Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 10

46

Universitas Hasanuddin, Makassar

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL
TEMUGIRING (Curcuma heyneana Val.)
SEBAGAI BAHAN TABIR SURYA
Aisyah Fatmawati, Ermina Pakki, Mufidah, dan Sartini
Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
Temugiring (Curcuma heyneana Val) adalah satu bahan alam yang banyak
digunakan dalam ramuan tradisional untuk kesehatan kulit. Dalam upaya
memanfaatkan bahan alam sebagai tabir surya, telah dilakukan uji aktivitas ekstrak
etanol temugiring secara in vitro menggunakan spektrofotometer uv-vis. Pengujian
didasarkan pada kemampuan bahan mengabsorbsi sinar ultraviolet. Berdasarkan
perhitungan persentase eritema dan pigmentasi, konsentrasi 100 μg/ml ekstrak
etanol temugiring dapat memberikan perlindungan kulit dari radiasi UV dengan
persen transmisi eritema 0,90 dan persen transmisi pigmentasi 0,96 sehingga
dikategorikan sebagai sunblock total. Peningkatan konsentrasi ekstrak disertai
dengan peningkatan efek penyerapan sinar UV yang ditandai dengan semakin
kecilnya nilai persen transmisi eritema maupun pigmentasi.

Kata kunci : temu giring, tabir surya, ekstrak etanol, sinar UV
PENDAHULUAN
Sinar matahari yang mencapai permukaan bumi terdiri dari
cahaya tampak (panjang gelombang
antara 4000 dan 7400 Å), infra merah
(7500-53000 Å), dan sinar ultraviolet
(2800-4000 Å) (Jellineck, 1986).
Secara umum sinar matahari
sangat bermanfaat bagi kehidupan
makhluk hidup. Manfaat sinar matahari antara lain sebagai sumber cahaya dan energi, juga digunakan untuk
membantu fotosintesis tumbuhan berklorofil. Bagi manusia sinar matahari
digunakan sebagai sumber vitamin D,
juga untuk tujuan terapi. Namun salah
satu akibat pemaparan sinar matahari
yang terus-menerus dalam jangka
waktu yang lama adalah terjadinya
perubahan pada bentuk kulit yang
disebut dengan dermatoheliosis, yaitu
kulit menjadi barwarna pucat kekuningan, keriput, disertai dengan timbulnya bercak-barcak hitam yang
tidak merata pada permukaan kulit

yang terkena paparan sinar tersebut
(Wasitaatmadja, 1977).
Berbagai cara dapat dilakukan untuk melindungi manusia dari
sinar ultraviolet (UV). Namun perlin-

dungan tersebut kadang-kadang tidak
memadai karena alat pelindung masih
dapat ditembus sinar tersebut. Selain
itu, sinar UV dapat dipantulkan oleh
berbagai benda di permukaan bumi
sehingga kemungkinan besar pantulannya akan mencapai tubuh kita.
Pengaruh sinar UV pada wajah akan
merusak sel-sel kulit sehingga akan
menimbulkan kerutan, warna dan
tekstur kulit yang tidak sama, kulit
rusak dan rentan terhadap penyakit,
sehingga sangat dibutuhkan kosmetika yang dapat menyaring sinar
matahari (sunscreen) atau bahkan
yang dapat menahan seluruh sinar
matahari (sunblock) untuk mengurangi

efek buruk sinar matahari tersebut
(Wilkinson dan Moore, 1982).
Tabir
surya
mengandung
senyawa kimia yang melindungi kulit
dari sengatan sinar matahari atau
sinar UV dengan cara menghamburkan cahaya secara efektif atau
dengan mengabsorbsinya (Jellineck,
1986).
Berdasarkan penggunannya,
tabir surya dapat digolongkan menjadi
beberapa bagian, yaitu (Wilkinson dan
Moore, 1982) :

47

Universitas Hasanuddin, Makassar

a.


Bahan
yang
mencegah
sengatan sinar matahari disebut
tabir surya yang mengabsorbsi 95%
atau lebih radiasi UV pada panjang
gelombang 290-320 nm.
b.
Bahan
yang
mencegah
pigmentasi disebut tabir surya yang
meng-absorbsi kurang dari 85%
radiasi UV pada panjang gelombang
290 nm sampai 320 mn. Bahan ini
akan menghasilkan sedikit eritema
tanpa rasa sakit.
c.
Bahan

sunblok
opak,
memberikan
perlindungan
maksimum
dalam
ben-tuk
penghalang fisik.
Berbagai bahan alam juga
dapat digunakan sebagai bahan tabir
surya, antara lain rimpang kencur,
daun teh, rimpang temugiring dan
rimpang bangle. Minyak atsiri rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.)
mengandung etil sinamat dan etil pmetoksisinamat yang berfungsi sebagai penyaring sinar UV (Kardono,
2003), minyak daun kayu manis
(Oleum Cinnamomi) mengandung
turunan asam sinamat, daun teh
(Camellia sinensis L.Kuntze) mengandung senyawa polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan, sedangkan rimpang temugiring (Curcuma
heyneana Val) mengandung flavonoid

dengan aktivitas antioksidan yang
cukup tinggi (Wijayakusuma, 2002
dan Hernani, 2002). Namun belum
ada laporan mengenai aktivitas temugiring sebagai tabir surya.
Aktivitas sebagai tabir surya
secara in vitro dapat ditentukan
dengan mengukur % transmisi eritema, % transmisi pigmentasi, serta
nilai sun protection factor (SPF)
secara spektrofotometri (Wilkinson
dan Moore, 1982). Berdasarkan hal
tersebut maka dilakukan penelitian
yang bertujuan untuk menguji apakah
ekstrak etanol temugiring mempunyai
aktivitas sebagai tabir surya.
METODE PENELITIAN
Pembuatan Ekstrak Temugiring

Rimpang temugiring yang
telah dicuci bersih, dipotong kecil-kecil
dan dikering-anginkan. Simplisia lalu

diserbukkan. Sebanyak 350 gram
serbuk dimasukkan ke dalam bejana
maserasi, lalu direndam dengan
etanol 70 % sampai semua simplisia
terendam dan didiamkan selama 5
hari sambil sesekali diaduk, kemudian
filtrat disaring. Ampas direndam lagi
dengan etanol 70 % dan dibiarkan
selama 2 hari, perlakuan ini diulangi
sebanyak 2 kali dan filtrat yang terkumpul dipekatkan dengan rotavapor
kemudian dilanjutkan di atas tangas
air hingga diperoleh ekstrak kental
sebanyak 50 gram.
Uji Aktivitas Ekstrak Temugiring
Sebagai Bahan Tabir Surya
a.Penentuan % transmisi eritema
(Balsam and Saragin, 1972)
Larutan ekstrak temugiring
dibuat dalam etanol 70 % dengan
kon-sentrasi 100, 150, 200, 250 dan

300 μg/ml, lalu masing-masing
diukur
serapannya
dengan
menggunakan spektrofotometer UVVis pada pan-jang gelombang yang
dapat menim-bulkan eritema yaitu
290 – 372 nm. Berdasarkan dari
nilai serapan (A) yang diperoleh,
maka transmisi (T) dihitung dengan
rumus :
A = - log T
Transmisi eritema (Te) dihitung
dengan rumus :
Te = T x Fe
dimana Fe adalah fluks eritema
yang nilainya pada panjang gelombang tertentu dapat dilihat pada
Balsam and Saragin (1972).
Banyaknya fluks eritema yang diteruskan oleh tabir surya (Ee) dihitung dengan rumus :
Ee =  (T x Fe).
Sedangkan % transmisi eritema dihitung dengan rumus :

%
trans
eritema
=

Ee
 (T Fe)

 Fe
 Fe
b.Penentuan % transmisi pigmentasi

48

Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 10, No. 2 – Juli 2006

Larutan ekstrak temugiring
dibuat dalam etanol 70 % dengan
konsentrasi 300 μg/ml, lalu serapannya diukur dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang

yang dapat menimbulkan eritema
dan pigmentasi yaitu 292,5 – 372,5
nm.
Transmisi pigmentasi (Tp) dengan
rumus :
Tp = T x Fp
dimana Fp adalah fluks pigmentasi
yang harganya pada panjang
gelombang tertentu dapat dilihat
pada Balsam and Saragin (1972).
Banyaknya fluks pigmentasi yang
diteruskan oleh tabir surya (Ep) dihitung dengan rumus :
Ep =  (T x Fp)
Sedangkan % transmisi eritema
dihitung dengan rumus :

Hasil pengamatan serapan
ekstrak etanol temugiring pada
konsentrasi 100, 150, 200, 250 dan
300 μg/ml untuk perhitungan %

eritema dan % pigmentasi disajikan
dalam tabel 2 dan 3.

Tabel 1. Kategori penilaian
aktivitas bahan tabir surya
*)
Rentang sinar UV yang
ditransmisi (%)
%
%
eritema
pigmentasi
Sunblock