sistem penilaian prestasi harus dapat diterima dan
dimengerti

baik

oleh

penilai

maupun

yang

dinilai.

Praktis,

menghendaki agar suatu sistem penilaian prestasi harus praktis dan
mudah dilaksanakan, tidak rumit baik yang menyangkut administrasi
dan interprestasi serta tidak memerlukan biaya yang besar.
b. Mengurangi resiko kerugian.
Risiko bawaan atau melekat, risiko yang sudah ada pada aktivitas,
operasi, atau bagian sebelum ada pengendalian manajemen. Risiko
pengendalian, risiko yang mungkin ada yang tidak dapat ditemukan
oleh adanya sistem pengendalian manajemen. Risiko deteksi, risiko
tidak terdeteksinya suatu salah saji material yang ada, besar sampel
yang ditetapkan berbanding terbalik dengan risiko deteksi.
c. Memberikan dan menawarkan pilihan dalam memecahkan masalah
atau persoalan.
Rekomendasi harus terkait erat dengan setiap temuan atau observasi
yang menunjukan adanya kekurangan atau kelemahan. Setiap

13

rekomendasi harus didukung oleh hasil-hasil temuan observasi. Setiap
perkataan rekomendasi harus ditulis secara jelas apa yang diinginkan
untuk mengatasi masalah yang timbul. Rekomendasi perlu dirinci lebih
lanjut oleh manajemen fasilitas agar lebih operasional penerapannya.
d. Memperbaiki kondisi yang perlu perbaikan.
Laporan hsrus menunjukan sifat dan kondisi yang baik, sebelum
diserahkan kepada klien dan memastikan informasi temuan-temuan
laporan audit.
4. Rekomendasi Audit Yang Baik
Rekomendasi menggambarkan bentuk tindakan yang harus
dipertimbangkan oleh manajemen dalam meralat kondisi yang telah
berlangsung serba salah atau memperbaiki kelemahan sistem dan
pengawasan, ataupun keduanya. Rekomendasi harus bersifat positif,
spesifik, dan harus mengidentifikasi siapa yang melaksanakannya. Lebih
diutamakan supaya internal auditor mengajukan suatu metode atau
beberapa alternatif metode untuk mamperbaiki suatu kondisi. Selain itu,
mereka juga harus menjelaskan bahwa memilih suatu tindakan perbaikan
merupakan tugas manajemen perusahaan. Rekomendasi auditor internal
merupakan pilihan yang potensial yang harus dipertimbangkan bersamaan
dengan pilihan lain yang memungkinkan untuk diambil, karena
manajemen perusahaan (bukan auditor internal) yang akan melaksanakan
tindakan perbaikan tersebut.

14

Agoes (2004: 233) dalam bukunya Auditing (Pemeriksaan
Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik mengemukakan beberapa prinsip
yang harus diikuti agar bisa diperoleh rekomendasi yang efektif, yaitu:
a. Rekomendasi harus komprehensif.
b. Rekomendasi harus spesifik.
c. Rekomendasi harus disusun dengan baik.
d. Rekomendasi harus mudah dilaksanakan.
e. Rekomendasi harus beralasan.
Aktivitas audit seharusnya menghasilkan kesimpulan dan temuan
yang akan mengarahkan

pada rekomendasi yang mencerminkan

pemenuhan terhadap tujuan objektif yang berbasis waktu, kinerja dan
biaya. Hal tersebut seharusnya disertai dengan laporan awal yang
menggambarkan temuan awal dalam aktivitas audit sebelum kemudian
disusun ke dalam laporan akhir sehingga pihak manajemen mendapatkan
gambaran mengenai kondisi eksisting perusahaannya serta gambaran
rekomendasi yang akan diberikan oleh pengaudit (Gallegos, IT Audit
Report and Follow-up: Methods and Techniques for Communicating Audit
Findings and Recommendations,2002) .
Setelah Audit dilaksanakan, pengaudit bertanggung jawab terhadap
pengkomunikasian

hasil

audit

kepada

pihak

manajemen

terkait.

Pengkomunikasian tersebut menghasilkan kesepakatan akan hasil audit
yang kemudian akan disusun dalam laporan audit.

15

Pengkomunikasian tersebut membutuhkan keahlian dan pemilihan
informasi yang sesuai untuk pihak manajemen tertentu. Peran tersebut
membutuhkan

keahlian

rekomendasi

audit,

kebijaksanaan

dan

pengetahuan akan proses audit.
Laporan akhir dari audit seharusnya mempesentasikan gambaran
saat ini dari situasi kemudian memungkinkan pihak manajemen untuk
mengambil langkah yang diperlukan. Pihak manajemen menggunakan
laporan audit sebagai dasar informasi yang akurat, dapat dipercaya dan
berguna sehingga dapat digunakan merancang keputusan.
C. Etika Profesi
Pengertian etika, dalam bahasa latin “ethica”, berarti falsafah moral.
Etika merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut
pandang budaya, susila, serta agama (Martandi dan Suranta, 2006).
Sedangkan menurut Keraf (1997:10), etika secara harfiah berasal dari kata
Yunani “ethos” (jamaknya: ta etha), yang artinya sama persis dengan
moralitas, yaitu adat kebiasaan yang baik.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) etika berarti nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Maryani dan
Ludigdo (2001) mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau
norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus
dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok
atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi.

16

Di Indonesia etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena sila
berarti dasar, kaidah, atau aturan, sedangkan su berarti baik, benar dan
bagus (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Selanjutnnya, selain kaidah etika
masyarakat juga terdapat apa yang disebut dengan kaidah profesional yang
khusus berlaku dalam kelompok profesi yang bersangkutan, yang mana
dalam penelitian ini adalah auditor. Oleh karena merupakan konsensus,
maka etika tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal dan selanjutnya
disebut sebagai “kode etik”. Sifat sanksinya juga moral psikologik, yaitu
dikucilkan atau disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi yang
bersangkutan (Desriani dalam Sihwahjoeni dan Gudono, 2000).
Menurut Keraf dan Imam (1995:41-43), etika dapat dibagi menjadi
dua, yaitu sebagai berikut:
a. Etika Umum
Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta tolok ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogkan
dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum
dan teori-teori.
b. Etika Khusus
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus.
Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

17

1) Etika individual
Menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
2) Etika sosial
Berkaitan dengan kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia dengan
manusia lainnya salah satu bagian dari etika sosial adalah etika
profesi, termasuk etika profesi akuntan.
Terdapat beberapa prinsip dalam etika bisnis yang meliputi(Keraf dan
Imam,1995:70-77),:
a.

Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik
untuk dilakukan. Dalam prinsip otonomi ini terkait dua aspek, yaitu
aspek kebebasan dan aspek tanggung jawab.

b.

Prinsip Kejujuran
Aspek kejujuran dalam bisnis meliputi:
1)

Kejujuran terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan
kontrak.

2)

Kejujuran juga menemukan wujudnya dalam penawaran barang
dan jasa dengan mutu yang baik.

3)

Kejujuran menyangkut hubungan kerja dengan perusahaan.
Prinsip

kejujuran

ini

sangatlah

berkaitan

dengan

aspek

kepercayaan. Kepercayaan ini merupakan modal yang akan
mengalirkan keuntungan yang besar di masa depan.

18

c.

Prinsip tidak berbuat jahat dan prinsip berbuat baik.
Prinsip ini memiliki dua bentuk prinsip berbuat baik, menuntut agar
secara aktif dan maksimal kita semua berbuat hal yang baik bagi orang
lain dan dalam bentuk yang minimal dan pasif, menuntut agar kita tidak
berbuat jahat kepada orang lain.

d.

Prinsip keadilan
Prinsip ini menuntut kita agar kita memperlakukan orang lain sesuai
dengan haknya. Hak orang lain perlu dihargai dan jangan sampai
dilanggar.

e.

Prinsip hormat pada diri sendiri.
Sebenarnya dalam arti tertentu prinsip ini sudah tercakup dalam prinsip
pertama dan prinsip kedua diatas. Prinsip ini sengaja dirumuskan secara
khusus untuk menunjukkan bahwa setiap individu itu mempunyai
kewajiban moral yang sama bobotnya untuk menghargai diri sendiri.
Berbicara mengenai etika, kita dapat merujuk pada pernyataan seorang
filusuf sekaligus ahli matematika Yunani yang tidak lain adalah murid
dari Aristoteles, yaitu Socrates. Menurut Socrates yang dimaksud dengan
tindakan etis adalah tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai kebenaran.
Benar dari sisi cara, teknik, prosedur, maupun dari sisi tujuan yang akan
dicapai.

1. Peran Kode Etik Akuntan Indonesia
Kode etik profesi merupakan suatau prinsip moral dan pelaksanaan
aturan-aturan yang memberi pedoman dalam berhubungan dengan klien,

19

masyarakat, anggota sesama profesi serta pihak yang berkepentingan
lainnya. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai
panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai
auditor, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah,
maupun di lingkungan dunia pendidikan. Etika profesional bagi praktik
auditor di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Kode etik profesi diharapkan dapat
membantu para auditor untuk mencapai mutu pemeriksaan pada tingkat
yang diharapkan.
Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan
Indonesia. Kode Etik ini mengikat para anggota IAI di satu sisi dan dapat
dipergunakan oleh akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi
anggota IAI. Kode etik yang dikeluarkan IAI tidak hanya mengatur
anggotanya yang berpraktik sebagai akuntan publik, namun mengatur
perilaku semua anggotanya yang berpraktik dalam tipe profesi auditor dan
profesi akuntan lain (auditor independen, auditor intern, akuntan
manajemen, akuntan yang bekerja sebagai pendidik).
Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian beriku ini: Prinsip Etika,
Aturan Etika, Interpretasi Aturan Etika, Tanya dan Jawab. Dalam hal ini
Prinsip Etika memberikan rerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa professional oleh anggota. Prinsip Etika
disahkan oleh Kongres IAI dan berlaku bagi seluruh anggota IAI,
sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen dan

20

hanya mengikat anggota Kompartemen yang bersangkutan. Interpretasi
etika

merupakan

interpretasi

yang

dikeluarkan

oleh

Pengurus

Kompartemen setelah memperlihatkan tanggapan dari anggota dan pihakpihak yang berkepentingan lainnya, sebagai panduan penerapan Aturan
Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup penerapannya. Tanya
dan jawab memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota
Kompartemen tentang Aturan Etika beserta interpretasinya. Dalam
Kompartemen Akuntan Publik, Tanya dan Jawab ini dikeluarkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (Mulyadi, 2002).
Terdapat dua sasaran pokok dari diterapkannya kode etik, yaitu:
a.

Kode etik ini bermaksud untuk melindungi masyarakat dari
kemungkinan dirugikan oleh kelalaian, baik secara sengaja maupun
tidak sengaja dari kaum profesional.

b.

Kode etik ini bertujuan untuk melindungi keluhuran profesi tersebut
dari perilaku-perilaku buruk orang-orang tertentu yang mengaku
dirinya profesional (Keraf, 1998).
Untuk menjadi akuntan publik yang dapat dipercaya oleh

masyarakat, maka dalam menjalankan praktik profesinya harus patuh
pada prinsip-prinsip Etik sebagaimana dimuat dalam Prinsip Etika
Profesi Ikatan Akuntan Publik Indonesia tahun 1998, yaitu:
a.

Prinsip kesatu adalah Tanggungjawab Profesi. Dalam melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus

21

senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya.
b.

Prinsip

kedua

adalah

Kepentingan

Publik.

Setiap

anggota

berkewajiban unutk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
publik, dan menunjukkan komitmen atas profesioalisme.
c.

Prinsip

ketiga

adalah

Integritas.

Untuk

memelihara

dan

meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
d.

Prinsip keempat adalah Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga
objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya.

e.

Prinsip kelima adalah Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional.
Setiap anggota harus melakukan jasa profesionalnya dengan kehatihatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban
untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional
pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang
kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik
yang paling mutakir.

f.

Prinsip

keenam

menghormati

adalah

kerahasiaan

Kerahasiaan.
informasi

Setiap
yang

anggota

diperoleh

harus
selama

melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujan, kecuali bila ada

22

hak

atau

kewajiban

profesional

atau

hukum

untuk

mengungkapkannya.
g.

Prinsip ketujuh adalah Perilaku Profesional. Setiap anggota harus
berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjahui tindakan yang dapat mendikreditkan profesi.

h.

Prinsip kedelapan adalah Standar Teknis. Setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesional yang relevan. Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban
untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas. (Mulyadi,
2002).
Tujuan profesi akuntan adalah memenuhi tanggung jawabnya

dengan standar profesionalisme tinggi, mencapai tingkat kerja yang
tinggi dengan beroriantasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai
tujuan tersebut terdapat 4 (empat) kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:


Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan
sistem informasi.



Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat
diindentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan sebagai profesional
dibidang akuntansi.



Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang
diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja yang
tinggi.

23



Kepercayaan. Pemakai jasa harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa
oleh akuntan. (Sasongko, 1999).
Masyarakat awam pada umumnya sulit untuk memahami

mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh suatu profesi, karena
kompleksnya pekerjaan yang dilakukan oleh suatu profesi tersebut.
Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang menerapkan standar
mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota profesinya, karena
dengan demikian masyarakat akan terjamin untuk memperoleh jasa yang
dapat diandalkan oleh profesi yang bersangkutan. Kepercayaan masyarakat
terhadap jasa akuntan akan meningkatkan jika profesi akuntan publik
menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan praktik
profesinya yang dilaksanakan anggota profesinya.
D. Kecerdasan Emosional
Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan emosional meliputi
kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang merupakan keterampilan
kata dan angka yang menjadi fokus pendidikan formal (sekolah), dan
sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang
akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya ini saja. Pandangan
baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdaan lain diluar
kecerdasan intelektual (IQ), seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial,
hubungan sosial, kematangan emosional, dan lain-lain yang harus juga
dikembangkan.

24

Menurut Wibowo (2002) dalam Rissyo dan Nurna (2006)
kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai
dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga
memberikan dampak positif. Kecerdasan emosional dapat membantu
membangun hubungan menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Sedangkan
munurut Goleman (2000) dalam Rissyo dan Nurna (2006) kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi,
koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Menurut Salovey dan Mayer (dalam
Stein, 2002), pencipta istilah ”kecerdasan emosional”, mendefinisikan
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih
dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan
dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga
membantu perkembangan emosi dan intelektual. Dari beberapa pendapat di
atas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk
belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan
untuk menanggapainya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi
emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Menurut Mu’tadin (2002)
dalam Rissyo dan Nurna (2006) terdapat tiga unsur penting kecerdasan
emosional yang terdiri dari: kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri);
kecapakan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial
(kepandaian menggugah tanggapan yang dikehandaki pada orang lain).
Sedangkan menurut Goleman (2003) dalam Rissyo dan Nurna (2006)

25

terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosional (EQ) yaitu:
pengenalan diri (self awareness); pengendalian diri (self regulation); motivasi
(motivation); empati (empathy); dan keterampilan social (social skills).

26

E. Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No
1

2

Nama
Penelitian
Dini
Anindiati
2010

Judul
Penelitian
Hubungan
Profesional
isme
Internal
Auditor
Dengan
Kualitas
Rekomenda
si Internal
Audit

Variabel Penelitian
Variabel Independen
(X): Profesionalisme
Internal Auditor
Variabel
Dependen
(Y):
Rekomendasi Audit

Hasil Penelitian

Terdapat hubungan yang cukup
erat antara profesionalisme
internal auditor dengan kualitas
laporan nternal audit, dengan
arah hubungan yang searah.
Sedangkan
pengaruh
profesionalisme internal auditor
terhadap
kualitas
laporan
internal audit sebesar 29.38%,
dan sisanya sebesar 70.62%
dipengaruhi faktor-faktor lain.
Selanjutnya, dari hasil pengujian
terlihat bahwa nilai t (3.414)
lebih besar dibanding nilai t
(2.048), sehingga Ho ditolak.
Artinya terdapat hubungan
profeionalisme internal auditor
dengan kualitas laporan internal
auditor.
Hapsari Tri Pengaruh
Variabel Independen 1) Secara parsial pengalaman
Bhuwana
Pengalama (X):
Pengalaman
kerja,
independensi,
S.B (2014) n
Kerja, Kerja,Independensi,Ob
objektifitas, integritas dan
Independen jektifitas,Integritas,Ko
kompetensi
auditor
si,
mpetensi Auditor
berpengasuh
secara
Objektifitas
signifikan terhadap kualitas
, Integritas
rekomendasi audit.
dan
2) Secara
Simultan
Kompetens
Pengalaman
kerja,
i Auditor
independensi, objektifitas,
Terhadap
integritas dan kompetensi
Variabel
Dependen
Kualitas
auditor berpengaruh secara
(Y):
Rekomenda
signifikan terhadap kualitas
Rekomendasi Audit
si Audit
rekomendasi audit

27

No
3

Nama
Penelitian
1) Tasya
2) Pupung
purnama
sari
3) Hedra
gunawan
(2015
)

Judul
Penelitian
Pengaruh
Role Stress
Dan
Kepuasan
Kerja
Terhadap
Kualitas
Rekomendasi
Audit Internal
Pemerintah
(Survey Pada
Inspektorat
Provinsi Jawa
Barat)

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Variabel Independen (X) : 1) Role
stress
Role
Stress,Kepuasan
berpengaruh
Kerja
positif signifikan
terhadap kualitas
rekomendasi
audit.
2) Kepuasan kerja
berpengaruh
Variabel
positif signifikan
Dependen(Y):Rekomendasi
terhadap kualitas
Audit
rekomendasi
audit.
3) Secara simultan
role stress dan
kepuasan kerja
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
kualitas.
rekomendasi
audit.

28

F. Hipotesis Penelitian
1. Etika Profesi Terhadap Rekomendasi Audit
Sinaga (2008) mendefinisikan etika sebagai hal yang berkaitan
dengan watak manusia yang ideal dan pelaksanaan disiplin diri melebihi
persyaratan undang-undang. Prinsip etika profesi dalam kode etik Ikatan
Akuntansi Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawab
auditor kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini juga
memandu anggota dalam memenuhi tanggungjawab profesionalnya.
Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan
dengan pengorbanan keuntungan pribadi. Auditor yang memenuhi prinsip
etika profesi akan mampu memberikan rasa tanggungjawab yang tinggi
terhadap pekerjaannya. Rasa tanggungjawab membuat auditor berusaha
sebaik mungkin menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan berkualitas.
Hapsari (2014) mengemukakan bahwa variabel indepedensi,
integritas, dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas
rekomendasi. Pengalaman kerja dan obyektifitas tidak berpengaruh
terhadap kualitas rekomendasi.Ketika dilakukan uji interaksi antara
variabel independen menunjukkan variabel pengalaman kerja ketika
diinteraksikan dengan variabel independensi mempunyai pengaruh
terhadap kualitas rekomendasi audit.
Lukman

harahap

(2015)

mengemukakan

bahwa

variabel

kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil
audit. Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas

29

hasil audit. Objektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas hasil audit. Sensitivitas etika profesi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas hasil audit. Kompetensi, independensi,
objektivitas,

dan

sensitivitas

etika

profesi

secara

bersama-sama

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit.
Dwi Ranti Cahayu (2013) mengungkapkan bahwa pengaruh
langsung etika, pendidikan, dan pengalaman terhadap profesionalisme
menunjukkan hasil yang signifikan, dan pengaruh tidak langsungnya jika
terlebih dahulu melewati motivasi menunjukkan hasil yang signifikan
pula.
Dari penjelasan dan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan
bahwa etika profesi berpengaruh positif terhadap rekomendasi audit. Oleh
karena itu, hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :
H1 : Etika profesi berpengaruh positif signifikan terhadap rekomendasi
audit
2. Kecerdasan Emosional Terhadap Rekomendasi Audit
Salovely dan Mayer dalam Alwani (2007) mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan
diri sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk
memadukan pikiran dan tindakan. Dari definisi diatas nampak bahwa
kecerdasan emosional merupakan sebagai alat pengendali untuk bertindak
baik bagi diri sendiri dan oraang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosional dapat mempengaruhi tindakan atau kinerja pada diri
sendiri maupun orang lain.

30

Goleman

(2003)

kecerdasan

emosional

berorientasi

pada

kecerdasan untuk mengelola emosional manusia yang didalamnya terdapat
unsur kemampuan akan kepercayaan pada diri sendiri, ketabahan,
ketekunan, dan menjalin hubungan sosial. Auditor yang memiliki
kecerdasan rata-rata masih dapat untuk bisa meningkatkan kemampuannya
dalam meraih prestasi bila auditor tersebut memiliki keyakinan pada diri
sendiri, tekun, tidak tergantung pada orang lain , dan melakukan hubungan
sosial dalam bekerja maka akan merubah posisi kerja yang semula
memiliki prestasi rata-rata menjadi prestasi kerja yang lebih baik.
Kecerdasan emosional juga menuntut para pemiliknya untuk belajar
mengakui, menghargai perasaan dalam diri dan orang lain, serta
menanggapinya dengan tepat. Kecerdasan emosional dan bentuk-bentuk
kecerdasan lain saling melengkapi dan saling menyempurnakan (Cooper
dan Sawaf,2002).
Ahmad (2009) yang meneliti tentang pengaruh kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja auditor, yang
menyebutkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap
kinerja auditor. Hal ini disebabkan karena seorang auditor yang memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi maka auditor tersebut akan mampu
menyelesaikan tingkat kerumitan yang ada dengan baik dan mampu
menghasilkan kinerja yang berkualitas. Senada dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ristanto (2009) bahwa kecerdasan emosional
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Menurut Marpaung (2002) yang

31

merupakan seorang pengamat sumber daya manusia, mengemukakan
bahwa ketika auditor memasuki jenjang karir dan kecerdasan emosional
menjadi fokus utamanya, maka akan menjadi suatu hal yang menakutkan
bagi auditor jika kecerdasan emosionalnya tidak terlalu tinggi.
Dari penjelasan dan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap rekomendasi
audit. Oleh karena itu, hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :
H2

:Kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap
rekomendasi audit

3. Pengaruh Etika Profesi dan Kecerdasan emosional Terhadap Rekomendasi
Audit
Sukmawati (2014) mengemukakan bahawa variabel etika profesi,
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rekoemndasi audit. Dari
hasil analisis secara bersama-sama diketahui bahwa variabel yang
dominan mempengaruhi rekomendasi audit adalah kecerdasan spiritual, ini
dibuktikan dengan nilai koefisien regresi yang paling besar yaitu 1,146
dibanding dengan koefisien regresi variabel yang lainnya. Selain itu
ditunjukkan hasil Adjusted R Square sebesar 0,903 yang menunjukkan
bahwa 90,3 persen variabel rekomendasi audit dapat dijelaskan oleh etika
profesi, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan
spiritual. Hal tersebut berarti etika profesi, kecerdasan intelektual,

32

kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual ditingkatkan, rekomendasi
audit akan semakin meningkat.
H3

:Etika profesi dan kecerdasan emosional secara simultan
berpengaruh positif signifikan terhadap rekomendasi audit

33

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi yang akan menjadi tempat penelitian dalam penulisan ini adalah
Kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan Jln. A.P Pettarani No. 100
Makassar, sedangkan waktu penelitian 2 bulan lamanya, dari bulan Januari
2016 sampai bulan Februari 2016.
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Sekaran (2006), populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang,
kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi Jumlah populasi
pada penelitian ini sebanyak 45 auditor. Populasi dalam penelitian ini
adalah auditor independen yang bekerja pada Kantor Inspektorat Provinsi
Sulawesi Selatan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah
anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Penelitian ini teknik
yang digunakan adalah coviniece sampling yaitu teknik pengambilan
sampel dengan cara menyebar sejumlah kuesioner dan menggunakan
kuesioner yang kembali dan dapat diolah. Sampel dalam penelitian ini
adalah auditor independen yang bekerja pada Kantor Inspektorat provinsi
Sulawesi Selatan.

34

Tabel 2. Jumlah kuesioner yang diolah
N

Uraian

Jumlah

o
1
2
3

Populasi/Kuesioner
Kuesiner yang tidak kembali
Kuesioner yang diolah

45
15
30

C. Metode Pengumpulan Data
Teknik

pengumpulan

data

yang

digunakan

pada

penelitian

menggunakan data primer. Dimana pengumpulan data dilakukan melakukan
metode survei dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang disebarkan
secara langsung kepada auditor yang terdaftar di Kantor Inspektorat Provensi
Sulawesi Selatan.
D. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif yang berupa nilai atau skor atas jawaban yang diberikan
oleh responden terhadap terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam
kuesioner.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
primer. Data primer merupakan sumber data penelitian yang secara
langsung dari sumber asli atau tidak melalui perantara. Data yang
dikumpulkan dan diolah dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dari jawaban para auditor yang bekerja di Inspektorat Provinsi

35

Sulawesi Selatan. Tujuannya untuk menganalisis jawaban responden
menyangkut pengaruh etika profesi dan kecerdasan emosional tehadap
rekomendasi audit pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.
E. Metode Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah suatu analisa data yang diperoleh dari
daftar yang sudah diolah dalam bentuk angka-angka dan pembahasannya
melalui perhitungan statistik. Tahap yang pertama setelah kuesioner diisi dan
diperoleh dari responden dilakukan beberapa proses sebelum data diolah
dalam statistik.
Tahap selanjutnya setelah kuesioner tersebut atau data yang diperoleh
dan siap untuk diolah. Data diolah dengan bantuan program SPSS 16.0.
Metode analisis data yaitu meliputi:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian
dalam bentuk tabulasi data responden yang diperoleh dari kuesioner serta
penjelasannya sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Statistik
deskriptif pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan
informasi karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi
responden. Ukuran yang digunakan dalam statistik diskriptif antara lain
frekuensi, tendensi sentral (mean, median, modus) dan standar deviasi
serta varian.
2. Uji Instrumen Data

36

a. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu taraf dimana alat pengukur dapat
mengukur apa-apa yang seharusnya diukur.Kuesioner merupakan salah
satu alat yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai instrument
penting yang harus dilakukan pengujian terlebih dahulu.
Uji validitas dilakukan dengan cara menguji korelasi antara skor
item dengan skor total masing-masing variabel. Secara statistik, angka
korelasi bagian total yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka
dalam table r produk moment.Apabila nilai r dihitung lebih dari (>) r
tabel maka kuesioner tersebut dapat dikatakan valid dan sebaliknya.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk.Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2005). Teknik pengujian reliabilitas ini menggunakan teknik uji statistik
Cronbach Alpha, hasil perhitungan menunjukkan reliable bila koefisien
alphanya (α) lebih besar dari 0,6 artinya kuesioner dapat dipercaya dan
dapat digunakan untuk penelitian.

3. Uji Asumsi Klasik

37

a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini metode untuk menguji normalitas adalah
dengan menggunakan metode grafik. Hasil pengujian normalitas
dengan menggunakan normal probability plot.
Apabila probability plot menunjukkan titik-titik yang menyebar
disekitar diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk apakah model ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.Jika
variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen sama atau
nol. (Ghozali, 2005).
Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) Nilai tolerance dan (2)
Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10, maka
antar

variabel

bebas

(independent

variable)

terjadi

persoalan

multikolinearitas dan sebiliknya bila VIF kurang dari 10, maka antar

38

variabel

bebas

(independent

variable)

tidak

terjadi

persoalan

multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisita
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang lebih baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas kerena data
cross section mengandung berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).
(Ghozali, 2005)
Adapun

cara

untuk

mendeteksi

ada

atau

tidaknya

heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode grafik yaitu dengan grafik Scatterplot.
Apabila dari grafik tersebut menunjukkan titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi dalam penelitian ini.
4. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Hal
ini menunjukkan pengaruh antara kejadian satu dengan kejadian yang
lainnya. Karena terdapat lebih dari dua variabel, maka hubungan linier
dapat dinyatakan dalam persamaan regresi linier berganda.

39

Sudjana (1993) dalam Djaelani (2008), analisis ini digunakan untuk
mengetahui besarnya variabel independen terhadap variabel dependen,
dengan asumsi variabel lain konstan, dimana rumusnya:
y = b0 + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan:
y

= Rekomendasi audit

b0

= Konstanta

b1, b2 = Koefisien regresi untuk X1 dan X2
X1

= Etika profesi

X2

= Kecerdasan emosional

e

= Error term

5. Uji Hipotesis
a.

Uji t
Yaitu suatu uji yang digunakan untuk mengetahui secara partial
pengaruh variabel independent dengan variabel dependen.
 Penentuan Nilai Kritis (t tabel)
Untuk menguji hipotesis menggunakan uji – t dengan tingkat
signifikasi (α) 5% dengan sampel (n).
 Kriteria hipotesis
Ho ; β = 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
Ha ; β > 0 ; ada pengaruh yang signifikan antara varibel
independen dengan varibel dependen.

40

 Kriteria pengujian:
 Jika nilai t hitung > t tabel, Ho ditolak dan Ha diterima hal ini
berarti bahwa ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
 Jika nilai t hitung < t tabel, Ho diterima dan Ha ditolak hal ini
berarti bahwa tidak ada hubungan antara variabel independen
dengan varibel dependen.
b. Uji f
Yaitu untuk menguji secara serempak (simultan) antara varibel
keseluruhan yaitu etika profesi dan kecerdasan emosional memiliki
peran dalam rekomendasi audit bagi auditor.
 Pengujian Nilai Kritis (F tabel)
Untuk menguji hipotesis menggunakan uji-F dengan tingkat
signifikan (α) 5%, dengan sampel (N) dan jumlah variabel (k) = 2.
 Pengujian Hipotesis
Ho ; β = 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen secara bersama-sama dengan variabel dependen.
Ha ; β > 0 ; ada pengaruh yang signifikan antara varibel
independen secara bersama-sama dengan varibel dependen.
 Kriteria Pengujian
 Jika nilai F hitung > F tabel, Ho ditolak dan Ha diterima hal ini
berarti bahwa terdapat hubungan yan