PERBANDINGAN TEKNIK DISCRIMINANT ANALYSIS DAN LOGISTIC REGRESSION DALAM PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN LISTED BEI - Perbanas Institutional Repository

PERBANDINGAN TEKNIK DISCRIMINANT ANALYSIS DAN LOGISTIC

  REGRESSION DALAM PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN LISTED BEI ARTIKEL ILMIAH

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu

  Jurusan Manajemen

  Oleh : ROSI NUR APRILIA 2009210291 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2013

  

PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

  Nama : Rosi Nur Aprilia Tempat, Tanggal Lahir : Kendari, 30 April 1991 N.I.M : 2009210291 Jurusan : Manajemen Program Pendidikan : Strata 1 Konsentrasi : Manajemen Keuangan Judul :Perbandingan Teknik Discriminant Analysis dan

  Logistic Regression Dalam Prediksi Financial

  Pada Perusahaan Listed BEI

  Distress

Disetujui dan diterima baik oleh :

  Dosen Pembimbing, Tanggal : 30 - 10 – 2013

  

(Dr.Dra. Ec. Rr. Iramani, M.Si.)

  Ketua Program Studi S1 Manajemen Tanggal : 20 - 11 - 2013

  (Mellyza Silvy, S.E.,M.Si.) ii

  

PERBANDINGAN TEKNIK DISCRIMINANT ANALYSIS

DAN LOGISTIC REGRESSION DALAM PREDIKSI

FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN

LISTED BEI

Rosi Nur Aprilia

  STIE Perbanas Surabaya Email: rosi_aprilia@yahoo.com

  Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

  

ABSTRACT

Financial distress is a condition where a company has difficulty paying off its financial

obligations to its creditors or company experiencing liquidity problems that could threaten the

survival of the company. This study aims to test financial ratios and industry relative ratios as

variables discriminator and predictor of financial distress. Subject of study is company listed in

Indonesia stock exchange (IDX) from the period of 2005 to 2011 excluding banking and non

banking industry and insurance. Samples were gathered from 93 companies had financial

distress and 320 non financial distress companies. This sample selection techniques are

determined by purposive sampling. The research using secondary data consisting of balance

sheet, income statement and cash flow statements.

  Test to determine company's financial distress using two techniques are discriminant

analysis and logistic regression. This attempts to compare the highest prediction power of both

analytical techniques. The results show that classification accuracy rate of discriminant

analysis is 91,8% , while logistic regression analysis is 93.7 %. Logistic regression analysis

has accuracy predictive more higher than discriminant analysis, but the accuracy of both

analysis has not too different. The significant variables to classify financial distress are ROA,

CACL, TDTA, CFTA, CFTD, R_CLTA, and R_TDTA and significant variable to predict

financial distress are ROA, TDTA, CFTA, CFTD, and R_TDTA. The conclusion from the

research shows financial ratios and industry relative ratios can be used to classification as well

as prediction financial distress of firm.

  

Key Words: Financial Distress, Financial Ratios, Industry Relative Ratios, Discriminant

Analysis, Logistic Regression.

  PENDAHULUAN

Financial distress merupakan tahap penuru- nelitian telah dilakukan untuk memprediksi

  nan kondisi keuangan yang terjadi sebelum financial distress. Pada umumnya untuk me- terjadinya kebangkrutan atau likuidasi (Platt mprediksi financial distress dilakukan deng-

  

& Platt, 2002). Kondisi perekonomian yang an cara menganalisis rasio-rasio keuangan.

  berfluktuatif dapat menyebabkan kondisi Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh keuangan perusahaan tidak stabil. Jika peru- Luciana Spica Almilia dan Kristijadi (2003) sahaan tidak dapat mengatasi kondisi kesuli- mengkaji penggunaan analisis rasio keua- tan keuangan yang dialaminya maka akan ngan dalam memprediksi financial distress berakibat pada kebangkrutan. Berbagai pe- dengan menggunakan alat statistik logit. Ha-

  1

    sil penelitian ini menunjukan variabel yang signifikan untuk memprediksi kondisi fi-

  nancial distress yaitu berasal dari rasio

  profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio likui- ditas, rasio arus kas, dan rasio pertumbu- han.

  Iramani (2007) telah melakukan penelitian tentang struktur kepemilikan dan industry relative ratios sebagai predik- tor financial distress. Alat uji yang diguna- kan peneliti yaitu metode analisis diskrimi- nan. Hasil dari peneltian ini membuktikan bahwa industry relative ratios dapat di- gunakan untuk mengklasifikasi kondisi fi-

  nancial distress dan non financial distress.

  Vuran (2009) melakukan pengujian mengenai prediksi financial distress deng- an memperbandingkan metode analisis diskriminan dan logit selama dua tahun pe- riode. Hasil pada periode tahun pertama, membuktikan ada tiga rasio yang signi- fikan dalam memprediksi financial dis-

  tress yaitu rasio profitabilitas, solvabilitas

  dan rasio likuiditas. Namun, hasil pada pe- riode tahun kedua hanya rasio profi- tabilitas dan solvabilitas saja yang signi- fikan. Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan bukti bahwa di antara rasio keuangan yang digunakan dalam pengu- jian, rasio profitabilitas menunjukkan ti- ngkat signifikan tertinggi dalam mempre- diksi financial distress.

  Adanya ketidakkonsistenan pada pengujian terdahulu, membuat peneliti saat ini ingin membuktikan kembali bahwa rasio keungan dan industry relative ratios dapat digunakan untuk mengklasifikasi maupun memprediksi financial distress pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini diha- rapkan dapat bermanfaat bagi peneliti se- lanjutnya yang ingin mengambil topik financial distress .

  Al-Khatib dan Al-Horani (2012) memprediksi financial distress berdasar- kan analisis rasio keuangan dengan mem- perbandingkan teknik statistik diskriminan dan logit. Berdasarkan hasil penelitian di- ketahui bukti bahwa rasio profitabilitas yang diwakili oleh ROA (Return On Asset) dan ROE (Return On Equity) merupakan variabel yang signifikan untuk kedua mo- del analisis tersebut dalam mengklasifikasi maupun memprediksi kondisi financial distress .

RERANGKA TEORITIS DAN HIPO- TESIS

  Kajian empiris selanjutnya di- lakukan oleh Bhunia (2011) yang telah melakukan riset mengenai kondisi finan-

  analisis logit, menemukan bukti bahwa ra- sio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan cash flow signifikan untuk mempre- diksi kegagalan perusahaan.

  penelitian ini, ditemukan variabel yang signifikan untuk memprediksi financial

  distress yaitu rasio arus kas cash flow to asset) dan days sales in receivable. Peneli-

  ti ini menggunakan analsis diskriminan da- lam memprediksi financial distress.

  ging Market dengan menggunakan metode

  Penelitian Thai Siew Bee dan Abdollahi (2011) dalam memprediksi ke- gagalan perusahaan di Malaysia’s Emer-

  Financial Distress Financial distress adalah suatu kondisi di

  mana perusahaan mengalami kesulitan ke- uangan karena tidak dapat memenuhi ke- wajibannya atau perusahaan mengalami kesulitan likuidasi yang dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Financial

  distress yang tidak dapat ditanggulangi

  akan berakibat pada kegagalan. Kegagalan dalam pengertian ekonomi dapat berarti bahwa perusahaan kehilangan keuntungan. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan maka akan timbul biaya kebangkrutan yang disebabkan oleh keterpaksaan men- jual aktiva di bawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum laku untuk di jual, dan sebagainya.

  Menurut Platt dan Platt (2002) kon- disi financial distress pada umumnya ditandai antara lain dengan adanya penun- daan pengiriman, kualitas produk yang menurun, dan penundaan pembayaran tagi- han dari bank.

  cial distress pada perusahaan Indian. Pada

  Discriminant Analysis

  Analisis Rasio Keuangan dan Industry Relative Ratios Untuk Mengklasifikasi dan Memprediksi Financial Distress

  Variabel Net Profit Margin (NPM) menun- jukkan kemampuan perusahaan memper- oleh laba dari penjualan yang dilakukan. Selain itu, variabel ini juga dapat mengin- formasikan seberapa baik perusahaan dalam mengendalikan biaya operasional- nya yang hubungannya dengan penjualan. Semakin rendah biaya operasi yang dikelu- arkan untuk penjualan, maka semakin tinggi laba yang diperoleh.Variabel ini me- miliki hubungan negatif dengan ter- jadinya financial distress. Hal ini berarti semakin tinggi nilai variabel ini, maka semakin rendah perusahaan dapat diklas- ifikasi atau diprediksi ke dalam kondisi

  Net Profit Margin

  juga sebaliknya. Pada penelitian ini meng- gunakan variabel yang signifikan dari hasil penelitian terdahulu yaitu antara lain variabel net profit margin berdasarkan ha- sil penelitian Luciana Spica Almilia & Kristijadi (2003), dan variabel ROE mau- pun ROA berdasarkan hasil penelitian dari Al-Khatib & Al-Horani (2012) dan Vuran (2009).

  financial distress perusahaan dan begitu

  Perusahaan harus mampu menghasilkan keuntungan agar dapat menjaga kelang- sungan hidup perusahaan dan juga mem- bayar kewajibannya pada pihak ketiga. Rasio profitabilitas memiliki hubungan ne- gatif dengan financial distress perusahaan. Artinya, semakin tinggi rasio profitabilitas maka akan semakin rendah kemungkinan

  Rasio Profitabilitas

  Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada hasil penelitian yang signifikan dilakukan pene- litian terdahulu antara lain:

  sistem peringatan dini bagi perusahaan ter- hadap adanya financial distress. Hal ini dilakukan untuk menghindari hal terburuk dari dampak financial distress yaitu keba- ngkrutan perusahaan.

  cial distress perusahaan sekaligus menjadi

  Analisis rasio keuangan merupakan metode perhitungan yang digunakan dalam menganalisis kemampuan rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status perusa- haan (Ridwan dan Inge, 2003:128). Rasio- rasio keuangan dapat dipergunakan untuk memprediksi atau mengklasifikasi finan-

  financial distress perusahaan.

  Penelitian ini menggunakan discriminant

  nakan untuk mencari persamaan regresi ji- ka variabel dependennya merupakan varia- bel yang berbentuk skala ordinal atau vari- bel yang bersifat kualitatif. Regresi logis- tik adalah bagian dari analisis regresi yang digunakan ketika variabel dependen meru- pakan variabel dikotomi. Variabel diko- tomi biasanya hanya terdiri atas dua nilai, yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya di- beri angka 0 atau 1. Analisis logit pada pe- nelitian ini digunakan untuk memprediksi

  sion (logit) merupakan regresi yang digu-

  Analisis statistik lainnya pada penelitian ini yaitu analisis logit. Imam Ghozali (2012 : 333) menjelaskan logistic regres-

  Logistic Regression

  Imam Ghozali (2012:289) mendefinisikan analisis diskri- minan sebagai bentuk regresi terhadap va- riabel terikat berbentuk non-metrik atau kategori. Pengklasifikasian adalah salah satu analisis statistika yang diperlukan jika ada beberapa kelompok kemudian ingin diketahui apakah kelompok-kelompok ter- sebut memang berbeda secara statsitika.

  nancial distress perusahaan .

  pada penelitian ini berdasarkan tahap pendekatan dengan menyeleksi variabel diskriminasi yang terbaik untuk meng- klasifikasi financial distress dan non fi-

  ratios . Penggunaan analisis diskriminan

  pada perusahaan. Klasifikasi ini sendiri di- bantu oleh variabel bebas berdasarkan rasio keuangan beserta industry relatif

  analysis untuk dapat mengklasifikasi fi- nancial distress dan non financial distress

  financial distress, begitu juga sebaliknya.

  Return on Asset (ROA)

  Rasio likuiditas merupakan kelompok rasio yang memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Likui- ditas adalah kemampuan mengubah aset menjadi kas, sedangkan jangka pendek diasumsikan selama rentang waktu satu tahun. Semakin tinggi rasio likuiditas, semakin besar pula kemampuan perusa- haan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pada penelitian ini meng- gunakan variabel CACL yang terbukti signifikan berdasarkan hasil penelitian Platt dan Platt (2002).

  Rasio Financial Leverage

  tress pada perusahaan yang terdaf- tar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

  : Rasio likuiditas dapat digunakan untuk memprediksi financial dis-

  4

  pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). H

  distress dan non financial distress

  untuk mengklasifikasi financial

  3 : Rasio likuiditas dapat digunakan

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka dipe-roleh hipotesis kedua dalam penelitian ini yaitu: H

  financial distress.

  Variabel ini memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya dengan meng- gunakan aktiva lancar yang dimiliki peru- sahaan. Hutang lancar perusahaan adalah kewajiban perusahaan yang segera harus dibayarkan. Misalnya, pembayaran listrik, air, telepon, gaji karyawan, dan sebagainya. Adapun aktiva lancar perusahaan dapat berupa kas, piutang, persediaan, dan lain- lain. Perusahaan yang dapat mengelola aktiva lancarnya secara efisien, berarti perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik. Variabel ini memiliki hubungan yang negatif dengan terjadinya financial distress yaitu jika nilai CACL semakin tinggi maka semakin kecil perusahaan dapat diklasi- fikasi atau diprediksi ke dalam kondisi

  Current Ratio (CACL)

  Rasio Likuiditas

  Variabel Return On Assset (ROA) menun- jukkan kemampuan perusahaan menghasil- kan laba bersih yang diperoleh dari peng- gunaaan aktiva. Semakin besar nilai ROA, maka semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik juga posisi perusahaan tersebut dari sisi penggunaan aktivanya. Variabel ini berhubungan negatif dengan financial

  terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

  distress pada perusahaan yang

  kan untuk memprediksi financial

  2 : Rasio profitabilitas dapat diguna-

  tar di Bursa Efek Indonesia (BEI). H

  cial distress dan non financial dis- tress pada perusahaan yang terdaf-

  kan untuk mengklasifikasi finan-

  1 : Rasio profitabilitas dapat diguna-

  Berdasarkan penjabaran yang telah dijelaskan di atas, maka hipotesis pertama dan kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H

  puan perusahaan memperoleh laba berda- sarkan modal perusahaan yang telah dike- luarkan. Variabel ini berhubungan negatif dengan terjadinya financial distress. Apa- bila nilai ROE semakin besar maka sema- kin rendah kemungkinan perusahaan me- ngalami financial distress. Modal menjadi tanggung jawab besar perusahaan, karena berhubungan terhadap kepercayaan invest- tor pada perusahaan. Perusahaan harus bisa mengelola modal yang diperolehnya dengan optimal, agar dapat menghasilkan keuntungan, tidak hanya bagi perusahaan tetapi bagi investor juga.

  Return on equity (ROE) Return on equity menunjukkan kemam-

  maka semakin rendah kemungkinan peru- sahaan mengalami financial distress dan berlaku sebaliknya.

  distress. Jika nilai ROA semakin besar

  Rasio ini menunjukkan proporsi penggu- naan hutang guna membiayai investasi perusahaan. Kondisi financial distress ter- hadap rasio financial leverage memiliki hubungan positif. Semakin tinggi rasio

  financial leverage maka akan semakin

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik hipotesis ketiga, yaitu: H

   Cash flow to total asset (CFTA)

  total debt (CFTD) berdasarkan penelitian Thai Siew Bee dan Abdollahi (2011).

  prediksi financial distress. Selain itu, variabel arus kas yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel cash flow to

  flow to total assets signifikan dalam mem-

  Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi invest- tasi dan kegiatan transaksi pembiayaan atau pendanaan serta kenaikan atau penu- runan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Rasio ini digunakan untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan berda-sarkan arus kas. Rasio cash flow penelitian ini, merujuk pada variabel yang signifikan pada penelitian Bhunia (2011) yang menunjukkan bahwa variabel cash

  Rasio Arus Kas

  distress pada perusahaan yang ter- daftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

  : Rasio financial leverage dapat digu- nakan untuk memprediksi financial

  6

  daftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). H

  cial distress dan non financial distress pada perusahaan yang ter-

  nakan untuk mengklasifikasi finan-

  5 : Rasio financial leverage dapat digu-

  kur seberapa besar penggunaan total hutang yang digunakan perusahaan untuk membiayai aktiva perusahaan (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2009:267). Total hutang dalam hal ini terdiri dari hutang jangka panjang maupun jangka pendek. Sebagian besar perusahaan menggunakan hutang untuk mengembangkan perusa- haannya, hal ini tentunya sangat mem- bantu perusahaan. Namun, apabila peru- sahaan tidak dapat mengendalikan pema- kaian hutang tersebut, maka akan menim- bulkan kesulitan keuangan bagi perusa- haan, karena dari hutang tersebut akan tim- bul beban bunga yang harus dibayarkan perusahaan. Hal ini menunjukkan semakin tinggi nilai variabel TDTA maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan menga- lami kondisi financial distress.

  tinggi probabilitas perusahaan mengalami

  assets ) merupakan variabel yang mengu-

  Variabel Debt Ratio (total debt to total

  Debt Ratio (TDTA)

  kin tinggi penggunaan hutang lancar maka akan semakin tinggi juga perusahaan dapat diklasifikasi atau diprediksi menga- lami financial distress.

  cial distress pada perusahaan. Jadi sema-

  dengan kata lain perusahaan belum mampu mengelola hutang lancar yang dipero- lehnya dengan efisien. Hal ini menun- jukkan bahwa variabel CLTA memiliki hubungan positif terhadap kondisi finan-

  financial distress bagi perusahaan atau

  Variabel ini menunjukkan seberapa besar penggunaan hutang lancar dalam membi- ayai aktiva perusahaan. Hutang lancar merupakan beban bagi perusahaan. Kewa- jiban ini harus segera dibayarkan, karena memiliki jangka waktu pelunasan kurang dari satu tahun. Jika perusahaan terlambat atau tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut maka akan menimbulkan kondisi

  Current Liabilities to Current Assets (CLTA)

  yang dilakukan oleh Vuran (2009) dan Thai Siew Bee dan Abdollahi (2011).

  debt to total assets ) berdasarkan pengujian

  liknya. Rasio financial leverage penelitian ini, merujuk pada variabel yang signifikan pada penelitian terdahulu yaitu variabel CLTA (current asset to total assets) dari hasil penelitian Luciana Spica Almilia dan Kristijadi (2003), variabel TDTA (total

  financial distress dan berlaku juga seba-

  Variabel ini menunjukkan kemampuan arus kas bersih yang berasal dari operasi dalam membiayai aktiva perusahaan. Arus kas operasi diperoleh dari penerimaan kas dari penjualan barang, penerimaan kas dari sewa, penerimaan kas dari komisi, dan sebagainya. Jika menghasilkan arus kas operasi bersih yang tinggi maka perusa- haan dapat membiayai aktivanya, tanpa harus melakukan pinjaman pada kreditor. Berdasarkan penjelasan ini, maka variabel CFTA memiliki hubungan negatif dengan kemungkinan terjadinya financial distress perusahaan. Jadi semakin tinggi rasio ini, maka semakin kecil kemungkinan perusa- haan mengalami financial distress.

  Cash flow to total debt (CFTD)

  cial distress dan non financial dis- tress pada perusahaan yang terdaf-

  dustry relative ratios dikarenakan memi-

  rut Iramani (2007) penggunaan variabel in-

  distress dan non financial distress. Menu-

  digunakan untuk mengklasifikasi financial

  tive ratios dan struktur kepemilikan dapat

  (2007) diketahui juga bahwa industry rela-

  distress . Berdasarkan penelitian Iramani

  Rasio relatif industri merupakan rasio ke- uangan perusahaan relatif terhadap rata- rata rasio keuangan industrinya. Ling- kungan industri dapat menjadi salah satu faktor ekternal yang menyebabkan ter- jadinya financial distress (Ogden et al, 2003 dalam Iramani, 2007). Pada umum- nya prediksi financial distress diuji hanya menggunakan rasio keuangan saja, tetapi berdasarkan penelitian terdahulu (Barnes, 1990 dalam Iramani, 2007) Barnes mem- buktikan bahwa industry relative ratios dapat dijadikan sebagai prediktor financial

  Industry Relative Ratios  

  daftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

  distress pada perusahaan yang ter-

  kan untuk memprediksi financial

  10 : Rasio pertumbuhan dapat diguna-

  tar di Bursa Efek Indonesia (BEI) H

  kan untuk mengklasifikasi finan-

  Variabel CFTD merupakan variabel yang digunakan untuk mengukur seberapa besar arus kas bersih operasi yang dapat di- gunakan untuk membayar seluruh kewa- jiban perusahaan. Variabel ini memilki hubungan yang negatif dengan kemung- kinan terjadinya financial distress perusa- haan. Semakin tinggi nilai CFTD, maka semakin rendah potensi perusahaan me- ngalami financial distress.

  tuk memprediksi financial distress pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka diperoleh hipotesis keempat dalam penelitian ini yaitu: H

  7 : Rasio arus kas dapat digunakan un-

  tuk mengklasifikasi financial dis-

  tress dan non financial distress pa-

  da perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). H

  8 : Rasio arus kas dapat digunakan un-

  Rasio Pertumbuhan

  9 : Rasio pertumbuhan dapat diguna-

  Rasio pertumbuhan mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan pereko- nomian dan industri. Penelitian ini meng- ambil variabel yang signifikan dari peneli- tian Luciana Spica Almilia dan Kristijadi (2003) yaitu variabel Growth NI/TA.

  Growth Net Income to Total Assets (Growth NI/TA)

  Variabel ini menggambarkan pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun ke tahun dengan berdasarkan aktiva yang dimiliki- nya. Adanya pertumbuhan laba perusahaan, menunjukkan bahwa kinerja perusahaan juga semakin meningkat. Kinerja perusa- haan yang baik, dapat menjamin kelang- sungan hidup perusahaan tersebut. Berda- sarkan teori dasar ini, maka variabel

  Growth NI/TA memiliki hubungan yang

  negatif dengan financial distress perusa- haan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan maka semakin rendah kemungkinan peru- sahaan mengalami financial distress dan begitu juga sebaliknya.

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil hipotesis kelima da- lam penelitian ini yaitu: H

  liki sifat “mutlak” artinya, rasio yang tidak disesuaikan dengan industrinya pada umumnya tidak berdistribusi normal. Sela- in itu, penggunaan industry relative ratios H

  11 : Rasio keuangan dan industry

  dapat mengantisipasi perbedaan yang relative ratios dapat digunakan un- ditimbulkan oleh perbedaaan karakteristik tuk mengklasifikasi maupun mem- industri dari masing-masing perusahaan. prediksi financial distress pada

  Secara keseluruhan dari penjelasan perusahaan yang terdaftar di Bursa di atas, maka dapat ditarik hipotesis Efek Indonesia (BEI). kesebelas yang mewakili seluruh teori dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Kerangka pemikiran yang menda- sari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

  

Gambar 1

Kerangka Pemikiran

Rasio  Financial  Rasio   Rasio  Likuiditas 

  Rasio   Rasio  Cash Flow  Leverage   pertumbuhan  

  (CA/CL)   Profitabilitas  

  IRR CFTA  & CFTD  (CL/TA  & TD/TA)  (Growth  NI/TA) 

  (NI/S,ROA,ROE)   Metode    Analisis

  Discriminant      Logistic

  Analysis     Regression

  Kondisi    Perusahaan   Distress   Financial Distress  Financial Non

  METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

  Tabel 1 Variabel Rasio Keuangan, Industry Relative Ratios dan Pengukurannya

  5 Current Liabilities to Total Assets

  X

  4 Current Assets to Current Liabilities

  X

  3 Net Income to Total Equity NI/TE

  X

  2 Net Income to Total Assets NI/TA

  X

  1 Net Income to Sales NI/S

  X

  Nama Variabel Pengukuran

  Pengukuran variabel rasio keuang- an dan industry relative ratios dalam pene- litian ini akan ditampilkan pada tabel 1 berikut ini:

  6 Total Debt to Total Assets TD/TA

  X

  7 Cash Flow to Total Asset CF/TA

  Berdasarkan Cooper dan Schindler (2006), penelitian ini adalah penelitian yang beru- pa penelitian komparatif karena memban- dingkan tingkat keakuratan dua teknik ana- lisis yaitu discriminant analysis dan logi-

  (Indonesia Stock Exchange). Oleh karena itu penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, karena sumber data berasal dari data sekunder. (Nur Indriantoro, 2002 :23) menjelaskan bahwa berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian dasar yaitu penelitian bertujuan untuk mengembangkan teori. Di mana pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis melalui validasi teori atau pengujian aplikasi teori pada keadaan tertentu.

  nesia Capital Market Directory ) dan IDX

  kan melalui pengamatan dan metode doku- menter. Di mana peneliti mengumpulkan data-data yang telah tersedia pada laporan keuangan yang terdapat di ICMD (Indo-

  nal research karena penelitian ini di-laku-

  upun memprediksi financial distress. Ber- dasarkan metode pengumpulan datanya, penelitian ini termasuk dalam observation-

  stic regression dalam mengklasifikasi ma-

CA/CL

CL/TA

  X

CF/TD

  rata-rata industri dari rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini. Peneliti di sini menggunakan variabel signifikan dari hasil penelitian terdahulu yang telah dijabarkan sebelumnya, dengan tujuan untuk memperoleh hasil pengujian atau model analisis yang lebih baik dari sebelumnya.

  CLTA – Ri Sd

  Identifikasi dan Pengukuran Variabel

  Penelitian ini mengelompokkan variabel dependen menjadi dua kelompok. Kelom- pok pertama adalah perusahaan yang me- ngalami financial distress yang ditandai dengan angka 1 dan kelompok kedua ada- lah perusahaan non financial distress yang ditandai dengan angka 0.

  Populasi pada penelitian ini yaitu perusa- haan yang terdaftar di Bursa Efek Indo- nesia (BEI) periode 2005-2011 kecuali, perusahaan yang berada pada industri per-

  Populasi, Sampel, dan Teknik Pengam- bilan Sampel

  G- NITA– Ri Sd

  18 IRR_ Growth Net Income to Total Assets

  X

  CFTD – Ri Sd

  17 IRR_ Cash Flow from Operation to Interest Expense

  X

  16 IRR_ Cash Flow to Total Asset CFTA – Ri Sd

  X

  15 IRR_ Total Debt to Total Assets TDTA – Ri Sd

  X

  14 IRR_ Current Liabilities to Total Assets

  tive ratios sendiri merupakan perhitungan

  X

  X

  Variabel independen yang diguna- kan dalam penelitian ini berasal dari rasio keuangan dan industry relative ratios. Di mana rasio keuangan tersebut terdiri dari sembilan variabel dari rasio profitabilitas, likuiditas, financial leverage, rasio arus kas, dan rasio pertumbuhan. Industry rela-

  X

  9 Growth Net Income to Total Assets Growth NI/TA

  X

  10 IRR_ Net Income to Sales NI/S – Ri Sd

  11 IRR_ Net Income to Total Assets NI/TA – Ri Sd

  X

  X

  12 IRR_ Net Income to Total Equity

  NI/TE – Ri Sd

  X

  13 IRR_ Current Assets to Current Liabilities

  CACL – Ri Sd

  8 Cash Flow from Operation to Interest Expense

  Berdasarkan tabel 3 di atas maka dapat dituliskan model diskriminan seba- gai berikut:

  Chi-Square 240.073

  financial distress dan non financial dis- tress disesuaikan dengan kriteria sampel

  yang telah ditentukan pada penelitian ini. Teknik pemilihan sampel penelitian ini ditentukan secara purposive sampling de- ngan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Sugiyono, 2008:122). Teknik ini dilakukan dengan memilih anggota sampel secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.

  bankan dan industri keuangan non bank. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong

  91.8 Sumber: IDX, ICMD, data diolah.

  71 Total

  97.8 Financial Distress (FD) 27 66

  Distress (NFD) 313 7

  Predictec Condition NFD FD % Non Financial

  Canonical Correlation 0.667

ANALISIS DATA DAN PEMBAHA- SAN

  • 2,478TDTA–3,485CFTA +0,757CFTD
  • 0,252 R_CLTA – 0,563R_TDTA

  nancial distress maupun non financial distress.

  cial distress dapat dijelaskan oleh variabel

  ) adalah 44,48 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 44,48 persen variasi antara kelompok pe- rusahaan financial distress dan non finan-

  2

  ) = (0,667

  2

  Nical Correlation (CR

  ketahui juga nilai Canonical Correlation sebesar 0,667 atau besarnya Square Cano-

  nancial distress perusahaan. Selain itu di-

  sebesar 240,073 atau nilai siginifikan 0,000 < 0,05%. Hal ini menun- jukkan bahwa variabel ROA, CACL, TDTA, CFTA, CFTD, R_CLTA, dan R_TDTA dapat digunakan untuk meng- klasifikasi financial distress dan non fi-

  Chi-Square

  Dari tabel 3 diketahui juga nilai

  ROA -4.795 0,000 CACL 0.031 TDTA 2.478 CFTA -3.485 CFTD 0.757 R_CLTA 0.252 R_TDTA -0.563 (Constant) -1.18

  Tabel 3 Hasil Uji Discriminant dengan Metode Stepwise Function Sig.

  Score

  kas (CFTA dan CFTD), sedangkan berda- sarkan rasio relatif industrinya yaitu varia- bel R_CLTA dan R_TDTA dengan tingkat akurasi klasifikasi sebesar 91,8%. Varia- bel-variabel ini memiliki nilai siginifikan 0,00 < 0,05. Artinya model diskriminan Z-

  nancial leverage (TDTA), dan rasio arus

  Dari tabel 3 juga diperoleh bukti bahwa variabel yang signifikan dari rasio keuangan antara lain rasio profitabilitas (ROA), rasio likuditas (CACL), rasio fi-

  Z-Score= –1,18 – 4,795ROA + 0,031 CACL

  Pada penelitian ini analisis data dilakukan dengan menggunakan dua teknik analisis yaitu analasis diskriminan untuk meng- klasifikasi perusahaan ke dalam kelompok

  financial distress dan non financial dis- tress dan teknik yang kedua adalah analisis

  logit yang digunakan untuk memprediksi

  financial distress perusahaan. Penggu-

  naan dua analisis statistik dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model analisis yang terbaik di antara kedua teknik.

  Analsis diskriminan pada peneli- tian ini menggunakan metode stepwise yang bertujuan mendapatkan model diskri- minan yang lebih baik. Hasil ringkasan pe- ngujian analisis diskriminan akan disajikan pada tabel 3 berikut ini:

  ini baik untuk digunakan dalam mengklasifikasi perusahaan ke dalam fi- ROA, CACL, TDTA, CFTA, CFTD, kan untuk rasio relatif industrinya yaitu R_CLTA, dan R_TDTA, selebihnya dapat variabel R_TDTA dengan tingkat signifi- dijelaskan oleh variabel lainnya. kan 0,00 < 0,05 dan daya akurasi prediksi

  Berdasarkan hasil pengujian sebesar 93,7%. Adanya penurunan standar diskriminan maka, H

  1 , H 3 , H 5 , dan H 7 error nilai -2Log Likelihood 0 sebesar

  dalam penelitian ini dapat diterima, 440,579 ke -2LogLikelihood 1 sebesar sedangkan H

  9 tidak dapat diterima atau 158,629 maka model logit ini dapat dika- ditolak.

  takan baik. Diketahui juga tingkat akurasi Selanjutnya hasil pengujian teknik prediksi financial distress sebesar 93,7%. analisis kedua yaitu logistic regression Akurasi prediksi analisis ini sangat tinggi, dengan metode forward conditional akan karena memiliki kesalahan prediksi yang

   

  diringkas pada tabel 4 sebagai berikut: rendah. Selain itu, diketahui juga bahwa nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,754.

  Tabel 4 Artinya variabel ROA, TDTA, CFTA,

Hasi Uji Logistic Regression Dengan CFTD, dan R_TDTA memiliki kontribusi

Metode Forward Conditional dalam memprediksi financial distress

  sebesar 75,4% dan sisanya sebesar 24,6% dapat diprediksi oleh variabel lainnya.

  Predictor Koefisien Sig.

  Dari hasil pengujian dapat dibuk-

ROA -32.02

  tikan bahwa H

  2 , H 6 , dan H 8 dapat diterima, TDTA 7.361

  sedangkan H

  4 , H 2 , dan H 10 tidak dapat CFTA -12.464 diterima.

0.00 CFTD 2.836

  Berdasarkan kedua pengujian ana-

R_TDTA -1.319

  lisis diskriminan dan logit dapat dibukti- kan bahwa rasio keuangan dan industry

  Constant -4.87 relative ratios dapat digunakan sebagai

  Nilai -2Loglikelihood 0 440.579

  diskriminator maupun prediktor financial

  Nilai -2Loglikelihood 1 158.629 distress. Oleh karena itu hipotesis kese-

  Nagelkerke R Square 0.754

  belas (H

  11 ) dalam penelitian ini dapat diterima.

  Condition Predicted

  Dari hasil pengujian kedua analisis

  NFD FD %

  didapatkan variabel yang sama dalam

  

Non Financial Distress memprediksi financial distress antara lain

315 5

  98.4 (NFD)

  variabel ROA, TDTA, R_TDTA, dan

  21 72

  77.4 Financial Distress (FD) CFTD, sedangkan variabel CFTA pada 93.7 analisis diskriminan tidak menunjukkan Total

  nilai yang signifikan. Selain itu juga, dite- Sumber: IDX, ICMD, data diolah mukan bahwa variabel CFTD pada kedua analisis memiliki pengaruh yang berbeda,

  Berdasarkan hasil uji, maka dapat pada analisis diskriminan diketahui bahwa diketahui model logistic regression pada

  CFTA memiliki pengaruh negatif signify- penelitian ini yaitu sebagai berikut: kan, sedangkan pada logit memilki penga-

  Log Pi = 1 ruh positif signifikan. Selanjutnya, varia- ି

  1 + (-4,97-32,02ROA+7,361TDTA- ݁ bel CACL dan R_CLTA yang menunjuk- 12,464CFTA+2,836CFTD-

  kan hasil signifikan pada analisis dikrimi-

  1,319 R_TDTA)

  nan, sedangkan logistic regession menun- Dari hasil pengujian analisis jukkan hasil yang sebaliknya. Hal ini ter-

  logistic regression diketahui bahwa rasio

  jadi dapat disebabkan oleh proses analisis keuangan yang signifikan dalam mempre- SPSS yang berbeda di antara kedua diksi financial distress antara lain variabel analisis. ROA, TDTA, CFTA, dan CFTD, sedang- Hasil analisis discriminant dan logit pada penelitian ini, mendukung pe- nelitian sebelumnya bahwa rasio keua- ngan dan industry relative ratios dapat di- gunakan untuk mengklasifikasikan perusa- haan financial distress dan non financial

  distress . Pada penilitian ini, diketahui bah-

  Vuran (2009), sedangkan peneliti lainnya hanya menggunakan model logit saja. Mo- del diskriminan yang diperoleh menun- jukkan bahwa CACL memiliki hubungan yang positif terhadap terjadinya financial

  distress. Peneliti sebelumnya juga meng-

  nelitian yang dilakukan oleh Vuran (2009) yang menyatakan bahwa variabel TDTA dapat digunakan untuk mengklasifikasi maupun memprediksi kondisi financial

  tress. Hasil penelitian ini mendukung pe-

  nunjukkan pengaruh positif signifikan ter- hadap terjadinya financial distress. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai TDTA maka akan semakin besar perusa- haan dapat diklasifikasikan atau dapat diprediksi ke dalam kondisi financial dis-

  Debt to Total Assets). Variabel TDTA me-

  Selanjutnya, variabel yang signi- fikan dalam pengujian analisis diskriminan maupun logit adalah variabel TDTA (Total

  kemungkinann perusahaan mengalami financial distress.

  ratio yang dimiliki bernilai tinggi, karena

  keadaan baik, jadi perusahaan harus lebih berhati-hati dan waspada ketika current

  rent ratio menunjukkan perusahaan dalam

  terdahulu yang memiliki nilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar nilai CACL maka semakin besar juga perusahaan dapat diklasifikasikan ke dalam kondisi financial distress. Variabel CACL merupakan variabel yang menun- jukkan kemampuan perusahaan dalam me- menuhi kewajiban jangka pendeknya. Ber- dasarkan teori dasar maupun penelitian ter- dahulu, harusnya variabel CACL dapat menunjukkan nilai negatif terhadap terja- dinya financial distress. Hal ini terjadi, da- pat disebabkan oleh beberapa faktor, con- tohnya perusahaan yang menahan aktiva lancarnya dengan tidak segera memba- yarkan hutangnya, sehingga pemutaran da- na perusahaan menjadi tidak efektif. Ber- dasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak selamanya cur-

  distress, berbeda halnya dengan penelitian

  kriminan. Hasil temuan ini mendukung pe- nelitian yang dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Kristijadi (2003), Platt & Platt (2002), dan Vuran (2009). Dalam peneli- tian saat ini menggunakan analisis diskri- minan dan logistic regression sama hal- nya dengan penelitian yang dilakukan oleh

  wa variabel ROA signifikan dalam meng- klasifikasi perusahaan financial distress dan non financial distress dan juga dapat digunakan untuk memprediksikan kondisi

  distress dengan menggunakan analisis dis-

  nifikan dalam membentuk model klasi- fikasi financial distress dan non financial

  liabilities) merupakan variabel yang sig-

  CACL (current assets to total

  memiliki nilai variabel ROA tinggi menan- dakan perusahaan tersebut sudah mampu mengelola aktiva yang dimilikinya secara efisien karena telah menghasilkan keuntu- ngan bersih bagi perusahaan, semakin ti- nggi laba bersih maka semakin terhindar dari kesulitan keuangan dan juga akan semakin terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

  distress. Oleh karena itu, perusahaan yang

  Pada penelitian sebelumnya ROA memi- liki nilai negatif sama halnya dengan hasil penelitian saat ini dengan tingkat signifika kurang dari 5% dengan menggunakan ana- lisis dikriminan maupun logit. Hal ini menunjukkan semakin tinggi laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan dari penggunaan aktivanya, maka akan sema- kin kecil perusahaan terklasifikasi atau dapat diprediksi ke dalam kondisi financial

  ression dapat mengklasifikasi serta memprediksi kondisi financial distress.

  analisis discriminant dan logistic reg-

  assets ) dengan menggunakan model

  dukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Al-Khatib dan Al-Horani (2012) bahwa variabel ROA (net income to total

  financial distress. Hasil penelitian ini men-

  gunakan analsis diskriminan dan logit da- lam memprediksi financial distress. Varia- bel TDTA merupakan variabel yang meng- informasikan penggunaan seluruh hutang perusahaan untuk membiayai aktivanya. Hutang yang semakin besar akan membe- rikan dampak yang buruk bagi perusahaan, karena semakin besar hutang maka akan semakin besar juga beban bunga yang ha- rus dibayarkan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan ha- rus mempertimbangkan dengan baik besar- nya hutang yang ditanggungnya, karena apabila hutang terlalu besar maka akan menimbulkan financial distress bagi peru- sahaan yang akan berakibat pada teran- camnya kelangsungan hidup perusahaan.

  Berdasarkan hasil pengujian ana- lisis dikriminan dan logit ditemukan variabel signifikan dari rasio relatif industri yaitu variabel R_TDTA yang bernilai negatif terhadap terjadinya kondisi

  financial distress. Artinya semakin tinggi

  rasio ini, maka semakin kecil perusahaan terklasifikasikan atau dapat diprediksi ke dalam financial distress. Seperti yang dijabarkan pada penjelasan variabel TDTA, maka diketahui bahwa variabel ini merupakan variabel yang mengukur banyaknya penggunaan hutang perusahaan untuk membiayai aktiva-aktiva perusa- haan. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata industri penggunaan hutang masih menjadi hal yang penting bagi perusahaan. Dalam hal ini hutang meru- pakan dana dari pihak luar yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk meng- embangkan perusahaannya atau untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan. Misalnya PT. KMI Wire and Cable Tbk mempunyai hutang sebesar 476.490 dan total aktivanya sebesar 489.802 (dalam jutaan rupiah) dengan nilai R_TDTA sebesar 2,0210. Penggunaan hutang peru- sahaan ini terbilang besar karena nilai hutangnya hampir sama dengan nilai aktivanya. Namun, perusahaan ini dikate- gorikan sebagai perusahaan yang sehat, walaupun penggunaan hutangnya yang sangat tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan secara rata-rata industri TDTA bernilai negatif terhadap kondisi financial distress. Peru- sahaan yang mampu mengelola hutangnya secara efisien, tentunya dapat terhindar dari kondisi financial ditress.

  Variabel CFTA (Cash Flow to

  Total Asset ) merupakan variabel yang sig-

Dokumen yang terkait

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN LABA DAN ARUS KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

0 7 46

KINERJA KEUANGAN SEBAGAI PREDIKTOR FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009-2014 - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DENGAN METODE NEURAL NETWORK - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN - PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 12

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN RISK, EARNINGS DAN CAPITAL PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI SIDOARJO - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN RISK, EARNINGS DAN CAPITAL PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI SIDOARJO - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

KINERJA KEUANGAN DAN SENSITIVITAS SUKU BUNGA DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI PERIODE 2011-2015 - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

KINERJA KEUANGAN DAN SENSITIVITAS SUKU BUNGA DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI PERIODE 2011-2015 - Perbanas Institutional Repository

0 0 14