Sejarah dan Pemikiran Akuntansi Syariah

Perkembangan Awal Akuntansi
Pada awalnya merupakan ilmu pasti, yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolut.
Akuntansi adalah bagian dari ilmu pasti yang perkembangannya bersifat akumulatif, setiap
penemuan metode baru akuntansi akan memperkaya ilmu akuntansi tersebut. Akuntansi pada
awalnya adalah buah pikir dari seorang ahli matematika seperti Luca Paciolli dan Musa Alkhawarizmy.
Akuntansi dalam Islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah Allah untuk
melakukan pencatatan dalam melakukan transaksi usaha, Islam memandang akuntansi tidak
hanya sekadar ilmu yang bebas nilai untuk melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi
juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai Islam (Islamic Values) sesuai ketentuan
syariah.
Sejarah Akuntansi
Akuntansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia, dari sejak zaman prasejarah, keluarga
memiliki perhitungan tersendiri untuk mencatat makanan dan pakaian yang harus mereka
persiapkan dan mereka gunakan pada saat musim dingin. Ketika masyarakat mulai mengenal
adanya “perdagangan” maka pada saat yang sama mereka telah mengenal konsep nilai
(value) dan mulai mengenal sistem moneter. Bukti tentang pencatatan (bookkeeping) tersebut
dapat ditemukan mulai dari kerajaan Babilonia (4500 SM), Firaun mesir dan kode-kode
hammurabi (2250 SM), sebagaimana ditemukan adanya kepingan pencatatan akuntansi di
Ebla, Syiria utara.
Walaupun akuntansi telah dimulai dari zaman pra sejarah, saat ini kita hanya mengenal Luca

Paciolli sebagai bapak akuntansi modern, Paciolli adalah seorang ilmuan dan pengajar
dibeberapa universitas Tuscany-Italia, merupakan orang yang dianggap menemukan
persamaan akuntansi untuk pertama kali pada tahun 1494 dengan bukunya: Summa de
Arithmatica Geometria et Propotionalita (A Review of Arithmetic, Geometry and
Proportions).
Menurut sejarahnya, kita mengetahui bahwa sistem pembukuan double entry muncul di italia
pada abad ke-13. Itulah catatan paling tua yang kita miliki mengenai sistem “Double Entry”
sejak akhir abad ke-13 itu.

Dalam buku “Accounting Theory” yang ditulis oleh Hendriksen menjelaskan :
“...the introduction of arabic numerical greatly facilitated the growth of accounting.”
( penemuan angka arab sangat membantu perkembangan akuntansi).
Kutipan ini menandai anggapan bahwa sumbangan arab terhadap perkembangan disiplin
akuntansi sangat besar.
Kesamaan atau kemiripan yang disusun oleh Luca Paciolli dengan pemikir muslim adalah
Tahun

Luca Paciolli
Islam
In the Nama of God

Bismillah (Dengan Nama Allah)
Client
Mawla
Cheque
Sakk
Separate Sheet
Waraka Khidma
Closing Book
Yutbak
622 M
Journal
Jaridah
750 M
Receivable-Subsidiary Ledger
Al Awraj
750 M
General Journal
Daftar Al Yawmiah
750 M
Journal Voucher

Ash Shahad
Abad 8 M
Collectible Debt
Arra’ej Menal Mal
Uncollectible Debt
Munkaser Menal Mal
Doubfull, difficult, complicated debt
Al Mutaakhher wal Mutahyyer
Auditing
Hisab
Chart of Account
Sabh Al asha
Telah disebutkan diawal bab ini bahwa akuntansi sebagai bagian dari ilmu sosial,
memungkinkan terjadinya pengulangan diberbagai masyarakat, sehingga keterlibatan
akuntansi syariah dalam perkembangan akuntansi konvensional ataupun sebaliknya masih
diperdebatkan sampai saat ini.
Perkembangan Akuntansi Syariah
Zaman Awal Perkembangan Islam
Pendeklarasian negara Islam di Madinah (tahun 622 M) atau bertepatan dengan tahun 1 H),
sehingga seluruh kegiatan kenegaraan dilakukan bersama-sama dan gotong royong

dikalangan para Muslimin.
Telah menjadi tradisi bahwa bangsa Arab melakukan 2 kali perjalanan kafilah perdagangan
yaitu musim dingin dengan tujuan perdagangan ke Yaman dan musim panas menuju ke Syam
(sekarang Syiria, Lebanon, Jordania, Palestina, dan Israel)perdagangan tersebut akhirnya
berkembang hingga sampai ke eropa terutama setelah penaklukan mekkah.

Dalam perkembangan selanjutnya, ketika ada kewajiban zakat dan ‘ushr (pajak pertanian dari
muslim), dan perluasan wilayah sehingga dikenal adanya jizyah (pajak perlindungan dari
nonmuslim) dan kharaj (pajak penghasilan dari nonmuslim), maka Rasulullah mendirikan
Baitul Maal pada awal abad ke-7 konsep ini cukup maju pada zaman tersebut dimana seluruh
penerimaan dikumpulkan secara terpisah dengan pemimpin negara dan baru akan dikeluarkan
untuk kepentingan negara. Walaupun disebutkan pengelolaan baitul maal masih sederhana,
tetapi Nabi telah menunjuk petugas qadi, ditambah para sekretaris dan pencatat administrasi
pemerintah. Mereka ini berjumlah 42 orang dan dibagi dalam empat bagian yaitu : sekretaris
pernyataan, sekretaris hubungan dan pencatatan tanah, sekretaris perjanjian dan sekretaris
peperangan.
Zaman Empat Khaliafah
Pada pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat sederhana dimana
penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang hampir tidak pernah ada sisa.
Perubahan sistem administrasi yang cukup signifikan dilakukan diera kepemimpinan khalifah

Umar bin Khattab dengan memperkenalkan istilah Diwan oleh Sa’ad bin Abi Waqqas
(636M), diwan dapat diartikan sebagai tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana
akuntansi dicatat dan disimpan. Diwan berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji.
Hal ini kembali menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke lokasi lain
sebagai akibat dari hubungan masyarakat. Selain itu, baitul maal sudah tidak terpusat lagi
dimadinah tetapi juga didaerah taklukan Islam. Diwan yang dibentuk oleh Umar memiliki 14
departemen dan 17 kelompok, dimana pembagian departemen tersebut menunjukkan adanya
pembagian tugas dalam sistem keuangan dan pelaporan keuangan yang baik. Pada masa itu
istilah pembukuan dikenal dengan Jarridah atau menjadi istilah journal dalam bahasa inggris
yang berarti berita. Di Venice istilah ini dikenal dengan sebutan Zournal.
Fungsi akuntansi telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam Islam seperti : Al-Amil,
Mubashor, Al-Katib, namun yang paling terkenal adalah Al-Katib yang menunjukkan orang
yang bertanggung jawab untuk menuliskan dan mencatat informasi baik keuangan maupun
non-keuangan.

Sedangkan

untuk

khusus


akuntan

dikenal

juga

dengan

nama

Muhasabah/Muhtasib yang menunjukkan orang yang bertanggung jawab dalam melakukan
perhitungan.

Mustahib memiliki kekuasaan luas, termasuk pengawasan harta, kepentingan sosial,
pelaksanaan ibadah pribadi, dan pemeriksaan transaksi bisnis. Akram khan memberikan 3
kewajiban mustahib, yaitu :
1.

Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah


2.

Pelaksanaan hak-hak masyarakat seperti prilaku dipasar, kebenaran timbangan dan
kejujuran bisnis

3.

Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya seperti menjaga kebersihan jalan, lampu
jalan, bangunan yang menggangu masyarakat dan sebagainya.

Disisi lain, ada juga fungsi mustahib dalam bidang pelayanan umum (public services)
misalnya: pemeriksaan kesehatan, suplai air, memastikan orang miskin mendapat tunjangan,
bangunan yang mau roboh, memeriksa kelayakan pembangunan rumah, ketidaknyamanan
dan keamanan berlalu lintas, jalan untuk pejalan kaki, menjaga keamanan dan kebersihan
pasar. Dari berbagai fungsi shahib al shurta dan mustahib ini dapat disimpulkan bahwa fungsi
utamanya adalah untuk mencegah pelanggaran terhadap hukum baik hukum sipill maupun
hukum agama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi Islam adalah menyangkut semua praktik kehidupan
yang lebih luas tidak hanya menyangkut praktik praktik ekonomi dan bisnis sebagaimana

dalam sistem kapitalis. Akuntansi Islam sebenarnya lebih luas dari hanya perhitungan angka,
informasi keuangan atau pertanggung jawaban. Dia menyangkut semua penegak hukum
sehingga tidak ada pelanggaran hukum baik hukum sipil atau hukum yang berkaitan dengan
ibadah. Kalau ini yang kita anggap sebagai unsur utamanya akuntansi, maka lebih compatible
dengan sistem akuntansi Ilahiyah dan akuntansi Amal yang kita kenal dalam Al-Quran atau
lebih dekat dengan auditor dalam bahasa akuntansi kontemporer.
Sekilas Prosedur dan Istilah yang Digunakan
Kontribusi besar yang diberikan oleh Al-Khawarizmy adalah membuat sistem akuntansi dan
pencatatan dalam negara Islam dan membaginya dalam beberapa jenis daftar. Beliau juga
bersama dengan penjelasan dari Al-Mazendarany menjelaskan tentang sistem akuntansi
termasuk tujuan serta praktik yang terjadi.
Tujuan sistem akuntansi adalah memastikan akuntabilitas, mendukung proses pengambilan
keputusan serta mempermudah proses evaluasi atau program yang telah selesai. Tujuan ini
tidak hanya berlaku dipemerintahan tetapi juga pada perusahaan. Orientasi sistem akuntansi

ini adalah melaporkan kegiatan yang menghasilkan laba/rugi atau surplus/defisit, dan
menyelesaikan seluruh kebutuhan dari negara, namun perhitungan dari sistem akuntansi ini
masih memasukkan transaksi yang bersifat moneter dan nonmeoneter.
Ada tujuh hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan oleh negara Islam sebagaimana
dijelaskan oleh Al-Khawarizmy dan Al-Mazendarany (Zaid, 2004), yaitu:

1.

Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup, sistem ini dibawah koordinasi seorang manejer.

2.

Sistem akuntansi untuk konstruksi merupakan sistem akuntansi untuk proyek
pembangunan yang dilakukan pemerintah. Pada sistem ini mengatur pencatatan (baik
dalam bentuk material maupun pengeluaran pada pihak lain), pengendalian dan
akuntabilitas untuk masing-masing proyek serta berdasarkan anggaran (budget). Sistem
ini dibawah tanggung jawab seorang koordinator proyek.

3.

Sistem akuntansi untuk pertanian merupakan sistem yang berbasis non-moneter. Sistem
ini lebih memfokuskan diri untuk mencatat dan mengelola persediaan pertanian dalam
bentuk fisik dikarenakan didorong oleh kewajiban dalam zakat pertanian.

4.


Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian barang negara.
Sistem ini bukan hanya mencatat sistem barang masuk dan keluar saja tetapi juga dalam
nilai uang, sehingga akan ada pemisahan tugas antara orang yang memegang barang dan
yang mencatat sehingga hal ini menunjukkan sistem pengendalian intern telah ada.

5.

Sistem akuntansi mata uang, sistem ini telah dilakukan oleh negara Islam sebelum abad
ke-14 M. Sistem ini memberikan hak kepada pengelolanya untuk mengubah emas dan
perak yang diterima pengelola menjadi koin sekaligus mendistribusikannya. Dengan
fungsi tersebut, dapat dikatakan sistem pembendaharaan negara sudah berjalan. Sistem
akuntansi ini djalankan dengan tiga journal khusus, yaitu untuk mencatat persediaan
(inventory), pendapatan (revenue) dan beban (expense).

6.

Sistem akuntansi peternakan merupakan sistem untuk mencatat seluruh binatang ternak.
Pencatatan dilakukan untuk mencatat keluar dan masuknya ternak berdasarkan
pengelompokan binatang serta nilai uang.


7.

Sistem akuntansi perbendaharaan merupakan sistem untuk mencatat penerimaan dan
pengeluaran harian negara baik dalam nilai uang maupun barang.

Pencatatan dalam negara Islam telah memiliki prosedur yang wajib diikuti, serta pihak yang
bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas aktivitas dan menemukan surplus dan
defisit atas pencatatan yang tidak seimbang. Jika ditemukan kesalahan maka orang yang

bertanggung jawab harus menggantinya. Hal ini merupakan salah satu pengendalian intern
(internal control), penerapan prosedur audit (audit procedure), serta akuntansi berbasis
pertanggung jawaban (responsibility accounting). Prosedur yang harus dilakukan adalah :
1.

Transaksi harus dicatat setelah terjadi.

2.

Transaksi harus dikelompokkan menurut jenisnya (nature).

3.

Penerimaan akan dicatat disebelah kanan dan pengeluaran dicatat disebelah kiri. Sumbersumber penerimaan harus dicatat dan dijelaskan

4.

Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai disisi kiri halaman.

5.

Pencatatan transaksi harus dicacat dengan sangat hati-hati.

6.

Tidak diberikan jarak penulisan disisi sebelah kiri, dan harus diberi garis penutup
(attarkeen).

7.

Koreksi atas transaksi yang telah dicatat tidak boleh dengan cara menghapus atau
menulis ulang. Jika Al kateb melakukan kesalahan maka harus mengganti.

8.

Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda akan hal tersebut.

9.

Seluruh transaksi yang dicatat dibuku journal (Al Jaridah) akan dipindahkan pada buku
khusus berdasarkan pengelompokan transaksi.

10. Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokan berbeda dengan orang yang
melakukan pencatatan harian.
11. Saldo (disebut al haseel) diperoleh dari selisih.
12. Laporan harus disusun setiap bulan dan setiap tahun. Laporan harus cukup detail dan
memuat informasi yang penting.
13. Pada setiap akhir tahun, laporan yang disampaikan oleh al kateb harus menjelaskan
seluruh informasi secara detail barang dan dana yang berada dibawah wewenangnya.
14. Laporan tahunan yang disusun al kateb akan diperiksa dan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dan akan disimpan di Diwan pusat.
Dihubungkan dengan prosedur tersebut, terdapat beberapa istilah sebagai berikut :
1.

Al- Jaridah merupakan buku untuk mencatat transaksi, dan Al Jaridah perlu di-cap
dengan stempel Sultan, Al Jaridah sendiri sudah ada ketika masa Daulah Bani Umayyah
dan dikembangkan ketika Daulah Bani Abbasiyah dengan beberapa bentuk jurnal khusus
seperti berikut :
a. Jaridah Al-Kharaj diguanakan untuk berbagai jenis zakat seperti pendapatan yang
berasal dari tanah, tanaman, dan binatang ternak.

b. Jaridah Annafakat digunakan untuk mencatat jurnal pengeluaran.
c. Jaridah Al-Maal digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan yang berasal dari
penerimaan dan pengeluaran zakat.
d. Jaridah Al-Musadereen digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan khusus berupa
perolehan dana dari individu yang tidak harus taat dengan hukum islam seperti : non
muslim.
2.

Daftar Al Yaumiah (buku harian/dalam bahasa persia ruznamah). Daftar tersebut
digunakan sebagai dasar untuk pembuatan Ash-Shahed (journal voucher). Journal
voucher merupakan tanggung jawab Al Kateb dan disetujui oleh pimpinan Diwan dan
Menteri.
Bentuk umum dari Daftar diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Dafatr Attawjihat : buku yang digunakan untuk mencatat anggaran pembelanjaan.
Baik berbentuk Mukarriyah (anggaran operasional) maupun Itlakiyah (anggaran
untuk posdikresi dari raja).
b. Daftar Attahwilat : buku yang digunakan untuk mencatat keluar masuknya dana
antara wilayah dan pusat pemerintahan.
Al-Khawarazmy membagi beberapa jenis daftar sebagai berikut :
a. Kaman al-Kharadj yang merupakan dasar-dasar survei.
b. Al-Awardj menunjukkan daftar utang perindividu beserta daftar pembayaran cicilan.
c. Al-Ruznamadj atau buku harian yaitu melakukan pencatatan untuk pembayaran dan
penerimaan setiap hari.
d. Al-Khatma merupakan laporan pendapatan dan pengeluaran per bulan.
e. Al-Khatma Al-Djami’a merupakan laporan tahunan.
f. Al-Ta’ridj merupakan tambahan catatan untuk menunjukkan katagori secara
keseluruhan.
g. Al-Arida merupakan tiga kolom jurnal yang totalnya terdapat dikolom ketiga.
h. Al-bara’a merupakan penerimaan pembayaran dari pembayar pajak.
i. Al-Muwafaka wal-djama’a merupakan akuntansi yang komprehensif disajikan oleh
‘amil, apabila hasilnya benar maka akan ditandatangani oleh muwafaka, sedangkan
apabila terdapat perbedaan disebut dengan muhasaba.
Sedangkan orang yang memperkenalkan istilah daftar kepada tentara adalah Abu Muslim
yang pada akhirnya menjadi pedoman dimasa dinasti Abbasiyah. Namun demikian, ada

perbedaan dengan sistem regular yang diusulkan oleh Al-Khawarizmy. Pembagian
akuntansi untuk kantor militer (Diwab Al-Djaysh), Al-Khawarizmy membagi menjadi :
a. Al-Djaria Al-Sawda merupakan daftar nama prajurit, silsilah, asal suku, dan deskripsi
fisik yang selalu disiapkan setiap tahun.
b. Radj’a merupakan daftar permintaan yang dikeluarkan oleh mu’ti (pimpinan) utuk
tentara tertentu di daerah terpencil.
c. Al-Radj’a Al-Djami’a merupakan permintaan umum yang dikeluarkan oleh mu’ti
untuk akun umum (tama’).
d. Al-Sakk, permintaan persediaan untuk akun umum yang menunjukkan pembayaran
dengan nomor dan jumlah serta tanda dari pihak yang memiliki otoritas.
e. Al-Mud’mara permintaan persediaan yang dikeluarkan selama periode akun umum.
f. Al-Istikrar merupakan persediaan setelah dilakukan pembayaran.
g. Al-Muwasafa adalah daftar yang menunjukkan lingkungan dan penyebab terjadinya
perubahan pada lingkungan.
h. Al-Djarida Al-Musadjadjala adalah register yang tersegel.
i. Al-Fihrist adalah daftar persediaan yang terdapat pada diwan.
j. Al-Dastur copy umum atas beberapa draf.
3.

Beberapa jenis laporan keuangan diantaranya :
a. Al Khitmah merupakan laporan yang dibuat setiap akhir bulan yang menunjukkan
total penerimaan dan pengeluaran. Walaupun digunakan untuk laporan bulanan
pemerintah juga bisa digunakan oleh para pedagang dengan tujuan untuk mengetahui
besarnya keuntungan sebagai dasar perhitungan zakat.
b.

Al Khitmah Al Jameeah merupakan laporan yang disiapkan oleh Al Khateb tahunan
dan diberikan kepada atasannya berisi : pendapatan, beban dan surplus/defisit setiap
akhir tahun. Bentuk Al Khitmah Al Jameeah sebagai berikut :

Al Khitmah Al Jameeah
Untuk Penerimaan Dan Pengeluaran
Selama Periode Muharram S.D Dzulhijjah Tahun ...... H
Disiapkan Oleh

Dibantu Oleh

Diperiksa Oleh

Disetujui Oleh

Sumber Dana
Pendapatan pada periode berjalan
a.

Pajak dari sejak tanggal .......

xxxx

b.

Pendapatan lain

xxxx

Sub total

xxxx

Ditambah
a.

Sisa dari periode yang lalu

xxxx

b.

Penjualan

xxxx

c.

Rekonsiliasi dan denda

xxxx

d.

Pinjaman

xxxx

e.

Pemindahan dana

xxxx

f.

Tagihan yang tidak dapat tertagih

xxxx

Al Fadalakah (Total)

xxxx

Penggunaan dana
a.

Transfer ke Diwan lain

xxxx

b.

Pembelian yang dilakukan diwan

xxxx

c.

Beban lain

(xxxx)

Al Haseel (Saldo)

c.

xxxx

Dalam perhitungan dan laporan zakat akan dikelompokkan pada laporan keuangan
terbagi dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Ar-Raj Minal Mal (yang dapat tertagih)
2. Ar-Munkasir Minal Mal (piutang tidak dapat tertagih)
3. Al Muta’adhir Wal Mutahayyer wal Muta’akkid (piutang yang sulit dan piutang
bermasalah sehingga tidak tertagih).

Pada perhitungan zakat, utang diklasifikasi menjadi tiga berdasarkan kemampuan bayar,
yaitu:
a. Arra’ej Minal Maal (collectible debts)
b. Al Munkase Minal Mal (uncollectible debts)
c. Al Muta’adher wal Mutahayyer (complicated atau doubful debts).

Hubungan Akuntansi Modern dan Akuntansi Islam
Luca Paciolli sebagaimana telah diterangkan pada bagian sebelumnya, adalah seorang
ilmuwan sekaligus juga seorang pengajar dibeberapa universitas Italia seperti Venice, Milan,
Florence dan Roma. Untuk itu, beliau telah banyak membaca banyak buku termasuk buku
yang telah diterjemahkan.
Pada tahun 1429 M, angka Arab dilarang untuk digunakan oleh pemerintah Italia. Luca
Paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang hal tersebut serta belajar dari Alberti seorang ahli
matematika yang belajar dari pemikir Arab dan selalu menjadikan karya Pisa sebagai
rujukan. Paciolli pergi dan bertemu dengan temannya Onofrio Dini Florence seorang
pedagang yang suka bepergian ke Afrika Utara dan Konstatinopel, sehingga diduga paciolli
mendapat ide tentang double entry tersebut dari temannya ini. Bahkan Alfred Lieber (1968)
mendukung pendapat tersebut bahwa memang ada pengaruh dari pedagang arab pada italia,
walaupun arab tidak hanya berarti muslim saja.
Penelitian tentang sejarah dan perkembangan akuntansi memang perlu dikaji lebih dalam lagi
mengingat masih dipertanyakan bukti-bukti autentik tentang hal tersebut.