DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR 2015

  PERUBAHAN Renja 2015

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

RENJA PERUBAHAN TAHUN 2015 DI SPERI NDAG JAWA TI MUR

  1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Rencana Kerja Perubahan SKPD adalah dokumen perubahan perencanaan SKPD yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan untuk periode satu tahun baik yang dilaksanakan secara langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan cara mendorong partisipasi masyarakat (Lampiran 6, Permendagri No.54, Tahun 2010). Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur berkewajiban menyusun Renja Perubahan 2015 sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pemerintah provinsi dan nasional. Rencana Kerja Perubahan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2015, berperan penting dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan daerah yang termuat dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Perubahan Tahun 2015, serta menjadi dasar untuk penyusunan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2015.

  Penyusunan Renja Perubahan 2015 terdiri atas beberapa tahapan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008.

  

Tahap pertama adalah tahap persiapan rancangan Renja Perubahan yang

  terdiri atas pengumpulan dan pengolahan data dan informasi untuk analisis gambaran pelayanan SKPD. Pada tahap ini dilakukan juga penelaahan/review hasil evaluasi Renja SKPD tahun lalu berdasarkan Renstra SKPD untuk menentukan isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD. Berdasarkan isu-isu penting tersebut dan setelah mempertimbangkan hasil penelaahan rancangan awal RKPD Perubahan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan usulan kegiatan masyarakat, dirumuskan tujuan dan sasaran yang kemudian menjadi bahan atau rumusan kegiatan prioritas. Tahap kedua adalah tahap penyempurnaan

2 RENJA PERUBAHAN TAHUN 2015 DI SPERI NDAG JAWA TI MUR

  rancangan Renja Perubahan yang terdiri atas sinkronisasi Rancangan Renja Perubahan dengan kebijakan Nasional dan Provinsi dan penyesuaian Rancangan Renja Perubahan dengan hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat desa sampai provinsi.

  Renja Perubahan 2015 merupakan penjabaran dari kebijakan dan strategi pembangunan yang termuat dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Perubahan Provinsi Jawa Timur Tahun 2015, Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014- 2019, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari program pembangunan sektor industri dan perdagangan tahun sebelumnya. Renja Perubahan 2015 adalah penerjemahan visi, misi, program dan kegiatan dalam Rencana Strategis (Renstra) Disperindag Jawa Timur 2014-2019 dalam kurun waktu Triwulan IV tahun 2015.

1.2. Landasan Hukum

  Dasar hukum penyusunan Renja Perubahan 2015 ini antara lain :

  1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Provinsi Jawa Timur juncto Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 Peraturan Tentang mengadakan perubahan dalam Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 2 dari hal pembentukan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 32);

  2. Undang-Undang Nomor

  28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

  3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 2286);

RENJA PERUBAHAN TAHUN 2015 DI SPERI NDAG JAWA TI MUR

  3

  4. Undang-Undang Nomor

  25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 4421);

  5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor

  12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

  6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

  7. Undang-Undang Nomor

  17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

  8. Undang-Undang Nomor

  24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

  9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

  10. Peraturan Pemerintah Nomor

  58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

RENJA PERUBAHAN TAHUN 2015 DI SPERI NDAG JAWA TI MUR

4 Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran

  Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

  11. Peraturan Pemerintah Nomor

  8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

  12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

  13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata

  Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

  14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

  15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

  16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

  17. Peraturan Pemerintah Nomor

  7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara

RENJA PERUBAHAN TAHUN 2015 DI SPERI NDAG JAWA TI MUR

5 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan

  Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

  18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

  19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

  20. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014;

  21. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2011;

  22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

  13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebgaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

  23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

  54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

  24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025;

  25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jawa

RENJA PERUBAHAN TAHUN 2015 DI SPERI NDAG JAWA TI MUR

6 Timur Tahun 2014-2019 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 Nomor 3 Seri D).

  26. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 96 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan Seksi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi JawaTimur.

  27. Peraturan Gubernur Nomor 34 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Perubahan Provinsi Jawa Timur Tahun 2015;

1.3. Maksud dan Tujuan

  1.3.1. Maksud

  a. Pedoman dan dasar penyusunan Rencana Kerja Perubahan Tahun 2015.

  b. Acuan dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Perubahan Tahun 2015.

  1.3.2. Tujuan

  a. Menjabarkan rencana strategis perencanaan pembangunan yang telah dituangkan dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014- 2019, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Perubahan Provinsi Jawa Timur Tahun 2015, dan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2014-2019, dalam bentuk program, kegiatan, dan anggaran indikatif.

  b. Menyelaraskan program kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 dengan program nasional di bidang perindustrian dan perdagangan, program kabupaten/kota, isu-isu strategis, usulan-usulan pada forum Musrenbang yang dilakukan secara berjenjang, serta saran masukan dari berbagai pemangku kepentingan di bidang perindustrian dan perdagangan.

RENJA PERUBAHAN TAHUN 2015 DI SPERI NDAG JAWA TI MUR

  7

1.4. Sistematika Penulisan

  Dokumen Renja Perubahan 2015 disusun dengan mengikuti sistematika penulisan sebagai berikut :

  BAB 1 PENDAHULUAN BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB 3 TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB 4 PENUTUP

BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2015 TRIWULAN I

2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra

3.2.1. Meningkatnya Kontribusi Sektor Industri, Standarisasi dan HKI

  1 Pertumbuhan sektor Industri Pengolahan (%) 7 6,17 6,4 5,28*

  6 7,34 7,00 8,62

  4 IKM yang telah menerapkan standarisasi dan HKI (%)

  3 Kontribusi Nilai Ekspor Produk Industri (%) 83 91,25 83,50 89,71**

  27 26,42 27,25 29,76

  2 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan terhadap PDRB ADHB Jatim (%)

  Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama (IKU) Target 2014 Capaian 2014 Target 2015 Capaian TW-1 2015 Meningkatnya kontribusi sektor Industri, standarisasi dan HKI

  Sebelum menyusun rencana program dan kegiatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur perubahan Tahun 2015, perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan Renja tahun 2015 Triwulan I (satu) dan identifikasi faktor-faktor yang mendukung pencapaian target maupun hambatan/kendala yang menyebabkan target tidak tercapai.

Tabel 2.1 : IKU terkait Kontribusi sektor Industri, Standarisasi dan HKI

  Indikator Kinerja Utama yang terkait dengan peningkatan kontribusi sektor industri, standarisasi, dan HKI adalah:

   Meningkatnya perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan

   Meningkatnya net ekspor perdagangan dalam negeri

   Meningkatnya net ekspor nonmigas perdagangan luar negeri

   Meningkatnya kontribusi sektor Industri, standarisasi dan HKI

  Evaluasi kinerja didasarkan pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang merupakan penjabaran dari empat sasaran strategis Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019, yaitu:

  • *)Triwulan I 2015 dibanding Triwulan I 2014 **)EksporJanuari-Mei 2015

  Dari keempat IKU di atas, pertumbuhan industri pengolahan dan kontribusi industri pengolahan terhadap PDRB belum memenuhi target kinerja yang ditetapkan untuk tahun 2015. Selain karena perubahan metode perhitungan BPS yang mengakibatkan perbedaan antara angka target dan capaian, kondisi perekonomian baik di tingkat global maupun nasional yang belum sepenuhnya membaik menyebabkan pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan bila dibanding tahun-tahun sebelumnya.

  Beberapa kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan bagi perekonomian nasional dan Jawa Timur antara lain adalah:

   Melemahnya ekonomi Tiongkok yang mengakibatkan turunnya permintaan komoditas global. Kondisi ini menyebabkan penurunan harga komoditas dunia yang berlangsung sejak tahun 2012 terus berlanjut.

   Pengurangan stimulus moneter secara bertahap (tapering off) oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memberikan tekanan pada perekonomian di negara-negara berkembang: pergeseran arus modal ke negara-negara maju.

   Tahun 2014 sebagai tahun transisi pemerintahan berpengaruh terhadap ketidakpastian dan terhambatnya pengambilan keputusan yang strategis seperti reformasi subsidi yang seyogyanya dapat dilakukan lebih cepat, yang berdampak pada masih tingginya ekspektasi inflasi.

  Meskipun tidak mencapai target yang ditentukan, pertumbuhan industri pengolahan Jawa Timur sebesar 6,17 persen pada tahun 2014 masih lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan industri pengolahan nasional yang hanya mencapai 5,34 persen. Di sisi lain, kontribusi PDRB industri pengolahan Jawa Timur terhadap PDB industri nasional juga terus meningkat, dari 15,1 persen pada tahun 2009 menjadi 16,2 persen pada tahun 2014.

2.1.1.1. Kinerja Penerapan Standarisasi dan HKI

  14

  4,44 6,98 7,27 7,34 8,62 Sumber : Bidang SDPI , Disperindag Jatim

  30 Jumlah I ndustri Berstandar 762 1.217 1.276 1.295 1.521 Jumlah I ndustri Formal 17.172 17.447 17.548 17.641 17.641 % I ndustri yang telah menerapkan standarisasi dan HKI

  9

  2 Desain I ndustri 5 - -

  25

  65

  5

  17

  10 Merek 367 744 800 940 130 Cipta

  Persentase Industri Yang Telah Menerapkan Standarisasi dan HKI tahun 2014 tercatat sebesar 7,34 persen. Berdasarkan Data Sertifikasi Standardisasi Produk Ikm / Perusahaan Di Jawa Timur Tahun 2009-2014 Pada tabel dibawah dapat dilihat bahwa perusahaan di Jawa Timur yang menerapkan Standarisasi dan HKI dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, karena kesadaran industri untuk menerapkan standardisasi dan peraturan yg mewajibkan seperti SNI produk. Pada Tahun 2014 Jumlah Industri/perusahaan yang menerapkan standarisasi dan HKI di Jawa Timur sebanyak 1.295 perusahaan atau 7,34 persen dari total perusahaan atau industri formal di Jawa Timur yang sebanyak 17.641 Perusahaan. Kinerja penerapan standarisasi dan HKI selama tahun 2011 sampai dengan triwulan I (satu) 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2.

  

Kinerja Penerparan Standarisasi dan HKI

SERTI FI KASI STANDARI SASI 2011 2012 2013 2014 2015 ( Tw 1) SPPT-SNI 285 349 273 172

  20

  20 Batikmark -

  89 97 114

  88

  9 I SO 9001: 2008

  21

  24

  10

  25 Barcode -

  17

3.2.2. Meningkatnya Net-Ekspor Nonmigas Perdagangan Luar Negeri

  Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terkait dengan peningkatan net- ekspor nonmigas perdagangan luar negeri dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3.

  

IKU terkait Net-Ekspor Perdagangan Luar Negeri

Capaian Indikator Kinerja Utama Target Capaian Target Sasaran Strategis

  Tw-1 (IKU) 2014 2014 2015 2015 Meningkatnya net-

  1 Nilai Ekspor bersih -2,05 0,07 0,59 0,73* ekspor nonmigas perdagangan (Milyar perdagangan luar USD) negeri

  2 Persentase 15 19,47 15 -0,52* Pertumbuhan Ekspor Non Migas (%)

  • *) Ekspor-Impor Januari-Mei 2015

  Sejak tahun 2014, di tengah kondisi perekonomian global yang kurang bagus, ekspor nonmigas Jawa Timur menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3, net-ekspor nonmigas Jawa Timur selama tahun 2014 mencapai 0,07 milyar USD, jauh melebihi target yang ditetapkan yaitu -2,05 milyar USD.

  Kinerja tersebut terus membaik. Selama Januari-Mei 2015, net ekspor nonmigas Jawa Timur mengalami surplus sebesar 0,73 milyar USD. Surplus ini meningkat 69,77% bila dibandingkan periode Januari-Mei 2014 yang mencapai 0,43 milyar USD. Kinerja ekspor-impor selama periode Januari-Mei 2015 dan 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut:

Tabel 2.4.

  

Nilai ekspor-Impor Jawa Timur (dalam milyar USD)

Uraian Jan-Mei 2014 Jan-Mei 2015 Pertumb (%) Total Ekspor 8,12 7,88 -2,96 Ekspor Migas

  0,4 0,2 -50,00 Ekspor Nonmigas 7,72 7,68 -0,52 Total Impor 10,47 8,62 -17,67 Impor Migas 3,18 1,67 -47,48 Impor Nonmigas 7,29 6,95 -4,66 Net ekspor nonmigas 0,43 0,73 69,77 Selama Januari-Mei 2015, negara tujuan ekspor produk non migas Jawa Timur yang terbesar adalah Jepang, diikuti Amerika Serikat, dan berikutnya adalah Taiwan. Sedangkan untuk negara ASEAN tujuan ekspor komoditi nonmigas utama Jawa Timur adalah Malaysia, diikuti Singapura, dan Thailand. Sementara untuk negara Uni Eropa tujuan utama ekspor Jawa Timur adalah Belanda, Jerman, dan Inggris. Selama periode tersebut, perhiasan/permata memberikan kontribusi terbesar terhadap ekspor nonmigas Jawa Timur, diikuti lemak dan minyak hewan/nabati serta ikan dan udang..

  Impor Jawa Timur selama Januari-Mei 2015 masih didominasi oleh bahan baku/penolong (81,27 persen), diikuti barang modal (11,02 persen) dan barang konsumsi (7,71 persen). Struktur impor ini menunjukkan bahwa sebagian besar impor Jawa Timur dipergunakan untuk proses produksi.

  Beberapa permasalahan dan isu strategis terkait kinerja ekspor nonmigas antara lain adalah: Masih rendahnya daya saing produk ekspor dari Jawa Timur, baik

   kulaitas, kuantitas, harga maupun kuantitas. Semakin tingginya persaingan di pasar internasional.

   Belum lancarnya proses ekspor. Kerjasama dan koordinasi antarsektor

   perlu ditingkatkan. Masih belum optimalnya promosi perdagangan luar negeri karena

   masih fokus pada pasar tradisional.

3.2.3. Meningkatnya Net-Ekspor Perdagangan Dalam Negeri

  Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terkait dengan peningkatan net- ekspor perdagangan dalam negeri adalah persentase pertumbuhan subsektor perdagangan, persentase Kontribusi Sub Sektor Perdagangan terhadap PDRB ADHB Jatim, dan nilai net-ekspor perdagangan dalam negeri. Target kinerja dan capaian untuk masing-masing IKU dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut:

  

Tabel 2.5.

  

IKU terkait Net-Ekspor Perdagangan Dalam Negeri

Capaian Indikator Kinerja Utama Target Capaian Target Sasaran Strategis

  Tw-1 (IKU) 2014 2014 2015 2015 Meningkatnya net

  1 Pertumbuhan Sub 10 6,56 9,27 6,04** ekspor perdagangan Sektor Perdagangan dalam negeri (%)*

  2 Kontribusi Sub Sektor 24 25,20 24,25 17,51 Perdagangan terhadap PDRB ADHB Jatim (%)*

  3 Nilai Net Ekspor 80,98 100,17 93,13 17,67 Perdagangan Dalam

  • * ) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda, * * ) Tw1 2015 terhadap Tw1 2014 Negeri (Rp. Trilliyun)

  Imbas dari kondisi perekonomian global yang kurang bagus, pertumbuhan sektor perdagangan mengalami perlambatan sejak tahun 2013. Bila pada tahun 2012 sektor perdagangan mampu tumbuh sebesar 10,45 persen, maka pada tahun 2013 melambat menjadi hanya 8,48 persen dan pada tahun 2014 semakin melambat menjadi 6,56 persen. Namun demikian pertumbuhan sektor perdagangan Jawa Timur masih lebih baik bila dibandingkan dengan pertumbuhan sektor perdagangan nasional yang pada tahun 2014 hanya tumbuh sebesar 4,42 persen.

  Kondisi lain yang perlu dipertimbangkan adalah tren net-ekspor antar daerah yang terus meningkat dari tahun 2009 sampai 2014. Surplus perdagangan antardaerah selama periode tersebut meningkat sampai 9 kali lipat lebih (936%). Hal ini berseberangan dengan net ekspor total perdagangan luar negeri yang selalu mengalami defisit. Berangkat dari kondisi ini, perdagangan antar daerah dan antarpulau ke depan harus terus diperkuat.

  Beberapa isu strategis dan permasalahan terkait peningkatan ekspor perdagangan dalam negeri antara lain adalah: Masih rendahnya pertumbuhan sektor perdagangan lebih disebabkan

   oleh defisit migas dan jasa yang semakin membesar. Belum efisiennya sistem logistik dan konektifitas antardaerah.

  

   Belum optimalnya intensitas perdagangan antardaerah karena belum tersedianya informasi pasar antardaerah.

   Belum stabilnya harga produk agro karena panjangnya mata rantai distribusi perdagangan.

  

3.2.4. Meningkatnya Perlindungan Konsumen dan Pengamanan

Perdagangan

  Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terkait dengan peningkatan perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan adalah indeks kepuasan masyarakat, jumlah sertifikasi mutu komoditi/produk yang diterbitkan, dan persentase pengaduan konsumen terkait jasa kemetrologian yang ditindaklanjuti. Target kinerja dan capaian untuk masing-masing IKU dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut:

  

Tabel 2.6.

  

IKU terkait Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama (IKU) Target 2014 Capaian 2014 Target 2015 Capaian Tw-1 2015

  Meningkatnya perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan

  1 Indeks Kepuasan Masyarakat 77,7 77,35 78 78,44

  2 Jumlah sertifikasi mutu komoditi/produk yang diterbitkan 7.789 9.161 9.345 2.460

  3 Pengaduan Konsumen terkait Jasa Kemetrologian Yang ditindaklanjuti (%) 75 100

  77 100

  Indeks Kepuasan Masyarakat digunakan untuk mengukur kepuasan masyarakat terhadap layanan kemetrologian, diukur melalui kuisioner yang diberikan kepada masyarakat di 38 kabupaten/kota di JawaTimur.Kuisioner tersebut berisi tentang umpan balik dari masyarakat mengenai pelayanan kemetrologian yang telah dilakukan. Pelayanan kemetrologian yang dilakukan tersebut meliputi: Tera sah, Tera ulang sah, Tera/tera ulang dikantor, tera/tera ulang di tempat pakai (loko), Pelayanan sidang tera ulang di kecamatan, serta pelayanan kalibrasi dan pengujian.

  Jumlah sertifikasi mutu komoditi/produk diukur berdasarkan jumlah layanan pengujian dan sertifikasi mutu komoditi/produk yang dilaksanakan pada tahun berjalan. Perkembangan jumlah sertifikasi dan layanan pengujian dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut:

  6 Inspeksi Teknis ISO 17020 430 590 359 483 500

  capital flight) yang pada akhirnya akan menyebabkan kurs rupiah

  Kondisi makroekonomi global yang masih belum menentu sebagian besar disebabkan belum adanya kepastian Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga. Asumsi kenaikan suku bunga ini mendorong terjadinya praktik-praktik spekulasi seperti keluarnya arus modal (

  Terdapat beberapa isu strategis yang dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2016, yaitu antara lain sebagai berikut:

  Jumlah 9.708 7.228 7.973 8.495 9.161

  8 Pengujian di luar laboratorium/kantor 1.175 925 907 1.677 1.311

  7 Pengujian Non Sertifikasi 274 178 304 154 280

  1.068 813 1.430 878 1.211

  

Tabel 2.7.

Perkembangan Pengujian & Sertifikasi Mutu Komoditi/Produk

  5 Pengujian Sertifikasi ISO 17025

  IDN 24 151 188 160 161

  4 No Akreditasi LS Pr-008-

  3 No Akreditasi LK-030-IDN 1.275 1.356 1.441 1.532 2.415

  2 No Akreditasi LP-036-IDN 2.277 1.181 1.213 1.545 1.455

  1 Pengujian Contoh 3185 2.034 2.131 1.618 1.828

  No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

2.2 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi

2.2.1. Kondisi Makroekonomi Global yang Tidak Menentu

  tertekan. Kondisi lain adalah lambatnya pemulihan ekonomi global di beberapa negara kawasan Eropa seperti Yunani dan devaluasi Yuan yang mengakibatkan tumbuhnya ekspor tiongkok.

  2.2.2. Peningkatan Penggunaan Produksi dalam Negeri

  Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mendorong penggunaan produk dalam negeri, salah satunya melalui penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembinaan dan Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko. Salah satu hal pokok yang diatur Peraturan Menteri ini dalam adalah Kewajiban Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern untuk menyediakan barang dagangan produksi dalam negeri paling sedikit 80% dari jumlah dan jenis barang yang diperdagangkan. Aturan ini, yang berlaku efektif per 12 Juni 2016, merupakan tantangan sekaligus peluang bagi produk dalam negeri.

  2.2.3. Perubahan Kewenangan Disperindag Jatim

  Pada akhir tahun 2014, terbit Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Salah satu hal penting dalam Undang- undang ini yang akan mempengaruhi tugas pokok Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur adalah pelimpahan wewenang kemetrologian kepada Pemerintah Kabupaten/Kota.

2.3. Kinerja Pelayanan

  Meski kinerja pelayanan telah berjalan dengan cukup baik, namun capaian kinerja tersebut perlu ditingkatkan lebih baik lagi pada periode 2016. Peningkatan kinerja pelayanan semakin urgent, guna memberikan dampak besar bagi pencapaian kinerja pada Renstra 2014-2019 serta mendukung terwujudnya visi Jawa Timur “Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing, dan Berakhlak”. Sebagai lanjutan dari diharapkan mampu menjadi pedoman yang efektif bagi SKPD untuk pemenuhan target kinerja Renstra, RKPD serta RPJMD provinsi Jawa TImur. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja keras, kompetensi SDM, serta perlunya perbaikan atas hal-hal yang sifatnya kritis terkait dengan layanan yang harus diberikan kepada masyarakat.

  Aspek lain sebagai pendukung pelayanan publik yang lebih baik adalah pelaksanaan koordinasi, baik dengan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan pusat maupun dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten/kota se-Jawa Timur. Koordinasi vertikal bertujuan untuk menserasikan pelaksanaan kegiatan dari pusat untuk dilaksanakan di daerah. Pelaksanaan koordinasi dengan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan pusat tersebut selama ini telah berjalan dengan cukup baik, yang berlangsung dalam beberapa kesempatan acara sosialisasi dan rapat kerja oleh Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. Kegiatan sosialisasi dan rapat kerja semacam ini menjadi kesempatan baik bagi Disperindag untuk menyampaikan dan mengkoordinasikan pelaksanaan program/kegiatan dari pusat yang dilaksanakan di daerah. Sementara itu, koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten/kota lebih sering dalam hal penyerasian usulan program/kegiatan yang diusulkan oleh Disperindag Kab/kota untuk diserasikan dengan program/kegiatan Disperindag Jawa Timur di tahun perencanaan.

2.4. Permasalahan dan Hambatan

  Dari pengalaman tahun 2014, realisasi indikator kinerja yang masih di bawah target tidak lepas dari adanya hambatan dan kendala yang ada. Hambatan dan permasalahan tersebut bersifat teknis maupun nonteknis, yang memerlukan penanganan nyata dan segera agar pelaksanaan program/kegiatan dapat berjalan lebih optimal di akhir tahun 2015 mendatang.

  Pembahasan mengenai hambatan dan permasalahan yang dihadapi disusun sesuai program-program yang telah dilakukan pada tahun 2014.

1. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

  Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program ini antara lain adalah: Program pengembangan IKM yang dilakukan oleh Provinsi tidak

   selaras dengan program pengembangan di kabupaten/ kota karena program pengembangan IKM mengacu kepada Pusat dan Provinsi sementara kabupaten/ kota memiliki agenda tersendiri dalam pengembangan IKM. Belum adanya kesadaran dari kabupaten/ kota bahwa pendataan yang

   valid dan up to date sangat berperan dalam proses perencanaan pembangunan dibidang pengembangan IKM.

   Kerjasama yang dilaksanakan melalui Program Mitra Praja Utama (MPU) belum cukup mampu menciptakan kemitraan antara dunia usaha pada kesepuluh Provinsi anggota MPU dalam pengembangan industri khususnya IKM. Kurang dan belum adanya sinkronisasi antara program/ kegiatan

   pembangunan dan pengembangan Industri Kecil dan Menengah antara Provinsi dan Kabupaten/ Kota sehingga pelatihan ataupun pembinaan yang dilaksanakan di wilayah kabupaten/ kota tidak dapat didukung oleh dana kabupaten/ kota. Program Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki, Industri Perhiasan,

   Industri Berbasis Gula, Industri Perkapalan, Industri Kimia dan Kondensat serta Industri Lampu Hemat Energi belum sepenuhnya berjalan optimal. Peta Panduan atau Roadmap untuk Klaster Industri Perhiasan, Industri

   Berbasis Gula, Industri Kimia dan Kondensat serta Industri Lampu Hemat Energi belum tersusun.

   Pengembangan industri melalui pendekatan Klaster, OVOP, Komoditi Potensial/ Kompetensi Inti Daerah dan Industri Kreatif belum sepenuhnya didukung oleh kabupaten/ kota.

  2. Program Peningkatan Kapasitas Teknologi Industri

  Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program ini antara lain adalah: Masih banyak IKM yang melakukan produksi dengan tanpa

   memperhatikan lingkungan terutama pengrajin batik dan penyamakan kulit maupun pengrajin alas kaki. Kurangnya pengembangan desain yang dikembangkan oleh IKM

   terhadap produk yang dihasilkan. Kurang optimalnya pemanfaatan sisa buangan produksi industri yang

   mengakibatkan tingginya pemakaian bahan baku.

  3. Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

  Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program ini antara lain adalah terbatasnya jumlah pegawai yang menguasai bidang – bidang teknis sehingga pendampingan kurang optimal.

  4. Program Peningkatan Industri Berbasis Sumber Daya Alam

  Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program ini antara lain adalah : Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan IKM pangan dalam

   melakukan diversifikasi dan inovasi dalam pengolahan komoditi hasil pertanian, perkebunan maupun kehutanan baik dalam rasa, jenis, bentuk maupun kemasan. Masih banyaknya sumberdaya pertanian, perikanan, peternakan dan

   kehutanan belum diolah.

  Belum adanya diversifikasi bahan baku agro untuk mengganti bahan

   baku impor.

  5. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor

  Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program ini antara lain adalah masih sulitnya mengendalikan laju impor, dimana impor masih dominan pada bahan baku, bahan baku penolong, komponen industri, dan komoditi pertanian.

  6. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri

  Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program ini antara lain adalah: Meskipun koordinasi dalam rangka pengendalian telah dilakukan tetapi

   inflasi masih mengalami fluktuasi yang elastis dikarenakan adanya beberapa faktor penyumbang inflasi diluar kendali Disperindag Prov. Jatim seperti kenaikan tarif angkutan, tarif dasar listrik, dan harga bahan bakar minyak. Pelaksanaan temu usaha dagang dengan provinsi mitra dirasa belum

   optimal dikarenakan kurang siapnya provinsi mitra dalam melaksanakan temu usaha dengan kita. Data bongkar dan muat di pelabuhan – pelabuhan laut di Jawa Timur

   belum dapat diketahui secara detail dikarenakan tidak adanya kerjasama informasi dengan pihak – pihak yang berwenang. Sistem Resi Gudang belum sepenuhnya dipahami dan dimanfaatkan

   oleh para petani Jawa Timur, dan komoditi yang dapat disimpan juga masih terbatas.

  7. Program Peningkatan Perlindungan Konsumen

  Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program ini antara lain adalah: Perusahaan besar dan menengah sudah memiliki kesadaran untuk

   menjaga standardisasi alat ukurnya. Namun perusahaan kecil yang langsung berinteraksi dengan konsumen belum memiliki kesadaran untuk menera alat ukurnya.

   Masyarakat belum menyadari akan hak-haknya sebagai konsumen sehingga belum ada suatu kemauan untuk memberi pelaporan bila terjadi kecurangan takaran dan dimana harus melaporkan. Belum adanya partisipasi dari dinas Perindustrian Kabupaten/ Kota

   karena keterbatasan dana, sarana dan SDM, hal ini menyebabkan pengawasan barang beredar menjadi terbatas, khususnya barang dari China

   Penerapan standardisasi mutu produk masih terkendala oleh keterbatasan informasi dan pengetahuan masyarakat tentang informasi standardisasi produk.

  Masih banyaknya komoditi lokal maupun impor yang tidak sesuai

   dengan SNI .

   Banyaknya barang tiruan/ palsu yang beredar di Pasar.

  8. Program Peningkatan Standarisasi Industri

  Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program ini antara lain adalah :

  IKM kosmetik dan jamu sulit mendapatkan sertifikat CPKB dan CPOTB,

   khususnya terkait persyaratan desain bangunan tempat produksi Penerbitan sertifikat merek memakan waktu lama

   Merek yang didaftarkan sama/memiliki kemiripan

  

  Kurangnya perlindungan pada desain produk

   Penerapan desain berkaitan erat dengan kreativitas, sehingga hasil

   pelatihan pun berbeda pada tiap orang Masyarakat yang masih menyukai produk bermerk impor (famous

   brand), membuat IKM enggan membuat desain baru/ lebih senang meniru Terbatasnya ruang lingkup yang dimiliki oleh LS Pro di Jawa Timur (LS

   Pro mamin tidak dimiliki Jatim) Masih rendahnya kesadaran yang dimiliki IKM untuk mendapatkan SNI

   dan ISO sebagai salah satu faktor dalam peningkatan daya saing industri Masih kurangnya informasi atau persepsi yang diterima oleh

   masyarakat tentang produk SNI, sehingga masih banyak masyarakat yang menggunakan produk yang tidak memiliki SNI. Masih kurangnya kesadaran pelaku industri untuk menerapkan Gugus

   Kendali Mutu, Produktivitas, HACCP dan GMP dalam proses produksi. Masih banyaknya pelaku usaha yang tidak tahu caranya untuk

   mendapatkan mendapatkan paten terhadap produknya.

2.5. Dampak terhadap pencapaian visi dan misi kepala daerah

  Untuk mewujudkan visi Jawa Timur yang lebih sejahtera, berkeadilan, mandiri, berdaya saing, dan berakhlak, pemerintah daerah telah dirumuskan misi sebagai panduan langkah-langkah kebijakan yang harus ditempuh, antara lain : a. Meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan;

  b. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri, berdaya saing, berbasis agrobisnis/agroindustri, dan industrialisasi; c. Meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan, dan penataan ruang;

  d. Meningkatkan reformasi birokrasi dan pelayanan publik; e. Meningkatkan kualitas kesalehan sosial dan harmoni sosial.

  Disperindag sebagai salah satu SKPD di provinsi Jawa Timur, tentu sudah menjadi keharusan bahwa setiap rumusan kebijakan, program dan kegiatan yang direncanakannya harus searah dan mendukung pencapaian visi, misi Jawa Timur di atas sebagaimana yang menjadi tugas dan fungsi pokoknya. Hal demikian tidak lain dimaksudkan agar output dan outcome yang dihasilkan dari pelaksanaan program/kegiatan tersebut benar-benar membawa dampak untuk pencapaian visi dan misi Jawa Timur.

  Dari hasil analisis indikator kinerja program/kegiatan, terlihat jelas bahwa beberapa program/kegiatan yang telah dilaksanakan Disperindag memiliki keterkaitan erat dengan upaya pencapaian visi, misi Jawa Timur.

2.6. Tantangan dan Peluang

  Sebagaimana diketahui, Jawa Timur merupakan provinsi penyumbang terbesar kedua PDB nasional (14,40% di tahun 2014) setelah provinsi DKI Jakarta. Di sisi lain, pertumbuhan ekonominya tercatat tertinggi di pulau Jawa (5,86% di tahun 2014), dengan jumlah penduduk terbesar kedua setelah Jawa Barat. Potensi makro ekonomi dengan ditunjang sektor pertanian, industri dan perdagangan yang cukup besar ini adalah modal penting bagi Disperindag Jawa Timur dalam mendukung pencapaian target indikator kinerja. Misalnya, dukungan sektor pertanian, dan industri yang cukup besar bila dikelola dengan baik maka akan sangat mendukung Disperindag Jawa Timur dalam upaya meningkatkan share perdagangan antar daerah maupun luar negeri yang menjadi tugas pokok dan fungsinya. Tak terkecuali di sektor industri, besarnya jumlah penduduk yang ada di Jawa Timur, dari sisi permintaan tentu akan semakin memperkokoh keberlangsungan sektor industri baik yang sudah ada maupun industri baru.

  Namun demikian, di sisi lain dinamika lingkungan eksternal yang terus berkembang dengan cepat tentu merupakan tantangan bagi Disperindag dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan target Asia di akhir tahun 2015 berkemungkinan besar akan mempengaruhi kinerja industri dan perdagangan dalam negeri secara umum dan Jawa Timur khususnya. Pelaku industri di dalam negeri harus bersaing dengan produk dan jasa yang datang dari asing sehingga semakin berat tantangan yang dihadapi. Dalam situasi ini, tugas dan tantangan Disperindag akan semakin besar untuk membela dan melindungi industri dalam negeri melalui kebijakan, program/kegiatan yang dilaksanakan.

2.7. Rekomendasi dan Catatan Strategis

  Dari beberapa point penting isu strategis yang telah diuraikan diatas, dapat diberikan rekomendasi dan catatan strategis sebagai berikut : a. Guna menghasilkan pelayanan yang lebih optimal, diperlukan adanya peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia; b. Jumlah penduduk Jawa Timur yang cukup besar serta masyarakat kelas ekonomi menengah yang terus bertambah jumlahnya perlu menjadi pertimbangan penting dalam perumusan kebijakan, program dan kegiatan c. Di tengah situasi perekenomian global yang masih kurang bagus, penguatan perdagangan antardaerah harus terus ditingkatkan.

  Optimalisasi peran Kantor Perwakilan Daerah (KPD) Jawa Timur, pengiriman misi dagang, dan intensifikasi promosi produk unggulan Jawa Timur di beberapa kota besar dan strategis di Indonesia adalah beberapa langkah prioritas yang dapat ditempuh.

  d. Dengan dibukanya berbagai bentuk pasar besar, seperti MEA atau CAFTA, peningkatan standarisasi produk Jawa Timur mutlak dilakukan agar mampu bersaing dengan negara-negara lain dan dapat diterima di pasar internasional.

  e. Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan terhadap perekonomian Jawa Timur harus disertai dengan penguatan sektor pertanian. Hal ini

  Tahun 2009-2014 yang menitikberatkan pada pengembangan agroindustri. Dengan demikian, pembinaan IKM yang mengolah hasil pertanian harus menjadi salah satu prioritas pembangunan di tahun 2016.

  f. Upaya peningkatan ekspor dan pengendalian impor melalui pengembangan jejaring informasi ekspor-impor antar instansi terkait yang dirintis mulai tahun 2015 agar ditindaklanjuti.

  2.8. Review atas Rancangan Awal RKPD Perubahan Tahun 2015

  Review atas rancangan awal RKPD Perubahan Tahun 2015 disajikan pada Tabel 2.8. (lampiran)

  2.9. Review Usulan Kabupaten/Kota

  Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penyusunan Rencana Kerja SKPD adalah usulan kabupaten/kota yang disampaikan dalam forum musrenbang. Telaah terhadap usulan kabupaten/kota yang disampaikan melalui Sistem Informasi Musrenbang Jatim ( http://musrenbang-jatim.net/ ).

BAB 3 TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

3.1 Telaah Terhadap Kebijakan Nasional

  Sebagaimana ditegaskan pemerintah dalam RKP 2015, isu strategis pemerintah tahun 2015 di bidang ekonomi adalah transformasi sektor industri dalam arti luas. Pertumbuhan industri pengolahan ditargetkan sebesar 5,5-6,0 persen, dengan target pertumbuhan industri non-migas sebesar 6,2 persen. Peningkatan daya saing dan produktivitas industri sebagai strategi/arah kebijakan pemerintah, yang antara lain melalui program dukungan manajemen, program basis industri manufaktur, program industri unggulan berbasis teknologi tinggi, program pengembangan iklim industri, serta revitalisasi balai-balai layanan teknologi.

  Selanjutnya, pertumbuhan ekspor barang non-migas ditargetkan sebesar 6,5 persen, dengan rasio ekspor jasa terhadap PDB sebesar 3,1 persen. Dengan target pertumbuhan ekspor tersebut, ditetapkan strategi kebijakan sebagai berikut ; (i) fasilitasi pengembangan produk ekspor olahan nonmiigas yang bernilai tambah tinggi, (ii) peningkatan kualitas dan kuantitas ekspor jasa, (iii) peningkatan efektivitas pengamanan perdagangan untuk mendorong efisiensi dan daya saing sisi produksi sekaligus membendung terjadinya rente ekonomi.

  Selain isu strategis transformasi sektor industri dalam arti luas di atas, isu strategis lain adalah peningkatan efisiensi sistem logistik dan distribusi. Beberapa strategi/arah kebijakan bidang ini antara lain : (i) peningkatan efisiensi jalur distribusi bahan pokok dan strategis untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan stok, (ii) peningkatan sistem informasi pendukung efisiensi logistik melalui integrasi layanan secara elektronik untuk proses

  

pre-clearance sampai post clearance, optimalisasi sistem perijinan ekspor

  dan impor secara elektronik yang terintegrasi antar sektor, dan pengembangan sistem informasi logistik lainnya untuk peningkatan transparansi dan efisiensi biaya, (iii) peningkatan efektivitas tata kelola impor, terutama untuk menjaga daya saing bahan pokok domestik dan peningkatan efisiensi logistik bahan baku/penolong, (iv) peningkatan peranan dan kualitas jasa logistik dan jasa distribusi sebagai penyedia dan penyalur input antara dan produk akhir.

  Pemantapan perekonomian nasional untuk peningkatan kesejahteraan rakyat secara adil menjadi tema utama pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2015. Sesuai dengan tema tersebut, selanjutnya strategis untuk hal-hal yang signifikan, berdampak luas, dan berfungsi sebagai pengungkit. Salah satu isu strategis yang disarikan dari arahan presiden di berbagai kesempatan sebagai respon terhadap permasalahan yang muncul adalah pemantapan perekonomian nasional. Dalam upaya mewujudkan isu strategis tersebut, ada beberapa kondisi dan target sebagai prasarat yang harus dipenuhi, diantaranya:

  1. Pencapaian surplus beras 10 juta ton;

  2. Konektivitas yang menjamin tumbuhnya pusat-pusat perdagangan dan industri, dan;

  3. Perkuatan kelembagaan hubungan industrial

3.2 Tujuan dan Sasaran Renja Perubahan 2015

  Tujuan Rencana Kerja Perubahan Tahun 2015 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur, mengacu pada Renstra 2014-2019, adalah:

  1. Meningkatkan daya saing industri manufaktur

  2. Meningkatkan kinerja ekspor non migas

  3. Meningkatkan penguatan pangsa pasar dan efisiensi perdagangan dalam negeri

  4. Meningkatkan tertib perdagangan

  Tujuan di atas kemudian dijabarkan ke dalam beberapa sasaran strategis berikut:

  1. Meningkatnya kontribusi sektor Industri, standarisasi dan HKI

  2. Meningkatnya net ekspor nonmigas perdagangan luar negeri

  3. Meningkatnya net ekspor perdagangan dalam negeri

  4. Meningkatnya perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan Target kinerja untuk masing-masing Indikator Kinerja Utama disajikan pada Tabel 3.1 berikut:

  

Tabel 3.1.