LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SIFAT KOLIGATIF

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
KENAIKAN TITIK DIDIH DAN PENURUNAN TITIK
BEKU
(∆Tb dan ∆Tf)

Di susun oleh :
Destiyana Chika Claritha
Pini Septiana Cristy
Theresia Tifanny H.R Manalu
Tragia Satrio Nugraha
Yemima Sonita Nugraheni

XII IPA 3

SMA NEGERI 5 PALANGKA RAYA
TAHUN AJARAN 2014/2015

I. PENDAHULUAN
1.1


Latar Belakang
Di alam bebas, saat ditemukan suatu zat yang murni. Kebanyakan zat tersebut

yang telah tercampur dengan suatu sama yang lain, baik dalam bentuk homogen atau
heterogen salah satunya yaitu dalam bentuk larutan. Larutan merupakan campuran
dua zat atau lebih yang menyatu menjadi homogen.
Ada banyak hal yang menyebabkan larutan yang mempunyai sifat yang
berbeda dengan pelarutnya. Salah satu sifat terpenting dari larutan adalah sifat
koligatif larutan. Sifat koligatif larutan didefinisikan sebagai sifat fisik larutan yang
hanya ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung pada jenis
partikelnya.
Adanya zat pelarut didalam pelarut menyebabkan perubahan sifat fisik
pelarut dan larutan tersebut. Sifat fisik yang mengalami perubahan misalnya,
penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan
osmosis. Keempat sifat tersebut merupakan bagian dari sifat koligatif larutan.
1.2

Tujuan
Tujuan praktikum ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh zat terlarut terhadap titik didih.

2. Mengetahui pengaruh zat terlarut terhadap titik beku.
3. Mengetahui titik didih dan titik beku beberapa larutan.

II.
2.1

DASAR TEORI
Pengertian Titik Didih dan Titik Beku
Titik didih suatu zat cair adalah suhu pada saat tekanan uap zat cair tersebut

sama dengan tekana atmosfer di sekitarnya. Pada saat zat cair mencapai titk didih,
tekanan zat cair cukup tinggi untuk menyebabkan penguapan pada setiap titik di
dalam zat cair itu. Proses mendidih suatu zat cair dapat diamati dengan timbulnya
gelembung-gelembung udara yang terbentuk secara terus-menerus pada berbagai
bagian dalam zat cair itu. Dengan adanya zat-zat terlarut dalam suatu zat cair,
misalnya larutan garam, maka titik didih zat cair itu akan naik. Kenaikan titik didih
ini sebanding dengan konsentrasi zat terlarut. Bila konsentrasi zat terlarut semakin
kecil, makan kenaikan titik didih juga semakin kecil, dan sebaliknya. Jadi, dengan
adanya zat terlarut dalam air, maka titik didih air menjadi lebih besar dari 100ºC
pada tekanan 1 atmosfer.

Titik beku suatu larutan adalah temperatur pada saat tekanan uapnya sama
dengan tekanan uap pelarut. Karena tekanan uap lebih rendah daripada pelarutnya,
larutan belum membeku pada temperatur 0ºC. Oleh karena itu, temperatur harus
diturunkan agar larutan dapat membeku. Jika temperatur terus diturunkan, suatu saat
pelarut akan membeku ( berubah menjadi pelarut padat ). Penurunan tekanan uap
pada pelarut padat lebih cepat daripada zat cair. Akibatnya, pada temperatur dibawah
titik beku pelarut terjadi kesetimbangan tekanan uap larutan dengan tekanan uap
pelarut padat. Pada saat seperti itu pelarut akan membeku, sedangkan zat terlarutnya
masih dalam fase cair. Hal itu menyebabkan larutan menjadi makin pekat sehingga
titik bekunya makin rendah. Dengan kata lain, larutan tidak memiliki titik beku yang
tetap. Hal itu menyebabkan pengertian titik beku larutan harus didefinisikan. Definisi
dari titik beku larutan adalah temperatur pada saat membeku. Selisih antara titik beku
pelarut dan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (∆Tf = freezing point
depression)

III.
3.1

METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat dan Bahan


Alat
6 buah gelas beaker 400 ml
Thermometer digital
Pembakar bunsen
Spatula

3.2

Bahan
Spirtus
Es batu
Air
Gula
Garam (NaCl)

Cara Kerja
 Kenaikan Titik Didih
1. Mengambil 3 buah gelas beaker.
2. Masing-masing gelas beaker di isi dengan 100 ml air.

3. Gelas beaker pertama di masukkan gula dengan konsentrasi 1 M, di aduk.
4. Gelas beaker kedua di masukkan NaCl dengan konsentrasi 1 M, di aduk.
5.

Memanaskan masing-masing gelas beaker sampai mendidih dan mengukur
suhunya.

 Penurunan Titik Beku
Percobaan 1
1. Memasukkan 100 ml es batu yang telah di hancurkan ke tiga mangkok yang
di beri label A, B dan C.
2. Mangkok A yang hanya berisi es batu suhunya di ukur.
3. Menambahkan 5 sendok spatula gula ke dalam mangkok B, di aduk dan di
ukur suhunya.
4. Menambahkan 10 sendok gula ke dalam mangkok C, di aduk dan di ukur
suhunya.
Percobaan 2
1. Memasukkan 100 ml es batu yang telah di hancurkan ke tiga mangkok yang
di beri label A, B dan C.
2. Mangkok A yang hanya berisi es batu suhunya di ukur.


3.

Menambahkan 5 sendok spatula NaCl ke mangkok B, di aduk dan di ukur
suhunya.

4. Menambahkan 10 sendok spatula NaCl ke mangkok C, di aduk dan di ukur
suhunya.
3.3 Waktu dan Tempat Praktikum
Hari/Tanggal : Selasa, 9 September 2014
Waktu

: 06.30 – 09.45 WIB

Tempat

: Lab. Kimia SMA Negeri 5 Palangka Raya

IV.
4.1


HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Hasil Pengukuran Titik Didih dan Titik Beku

Larutan

Titik Beku

Air Murni
Gula 5

º

0C
-0,8 ºC

sendok
spatula
Gula 10


Larutan
Air Murni
Garam 5

º

0C
-7 ºC

sendok
-1 ºC

spatula
Garam 10

sendok

sendok

spatula


spatula

4.2

Titik Beku

Larutan

Titik

Air Murni
Gula 1 M =

Didih
94 ºC
96 ºC

100 ml
-12 ºC


Garam 1 M = 97 ºC
100 ml

Pembahasan
1. Pada praktikum kenaikan titik didih urutkan larutan dari yang
memiliki titik didih terendah sampai titik didih tertinggi? Jelaskan
mengapa demikian!
 Titik didih dari yang terendah hingga tertinggi yaitu air murni,
larutan gula lalu larutan garam. Seperti telah dijelaskan, sifat
koligatif larutan ditentukan oleh jumlah partikel (ion, molekul)
dalam larutan. Oleh karena itu, untuk konsentrasi yang sama, sifat
koligatif larutan elektrolit akan berbeda dengan dengan sifat
koligatif larutan non-elektrolit. Hal ini dikarenakan jumlah
partikel dalam larutan elektrolit akan lebih banyak karena adanya
proses disosiasi/ionisasi zat terlarut. Untuk konsentrasi yang sama,
larutan elektrolit memiliki sifat koligatif larutan lebih besar
dibandingkan larutan non-elektrolit.
2. Pada praktikum kenaikan titik beku urutkan larutan dari yang
memiliki titik beku tertinggi sampai terendah! Jelaskan mengapa

demikian!
 Titik beku tertinggi hingga terendah yaitu, air murni, gula lalu
garam. Penurunan titik beku sebanding dengan konsentrasi zat
terlarut. Bila konsentrasi zat terlarut semakin besar, maka

penurunan titik beku juga semakin besar, dan sebaliknya. Jadi,
dengan adanya zat terlarut di dalam air, maka titik beku air
menjadi lebih rendah dari 0ºC pada tekanan 1 atm. Hal ini
disebabkan adanya partikel-partikel zat terlarut di antara molekumolekul pelarut, yang akan mengurangi kemampuan molekulmolekul pelarut berubah dari fase cair ke fase padat.
3. Mengapa terdapat perbedaan dalam perhitungan praktikum dan
perhitungan teori!
 Perbedaan pengukuran titik beku menurut teori dan berdasarkan
pengamatan sendiri kemungkinan disebabkan oleh proses
pembekuan masing-masing larutan tidak sama, sehingga dalam
pengukuran titik beku ini tidak diperoleh data yang akurat.
Selain

itu,

kekurang

telitian

dalam

menimbang

bahan,

membersihkan alat kerja. Lalu, kemungkinan thermometer yang
digunakan belum dalam keadaan yang stabil, dan ketika
mengukur suhu larutan besar kemungkinan terjadi penambahan
suhu dari dimana ketika tabung reaksi dikeluarkan dari es lalu
terkena suhu luar atau suhu tangan kita sendiri serta terjadi
kekurang

telitian

Kemungkinan

dalam

lainnya

pembacaan

adalah

es

skala

batu

thermometer.

yang

digunakan

kemungkinan telah mencair, sehingga memperlambat proses
pembekuan larutan.
Perbedaan pengukuran titik didih menurut teori dan berdasarkan
pengamatan sendiri kemungkinan disebabkan oleh proses
mendidihnya masing-masing larutan tidak sama, sehingga dalam
pengukuran titik didih ini tidak diperoleh data yang akurat.
Juga, kurang telitinya dalam menimbang bahan, kebersihan alat
kerja, kemungkinan thermometer yang digunakan belum dalam
keadaan stabil dan ketika mengukur suhu larutan besar
kemungkinan terjadi penambahan dari dimana ketika tabung
reaksi dikeluarkan dan terkena suhu luar atau suhu tangan kita

sendiri serta terjadi kekurang telitian dalam pembacaan skala
thermometer.
Hitungan secara teoritis :
 Kenaikan titik didih
mGula

= g/Mr . 1000/v

∆Tb Gula

V.
5.1

mNaCl

= g/Mr . 1000/v

= 18/180. 1000/100

=5,85/58,5 . 1000/100

= 1 molal

= 1 molal

= Kb x m

∆Tb NaCl

= Kb x m x n

= 1,86ºC/molal x 1 m

= 0,52ºC/molal x 1 m x n

= 1,86ºC

= 1,04ºC

PENUTUP
Kesimpulan

Semakin banyak waktu yang diberikan maka semakin rendah titik beku yang
dihasilkan. Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Penurunan titik beku dan kenaikan titik didih tidak tergantung pada
komposisi kimia dari zat tersebut tetapi tergantung pada jumlah partikel zat
terlarut di dalam larutan, kemolalan larutan, massa zat terlarut dan massa
pelarutnya.
2. Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan elektrolit lebih besar
dari larutan nonelektrolit disebabkan adanya faktor Van’t Hoff.
3. Perbedaan hasil pengukuran menurut teori dengan pengamatan langsung
disebabkan oleh ketidaktelitian dalam mengamati skala thermometer serta
pengaruh suhu luar.
5.2

Saran
Untuk melakukan praktikum ini, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu

kebersihan alat-alat untuk melakukan praktikum agar saat pengambilan data untuk
laporan lebih akurat dan tepat. Teliti dalam pengambilan data, menimbang bahan
serta membaca thermometer sangat penting.

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Susilowati, Endang. 2009. Theory and Application of Chemistry 3 for Grade XII of
Senior High School and Islamic Senior High School.Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri
Retnowaty, Priscilla. 2009. SeribuPena KIMIA untuk SMA/MA Kelas XII. Semarang:
Erlangga
Rachmawati, M. Johari, J.M.C. 2008. KIMIA 3 SMA dan MA untuk Kelas XII.
Jakarta: Erlangga
http//:sumiyatnis.blogspot.com
http//:alexschemistry.blogspot.com