makalah KWN tentang Konstitusi dan Perun

MAKALAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
TENTANG
Konstitusi dan Tata Perundang-Undangan

Di susun oleh :
Ilham Sepriadi

:111.079

Welni

:1411020042

Ayu prima Julita :1411020017
Dosen pembimbing :
Erasiah, MA

JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
IAIN IMAM BONJOL PADANG

TAHUN AKADEMIK 2015/2016

A.Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Perancis “constituer” yang berarti membentuk.
Maksud dari istilah tersebut ialah pembentukan, penyusunan, atau pernyataan akan suatu
negara. Dalam bahasa latin, “konstitusi” merupakan gabungan dua kata, yakni cume berarti
“bersama dengan…”, dan statuere berarti “membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan,
menetapkan sesuatu”. Dengan kata lain, constitutio (tunggal) berarti menetapkan sesuatu
secara bersama-sama, constitutiones berarti segala sesuatu yang telah ditetapkan. Sedangkan
Undang-Undang Dasar merupakan terjemahan dari istilah Belanda “Grondwet”. Kata grond
berarti tanah atau dasar dan wet berarti undang-undang.1
Dalam terminology fiqh siyasah, istilah konstitusi dikenal dengan dustur, yang pada
mulanya diartikan dengan seseorang yang memiliki otoritas, baik dalam bidang politik
maupun agama. Dustur dalam konteks konstitusi berarti kumpulan kaidah-kaidah yang
mengatur dasar dan hubungan kerjasama antar sesama anggota masyarakat dalam sebuah
negara, baik yang tidak tertulis (konvensi) maupun yang tertulis (konstitusi). Dari berbagai
konstitusi di atas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan konstitusi ialah sejumlah
aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hukum yang dibentuk untuk mengatur fungsi
dan struktur lembaga pemerintahan term asuk dasar hubungan kerjasama antar negara dan
masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.2

Sementara itu, pemikir-pemikir modern mendefinisikan konstitusi sebagai berikut:
Menurut James Bryce
Konstitusi sebagai suatu kerangka masyarakat politik (negara) yang diorganisir
dengan dan melalui hukum.
Menurut C.F. Strong
Konstitusi dapat pula dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur
kekuasaan pemerintahan, hak-hak pihak yang diperintah (rakyat), dan hubungan diantara
keduanya.
Menurut E.C.S Wade
Konstitusi adalah suatu dokumen yang meupakan kerangka dasar yang menampilkan
sanksi hukum khusus dan prinsip dari fungsi-fungsi lembaga-lembaga pemerintahan negara
dan menyatakan pula prinsip-prinsip yang mengatur cara kerja lembaga lain.

1

A. Ubaedillah,dkk. 2006.Demokrasi,Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta:
Tim Indonesian Center for Civic Education(ICCE) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. hlm. 62.
2
Hasymi. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Padang: Hayfa Press
Padang. Hlm. 41.


Menurut Eric Barendt
Konstitusi adalah dokumen tertulis atau teks teks yang mana secara garis besar
mengatur kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif serta lembaga negara lainnya.
Menurut Ronato R. Pasimio
Konstitusi dapat diartikan sebagai hukum dasar dari suatu negara yang yang berisi
prinsip-prinsip sebuah pemerintahan dibentuk, pengaturan pembagian kekuasaan dan
pedoman pengujian terhadap kekuasaan-kekuasaan tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas, konstitusi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembatasan kekuasaan kepada
para penguasa.
2. Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu system
politik.
3. Suatu deskripsi yang menyangkut masalah hak asasi manusia.

B. Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup Konstitusi
Secara garis besar, tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang
pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat.3 Menurut Bagir Manan, hakikat tujuan konstitusi merupakan
perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitualisme yaitu pembatasan terhadap

kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun
setiap penduduk di pihak lain.
Dalam berbagai literatur hukum tata negara maupun ilmu politik ditegaskan bahwa
fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional dan alat untuk membentuk sistem politik
dan sistem hukum negara.4 Karena itu ruang lingkup isi Undang-Undang Dasar sebagai
konstitusi tertulis sebagaimana dikemukakan oleh A.A.H Struycken memuat tentang :
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu lampau;
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa;
3. Pandangan tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik waktu sekarang maupun
untuk masa yang akan datang;

3
4

Ibid. hlm. 64
ibid

4. Suatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin.
Sedangkan menurut Sri Soemantri dengan mengutip pendapat Steenbeck menyatakan

bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi yaitu:
1. Jaminan hak-hak asasi manusia
2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar
3. Pembagian dan pembatasan kekuasaan.
Selanjutnya dalam paham konstitusi (konstitusionalisme) demokratis dijelaskan
bahwa isi konstituasi meliputi:
1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. Peradilan yang bebas dan mandiri.
4. Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi utama
dari asas kedaulatan rakyat.
Keempat cakupan isi di atas merupakan dasar utama bagi suatu pemerintahan yang
konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau pemerintahan disebut
demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya.
Bagi Indonesia, kedudukan dan fungsi konstitusi juga memiliki peran penting,
sebagaimana dijabarkan oleh Komisi Konstitusi MPR RI, yaitu:
1. Konstitusi berfungsi sebagai dokumen nasional (national document).
2. Konstitusi sebagai piagam kelahiran baru (a birth certificate of new state).
3. Konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi.
4. Konstitusi sebagai identitas nasional dan lambing persatuan.

5. Konstitusi sebagai alat untuk membatasi kekuasaan.
6. Konstitusi sebagai pelindung HAM dan kebebasan warga negara.
7. Berfungsi mengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
8. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan negara.
9. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli kepada
organ negara.
10. Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity and
characteristic of nation)
11. Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of ceremony)

Klasifikasi Konstitusi
K.C. Wheare sebagaimana dikutip oleh Dahlan Thaib, dkk., mengungkapkan secara
panjang lebar mengenai berbagai macam konstitusi sebagai berikut :
1. Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
Konstitusi tertulis adalah konstitusi dalam bentuk dokumen yang memiliki
“kesakralan khusus” dalam proses perumusannya. Sedangkan konstitusi tidak tertulis adalah
konstitusi yang lebih berkembang atas dasar adat-istiadat (custom) daripada hukum tertulis.5
2. Konstitusi fleksibel dan konstitusi kaku
Konstitusi fleksibel adalah konstitusi yang dapat diubah atau diamandemen tanpa

adanya prosedur khusus. Sebaliknya konstitusi yang mempersyaratkan prosedur khusus untuk
perubahan atau amandemennya adalah konstitusi kaku.6

3.Konstitusi derajat-tinggi dan konstitusi tidak derajat-tinggi
Konstitusi derajat tinggi ialah suatu konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi
dalam negara. Sedangkan konstitusi tidak sederajat ialah konstitusi yang tidak mempunyai
kedudukan serta derajat seperti konstitusi derajat-tinggi.
4.Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan
Bentuk ini berkaitan dengan bentuk suatu negara;
5.Konstitusi sistem pemerintahan presidensial dan konstitusi sistem pemerintahan
parlementer
Menurut C.F. Strong, terdapat dua macam pemerintahan presidensial di negara-negara
dunia dewasa ini dengan cirri-ciri pokoknya sebagai berikut:
a. Presiden tidak dipilih oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetapi dipilih
langsung oleh rakyat atau oleh dewan pemilih.
b. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif.
c. Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kakuasaan legislatif dan tidak dapat
memerintahkan diadakan pemilihan.
Sedangkan sistem pemerintahan parlementer mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kabinet yang dipilih oleh Perdana Menteri dibentuk atas berdasarkan kekuatankekuatan yang menguasai parlemen.

5
6

Ibid. hlm. 66
Ibid.

b. Para anggota kabinet mungkin seluruhnya, mungkin juga sebagian adalah anggota
parlemen.
c. Perdana Menteri bersama kabinet bertanggung jawab kepada parlemen.
d. Kepala negara dengan saran atau nasihat Perdana Menteri dapat membubarkan
parlemen dan memerintahkan diadakannya pemilihan umum.

C. Sejarah Perkembangan Konstitusi
Konstitusi sudah dikenal sejak bangsa Yunani yang memiliki beberapa kumpulan
hukum (semacam kitab hukum pada 624-404 SM). Sejalan dengan perjalanan waktu, pada
masa Kekaisaran Roma pengertian konstitusi mengalami perubahan makna ; ia merupakan
suatu kumpulan ketentuan serta peraturan yang dibuat oleh para kaisar, pernyataan dan
pendapat para ahli hukum, negarawan, serta adat kebiasaan setempat selain undang-undang.
Konstitusi Roma mempunyai pengaruh yang cukup besar sampai abad pertengahan yang
memberikan inspirasi bagi tumbuhnya paham Demokrasi Perwakilan dan Nasionalisme. Dua

paham inilah yang merupakan cikal bakal munculnya paham konstitusionalisme modern.7
Selanjutnya pada abad VII (zaman klasik) lahirlah Piagam Madinah. Piagam Madinah
yang dibentuk pada awal masa klasik Islam (622 M) merupakan pokok tata kehidupan
bersama di Madinah yang dihuni oleh bermacam kelompok atau golongan. Konstitusi
Madinah merupakan satu bentuk konstitusi pertama di dunia yang telah memuat materi
sebagaimana layaknya konstitusi modern dan telah mendahului konstitusi-konstitusi lainnya
di dalam meletakan dasar pengakuan terhadap hak asasi manusia.8
Pada paruh abad XVII, kaum bangsawan Inggris yang menang dalam revolusi
istana (The Glorious Revolution) telah mengakhiri bsolutisme kekuasaan raja. Akhir dari
revolusi ini adalah deklarasi kemerdekaan 12 negara koloni Inggris pada 1776, dengan
menetapkan konstitusi sebagai dasar negara yang berdaulat. Pada 1789 meletus revolusi di
Perancis, instabilitas social di Perancis memunculkan perlunya konstitusi. Maka pada tanggal
14 September 1791 tercatat sebagai diterimanya konstitusi Eropa pertama oleh Louis XVI.9
Setelah peristiwa ini, maka muncul konstitusi dalam bentuk tertulis yang dipelopori
oleh Amerika. Konstitusi tertulis model Amerika ini kemudian diikuti oleh erbagai negara di
Eropa, seperti Spanyol (1812), Norwegia (1814), Belanda (1815). Hal yang perlu diingat
7
8
9


Ibid. hlm. 68-69
Ibid. hlm. 69
Ibid.

adalah bahwa konstitusi pada waktu itu belum menjadi hukum dasar yang penting. Konstitusi
modern baru muncul bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi perwakilan.

D. Sejarah Lahir dan Perkembangan Konstitusi Di Indonesia
Sebagai negara hukum, Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal dengan UndangUndang Dasar (UUD) 1945. Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945
sampai 16 Juli 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang beranggotakan 62 orang, diketuai Mr. Radjiman Wedyodiningrat.10
Pada pembukaan sidang pertama, ketua BPUPKI menanyakan bentuk dasar negara
Indonesia, tapi tidak ada satupun anggota yang menjawab dikarenakan bagi Indonesia yang
akan menghadapi kemerdekaan, menyampaikan gagasan dasar negara menjadi hal yang
cukup sensitif.
Kemudian dibentuklah panitia kecil atau panitia Sembilan untuk membicarakan dasar
negara, membuat rancangan undang-undang, dan persiapan proklamasi Indonesia. Panitia
kecil yang terdiri dari Sembilan orang tersebut merupakan wakil-wakil dari seluruh unsure
partai, golongan, dan agam yang ada di Indonesia,yaitu :
1. Ir. Soekarno

2. Drs. Muhammad Hatta
3. Mr. Muhammad Yamin
4. Mr. Ahmad Soebardjo
5. Mr. A.A. Maramis
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. K.H. Abdul Kahar Muzakar
8. K.H. Wahid Hasyim
9. H. Agus Salim
Pada tanggal 17 Agustus 1945 terjadilah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Maka pada tanggal 18 Aguatus 1945 di Jalan Pejambon Jakarta berlangsung sidang Pleno
PPKI untuk mengesahkan dasar negara dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
serta memilih presiden dan wakil presiden.

Perkembangan Konstitusi Indonesia
10

Ibid. hlm. 70.

a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949.
Konstitusi Negara Republik Indonesia yang pertama yang disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI adalah UUD 1945. Konstitusi UUD 1945
yang menjadi unsur utamanya terdiri dari Pembukaan UUD dan Batang Tubuh,
menjadi sebuah konstitusi yang sebelumnya harus melalui sejarah yang cukup
panjang. Dimulai dari terbentuknya BPUPKI sampai akhirnya UUD 1945
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950
Pada tahun 1947 agresi I Belanda dan agresi II pada tahun 1948. Agresi ini
mendorong

Belanda

untuk

berkuasa

kembali

di

Indonesia.

Belanda

mengkonsolidasikan kekuatan militer dan mencoba mendirikan negara-negara
bagian di wilayah R.I.
Peristiwa ini akhirnya membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun
tangan dan mendesak agar diselesaikan melalui sebuah jalan damai, yakni
konferensi antara Indonesi dan Belanda dengan melibatkan pihak ketiga, yakni
BFO (Byeenkomst voor Federal Overleg/Federal Consultative Assembly), sebuah
ikatan negara-negara bagian hasil bentukan Belanda. Konferensi tersebut akhirnya
berlangsung di Den Haag, Belanda dengan nama Konferensi Meja Bundar
(KMB) pada 23 Agustus-2 November 1949.11 Hasil dari pertemuan tersebut
adalah lahirnya Negara Republik Indonesia Serikat,dan rancangan undang-undang
dasar untuk negara RIS mulai berlaku sejak tanggal 27 Desember 1949, diberi
nama Undang-Undang Dasar RIS.
c. Periode 17 Agustus 1950-5 Juli 1959
Negara RIS ternyata tidak bertahan lama, hal ini dibuktikan dengan
bergabungnya 14 negara bagian ke negara bagian R.I. Proklamasi. Dengan
peristiwa ini akhirnya negara RIS tinggal tiga negara bagian saja, yaitu R.I.
Proklamasi, Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur (NST).
Pada tanggal 19 Mei 1950 ketiga negara sepakat untuk membuat negara
kestuan,dan pada tanggal 17 Aguatus 1950 terbentuklah NKRI dengan
menggunakan UUD yang masih bersifat sementara,dengan nama UUDS 1950.
Di bawah UUDS 1950, pada tahun1955 pemerintah menyelenggarakan Pemilihan
11

Majda El-Muhtaj. 2009. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. hlm. 74.

Umum yang pertama kali di Indonesia.
d. Periode 5 Juli 1959-21 Mei 1998
1. Era Orde Lama (ORLA) 1959-1966
Mulai pertengahan 1959 presiden Soekarno mencanangkan satu model
demokrasi yaitu “Demokrasi Terpimpin”. Perjalanan demokrasi terpimpin
tidak bertahan lama,konfilk-konflik antar komponen lembaga pemerintahan
semakin menajam. Pada tanggal 5 Juli 1959 presiden Soekarno mengeluarka
suatu dekrit yang membubarkan konstituante dan menyatakan berlaku lagi
UUD 1945.
Di bawah Demokrasi Terpimpin situasi Indonesia memang bukan
menjadi lebih baik,tapi malah ambruk disemua sector kehidupan. Peristiwa
Gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia (G 30 S/PKI) menjadi
akhir dari perjalanan politik presiden Soekarno. Jatuhnya legitimasi presiden
Soekarno dalam memegang kekuasaan negara ditandai dengan dikeluarkannya
Surat Perintah (SP) 11 Maret 1966 yang pada hakikatnya penyerahan
kekuasaan dari presiden Soekrano kapada Soeharto.
2. Era Orde Baru (ORBA) 1966-1998
Gagalnya G 30 S/PKI dan turunnya Soekarno dari kekuasaan serta
naiknya Soeharto sebagai pengendalian situasi kemanan dan politik di
Indonesia, pengendalian pemerintahan praktis berada ditangan Soeharto. Di
era ini konsentrasi penyelenggaraan sistem pemerintahan dan kehidupan
demokrasi menitikberatkan pada aspek kestabilan politik dalam rangka
menunjang pembangunan nasional.
Soeharto resmi menjadi presiden yangp kedua melaluisidang istimewa
MPRS pada tahun1967. Untuk kepentingan stabilitas nasional Orde Baru
menyiapkan kebijakan dalam bidang politik dan pertahanan dengan
menggunakan sistem Demokrasi Pancasila. Selama 32 tahun Orde Baru
berkuasa, UUD 1945 telah berubah menjadi semacam kitab suci sakralyang
tidak boleh disentuh perubahan,padahal UUD 1945 sendiri boleh diubah.
Pada tahun 1997, pemerintah Orde Baru menggelar pemiluh ketujuh
yang dimenangkan secara mutlak oleh Golongan Karya, seusai pemilu tersebut
timbul krisis moneter yang parah. Dalam sidang umum MPR tanggal 1 sampai
11 Maret 1998 akhirnya Soeharto dan BJ. Habibie terpilih kembali menjadi
presiden dan wakil presiden untuk masa bakti 1998-2003.

Setelah dua bulan Soeharto dan Habibie dilantik situasi ekonomi
semkain memburuk. Akhirnya pada hari Kamis tanggal 21 Mei 1998 di
ruangan Istana Merdeka, Presiden Soeharto menyampaikan pidato pernyataan
berhenti jadi presiden RI dan sekaligus melantik BJ. Habibie jadi presiden RI
menggantikan Soeharto.12
3. Era Reformasi 1999
BJ. Habibie memasuk semua unsur kekuatan politik kedalam kabinet
pemerintahannya yang bernama kabinet reformasi. Pertanggung jawaban
presiden BJ. Habibie ditolak pada sidang umum MPR yang menyebabkan
Habibie mengundurkan diri. Kemudia MPR memilih K.H. A bdurrahman
Wahid Megawati sebagai presiden dan wakil presiden.

E. Perubahan Konstitusi di Indonesia
Dalam sistem ketatanegaraan modern, terdapat dua model perubahan konstitusi yaitu :
renewel (pembaharuan) dan amandemen (perubahan). Renewel adalah sistem perubahan
konstitusi dengan model perubahan konstitusi secara keseluruhan sehingga yang
diberlakukan adalah konstitusi yang baru secara keseluruhan. Sedangkan amandemen adalah
perubahan konstitusi yang apabila suatu konstitusi dirubah, konstitusi yang asli tetap berlaku.
Dengan kata lain perubahan pada model amandemen teidak terjadi secara keseluruhan.13
Hal-hal yang mendasari perubahan konstitusi14,yakni:
1. Transisi Demokrasi.
2. Akibat tekanan depresi ekonomi.
3. Pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem check and balances.
4. Penegasan HAM.
5. Pengaturan wilayah.
6. Penegasan penerapan pemilu.
Semua konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia menyebutkan dengan tegas bahwa
demokrasi merupakan salah satu asas negaranya yang fundamental, tetapi di dalam
kenyataannya tidak semua konstitusi melahirkan sistem yang demokratis.15
12

Hasymi,op.cit., hlm. 52-53
Ibid. hlm. 72
14
Efriza. 2009.Ilmu Politik, Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan. Bandung:
Alfabeta Bandung. Hlm. 189
15
Moh. Mahfud MD. 2003. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Hlm. 138.
13

Menurut Miriam Budiardjo, ada empat macam prosedur dalam perubahan konstitusi
baik dalam model renewel (pembaharuan) dan amandemen, yaitu:
1. Sidang badan legislatif dengan ditambah beberapa syarat.
2. Referendum
3. Negara-negara bagian dalam negara federal.
4. Perubahan yang dilakukan dalam suatu konvensi.
Dalam perubahan keempat UUD 1945 diatur tentang tata cara perubahan undangundang. Bersandar pada pasal 37 UUD 1945 menyatakan bahwa:
1. Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR apabila
diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR.
2. Setiap usul perubahan UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas
bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
3. Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya 50% ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR.
Dilakukan amandemen terhadap UUD 1945 karena ruh dan pelaksanaan konstitusi
jauh dari paham konstitusi itu sendri. Alas an lain karena secara historis UUD 1945 memang
didesain para pendiri negara sebagai konstitusi yang bersifat sementara dan ditetapkan dalam
suasana tergesa-gesa.
Dalam sejarah konstitusi Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan atas UUD
1945. Sejak proklamasi 17 Agustus 1945, telah terjadi perubahan atas UUD negara Indonesia
yaitu:
1. UUD 1945 (14 Agustus 1945-27 Desember 1949)
2. UUD RIS (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)
3. UUDS RI 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)
4. UUD 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999)
5. UUD 1945 dan perubahan I (19 0ktober 1999-18 Agustus 2000)
6. UUD 1945 dan perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9 November 2001)
7. UUD 1945 dan perubahan I, II, dan III (9 November 2001-10 Agustus 2002)
8. UUD 1945 dan perubahan I, II, III, dan IV (10 Agustus 2002)

F.Lembaga Kenegaraan Pasca Amandemen UUD 1945
Secara

umum

sistem

kenegaraan

mengikuti

pola

pembagian

kekuasaan

dalampemerintahan sebagaimana yang dikemukakan oleh Montesquieu dengan teorinya yang
terkenal yaitu trias politica. Menurutnya,pada setiap pemerintahan terdapat tiga jenis
kekuasaan yaitu: legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Dalam perjalanannya, sistem ketatanegaraan Indonesia telah mengalami hingga empat
kali sejak amandemen UUD 1945. Reformasi ketatanegaraan di Indonesia terkait dengan
lembaga kenegaraan sebagai hasil dari proses amandemen UUD 1945 dapat dilihat pada
tugas pokok dan fungsi lembaga tersebut,sebagaimana dijelaskan dibawah ini:
1. Lembaga legislatif
Dalam ketatanegaraan Indonesia, lembaga legislatif direpresentasikan pada tiga
lembaga yakni,DPR, DPD, dan MPR.
DPR adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang
merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk UU.
Sedangkan DPD merupakan lembaga baru yang terbentuk berdasarkan perubahan
ketiga UUD 1945.
2. Lembaga eksekutif
Kekuasaan ekskutif, dimaknai sebagai kekuasaan yang berkaitan dengan penyelengga
raan kemauan negara dan pelaksanaan UU. Dalam ketatanegaraan Indonesia,
sebagaimana pada UUD 1945 bahwa kekuasaan eksekutif dilakukan oleh presiden
yang dibantu oleh wakil presiden, seperti yang tercantum dalam pasal 1.
3. Lembaga yudikatif
Kekuasaan yudikatif berpuncaknpada kehakiman yang juga dipahami mempunyai dua
pintu,yakni Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Amandemen UUD 1945
telah membawa perubahan kehidupan ketatanegaraan dalam pelaksanaan kekuasaan
kehakiman. Disamping perubahan mengenai penyelenggaraan kekuasaan kehakiman,
UUD 1945 juga mengintroduksi suatu lembaga baru yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yaitu Komisi Yudisial.
4. Badan Pemeriksa Keuangan
Sesuai fungsinya sebagai lembaga pemeriksa keuangan, BPK pada pokoknya lebih
dekat menjalankan fungsi parlemen. BPK adalah lembaga negara Indonesia yang

memiliki kewenangan memeriksa pengelolaan dan tanggung jwab keungan negara.
Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.

G. Kerangka Implementasi Konstitusi/ UUD
Tata urutan perundang-undangan dalam kaitan dengan implementasi konstitusi negara
Indonesia adalah meruapakan bentuk tingkatan perundang-undangan. Di awal tahun 1966,
melalui ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Lampiran 2, disebutkan bahwa hierarki
peraturan perundang-undangan Indonesia adalah sebagi berikut:
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. UU atau Peraturan Pemerintah Pengganti UU
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan-peraturan pelaksananya, seperti:
a. Peraturan Menteri
b. Instruksi Menteri
c. Dan lain-lainnya.
Selanjutnya berdasarkan ketetapan MPR No. III Tahun 2000, tata urutan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. UU
4. Peraturan Pemerintah Pengganti UU
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan presiden
7. Peraturan Daerah
Penyempurnaan terhadap tata urutan perundang-undangan Indonesia terjadi kembali
pada tanggal 24 Mei 2004 ketika DPR menyetujui RUU Pembentukan Peraturan Perundangundangan (PPP) menjadi UU. Tata urutan perundang-undangan dalam UU PPP ini
sebagaimana diatur dalam pasal 7 adalah sebagai berikut:
1. UUD 1945

2. UU/ Peraturan Pemerintah Pengganti UU
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah, yang meliputi:
a. Peraturan Daerah Propinsi
b. Peraturan Daerah/Kota
c. Peraturan Desa
Dengan dibentuknya tata urutan perundang-undangan, maka segala peraturan dalam
hierarki perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan diatasnya, tidak bias
dilaksanakan dan batal demi hukum.

Kesimpulan
Konstitusi dapat dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur
kekuasaan pemerintahan, hak-hak pihak yang diperintah (rakyat), dan hubungan keduanya.
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah, menjamin hakhak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat

sedangkan fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional dan alat untuk membentuk
sistem politik dan sistem hukum negaranya.
Dalam sistem ketatanegaraan modern, terdapat dua model perubahan konstitusi yaitu :
renewel (pembaharuan) dan amandemen (perubahan). Kontitusi merupakan media untuk
terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh masyarakat.

Daftar Pustaka
Ubaedillah,A.,dkk. 2006. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani.
Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mahfud MD. Moh. 2003. Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia . Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hasymi. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Padang: Hayfa Press
Padang.
El-Muhtaj,Majda. 2009. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Di

Indonesia. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.
Efriza. 2009. Ilmu Politik,Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan. Bandung: Penerbit
Alfabeta Bandung,.

KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat,nikmat serta hidayah kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul
Konstitusi dan Tata Perundang-Undangan.
Salawat beserta salam penulis doakan dan di sampaikan kepada junjungan kita nabi
Muhammad saw yang telah berjuang membebaskan dari bangsa yang hidup dalam
kebodohan, sampai ke dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan seperti
saat ini.
penulis harapkan adanya kritik dan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman
semua, jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan ataupun kekurangan yang
harus di perbaiki. Penulis juga mengucapkan mohon maaf jika dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan .