Langkah langkah dan Prinsip dalam penyus

Langkah-langkah dan Prinsip dalam penyusunan Kompetensi Dasar dan Indikator
Dini Aulia Pratiwi (1501158)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
diniauliaprtw@gmail.com
Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus
dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang
telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar
kompetensi.[1] Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan,
potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi.
Menurut Depag indikator adalah wujud dari kompetensi dasar yang lebih spesifik.
Sedangkan menurut E Mulyasa indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang
menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta
didik. Indicator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan potensi daerah
dan peserta didik dan juga dirumuskan dalam rapat kerja operasional yang dapat diukur dan
diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat penilaian. Jadi
indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifisik yang dapat dijadikan untuk
menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan

siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu. Adapun dalam mengkaji
Kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum pada standar isi dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/ atau tingkat kesulitan materi, tidak
harus selalu sesuai dengan urutan yang ada distandar isi.



Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.



Pada dasarnya rumusan kompetensi dasar itu ada yang operasional maupun yang tidak
operasional karena setiap kata kerja tindakan yang berada pada kelompok pemahaman

dan juga pengetahuan yang tidak bisa digunakan untuk rumusan kompetensi dasar.
Sehinggah langkah-langkah untuk menyusun kompetensi dasar adalah sebagai berikut:



Menjabarkan Kompetensi yang dimaksud, dengan bertanya : “kemampuan apa saja yang
harus dimiliki siswa agar standar kompetensi dapat dicapai?” jawaban dari pertanyaan
tersebut kemudian didaftar baik yang menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.



Tulislah rumusan Kompetensi Dasarnya.

Langkah-langkah penyusunan Indikator
Sebelum melakukan penyusunan indicator, maka harus diperhatikan terlebih dahulu komponen
komponen sebagai berikut :[2]


Indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda-tanda, perbuatan atau
respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.



Rumusan indicator menggunakan kerja operasional yang terukur atau dapat diobservasi




Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat penilaian.

Kata-kata Operasional yang Dijabarkan Dalam Membuat Indikator:
Kognitif Meliputi:
1)

Knowledge (pengetahuan) yaitu, menyebutkan, menuliskan, menyatakan, mengurutkan,
mengidentifikasi, mendefinisikan, mencocokkan, memberi nama, memberi leber, dan
melukiskan.

2)

Comprehension (pemahaman) yaitu, menerjemahkan, mengubah, menggeneralisasikan,
menguraikan,

menuliskan


kembali,

merangkum,

membedakan,

mempertahankan,

menyimpulkan, mengemukakan pendapat, dan menjelaskan.
3)

Application (penerapan) yaitu, mengoperasikan, menghasilkan, mengatasi, mengubah,
menggunakan, menunjukkan, mempersiapkan, dan menghitung. Analysisi (analisis) yaitu,
menguraikan, membagi-bagi, memilih dan membedakan.

4)

Syntnesis (sintesisi) yaitu, merancang, merumuskan, mengorganisasikan, menerapkan,
memadukan, dan merencanakan.


5)

Evaluation (evaluasi) yaitu, mengkritisi, menafsirkan dan memberikan evaluasi.

Efektif meliputi:
1)

Receiving (penerimaan) yaitu mempercayai, memilih, mengikuti, bertanya, dan
mengalokasikan.

2)

Responding

(menanggapi)

yaitu,

konfirmasi,


menjawab,

membaca,

membantu,

melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.
3)

Valuing (penanaman nilai) yaitu, menginisiasi, mengundang, melibatkan, mengusulkan, dan
melakukan.

4)

Organization

(pengorganisasian)

yaitu,


menverivikasi,

menyusun,

menyatukan,

menghubungkan dan mempengaruhi.
5)

Characterization (karakterisasi) yaitu menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan hidup,
mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini.

Psikomotorik atau gerak jiwa meliputi:
1)

Observing (pengamatan) yaitu mengamati proses, memperhatikan pada tahap-tahap sebuah
perbuatan, memberi perhatian pada sebuah artikulasi.

2)


Initation (peniruan) yaitu melatih, mengubah, membongkar sebuah struktur, membangun
kembali struktur dan menggunakan sebuah model.

3)

Practicing (pembiasaan) yaitu membiasakan perilaku yang sudah dibentuknya, mengontrol
kebiasaan agar tetap konsisten.

4) Adapting (penyesuaian) yaitu menyesuaikan model, mengembangkan model, dan menerapkan
model. [3]
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam merumuskan KD diantaranya antara lain:


Meluas, artinya peserta didik memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan
pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai yang berkaitan pada saat
pembelajaran berlangsung.



Seimbang, artinya dimana setiap peserta Kompetensi perlu dapat dicapai melalui alokasi

waktu yang cukup untuk pembelajaran yang efektif.



Relevan, maksudnya adalah dimana setiap Kompetensi terkait dengan penyiapan peserta
didik untuk meningkatkan mutu kehidupan melalui kesempatan pengalaman.



Perbedaan, merupakan upaya pelayanan individual dimana peserta didik perlu memahami
apa yang perlu untuk dipelajari, bagaimana berfikir, bagaimana berbuat untuk
mengembangkan Kompetensi serta kebutuhan individu masing-masing. (yulaewati
2004:20)[4]

Adapun Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat merumuskan KD yang baik adalah sebagai
berikut:



Rumusan tujuan yang dibuat harus berpusat pada siswa, mengacu kepada perubahan

tingkah laku subjek pembelajaran yaitu siswa sebagai peserta didik.



Rumusan KD harus mencerminkan tingkah laku operasional yaitu tingkah laku yang
dapat diamati dan diukur yang dirumuskan dengan menggunakan kata-kata
operadional.



Rumusan KD harus berisikan makna dari pokok bahasan atau materi pokok yang
akan diajarkan pada saat kegiatan belajar mengajar ).[5]

Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang unik dan
beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya belajar, oleh karena itu
indikator selayaknya mampu mengakomodir keragaman tersebut. Peserta didik dengan
karakteristik unik visual-verbal atau psiko-kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian
yang sesuai sehingga kompetensi siswa dan dapat terukur secara proporsional. Karakteristik
sekolah dan daerah juga menjadi acuan dalam pengembangan indikator karena target pencapaian
sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi standar minimal dapat

mengembangkan indikator lebih tinggi. termasuk sekolah bertaraf internasional dapat
mengembangkan indikator dari SK dan KD.
Dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar nasional yang digunakan.
Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan
indikator. Dalam merumuskan indikator pembelajaran perlu diperhatikan beberapa ketentuan
sebagai berikut:
1. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi dua indikator.
2. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang
digunakan dalam SK dan KD.
3. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi
kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik.
4. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
5. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan
materi pembelajaran.
6. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata
kerja operasional yang sesuai.

7.

Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.[6]

DAFTAR PUSTAKA
Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Majid, Abdul. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2008. kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : kencana prenada media group.
Suryosubroto.1998. Tata Laksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
[1] Ibid., , hlm. 171
[2] Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 31
[3] Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), hal 143.
[4] Hamzah B. Uno. 2010, Perencanaan Pembelajaran.( Jakarta: Bumi Aksara). 37
[5]Ibid.,58
[6] Harjanto. 2010, Perencanaan Pengajaran.( Jakarta: PT. Rineka Cipta), 74