Bahan Makalah dan tentang Wakaf

Makalah tentang Wakaf, Hibah,
Sedekah, dan Hadiah
Syahwal Aquarius06.362 comments

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah subhanahu
wata’ala dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Karena itu
tolong menolong dalam kebaikan yang diperintahkan dalam
agama Islam yang mulia ini sebagai bukti bahwa Islam benarbenar rahmatan lil ‘alamin.
“Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan
dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.” (QS. A Maidah: 2)
“Dari Abu Hurairah, Abdullah Ibn Umar, dan Siti Aisyah
Rodhiyallohu’anhuma bahwa RasulullahSholallohu’alaihi
Wasallam bersabda, saling memberi hadiahlah kamu semua
(maka) kamu akan saling mencintai.” (HR. Bukhori)
Banyak sekali istilah yang digunakan ketika seseorang
memberikan sesuatu kepada orang lain, seperti hibah, sedekah,
hadiah, bonus, kado, bingkisan atau yang lainnya sesuai dengan


kondisi, situasi, momen, dan evennya.
Dalam makalah ini insyaAlloh akan dibahas secara singkat
namun padat tentang permasalahan waqaf, hibah, sedekah, dan
hadiah yang termasuk bagian dari perkara penting dalam urusan
fiqih muamalat.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
Bagaimana tuntunan ajaran islam tentang waqaf, hibah, sedekah,
dan hadiah
BAB II
PEMBAHASAN
A. WAQAF
Waqaf (al-waqfu), menurut bahasa artinya “al-habsu” yaitu
menahan atau tahanan. Waqaf menurut istilah syara’ ialah
menahan harta benda tertentu yang dapat diambil manfaatnya
sedangkan bendanya masih tetap, dan benda itu diserahkan
kepada badan/orang lain debfab naksud untuk mendekatkan diri
kepada Allah dan benda tersebut tidak boleh dijual, dihibahkan

atau diwariskan. Wakaf ialah menahan suatu benda yang kekal
zatnya, yang dapat diambil manfaatnya guna diberikan di jalan
kebaikan.

Firman Allah SWT:
“dan perbuatlah kebajikan, supaya kamumendapat kemenangan”
(Al Hajj:77)
“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang
kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka
Sesungguhnya Allah mengetahuinya” (Ali Imran:92).
Sabda Rasulullah Saw:
Sesungguhnya Umar telah mendapatkan sebidang tanah di
Khaibar. Umar bertanya kepada Rasulullah Saw “Apakah
perintahmu kepadaku yang berhubungan dengan tanah yang aku
dapat ini?” jawab beliau “Jika engkau suka, tahanlah tanah itu
dan engkau sedekahkan manfaatnya.” Lalu dengan petunjuk
beliau itu Umar sedekahkan manfaatnya dengan perjanjian tidak
boleh dijual tanahnya, tidak boleh diwariskan (diberikan), dan
tidak boleh dihibahkan,” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Inilah mula-mula (wakaf) yang masyhur dalam Islam. Kata
Imam Syafi’i, “Sesudah itu 80 orang sahabat di Madinah terus
mengorbankan harta mereka dijadikan wakaf pula.”

1. Rukun Wakaf
a. Ada yang berwakaf. Syaratnya:
1) Berhak berbuat kebaikan, sekalipun ia bukan Islam
2) Kehendak sendiri, tidak sah karena dipaksa
b. Ada barang yang diwakafkan. Syaratnya:
1) Kekal zatnya. Berarti bila manfaatnya diambil, zat barang itu
tidak rusak
2) Kepunyaan yang mewakafkan, walaupun musya’ (bercampur
dan tidak dapatdipisahkan dari yang lain)
Sabda Rasulullah Saw:
Umar telah berkata kepada Nabi Saw: “Sesungguhnya saya
mempunyai seratus saham di Khaibar, belum pernah saya
mempunyai harta yang lebih saya cintai daripada itu.
Sesungguhnya saya bermaksud menyedekahkannya.” Jawab
Nabi Saw “Engkau tahan pokoknya dan sedekahkan buahnya”
(Riwayat Nasai dan ibnu Majah)

Seratus saham kepunyaan Umar yang disebutkan dalam hadis
tersebut adalahmusya’. Oleh karena itu, hadis ini menjadi dalil
sahnya wakaf musya’.
c. Ada tempat berwakaf (yang berhak menerima hasil wakaf
tersebut)
Kalau berwakaf kepada orang tertentu, orang yang berhak
menerima hasil wakaf tersebut hendaknya orang yang memiliki
sesuatu.Maka tidak sah berwakaf kepada anak yang masih
dalam kandungan ibunya, begitu juga kepada hamba sahaya.
Wakaf kepada umum. Berwakaf kepada umum di jalan kebaikan

adalah sah bahkan inilah yang lebih penting, misalnya kepada
fakir dan miskin, kepada ulama’, murid-murid, masjid-masjid,
sekolah-sekolah, untuk membuat jalan, benteng, dan
kemaslahatan umum lainnya.
d. Lafaz, seperti: “Saya wakafkan ini kepada orang-orang
miskin”, atau “Saya wakafkan ini untuk membuat benteng dan
kemaslahatan umum lainnya”. Kalau mewakafkan kepada
sesuetu yang tertentu hendaklah ada kabul (jawab), tetapi wakaf
untuk umum tidak disyaratkan kabul.

2. Macam-macam Wakaf
Dalam prakteknya, wakaf terbagi menjadi dua yaitu wakaf ahli
(wakaf keluarga) dan wakaf khairi (wakaf umum). Wakaf ahli
yaitu wakaf yang diberikan kepada orang-orang tertentu,
seorang atau lebih. Misalnya mewakafkan sebidang tanah
kepada seorang kyai. Sedangkan wakaf khairi yaitu wakaf yang
ditujukan untuk kepentingan umum (orang banyak) misalnya
mewakafkan tanah untuk membangun musholla, masjid atau
madrasah. Manfaat yang diperoleh dari ibadah wakaf ini sangat
besar, baik bagi diri yang mewakafkan maupun terutama bagi
masyarakat dan agama. Bagi diri pewakafnya, manfaat dari
wakaf antara lain dapat mengangkat derajat ketakwaannya disisi
Allah SWT.
Wakaf yang jelas sahnya yaitu kepada orang yang telah ada dan
terus menerus tidak putus-putusnya. Adapun beberapa macam
wakaf yang dijelaskan di bawah ini adalah wakaf yang menjadi

perselisihan antara beberap ulama tentang sah atau tidaknya:
1. Putus awalnya, seperti kata seorang “Saya wakafkan ini
kepada anak-anak saya, kemudian kepada fakir miskin,” sedang

dia tidak mempunyai anak. Ini tidak sah karen tidak dapat
diberikan sekarang.
2. Putus di tengah, umpamanya seseorang berkata, “Saya
wakafkan ini kepada anak-anak saya, kepada seseorang dengan
tidak ditentukan, kemudian kepada orang-orang miskin.”
Menurut pendapat yang kuat, wakaf ini sah. Diberikannya wakaf
sesudah tingkatan pertama kepada tingkatan ketiga.
3. Putus akhirnya, umpamanya dia berkata, “Saya wakafkan ini
kepada beberapa anak A,” dengan tidak diterangkan kepada
siapa. Wakaf semacam ini sah juga menurut pendapat yang
mu’tamad, sesudah habis dari A. Sebagian ulama berpendapat
bahwa hasil wakaf diberikan kepada yang paling dekat
hubungan kekerabatannya dengan orang yang berwakaf, karena
sedekah kepada family lebih utama. Tetapi sebagian ulama lain
berpendapat diberikan kepada fakir dan miskin.
3. Syarat-Syarat Wakaf
1. Selama-lamanya, berarti tidak dibatasi dengan waktu. Maka
jika seseoranga berkata “Saya mewakafkan ini kepada fakir
miskin dalam masa satu tahun” wakaf semacam itu tidak sah
karena tidak selamanya.


2. Tunai dan tidak ada khiyar syarat, sebab wakaf itu maksudnya
adalah memindahkan milik pada waktu itu. Jika disyaratkan
khiyar, atau dia berkata “kalaui si A datang, saya mewakafkan
ini kepada murid-murid”, maka wakaf semacam ini tidak sah
karena tidak tunai. Kecuali kalau dihbungkan dengan mati,
umpamanya dia berkata “Saya wakafkan sawah saya sesudah
saya mati kepada ulama’ Jakarta” maka lafaz ini sah menjadi
wasiat bukan wakaf.
3. Hendaklah jelas kepada siapa diwakafkan. Kalau dia berkata
“Saya wakafkan rumah ini”, wakaf ini tidak sah karena tidak
jelas kepada siapa diwakafkannya.
4. Syarat-Syarat Bagi yang Berwakaf
Apabila wakaf itu sah, maka tempat berwakaf berhak
mengambil hasilnya, baik manfaat, sepert mendiami rumah, zat,
seperti buah pohon yang diwakafkan, atau susu hewan yang
diwakafkan, sewa wakaf, dan sebagainya. Sungguhpun begitu,
hendaklah diatur menurut aturan (syarat-syarat) dari yang
berwakaf, sama atau tidaknya, yang terdahulu dan yang
terkemudian. Umpamanya dia berkata “Saya wakafkan ini

kepada anak-anak saya, untuk laki-laki dua kali bagian
perempuan, penghasilan tahun pertama utuk perempuan dan
tahun kedua untuk laki-laki, anak saya yang miskin, atau yang
sekolah tinggi, dsb.” Semua syarat itu wajib dilakukan.Kalau
tidak ada syarat dari yang berwakaf atau tidak diketahui,
hendaklah dibagi dengan seadil-adilnya, atau dengan

perembukan antara beberapa orang yang berhak.
B. Hibah1. Pengertian Hibah
Hibah ialah pemberian harta dari seseorang kepada orang lain
dengan alih pemilikan untuk dimanfaatkan sesuai kegunaannya
dan langsung pindah pemilikannya saat akad hibah dinyatakan.
2. Pendapat Ulama Fiqih tentang Hibaha. Menurut mazhab
hanafi adalah benda dengan tanpa ada syarat harus mendapat
imbalan ganti, pemberian dilakukan pada saat si pemberi masih
hidup dan benda yang akan diberikan itu adalah syah milik
Pemberi.
b. Menurut mazhab Maliki adalah memberikan suatu zat materi
tanpa mengharap imbalan dan hanya ingin menyenangkan orang
yang diberinya tanpa mengharap imbalan dari Allah. Hibah

menurut Maliki ini sama dengan dengan hadiah. Dan apabila
pemberian itu semata-mata untuk meminta ridha Allah dan
mengharapkan pahala maka ini dinamakan sedekah
c. Menurut madzhab Hambali hibah adalah memberikan hak
memiliki sesuatu oleh seseorang yang dibenarkan tasarrufnya
atas suatu harta baik yang dapat diketahui atau karena susah
untuk mengetahuinya tapi harta itu ada wujudnya untuk
diserahkan. Pemberian itu bersifat tidak wajib dan dilakukan
pada waktu Pemberi masih hidup dengan tanpa adanya syarat
imbalan.

d. Menurut madzhab Syafi'i hibah mengandung dua pengertian
yaitu:
1) Pengertian khusus adalah pemberian bersifat sunnah yang
dilakukan dengan ijab qabul pada waktu Pemberi masih hidup.
Pemberian yang tanpa maksud untuk menghormati atau
memuliakan seseorang dan mendapatkan pahala dari Allah atau
karena menutup kebutuhan orang yang diberikannya
2) Pengertian umum adalah hibah dalam arti luas yang
mencakup hadiah dan shodaqoh.

Walaupun rumusan definisi yang dikemukakan oleh keempat
madzhab tersebut berlainan redaksinya namun intinya tetaplah
sama yaitu hibah adalah memberikan hak memiliki sesuatu
benda kepada orang lain yang dilandasi oleh ketulusan hati, atas
dasar saling membantu kepada sesama manusia dalam hal
kebaikan
3. Dasar Hukum Hibah
Hibah adalah seperti hadiah, Hukum hibah adalah mubah ( boleh
), sebagaimana sabda Rasulullah sebagai berikut :
Artinya : "Dari Khalid bin Adi sesungguhnya Nabi SA W telah
bersabda "siapa yang diberi kebaikan oleh saudaranya dengan
tidak berlebih-Iebihan dan tidak karena diminta maka hendaklah
diterima jangan ditolak. Karenasesungguhnya yang
demikianitumerupakanrizki yang diberikanoleh Allah
kepadanya". (HR. Ahmad)
Karena keduanya merupakan perbuatan baik yang di anjurkan

untuk dikerjakan. Firman Allah SWT:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu


menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja
yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya.(Q.S. Al-Imran:92)
4. Kepemilikan Barang yang Dihibahkan
Harta yang diberiakan lewat hibah langsung beralih kepemilikan
dari pemberi hibah kepada pihak kedua yang menerimanya.
Namun, dalam hibah masih ada peluang untuk umenarik
kembali, yakni hibah yang diberikan seorang ayah kepada
anaknya. Jika seorang ayah melihat bahwa dengan hibah
tersebut, seorang anak justru menjadi lebih nakal (terjerumus
dalam kehidupan yang tidak diridhai Allah SWT) dan makin
tidak teratur, si ayah boleh menarik kembali hibahnya. Selain
hibah ayah terhadap anaknya, pemberi hibah tidak boleh
menarik hibahnya kembali.
5. Hukum Hibah
a. Wajib
Hibah yang diberikan kepada istri dan anak hukumnya wajib
sesuai kemampuannya. Hal itu didasarkan pada anak dan istri
menjadi tanggung jawab suami. Agar tidak menimbulkan rasa
iri, sebaiknya hibah kepada anak diberikan adil.

b. Haram
Hibah menjadi haram hukumnya apabila harta yang telah
dihibahkan ditarik kembali. Hukum haram menarik kembali
hibah ini tidak belaku bagi hibah seorang ayah kepada salah
seorang anaknya. Jadi, diperbolehkan seorang ayah menarik
kembali hibah yang diberikan, mengingat anak dan harta itu
sebenarnya adalah milik ayah.
c. Makruh
Menghibahkan sesuatu dengan maksud mendapatkan imbalan
sesuatu, baik berimbang maupun lebih banyak hukumnya
makruh. Misalnya, orang muslim menghibahkan sesuatu kepada
orang lain dengan maksud orang tersebut membalasnya dengan
pemberian yang lebih besar.
Al-Qur’an surat ar-Rum ayat 39 membicarakan masalah zakat.
Namun, pada ayat tersebut dapat diambil pelajaran secara umum
(selain zakat). Orang yang menghibahkan sesuatu hendaknya
dengan niat ikhlas untuk membantu orang yang kekurangan.
Apabila menghibahkan sesuatu dangan memperoleh
pengambilan, pada hakikatnya tidak menolong, melainkan
memeras. Dengan demikian, bukan pahala yang diterima, tetapi
dosa.
6. Rukun Hibah
a. Adanya orang yang menghibahkan barang atau harta.
Syaratnya :
· Memiliki barang yang di berikan, bukan pinjaman atau milik
orang lain.

· Baligh, berakal, dan cerdas.
· Tidak memiliki kebiasaan menghambur-hamburkan/ pemboros.
b. Adanya orang yang menerima hibah. Syaratnya :
· mempunyai hak unutk memiliki barang hibah.
· Tidak sahmenghibahkan kepada anak yang masih dalam
kandungan ibunya.
c. Adanya sigat (ijab dan kabul). Seperti:
· ijab: “Aku berikan barang ini kepada engkau …”
· Kabul:”aku terima…”
d. Adanya barang yang dihibahkan, dengan syarat:
barang yang dihibahkan tersebut boleh dijual oleh si penerima
atau halal untuk di gunakan.
7. Macam-macam Hibah
Hibah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu :
a. Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada
pihak lain yang mencakup materi dan nilai manfaat harta atau
barang tersebut, yang pemberiannya tanpa ada tendensi
(harapan) apapun. Misalnya menghibahkan rumah, sepeda
motor, baju dan sebagainya.
b. Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain
agar dimanfaatkan harta atau barang yang dihibahkan itu, namun
materi harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah.
Dengan kata lain, dalam hibah manfaat itu si penerima hibah
hanya memiliki hak guna atau hak pakai saja. Hibah manfaat
terdiri dari hibah berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah seumur
hidup (al-amri). Hibah muajjalah dapat juga dikategorikan

pinjaman (ariyah) karena setelah lewat jangka waktu tertentu,
barang yang dihibahkan manfaatnya harus dikembalikan.
C. SEDEKAH
1. Pengertian sedekah
Sedekah secara bahasa berasal dari huruf shad, dal, dan qaf,
serta dari unsur ash-shidq yang berarti benar atau jujur. Sedekah
menunjukkan kebenaran penghambaan seseorang kepada Allah
ta’ala.
Secara etimologi, sedekah ialah kata benda yang dipakai untuk
suatu hal yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengertian sedekah adalah pemberian kepada orang lain
dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, dan
diberikan kepada orang yang sangat membutuhkan tanpa
mengharapkan pengganti pemberian tersebut.
Sedekah adalah nafkah yang diharapkan mendapatkan pahala
dengannya. Sedekah adalah amalan yang paling utama dan amat
dicintai oleh Alloh Ta’ala. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Ibnu
‘Umar radhiallohu ‘anhuma yang diriwayatkan secara marfu’:
“Amalan yang paling dicintai oleh Alloh Ta’ala adalah engkau
memberikan rasa gembira kepada orang mukmin, meringankan
bebannya, membayar hutangnya atau menghilangkan rasa
laparnya.”

Firman Allah SWT

… Dan bersedekalah pada kami, sesungguhnya Allah memberi
balasan kepada orang-orang yang bersedekah. ( Q.S. Yusuf :
88 )
2. Keutamaan dari sedekah
a. Sedekah merupakan salah satu amal shaleh yang tidak akan
terputus pahalanya
b. sedekah merupakan tabungan untuk hidup diakhirat kelak.
3. Rukun dan Syarat Sedekah
Rukun sedekah dan syaratnya masing-masing adalah sebagai
berikut :
· Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu
dan berhak untuk mentasharrufkan ( memperedarkannya )
· Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan
demikian tidak sah memberi kepada anak yang masih dalam
kandungan ibunya atau memberi kepada binatang, karena
keduanya tidak berhak memiliki sesuatu.
· Ijab dan qabul, ijab ialah pernyataan pemberian dari orang
yang memberi sedangkan qabul ialah pernyataan penerimaan
dari orang yang menerima pemberian
· Barang yang diberikan, syaratnya barang yang dapat dijual
Perbedaan shadaqah dan infak, bahwa shadaqah lebih bersifat
umum dan luas, sedangkan infak adalah pemberian yang

dikeluarkan pad a waktu menerima rizki atau karunia Allah.
Namun keduanya memiliki kesamaan, yakni tidak menentukan
kadar, jenis, maupun jumlah, dan diberikan dengan mengharap
ridha Allah semata.
· Berssedekah haruslah dengan niat yang ikhlas, jangan ada niat
ingin dipuji (riya) atau dianggap dermawan, dan jangan
menyebut-nyebut shadaqah yang sudah dikeluarkan, apalagi
menyakiti hati si penerima. Sebab yang demikian itu dapat
menghapuskan pahala shadaqah. Allah berfirman dalam surat AI
Baqarah ayat 264 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan ( pahala) sedekahmu dengan menyebutnyebutnya dan menyakiti ( perasaan si penerima ), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia …”
(QS. AI Baqarah : 264)
D. Hadiah
1. Pengertian Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu secara cuma-cuma dengan
maksud untuk memuliakan seseorang karena sesuatu kebaikan
yang telah diperbuat. Dengan kata lain, hadiah berfungsi sebagai
imbalan jasa dengan jumlah tidak ditentukan terlebih dahulu
antara pemberi dan penerima.
2. Anjuran Untuk Saling Memberi Hadiah
Rasulullah SAW. Terkenal sebagai seorang yang pemurah

(dermawan), terlebih pada sepuluh hari terakhir di bulan
Ramadhan. Beliau menganjurkan kepada umatnya agar menjadi
orang yang dermawan.
3. Hukum Hadiah
Sabda Rasulullah SAW:” dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah
SAW telah bersabda:’ sekiranya saya di undang untuk makan
sepotong kaki binatang pasti akan saya kabulkan undangan
tersebut, begitu juga kalau sepotong kaki binatang dihadiahkan
kepada saya tentu akan saya terima’.”
Dan di hadis yang lain menceritakan bahwa Nabisendiri pun
jugaseringmenerimadanmemberihadiahkepadasesamamuslim.
Sebagaimanasabdanya yang artinya“Rasullullah menerima
hadiah dan beliau selalu membalasnya “ (HR. Al-Bazzar)
Berdasarkan hadis diatas, dapat di simpulakn bahwa hukum
hadiah adalah diperbolehkan dan akan di terima Allah SWT
dengan syarat berikut :
Diundang untuk hadir di tempat undangan, maka hadiah yang
diberikan hendaklah di terima.
Hadiah yang diberikan adalh untuk kebaikan.
Tidak berlebih-lebihan (tidak boros) sebab mudaratnya lebih
besar dari manfaatnya.
Hadiah tersebut bukan untuk pemintaan, tetapi tumbuh dari hati
nuraninya sendiri.
Tidak diperbolehkan menolak hadiah.
Pemberian berupa sesuatu yang di ridhai Allah SWT, bukan
pemberian yang dibenci/ dilarang Allah SWT.

E. Persamaan, Perbedaan, dan Manfaat Wakaf, Hibah, Sedekah
dan Hadiah
a. Persamaan
· Wakaf, hibah, sedekah dan hadiah merupakan wujud
kedermawanan yang dimiliki seseorang atau suatu kelompok
dalam organisasi.
· Wakaf, hibah, sedekah dan hadiah diberikan secara cuma-cuma
tanpa mengharapkan pemberian kembali dalam bentuk atau
wujud apa pun.
b. Perbedaan
· Wakaf, untuk mengharap ridha Allah Swt.
· Hibah, memberikan barang dengan tidak ada tukarannya dan
tidak ada sebabnya.
· Hadiah diberikan kepada seseorang senbagai imbalan jasa atau
penghargaan atas prestasi yang dicapai (hedak memuliakan).
F. Manfaat Bagi Orang yang Berwakaf, Memberi Hibah, dan
Hadiah
a. Dapat mengurangi beban hidup pihak yang diberi, khususnya
bagi keluarga yang miskin
b. Mempererat hubungan batin (persahabatan) antara pihak yang
memberi dan yang diberi
c. Terjalinnya hubungan persaudaraan antara pemberi dan
penerima
d. Semakin berkurangnya jurang pemisah antara orang yang

hidup berkecukupan dengan orang yang serba kekurangan
e. Terwujudnya kerukunan hidup bertetangga dan bermasyarakat
f. Memberi kemaslahatan hidup dari kalangan orang yang
berprestasi (khususnya pemberi hadiah)
g. Dapat memberikan manfaat kepada orang lain agar bisa
mengembangkan kehidupannya sehingga mencapai taraf hidup
yang lebih baik
h. Dapat menumbuh kembangkan sikap hidup gotong royaong
dan tolong menolong pada waktu kesusahan atau sedang
menghadapi kesulitan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Waqaf ialah menahan suatu benda yang kekal zat-zatnya yang
dapat diambil manfaatnya guna diberikan dijalan kebaikan
2. Hibah ialah pemberian harta dari seseorang kepada orang lain
dengan alih pemikiran untuk memanfaatkan sesuai kegunaanya
dan langsun pindah kepemilikannya saaat akad hibah
dinyatakan.
3. Sedekah ialah pemberian sesuatu pada seseoran yan
membutuhkan dengan hanya mengharapkan ridha Allah semata.
4. Hadiah ialah memberikan sesuatu secara cuma-cuma dengan
maksud untuk memuliakan seseorang karena sesuatu kebaikan
yang telah diperbuat. Dengan kata lain hadiah berfungsi sebagai
imbalan jasa dengan jumlah tidak ditentukan terlebih dahulu

antar pemberi dan penerima.
5. Keempatnya merupakan perbuatan yang mulia dan dapat
memberikan kemanfaatan bagi orang lain
B. Saran
Diharapkan agar siswa mampu memahami apa itu WAQAF,
HIBAH, SEDEKAH, dan
HADIAH. Diharapkan kepada pembaca untuk memberi kritikan
dan saran untuk perbaikan makalah yang akan kami buat
berikutnya.