MAKALAH PROSES PENYEMBUHAN LUKA TEUKU RY

MAKALAH PROSES PENYEMBUHAN LUKA

FATOLOGI
Dosen pengampu: Dr. Sri UtamiB. Roeslan, MS

Disusun oleh:
Teuku Riandi Tri Putra
D3 Kepeawatan
Semester 2

BEKASI, 16 JUNI 2017

KATA PENGHANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul ” PROSES
PENYEMBUHAN LUKA”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah

semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
……………………………………………………………………………………………………………
……………………1
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………………………………………………
……………………2
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………
……………………………………….3
1.1.


Latar belakang

1.2

Rumusan masalah

1.3.

Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………
………………………………………4
2.1.

Pengertian luka

2.2.


Klasifikasi luka

2.3.

Proses penyembuhan luka

BAB III PENUTUP
……………………………………………………………………………………………………………
……………….10
3.1.

KESIMPULAN

3.2.

SARAN

DAFTAR
PUSATAKA……………………………………………………………………………………………
………………………………….11


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang tidak bisa mempertahankan
hidupnya sendirian. Setiap hari manusia yang satu selalu berinteraksi dengan
manusia lainnya. Situasi yang timbul dari proses interaksi inipun beragam, mulai
dari yang ringan, sedang, sampai yang berat. Sehingga kadang - kadang tanpa
kita sadari muncul luka.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Proses yang kemudian terjadi pada
jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga
fase yaitu fase infamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan
kembali (remodeling) jaringan. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar
Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta.)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian luka ?
2. Apa saja macam-macam luka ?
3. Bagaimana proses penyembuhan luka ?

1.3 Tujuan
-

Tujuan Umum :

Untuk memahami tentang penyembuhan luka.
-

Tujuan Khusus :

1)

Untuk mengetahui apa itu luka.

2)

Untuk mengetahui macam-macam luka.

3)


Untuk mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Luka
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh lain (Kozier, 1995). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan
tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu,
zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat,
1997).
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan
di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka,
bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:
1.

Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

2.


Respon stres simpatis

3.

Perdarahan dan pembekuan darah

4.

Kontaminasi bakteri

5.

Kematian sel

2.2 Klasifikasi Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu
dan menunjukkan derajat luka.
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a). Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak

terjadi proses peradangan (infamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,
pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan
luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
b). Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan
dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.

c). Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,
luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik
aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk
insisi akut, infamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
d). Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a)
Stadium I : Luka Superfisial ((Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b)

Stadium II : Luka (Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan
adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c)
Stadium III : Luka (Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai
bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada
lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul
secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya.
d)
Stadium IV : Luka (Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a). Luka akut: yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
b). Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
4. Berdasarkan mekanismenya:
1. Luka mekanik

a.

Luka insisi terjadi karena teriris benda tajam.

b.

Luka memar, terjadi akibat benturan dengan benda tumpul.

c.
Luka lecet, terjadi karena bergesekan dengan benda yang kasar tapi tidak
tajam.
d.
Luka tusuk, terjadi akibat benda tajam yang berdiameter kecil dan masuk
dalam tubuh termasuk juga karena tembak (peluru).
e.

Luka robek, terjadi karena benda tajam dan kasar.

f.


Luka tembus, terjadi luka yang menembus organ tubuh.

g.

Luka gigitan, terjadi karena gigitan binatang atau manusia

2. Luka Non Mekanik
Luka Bakar, kehilangan atau kerusakan jaringan tubuh terjadi karena disebabkan
oleh energi panas atau bahan kimia atau listrik.
2.3 Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang
mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi.
Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan
didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.
Penyembuhan luka dapat terjadi secara:

Per Primam, yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan
bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.

Per Sekundem, yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per
primam. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis
ini biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan
jaringan, terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam
dengan pembentukan jaringan granulasi.

Per Tertiam, atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka
selama beberapa hari setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih,
tetapi luka dipertautkan (4-7 hari).
Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan
komponen-komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur
baru dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya. Proses penyembuhan
tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga
sangat dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti: umur, nutrisi, imunologi,
pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik).
Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses
pemecahan atau katabolik dan proses pembentukan atau anabolik. Setiap
proses penyembuhan luka akan terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling
terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka.
Sehubungan dengan adanya perubahan morfologik, tahapan penyembuhan luka
terdiri dari:
a.

Fase infamasi :

o

Hari ke 0-5

o

Respon segera setelah terjadi injuri

o

Pembekuan darah

o

Untuk mencegah kehilangan darah

o

Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa.

o

Fase awal terjadi hemostasis

o

Fase akhir terjadi fagositosis

o

Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

b.
o

Fase proliferasi :
Hari 3 – 14

o Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi
pada luka
o

Luka nampak merah segar, mengkilat

o Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblas, sel infamasi, pembuluh
darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid
o Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan
epidermis pada tepian luka
o

c.
o

Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

Fase maturasi atau remodelling
Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun

o Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
o

Terbentuk jaringan parut (scar tissue)

o

50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya

o Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and
vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.

§ Sel – sel yang berperan dalam proses penyembuhan luka
a.

Pada fase infamasi :

o Sel leukosit (netrofil) untuk memfagosit sel / benda asing.

o Netrofil digantikan oleh sel makrofag yang fungsinya : sintesa kolagen,
membentuk jaringan granulasi dan fibroblas, memproduksi growth factor, dan
pembentukan kapiler.
b.

Pada fase proliferasi :

o Sel fibroblas mengeluarkan substansi ( kolagen, elastin, hyaluronic acid, 2
fibronectin ),berperan dalam membangun ( rekonstruksi) jaringan baru
(granulasi).
o Pada proses epithelisasi, fibroblas mengeluarkan keratinocyte growth factor.
c.

Pada fase maturasi

o Fibroblas meninggalkan jaringan granulasi

Selain itu ada beberapa tatalaksana dalam perawatan luka. Tatalaksana tersebut
dapat dipaparkan sebagai berikut, yaitu : Dalam manajemen perawatan luka ada
beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik,
pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian
antiboitik dan pengangkatan jahitan.
1.
Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
2.
Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mencucikan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik
seperti:
a.

Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).

b.

Halogen dan senyawanya.

1)
Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan
dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam.
2)
Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks
yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci
karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.
3)
Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik
borok.
4)
Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid
dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air,
tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.
c.

Oksidansia

1)
Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan fungisida agak lemah
berdasarkan sifat oksidator.

2)
Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran
dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob.
d.

Logam berat dan garamnya

1)
Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri
dan jamur.
2)
Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik
lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak
(korts).
e.

Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).

f.

Derivat fenol

1)
Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan
genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
2)

Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.

3.

Pembersihan Luka

Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi;
membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16).Beberapa langkah
yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
a.
Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang
jaringan mati dan benda asing.
b.

Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.

c.

Berikan antiseptik.

d.
Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi
lokal.
e.

Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)

4.

Penjahitan luka

Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8
jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau
tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per
tertiam.
5.
Penutupan Luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada
luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
6.
Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat
tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung
terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka

dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang
mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
7.
Pemberian Antibiotik prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan
antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan
antibiotik.
8.

Pengangkatan Jahitan

Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan
jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka,
usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi (Mansjoer,2000:398 ;
Walton, 1990:44).

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka dapat tegantung oleh penyebab dari dalam tubuh sendiri
(endogen) atau oleh penyebab dari dalam tubuh sendri (eksogen). Penyebab
endogen terpenting adalah ganguan koagulasi yang disebut koagulopati dan
ganguan sistem imun. Berikut adalah faktor yang bisa menghambat
penyembuah luka :


Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua
lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu
sintesis dari faktor pembekuan darah.



Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien
memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral
seperti Fe, Zn. Pasien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki
status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk
meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah
jaringan adipose tidak adekuat.


Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.


Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya
sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit
pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat

karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk
sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang
menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.
Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan
pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.


Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat
bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi
tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.


Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul
dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang
membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (pus).


Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi
akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor
internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.


Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah,
nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.


Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.


Obat

Obat anti infamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat
membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a.
Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera.
b.

Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan.

Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri
penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan
tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular. (www.emedicine.com/
plastic/TOPIC477.HTM di akses tanggal 12 september 2011.)

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Penanganan Luka
1. Lama luka
Golden priod (masa emas) merupakan saat kita menggap suatu luka dapat di
tangangi dengan sempurna. Jadi luka masih dapat di jahit secara primer. Golden
priod suatu luka ± 6 jam. Masa ini berlaku untuk luka kotor dan jelas
terkontaminasi. Pada daerah dengan vaskularisasi sangat baik, misalkan kepala
dan wajah golden priodnya ± 8 jam. Bila luka masih berada pada golden priod,
maka dapat di peroleh Clean Surgical Wound (luka bedah yang bersih). (Balai
kesehatan PMI kota Jaksel. Luka. 2011)
2. Bentuk anatomi luka
Luka-luka sederhana cukup dibersihkan dan diberi obat. Sedangkan luka- luka
dengan bentuk tak teratur harus di debridement kemudian dilakukan tindakan
selanjutnya. (Balai kesehatan PMI kota Jaksel. Luka.2011)
2.6 Komplikasi
a. Komplikasi Penyembuhan Luka
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan
atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari
setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent,
peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka,
peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada
garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti
drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka
di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama
setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan
terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian
cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.
Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah
keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan,

kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan,
muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.
Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen
meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus
segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline.
Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah.
b. Pengaruh Psikologi
1. Depresi
Reaksi frustrasi yang membuat kita murung berlanjut, sedih, hilang gairah hidup,
dan tidak berdaya berhadapan dengan keadaan penyakit dengan luka yang
sudah lama dan sukar untuk disembuhkan.
2. Apati.
Kekesalan yang ditunjukkan dengan bersikap masa bodoh, acuh tak acuh, putus
asa, tidak peduli lagi akan kehidupan dan kesembuhan lukanya.
3. Agresi
Memberikan perlawanan kepada semua yang ada disekelilingnya setiap orang
memberikan semangat hidup dan menasehatinya.
c. Komplikasi Dari Luka
1. Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat
diinspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah
pembedahan.
2. Infeksi (Wounds Sepsis)
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di rumah
sakit. Proses peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam, denyut nadi dan
temperatur tubuh pasien biasanya meningkat, sel darah putih meningkat, luka
biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.
Jenis infeksi yang mungkin timbul antara lain :
a.

Cellulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan

b.
Abses, merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang ditandai oleh
terkumpulnya pus (bakteri, jaringan nekrotik, Sel Darah Putih)
c.
Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang menuju
ke sistem limphatik. Hal ini dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence adalah rusaknya luka bedah.

Eviscerasi merupakan keluarnya isi dari dalam luka.
4. Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya
muncul tidak terduga dan tidak pada setiap orang.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan
di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka,
bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan).
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu
dan menunjukkan derajat luka. Tahapan penyembuhan luka terdiri dari fase
infamasi, fase ploriferasi dan fase maturasi.
3.2 Saran

Sebisa mungkin hindari hal – hal yang dapat menyebabkan luka. Namun,
bila terjadi luka segeralah untuk di bersihkan agar terhindar dari infeksi untuk
mempercepat penyembuhan luka. Apabila luka tersebut robek karena benda
tajam segera di jahit untuk menhidari banyaknya darah yang keluar dan luka
terhindar dari infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

http://makalahlistavanny.blogspot.co.id/2015/10/makalah-penyembuhan-luka-bylista.html
http://akperbaramui.blogspot.co.id/2013/02/makalah-proses-penyembuhanluka.html