MAKALAH Kesenian dan Kebudayaan Daerah I

MAKALAH
Kesenian dan Kebudayaan Daerah
Istimewa Yogyakarta(DIY)

DISUSUN OLEH :
ANDINI KHOIRUNNISA
MILA DEDE SOFITA

SMK 1 SATU MARET
YAKBG 2017/2018

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Kesenian Jawa yang asli dan indah selalu terdapat di dalam lingkungan istana raja dan di daerah-daerah Jawa
dan sekitarnya. Pulau Jawa khususnya kota Yogyakarta/ Jogja memiliki kesenian khas dan kebudayaan yang tinggi, bahkan
merupakan pusat serta sumber kesenian di Indonesia.
Yogyakarta merupakan suatu daerah di Jawa Tengah yang apabila dilihat dari segi kesenian sangatlah unik dan

menarik, ini dikarenakan daerah ini masih dipimpin oleh seorang Sultan yang masih memegang teguh adat istiadat
khususnya kesenian. Masyarakat Yogyakarta juga masih rutin mengadakan acara-acara kesenian, dengan tujunan
mengingat nenek moyang mereka. Salah satu faktor mengapa kebudayaan dan kesenian begitu kental disini karena
Yogyakarta merupakan tempat peradaban kerajaan masa Hindu-Budha. Di dalam makalah ini akan dibahas tentang
kesenian dan kebudayaan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Apa saja kesenian dan kebudayaan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta?
3. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat Yogyakarta, serta kaitannya dengan kebudayaan mereka saat ini?

C.

Tujuan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan gambaran umum Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan kesenian dan kebudayaan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta

3. Menjelaskan kehidupan sosial masyarakat Yogyakarta, serta kaitannya dengan kebudayaan mereka saat ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Daerah Istimewa Yogyakarta (atau Yogyakarta) dan sering kali disingkat DIY, Kota Yogyakarta (kotamadya, nama lain yang
akrab yaitu, Yogya, Jogja, Yogyakarta, Jogjakarta) adalah termasuk kedalam sebuah kota besar di Indonesia, dan sebuah
provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa, selain itu berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di
sebelah utara. Secara geografis Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian Tengah. Daerah tersebut terkena bencana gempa
pada tanggal 27 Mei 2006 yang mengakibatkan 1,2 juta orang tidak memiliki rumah. Kota ini pernah menjadi ibu kota
Indonesia pada masa revolusi (pada tahun 1946-1949). Kota Yogyakarta ini adalah ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta,
yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X (sebagai gubenur yang ditetapkan) dan Pangeran Pakualam.
Dasar filosofi pembangunan Yogyakarta adalah “Hamemayu Hayuning Bawana”, sebagai cita-cita luhur untuk
menyempurnakan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya daerah yang perlu dilestarikan dan
dikembangkan. Hakekat budaya adalah hasil “cipta, karsa dan rasa”, yang diyakini masyarakat sebagai sesuatu yang benar
dan indah. Demikian pula budaya daerah di DIY, yang diyakini oleh masyarakat sebagai salah satu acuan dalam hidup
bermasyarakat, baik ke dalam (Intern) maupun ke luar (Extern).
Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 4 kabupaten dan 1 kotamadya. Ibu kotanya adalah Kota Yogyakarta
(kotamadiya). Berikut adalah kabupaten beserta Ibu Kota Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu: Kab. Sleman
dengan luas 574,82 km2 Ibukotanya Sleman (Utara Ibu Kota Provinsi), Kab. Gunung Kidul dengan luas 1.485,36 km2

Ibukotanya Wonosari (Timur Ibu kota Propinsi), Kab. Bantul dengan luas 506,85 km2 Ibukotanya Bantul (Selatan Ibu Kota
Propinsi), Kulon Progo dengan luas 586,28 km2 Ibukotanya Wates (Barat Ibu Kota Propinsi).
Berikut ini adalah mengenai data adminitratif propinsin Yogyakarta: Luas Daerah 3.185,80 km2, Jumlah Penduduk
4.3640.000 (+/-), Kepadatan 13.687/km2, jumlah Kabupaten 4 (Sleman, Gunung Kidul, Bantul, Kulon Progo), Kodya/Kota 1
(kota Yogyakarta), jumlah Kecamatan 78 kecamatan, Kelurahan/Desa 440 kelurahan, Suku terdiri Suku Jawa, Suku Sunda,
Suku Melayu, Tionghoa, Suku Batak, Suku Minang, Suku Bali, Suku Madura. Agama terdiri Islam (92.1%), Katolik (4.9%),
Protestan (2.7%), Lain-lain (0.2%), Bahasa yang digunakan Jawa, Bahasa Indonesia.
Daerah Istimewa Yogyakarta sampai sekarang ini masih terpelihara dengan baik kebudayaan Jawanya dan daerah
Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan Mataram antara 1575–1640. Sampai sekarang ini, Kraton (Istana) Yogyakarta
dengan Raja Sri Sultan Hamengkubuwono X masih setia menjalankan dan melestarikan pemerintahan dalam arti yang
sesungguhnya.
B. Seni Dan Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta
1.
Rumah Adat
Rumah Joglo adalah rumah adat Yogyakarta. Rumah ini memiliki empat pokok tiang tengah yang disebut soko guru dan
digunakan blandar bersusun yang disebut tumpangsari. Tumpangsari ini bersusun ke atas, semakin ke atas semakin
melebar seperti piramida terbalik. Selain itu, rumah joglo memiliki berbagai macam bentuk dan nama seperti Joglo
Jompongan, Joglo Kepuhan Lawakan, Joglo Coblokan, Joglo Kepuhan Limolasan, Joglo Simon Apitan, Joglo Pengrawit,
Joglo Kepuhan Apitan, Joglo Semar Tinandu, Joglo Lambangsari, Joglo Wantah Apitan, Joglo Hegeng, Dan Joglo
Mangkurat.

2.
Suku
Mayoritas suku yang mendiami D.I Yogyakarta adalah suku Jawa. Disusul suku Sunda dan suku pendatang lainnya, seperti
suku Batak, Padang, Papua, Kalimantan, dan Sulawesi.
3.
Senjata Tradisional
Senjata tradisional Yogyakarta adalah keris. Keris adalah sejenis senjata tikam yang terbuat dari logam. Bagian-bagian keris
antara lain wilah (mata pisau) warangka (sarung), dan ukiran (pegangan keris). Pegangan keris terdiri dari sirah wingking
(kepala bagian belakang), jiling, cigir, cetek, bathuk (kepala bagian depan), weteng, dan bungkul.
4.
Bahasa Daerah
Bahasa yang digunakan oleh sebagian besar penduduk Yogyakarta adalah bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, terdapat
konsep unggah-unggah atau kesantunan berbahasa. Terdapat tiga kesantunan, yaitu krama (halus), madya (biasa), dan
ngoko (kasar).
Tata bahasa krama biasanya digunakan oleh masyarakat yang mempunyai status sosial tinggi, misalnya pejabat, kalangan
keraton, dan lain-lain. Namun, krama juga digunakan oleh masyarakat biasa ketika berkomunikasi dengan para “petinggi”
dan kepada orang yang lebih tua. Sementara madya digunakan oleh masyarakat menengah dan ngoko digunakan oleh
masyarakat biasa dalam pergaulan sehari-hari.
5.
Pakaian Adat

Kaum pria memakai penutup kepala atau kupluk, celana panjang, kain batik yang diikatkan di pinggang, kalung bersusun,
dan keris terselip di pinggang bagian belakang. Sementara kaum wanitanya memakai baju sebatas dada dan kain batik
motif dan coraknya sesuai dengan kain batik pria. Selain itu, ada baju adat bernama baju saurjan. Kaum pria memakai
blankon, baju jas, kain batik, dan keris di pinggang. Sementara wanitanya memakai kebaya dan kain batik.
6.
Tarian Daerah
Beberapa jenis tarian asal Yogyakarta antara lain tari Serimpi, Bedoyo Ketawang, Rara Ngigel, Kumbang, Klono Rojo, Golek
Ayun-Ayun, Satrio Watang, Golek Sulung Duyung, Langen Asmoro, Topeng Walang Kekek, Dan Putri Panggung.

7.
Alat Musik
Alat musik yang kerap dimainkan oleh masyarakat Yogyakarta adalah gamelan. Gamelan yang berkembang di Yogyakarta
adalah gamelan jawa. Gamelan ini memiliki nada yang lebih lembut dan pelan. Berbeda dengan gamelan bali yang rancak
dan gamelan sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling.
8.
Kesenian Daerah dan Adat Istiadat
Kesenian daerah yang dimiliki masyarakat Yogyakarta sangat beragam. Sebab, bagi masyarakat Yogyakarta, seni dan
budaya menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa kesenian khas dari Yogyakarta
antara lain:
a.

Ketoprak
Ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak) adalah sejenis seni pentas yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah pentasan ketoprak,
sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan.
b.
Jathilan (kesenian yang menyatukan unsur tari dan magis)
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang
menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda.
c.
Wayang Kulit
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang'
yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah
istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari
belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog
tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang
dinyanyikan oleh para pesinden.
d.
Langen Mandra Wanara (drama).
Langen Mandra Wanara adalah salah satu bentuk drama tari Jawa yang mempergunakan materi tari tradisi klasik gaya
Yogyakarta. Drama tari yang menggambarkan banyak wanara (kera) dan berfungsi sebagai hiburan.
9.

Makanan dan Minuman Khas
Yogyakarta terkenal dengan makanan khasnya yang murah, enak, dan bergizi sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi
turis maupun lokal. Beberapa makanan tersebut adalah bakmi godhong, gudeg, sate klathak, bakpia, dan nasi kucing.
Selain itu, terdapat juga minuman khas yaitu wedang uwuh dan wedang ronde yang memberikan rasa hangat bagi tubuh.
10. Tempat Wisata
Obyek wisata yang terkenal di Yogyakarta adalah Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Ratu Boko, Jalan Malioboro,
Alun-Alun Kidul (Selatan), Istana Air Taman Sari, Pasar Bringharjo, Kaliurang, Pantai Parangtritis, Keraton Ngayogyakarta
Hadinigrat, Benteng Vredebung, Monumen Jogja Kembali, Museum Effandi, dan lain-lain.
11. Lagu Daerah
Lagu daerah yang terkenal di Yogyakarta adalah Suwe Ora Jamu, Pitik Tukung, dan Sinom.
C. Kehidupan Sosial Masyarakat Yogyakarta
Kehidupan sosial masyarakat Kota Yogyakarta sekarang ini sudah bercampur baur menjadi satu antara pribumi dan
masyarakat pendatang, antara tradisional dengan modern, antara desa dengan kota, antara kaya dan miskin. nyaris kabur
perbedaan antara dua kelompok tersebut. Cuma pada status-status tertentu masih terlihat membedakan antara yang atas
dan yang bawah, biasanya dijumpai di masyarakat kepegawaian yang ada struktur dan yang “berdarah biru” atau
berhubungan dengan kraton.
Jika ingin dilihat perbedaanya antara orang asli Yogyakarta dan bukan, bisa di lihat dari pengunaan bahasa Indonesia yang
khas Yogyakarta (bahasa Indonesia dialek Jawa). Namun generasi muda kota yang asli Yogyakarta kini cenderung sudah
meniggalkan dialek khas itu, dan banyak juga yang di temukan remaja kota yang tergolong “anak gaul” tetap
mempertahankan bahasa Jawa sebagai bahasa yang lebih gaul dari bahasa lain. Jika ingin melihat masyarakat tradisoanal

maka lokasinya berada di pingiran kota atau lebih banyak masyarakat tradisonal berada di daerah desa-desa kabupaten.
Kota Yogyakarta sekarang ini lebih di dominasi oleh hal-hal yang berbau modern, (seperti fenomena keberadaan pusat
pembelanjaan modern Matahari Mall, Ramayana Mall, Jogja Elektronik, Galeria Mall, Diamon Shapir, Ambarukmo Plaza,
Hero Supermarket, KFC Kentucky Fried Chicken, Mc Donald).
Dengan melihat adanya pusat perbelajaan yang bertipe modern bisa di pastikan bahwa kaum pemodal Kapitalis di
Yogyakarta sedang memainkan perannya dengan melihat pasar yang sangat mendukung. Sisi unik dari fenomena ini adalah
pasar tradisional bertahan juga yaitu pasar Bringharjo sebelah timur Malioboro yang berdiri megah berlantai tiga, dan masih
banyak pasar tradisional yang lain seperti pasar tradisional Gejayan juga menjadi andalan masyarakat Yogyakarta.
Perubahan yang terjadi di kota Yogyakarta karena akibat dari kosekuensi ragam julukan yang di sandang Yogyakarta itu
sendiri dengan berbagai predikatnya. Misalnya, Yogyakarta Kota pendidikan (dengan ratusan universitas), maka ribuan
calon mahasiswa memadati kota ini. Yoyakarta Kota Pariwisata, maka ribuan pelancong tiap tahun mampir ke kota ini
(perputaran ekonomi meningkat), demikian juga dengan kosekuensi adanya julukan lain yang disandang oleh Yogyakarta.
Namun yang menarik dari Yogyakarta dan membedakan dengan provinsi lain adalah semakin kuatnya arus dan tren
Globalisasi, tidak terkikisnya budaya original-nya walaupun di sekitar masyarakat terdapat bayak budaya luar atau budaya
asing bahkan budaya Barat-pun tidak bermasalah keberadaanya di kota ini.
Saat ini Yogyakarta khususnya di wilayah perkotaan terdapat berbagai etnis penduduk dari seluruh Indonesia, walau
penduduk asli masih berada dalam komposisi teratas dan masih dominan dalam berbagai peran kemasyarakatan.
Penduduk pendatang dari berbagai suku ini membentuk semacam “miniatur culturnya Indonesia” di Yogyakarta. Mereka
datang ke Yogyakarta dengan berbagai kepentingan. Bidang pendidikan menjadi tujuan utama para pendatang ke
Yogyakarta, menyusul pekerjaan, perdagangan dan bidang-bidang lain termasuk sektor informal. Para pendatang ini

sebagaian besar merupakan penduduk musiman di Yogyakarta, seperti mahasiswa, buruh kerja, dan perantau lainya.

Secara administratif, banyak diantara mereka yang tidak terdata. Sehingga bisa dipahami bahwa secara definitif problem
jumlah penduduk jauh lebih besar dari yang tertuang dalam catatan statistik yang ada.
Relativitas tinggal para pendatang kadang menjadi alasan tidak perlunya mengikuti ketentuan-ketentuan administratif yang
ada. Mereka silih berganti datang dan pergi sepanjang tahun, mereka secara estafet berada di Yogyakarta. Kini ribuan
pendatang itu bercampur baur dengan penduduk pribumi dengan jumlah total l4.3640.000 (+/-) tahun (2008), di kotamadya
511.744 jiwa tahun (2004) kepadatan kotamadya 15.601,2/km².

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daerah Istimewa Yogyakarta atau sering disingkat DIY merupakan sebuah kota di Indonesia yang memiliki banyak sekali
kesenian dan kebudayaaan daerah. Banyak tarian daerah, makanan khas, serta kerajinan seni seperti batik dan keris
membuat daerah ini menjadi daerah pariwiasata yang cukup terkenal baik di Indonesia maupun internasional.
Yang membedakan DIY dengan kota lain adalah semakin kuatnya arus dan tren Globalisasi, tidak terkikisnya budaya
original-nya walaupun di sekitar masyarakat terdapat bayak budaya luar atau budaya asing bahkan budaya Barat-pun tidak
bermasalah keberadaanya di kota ini.
B. Saran
Budaya daerah khususnya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan

nasional, maka segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi budaya nasional. Atas dasar
itulah, kita semua mempunyai kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan budaya baik budaya lokal atau
budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya merupakan bagian dari kepribadian bangsa.