Manajemen dan Kepemimpinan dalam Islam

KARYA TULIS ILMIAH
MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Entrepreneurship”

Disusun Oleh :
Muhammad Farihan S.

(10615014)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2017

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... 1
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 2
1.2. Tujuan dan Manfaat Penulisan .............................................................. 3


BAB II : LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Manajemen .......................................................................... 4
2.2. Proses Manajemen dalam 3D ................................................................. 7
2.2.1 Proses manajemen oleh Alec R. Mackenzie ................................ 10
2.3. Tujuan dan Karakteristik Teori Manajemen ......................................... 11
2.3.1. Karakteristik Teori Manajemen dalam Islam ............................. 12

BAB III : GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
3.1. Pijakan Konsep dasar Manajemen ........................................................ 13
3.2. Manajemen Bisnis dalam Islam ............................................................ 14
3.3. Manajemen Syariah sebagai bagian dari sistem sosial ......................... 17
3.4. Manajemen Syariah bekerja memenuhi ................................................ 18
3.5. Kepemimpinan Manajemen berperikemanusiaan .................................. 19
3.2.2. Etika Kepemimpinan dalam Berbisnis ................................................ 20

BAB IV : KESIMPULAN........................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24

ABSTRAK


Manajemen merupakan hal yang penting dan mempengaruhi hampir seluruh
aspek kehidupan manusia. Dengan manajemen manusia mampu mengenali
kemampuannya dan mengurangi hambatan-hambatan dalam mencapai suatu
tujuan. Dalam konteks bisnis Islam, manajemen merupakan sebuah keharusan
sebagai counter dari sistem manajemen konvensional yang terbukti gagal dalam
menciptakan manusia yang berpihak kepada kejujuran, kebahagiaan, dan
memanusiakan manusia. Kebanyakan manajemen bisnis konvensional saat ini
berorientasi laba, sehingga miskin nilai atau makna dan miskin moral spiritual.
Manajemen bisnis Islam merupakan sebuah sistem yang berjalan berdasarkan
koridor nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam dengan mengacukepada al-Qur‟an
dan sunnah sebagai pedoman. Panduan Islam dalam mengatur aktivitas bisnis
antara lain; planning, organization; coordination, controling, motivation, dan
leading.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manajemen merupakan hal terpenting yang tidak bisa dilepaskan dari

kehidupan manusia. Sama halnya dengan icon sosial yang menyatakan bahwa kita
tak bisa hidup sendiri atau dengan kata lain kita butuh orang lain dalam
menjalankan segala kegiatan dalam hidup kita. Manajemen membantu kita para
manusia dalam menjalankan segala aspek kehidupan agar hidup kita lebih teratur
dan nyaman untuk kita jalani. Keberadaan manajemen dalam kehidupan ini
sangatlah penting. Tidak berlebihan kiranya apabila dikatakan bahwa tanpa
manajemen ,maka kita akan menghadapi kesulitan dalam mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.
Tak terlepas dari manajemen umum yang kita terapkan, kita sebagai umat
muslim patut menjadikan Rasulullah SAW sebagai panutan kita dalam
manajemen sehari-hari maupun manajemen bisnis agar sesuai dengan syariat
islam sebagaimana tertulis di dalam Al-Qur‟an terdapat penjelasan mengenai
manajemen, yaitu Q.S Ash Shaff ayat 4 yang artinya “Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”.
Kokoh di sini maksudnya adanya sinergi yang rapi antara bagian yang satu
dengan bagian yang lain. Jika hal ini terwujud akan menghasilkan suatu
(pencapaian tujuan) yang maksimal. Dengan demikian dapat disumpulkan: a)
manajemen merupakan bagian dari syariat Islam dan b) manajemen Islam identic
atau sama dengan manajemen syariah, paling tidak untuk pemahaman kita di

Indonesia. Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW menyatakan:
“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan susuatu
pekerjaan dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan teratur)” (HR.
Thabrani).

Itqan disini maksudnya arah/tujuan pekerjaan itu jelas, landasannya mantap, dan
cara mendapatkannya transparan. Ini merupakan amal perbuatan yang dicintai
Allah SWT.
Kemudian dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang lain disebutkan pula;
“Allah mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan dalam segala seseuatu” (HR.
Muslim)
Ihsan disini melakukan sesuatu pekerjaan secara maksimal dan optimal sehingga
hasilnya juga maksimal dan optimal.
Memperhatikan ayat Al-Qur‟an dan Hadis tersebut di atas jelaslah manajemen
dalam arti mengatur sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat, dan terarah
merupakan sesuatu yang disyariatkan dalam ajaran Islam.

Saya mengambil dalil ini karena saya sangat mengagumi sosok Rasulullah
SAW dalam memanajemen atau mengatur para pasukan Islam dalam peperangan
melawan kaum kafir dengan ilmu manajerial yang sangat hebat. Dan saya yakin

hal yang beliau lakukan bisa diterapkan pada diri kita sendiri atau bahkan pada
bisnis yang sedang kita jalani.
Dan mengapa saya menjadikan Rasulullah SAW sebagai panutan dalam
hal manajemen hidup atau bisnis, itu bisa dilihat dari bagaimana cara beliau
memimpin pasukannya dengan sifat-sifat mulianya yang diantaranya yaitu sifat
Amanah, Fathonah, Shidiq dan Tabligh.
1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan penelitian ini adalah agar masyarakat lebih mengetahui cara
memanajemen khususnya pada saat berbisinis sesuai dengan yang dianjurkan
Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana dicantumkan
dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist.
Manfaatpenelitian.
Beberapa manfaat yang diharapkan dalam hasil penelitian ini adalah :
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.

Secara

besar


penelitian

ini

berguna

bagi

:

1. Bagi Penulis. Kegunaan penelitian ini bagi penulis yaitu untuk dapat
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang penulis dapatkan selama menjadi
mahasiswa agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
berbisnis.

2. Bagi pihak lain. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan ilmu
pengetahuan

yang


penulis

terutama

dibidang

manajemen

dan

kepemimpina dalam islam agar dapat diimplementasikan pada kehidupan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Manajemen
Istilah

manajeman


yang

berasal

dari

bahasa

inggrisnya

yaitu

“managemant” dan berasal dari beberapa bahasa seperti : (1) bahasa Latin, yakni
“managiere” yang artinya melakukan, melaksanakan, mengurus sesuatu, (2)
bahasa Italia, yakni “meneggiare” artinya melatih kuda atau secara harfiah berati
mengendalikan; (3) bahasa Perancis, yakni “ menege” atau “menege” artinya
tindakan membimbing, memimpin, mengemudikan, mengurus, memerintah; (4)
bahasa Inggris, yakni “managemant” yang bentuk infinitifnya adalah to manage
yang berarti menangani, mengendalikan, menguasai, mengurus, menyelesaikan
sesuatu.


Secara konseptual teorities kata manajemen berasal dari bahasa Inggris
yang terdiri atas dua kata “man” dan “age”, yang biasa dimaknai sebagai usia di

mana seseorang menjadi laki-laki. Secara historis, laki-laki memang memegang
tanggung jawab utama untuk mengelola bisnis keluarga serta seluruh kewajiban
keluarga selain bisnis. Manajemen juga bisa diartikan sebagai seni karena menjadi
pemanfaat dan organisator dari bakat manusia (the art getting things done through
people). Manajemen selain disebut sebagai seni, juga bisa disebut sebagai ilmu
karena merupakan pengetahuan yang terorganisasi dalam mempraktikkan
manajemen (Amin dan Tim FEBS FEUI, 2010: 46).

Sedangkan

secara

terminologis,

Manajeman


adalah

proses

mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total
untuk mencapai tujuan. Sumber disini mencakup orang-orang alat media, bahan,
uang, sarana yang akan diarahkan dan dikoordinasikan agar terpusat dalam
rangka menyelesaikan tujuan.

Sedangkan dalam perspektif Islam, manajemen merupakan suatu
kebutuhan yang tak terelakkan dalam memudahkan implementasi Islam pada
kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Oleh karena itu, manajemen sering
dianggap sebagai ilmu sekaligus teknik (seni) kepemimpinan. Akan tetapi secara
umum tidak ada pengertian baku apa yang disebut sebagai manajemen Islami.
Kata manajemen dalam bahasa Arab adalah Idara yang berarti “berkeliling” atau
“lingkaran”. Dalam konteks bisnis bisa dimaknai bahwa “bisnis berjalan pada
siklusnya”, sehingga manajemen bisa diartikan kemampuan manajer yang
membuat bisnis berjalan sesuai dengan rencana (Amin dan Tim FEBS FEUI,
2010: 66).


Sementara Veithzal Rivai, Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda Arfa,
(2012: 186-187) menyatakan bahwa manajemen dalam perspektif Islam memiliki
dua pengertian, yaitu sebagai ilmu, dan sebagai aktivitas. Sebagai ilmu,
manajemen dipandang sebagai salah satu ilmu umum yang tidak berkaitan dengan
nilai, peradaban sehingga hokum mempelajarinya adalah fardu kifayah.
Sedangkan sebagai aktivitas ia terikat pada aturan dan nilai atau hadlarah Islam.
Di lihat dari sisi bisnis Islam, maka diartikan sebagai suatu bentuk bisnis yang

mengikuti ketentuan – ketentuan syariah Islam. Oleh karena itu, praktiknya dalam
Islam itu bersifat universal, artinya semua negara dapat melakukan atau
mengadopsi sistem bisnis Islam dalam hal sebagai berikut :
a. Menetapkan imbalan yang akan diberikan masyarakat sehubungan dengan
pemberian jasa yang dipercayakan kepadanya.
b. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan jasa
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan investasi
maupun modal kerja.
c. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainnya yang lazim
dilakukan oleh bisnis Islami.

Weihrich dan Koontz mendefinisikan dan menjelaskan Manajemen dalam
buku mereka Management edisi kesepuluh Management : A Global Perspektive.
Menurut mereka “Manajemen adalah proses merancang dan memeihara suatu
lingkungan individu, bekerjasama dalam kelompok, agar efisien mencapai tujuan
yang dipilih.”
Definisi ini diperluas:
1. Sebagai manager, orang melakukan fungsi manajerial dariperencanaan,
pengorganisasian, personalia, memimpin, dan mengendalikan
2. Manajemen berlaku untuk semua jenis organisasi
3. Berlaku untuk manajer disemua tingkatan organisasi
4. Tujuan dari semua manager adalah sama untuk membuat kelebihan
5. Mengelola apa yang berkaitan dengan produktivitas mencapai efektivitas
dan efisiensi

2.2 Proses Manajemen dalam 3D menurut ALEC R. MACKENZIE :

A. IDEA
Tugas : pemikiran terkonsep = merumuskan gagasan
Fungsi : menganalisis masalah = memgumpulkan fakta, memastikan
penyebab, mengembangkan solusi alternatif
Urutan Fungsi : Plan (rencana) = memastikan suatu tindakan
aktivitas :
1. Perkiraan/peramalan : memperkirakan hal apa saja yang akan terjadi
2. Menetapkan tujuan : menentukan tujuan akhir yang diinginkan
3. Mengembangkan strategi : memutuskan bagaimana cara untuk
mencapai tujuan
4. Program : membangun urutan prioritas dan urutan langkah kerja
5. Anggaran : mengalokasi sumber daya
6. Prosedur : membuat prosedur standar
7. Mengembangkan kebijakan : membuat keputusan yang tetap dari
masalah penting yang berulang

B. THINGS

Tugas : Administrasi = meneglola urusan dengan rinci
Fungsi : membuat keputusan = sampai pada keputusan dan penilaian
Urutan fungsi : organize (mengatur) = mengatur pekerjaan yang terkait
untuk mencapai prestasi yang efektif dari tujuan
Aktivitas :
1. membangun strutur organisasi : menyusun struktur organisasi
2. menggambarkan hubungan : mendefinisikan garis penghubung untuk
memudahkan koordinasi
3. membuat deskripsi posisi : mendefinisikan ruang lingkup hubungan,
tanggung jawab dan wewenang
4. membangun kualifikasi kedudukan : menentukan kualifikasi untuk
setiap kedudukan

C. PEOPLE
Tugas : pemimpin = mempengaruhi orang untuk mencapai tujuan yang
diingankan
Fungsi : komunikasi = memastikan pemahamannya
Urutan dan aktivitas
1. staff = memilih orang yang kompeten untuk tiap posisi
a. memilih = merekrut orang yang memenuhi syarat untuk setiap
posisi
b. orientasi = membiasakan orang-orang baru dengan situasinya
c. melatih = membuat mahir dengan instruksi dan praktik
d. mengembangkan = membantu meningkatkan pengetahuan, sikap
& keterampilan
2. direct = menghasilkan tindakan terarah menuju tujuan yang
diinginkan
a. mengutus = menetapkan tanggung jawab dan akuntabilitas untuk
hasil yang tepat
b. motivasi = membujuk dan menginspirasi orang untuk mengambil
tindakan yang diingankan
c. koordinasi = upaya dalam kombinasi yang efektif

d. mengelola perbedaan = mendorong independen berfikir dan
menyelesaikan konflik
e. mengelola perubahan = merangsang kreativitas dan tujuan
inovasi

3. control = memastikan kemajuan objek sesuai rencana
a. membangun sistem laporan = memerlukan apa yang diperlukan
data penting nanti dan sekarang
b. mengembangkan standar = mengatur kondisi yang akan ada
ketika tugas utama dilakukan dengan baik
c. mengukur hasil = memastikan sejauh mana penyimpangan demi
tujuan dan hasil
d. mengoreksi tindakan = menyesuaikan rencana untuk mencapai
standar rencana dan siklus berulang
e. penghargaan = pujian,menggaji dan disiplin

Dalam lingkungan yang ter-manajemen, seorang Manajer dapat
mempengaruhi seluruh fase dalam organisasi, seperti manejer pabrik melakukan
oprasi pabrik untuk menghasilkan pakaian, makanan,dan kendraan/mobil.
Manajer penjualan mempertahankan tingkat penjualannya, manajer personalia
melingkupi organisasi dengan angkatan kerja yang produktif kompoten. Hal ini
menunjukan bahwa dengan kekuatan yang ada manajer mampu memimpin
organisasi sebagai sebuah kebutuhan hidup. Yang kebutuhan-kebutuhan hidup
tersebut dapat kita dipenuhi sebagian besar dalam organisasi.
Keberadaan manajemen dalam kehidupan ini sangatlah penting. Tidak
berlebihan kiranya apabila dikatakan bahwah tanpa manajemen ,maka kita akan
menghadapi kesulitan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dan dari
hal tersebutlah yang kemudian keberadaan pentingnya manajemen itu
berkembang menjadi sebagai salah satu cabang ilmu yang dipelajari oleh banyak
orang terutama di dalam perguruan tinggi.
Hal ini dikarenakan menurut alec untuk para pelajar dan bahkan pebisnis
yang mencoba untuk memahami konsep manajemen itu cukup sulit , karena

banyaknya teori-teori yang lahir dari para ahli . maka demikian pula untuk
merefleksikan perbedaan dari opini dan semantik , (itu umumnya datang untuk
para pembaca) gambar diagram tersebut bukanlah untuk memberikan informasi
baru , tetapi untuk membantu meringkas .
Peta dari " proses manajemen" tersebut dimulai dari 3 elemen dasar
dengan seorang manajer yang menentukan : ide,alat,dan manusia. Dari 3 elemen
manajemen ini

langsung berhubungan kepada konsep berfikir (dari yang

direncanakan adalah sebuah bagian dasar),administrasi,dan kepemimpinan.
2.2.1 Proses manajemen oleh Alec R. Mackenzie
Diagram menunjukkan perbedaan elemen , fungsi dan aktivitas bagian
dari proses manajemen . pada pusat orang-orang , ide dan sesuatu, untuk ini
adalah komponen dasar dari setiap organisasi dimana manajer harus bekerja. Ide
menciptakan kebutuhan untuk konsep berfikir ; barang untuk administrasi ;
manusia untuk kepemimpinan
Kemudian Tiga fungsi – analisis permasalahan – pengambilan
keputusan,dan komunikasi – yang penting pada setiap saat dan di dalam semua
aspek dari pekerjaan manajer; dan hal itu ,mereka terbukti terserap dalam proses
kerjanya. Namun, Fungsi lain yang mungkin terjadi dalam urutan di prediksi ;
yaitu , perencanaan , pengorganisasian , staffing , pengarahan dan pengendalian .
Seorang manajer salah satu dari mereka tergantung pada berbagai factor ,
termasuk posisinya dan tahap penyelesaian dari proyek yang paling diutamakan.
Menurut Alec seorang manajer selalu merasakan denyut nadi organisasinya.
Karena merupakan Kegiatan yang paling penting baginya sebagaimana dia
berkonsentrasi .
Mengenai perbedaan antara pemimpin dan manajer. Menurut alec Istilah
ini tidak boleh digunakan secara bergantian. manajer yang baik akan menjadi
pemimpin yang baik dan sebaliknya, tetapi hal ini tidak selalu terjadi .contoh :
dalam perang dunia II , jendral George patton dikenal karena kemampuannya
untuk memimpin dan menginspirasi orang di medan perang , tetapi tidak untuk
kemampuan konseptualnya. Sebaliknya , jendral omar bradleywas dikenal karena
kemampuan konseptualnya , terutama perencanaan dan mengelola kampanye,
bukan untuk kepemimpinannya . demikian pula industri , pendidikan , dan

pemerintah yang mungkin untuk dapat menjadi seorang manajer yang luar biasa
yang tetapi tidak mampu memimpin orang tetapi , jika ia mengakui
kekurangannya untuk mengkompensasi itu maka ia bisa menjadi manajer dan
pemimpin yang luar biasa. atau contoh lain seorang pengusaha mungkin
memiliki pemimpin karismatik , namun mungkin tidak memiliki kemampuan
administrasi yang efektif secara keseluruhan maka dia tentu harus menutupi
kekurangan tersebut dengan membuat staff.
Fungsi yang dijelaskan dan di catat alec dalam diagram ini dipilih berdasarkan
penelitian yang cermat dari karya karya banyak penulis terkemuka dan guru.
Dan menurut Alec keuntungan prospektif dari diagram tersebut yaitu :
1. merupakan konsep terpadu fungsi dan kegiatan manajerial .
2. Sebuah cara yang tepat untuk bersama semua kegiatan yang berlaku
umum dari manajemen .
3. Identifikasi dan hubungan darikegiatan seperti analisis masalah ,
manajemen perubahan ,dan manajemen perbedaan
4. Membantu untuk para pemula manajemen dalam melihat batas-batas dari
rata-rata dan merasakan hubungan berurutan dari orang lain .
5. Menjelaskan perbedaan anatara pimpinan , administrasi dan perencanaan
strategis dari manajemen .

2.3 Tujuan dan Karakteristik Teori Manajemen
Teori manajamen bertujan untuk menetapkan program trestruktur bagi aktifitas
dan perilaku manusia dengan penjelasan yang detail sehingga bisa memberikan
kepuasan bagi pihak lain seperti halnya falsahah kehidupan
Teori manajemen juga bertujuan untuk menjelaskan , mengambarkan dan
meluruskan aktivitas manusia dalam sebuah organisasi .keberhasilan organisasi
manajemen bergantung kepada kemampuan untuk menjelaskan perilaku
manajemen, menerangkan variable variable yang secara langsung memengaruhi
prilaku manusia dalam sebuah organisasi
Tokoh manajemen melihat bahwa kebanyakan teori manajemen hanya membahas
persoalan manajemen secara parsial.

Tokoh manajemen juga melihat bahwa ilmu manajemen teteap membutuhkan
teori yang komprehensif(grand theory) teori yang mendirikan solusi universitas
bagi persoalan masyarakat tertentu
Secara faktual grand teory merupakan teori sociologi (sociological theory) yang di
pandang sebagai sistem manjemen yang terbuka (open system) dan merupakan
bagaian dari sistem sosial secara luas ( social system) grand theory bertalian
saling erat dengan kondisi lingkungan eksternal , kondisi sosial masyarakat yang
saling memngaruhi satu sama lain

manajemen merupakan sub sistem yang

mengatut pada sistem sosial dalam waktu tertentu yang di jadikan sebagai dasar
penetapan teori
2.3.1 Karakteristik Teori Manajemen dalam Islam
Telah dijelaskan bahwa dalam teori manajemen modern terdapat derajat yang
berbeda dalam menjelaskan teori yang komprehensif dan sempurna. Menjelaskan,
menafsirkan dan menjalakan perilaku manajemen dalam sebuah organisasi yang
pada akhirnya bertujuan untuk menghadirkan solusi praktis bagi persoalan
kegiatan produksi, hubungan dalam dunia industri dan pendelegasian wewenang
untuk menyempurnakan aktivitas manajemen.
Di antara karakteristik yang membedakan teori manajemen dalam islam
dengan teori lain adalah fokus dan konsen teori islam terhadap segala variabel
yang berpengaruh (infuence) terhadap aktivitas manajemen dalam dan di luar
organisasi (perusahaan, negara), dan hubungan perilaku individu terhadap faktorfaktor sosial yang berpengaruh. Teori islam memberikan injeksi moral dalam
manajemen,yakni

mengatur

bagaimanaseharusnya

individu

berperilaku.

Manajemen syariah memiliki karakteristik sebagai berikut:


Teori manajemen syariah merupakan teori yang konsen dan terkait dengan
falsafah sosial masyarakat muslim.



Manajemen syariah konsen terhadap variabel ekonomi dan motif materi.



Memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual serta memuliakan
manusia untuk berpartisipasi dalam aktivitas manajemen.



Konsen terhadap sistem dan menentukan tanggung jawab dan wewenang.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pijakan konsep dasar Manajemen
Pada zaman Rasulullah Saw. Pemikiran dan mekanisme kehidupan politik
di negara Islam bersumber dan berpijak pada nilai-nilai akidah. Serangkaian nilai
–nilai layaknya sebuah sistem kehidupan yang menyentuh perilaku individu dan
rangkain hubungan sosial di anatar mereka yang beragam. Alquran merupakan
sumber petunjuk utama bagi kehidupan Muslim, Allah berfirman: “Dan
sesungguhnya Alquran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia
dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (jibril), ke alam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,
denagn bahasa Arab yang jels” (Al-Syu‟ara 26: 192-195)
Rasulullah adalah utusan yang membacakan ayat Alquran yang diturunkan
kepadanya kepada para sahabat, dan memerintahkan kepada mereka untuk
menghafalkannya, menuliskannya dalam mushaf agar bisa dibaca oleh orang lain.
Konsep dasar dan aturan global itu berupa kewajiban menegakkan
keadilan,

konsep

syura

(musyawarah),

meringankan

beban,

menolak

kemadharatan, menjaga pemilik hak-hak, menunaikan amanah kepada ahlinya,
dan mengembalikan segala persoalan hidup kepada orang yang ahli dan
berkompetensi, serta konsep dasar lain yang bertujuan untuk mewujudkan
masalah dan menolak kerusakan dan dosa”.
Karena Alquran datang denagn konsep dan aturan global, maka Al-Sunnah
diposisikan sebagai penyempurna dan penjelas Alquran. Dr.Khomis menyatakan:
“Dalam perspektif ini, kita berkewajiban untuk memisahkan antara sunnah yang
bersifat mengikat dan tidak mengikat. Apa yang keluar dari rasuullah dalam
kapasitasnya sebagai utusan, Rasul yang menyampaikan risalah ilahiyah di
posisikan sebagai bentuk pesyariaatan (norma syariah) yang tidak boleh ditentang
dan dilanggar.
Diriwayatkan, ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau melihat
masyarakat sedang melakukan budi daya kurma dengan mekanisme tertentu.
Kemudian Rasulullah memberikan isyarat untuk meninggalkannya. Lau,

masyarakat menggunakan metode yang ditawarka Rasulullah, namun, pohon
kurma tidak bisa berkembang secara sempurna. Kaum Muslimin kemudian
mengadukan persoalan tersebut kepada Rasulullah, lalu Rasulullah bersabda:
„kalian lebih mengetahui persoalan hidu dunia kalian”.
Penjelasan ini berusaha memberikan gambaran bahwa sesungguhnya
Rasulullah dalam kapasitasnya sebagai pemimpin dan atau imam berusaha
memberikan metode, tata cara atau solusi bagi kemaslahatan hidup umatnya, dan
yang dipandangnya brelavan dengan kondisi zaman yang ada. Bahkan, terkadang
Rasulullah bermusyawarah dan meminta pendapat dari para sahabat atas persoalan
yang tidak ada keentuan wahyunya. Rasulullah mengambi pendapat mereka
walaupun mungkin bertentangan dengan pendapat pribadinya.
Proses dan sistem manajamen yang diterapkan Rasulullah bersifat tidak
mengikat bagi para pemimpin dan umat setelahnya,. Persolan hidup terus
berkembang dan berubah searah denagn putaran waktu dan perbedaan tempat.
Yang dituntut oleh syariah adalah para pemimpin dan umatnya harus berpegang
teguh pada asas manfaat dan maslahah, serta tidak menyia-nyiakan ketentuan nash
syari‟i.
3.2 Manajemen bisnis dalam Islam
Kita sudah lama terjebak pada pandangan bahwa business is business atau
business is as usual. Akibatnya, kita memisahkan urusan bisnis dari spiritualitas
dan nilai-nilai. Kita menganggap bahwa bisnis dan spiritualitas adalah dua entitas
yang tidak mungkin disatukan. Selain itu, memasukkan unsur spiritualitas atau
relegiusitas dalam bisnis dapat menyebabkan benturan dan ketidakluwesan dalam
berbisnis. Sebagian lagi ada yang menganggap bahwa spiritualitas atau
relegiusitas tidak ada hubungannya dengan kegiatan bisnis. Agama hanya
seperangkat aturan yang membahas hal-hal yang bersifat ibadah ritual (ibadah
mahdhah) seperti upacara kelahiran, kematian, pernikahan, dan ritual ibadah
sehari-hari. Agama hanya ada di tempat-tempat ibadah saja bukan di sentra-sentra
bisnis.
Dikatomi antara agama dan bisnis ini menyebabkan keduanya seperti tidak
berhubungan. Padahal agama tanpa didukung oleh perekonomian yang cukup
dapat menyebabkan keterbelakangan pelakunya di berbagai bidang karena semua

kegiatan hidup membutuhkan dukungan ekonomi. Sebaliknya, bisnis tanpa nilainilai keagamaan atau spiritualitas menyebabkan ketidakpuasan yang berlarut-larut
dan kebingungan terhadap arah yang akan dituju. Pencapaian-pencapaian target
bisnis yang fantastis tidak juga kunjung mendatangkan kebahagiaan (Antonio,
2008: 17-18).
Kehidupan umat manusia ditandai dengan gerak untuk selalu berubah.
Aktivitas bisnis adalah gerak dinamis yang tiada henti, sumber daya bisnis akan
berkembang karena dikelola dan diputar. Kondisi ini memacu manusia sebagai
agama untuk merumuskan manajemen. Islam memberikan panduan kepada
manusia dalam melakukan aktivitas bisnis antara lain;
Pertama, Planning, yaitu melakukan perencanaan/gambaran dari sesuatu
kegiatan yang akan dilakukan dengan waktu dan metode yang sudah ditentukanm.
Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah sangat
mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan , dilakukan secara itqan
(tepat, tearah, jelas, tuntas). (HR. Thabrani). Begitu juga dalam Al-Qur‟an Surah
Al-Insyirah [94] ayat 7-6; “Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan)
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada
Tuhanlah hendaknya kamu berharap”.
Kedua, Organization; melakukan pengorganisasian tentang fungsi setiap
orang, hubungan kerja baik secara vertikal atau horizontal. Allah SWT berfirman;
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan…”. (QS. Ali- Imran [3]: 103).
Ayat di atas menunjukkan bahwa dalam aktivitas bisnis, manusia dilarang
bermusuhmusuhan. Hendaknya bersatu-padu dalam bekerja dan memegang
komitmen untuk menggapai cita-cita yang diinginkan sejalan dengan aturanaturan syariah. Allah SWT berfirman: “Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”.
(QS. Al-Baqarah [2]: 286).
Ketiga, Coordination. Melakukan pengaturan sebagai upaya untuk
mencapai hasil yang baik dengan seimbang, termasuk diantara langkah-langkah

bersama untuk mengaplikasikan planning dengan mengharapkan tujuan yang
diidamkan. Allah berfirman; “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
kedalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkahlangkah setan,
karena setan itu musuhmu yang nyata.” (QS. Al-Baqarah [2]: 208).
Keempat, Controling, yaitu; senantiasa melakukan pengamatan dan
penelitian terhadap jalannya planning. Dalam pandangan Islam menjadi syarat
mutlak bagi pimpinan untuk lebih baik dari anggotanya, sehingga kontrol yang ia
lakukan akan efektif. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman,
kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?.”
(QS. Ash-Shoff [61]: 1).
Kelima, Motivation, yaitu; menggerakan kinerja semaksimal mungkin
dengan hati sukarela, ikhlas dan mengharap ridha Allah SWT. Allah SWT
berfirman: “Dan bahwasanya manusia tiada memperoleh selain dari apa yang
telah diusahakannya.” (QS. An-Najm [53]: 39).
Keenam, Leading, yakni; melakukan pengaturan, memimpin segala
aktifitas kepada tujuan. Allah SWT berfirman; “Dialah yang menetapkan kamu
menjadi penguasa di muka bumi, dan ditinggikan-Nya sebagaian kamu atas
sebagian yang lain beberapa derajat, sebagai cobaan bagimu tentang semua
yang diberikannya kepadamu.” (QS. Al-An‟am; [6]: 165).
Keenam panduan tersebut merupakan fondasi utama bagi setiap muslim
dalam melakukan aktivitas bisnis. Tujuannya agar aktivitas bisnis yang dilakukan
sejalan dengan aturan-aturan syariah dan menghasilkan maslahah bagi setiap
manusia. Selain itu, setiap kaum muslim harus menyakini bahwa Allah SWT
menjadikan dan menyediakan bumi dengan segala isinya untuk dikelola sebagai
investasi umat manusia. Allah SWT tidak membedakan akidah, warga negara
maupun jenis kelamin untuk memberikan tingkat kemajuan bagi semua manusia
yang mempunyai semangat untuk berusaha dan bekerja (QS. Al-A‟raf [7]: 10).
Allah SWT juga menegaskan bahwa perniagaan atau jual beli tidak boleh
dengan cara yang batil (QS. Al-Nisa‟ [4]: 29), mengandung riba (QS. Al-Baqarah
[2]: 275), dan diberi hak untuk mengadakan khiyar (pilihan untuk meneruskan
atau membatalkan transaksi). Dengan hak khiyar itu ada jaminan bahwa orang
akan bertransaksi memperoleh kepuasan (Departemen Agama, 2002: 60). Tidak

ada larangan mengambil profit (QS. Al-Nisa‟ [4]: 29) dan jual beli merupakan
sesuatu yang sangat dianjurkan (QS. Al-Baqarah [2]: 275). Lebih lanjut, setiap
muslim diminta untuk memperhatikan kualitas, baik output maupun proses (QS.
Al-Mulk [67]: 2) dengan cara senantiasa meneliti ulang produk yang dihasilkan,
hingga diyakini tidak terjadi lagi kesalahan (zero defec) (QS. Al-Mulk [67]: 3-4).
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi dalam
suatu komunitas sosial dengan cara yang teratur. Manusia menggunakan
manajemen untuk mengatur diri sendiri dan kelompok agar terjadi interaksi yang
harmonis. Manusia mempunyai ciri khas yang disebutkan dalam al-Qur‟an
seperti; suka bekerja sama, suka beramal atau bekerja, memiliki program hidup
(QS. Al-Baqarah [2]: 210), makhluk beragama (QS. Ar-Rum [30]: 30), memiliki
kehendak dan dituntut tanggungjawab (QS. Ath-Thur [52]: 21). Oleh karena itu,
pengembangan sumber daya manusia tidak boleh terlepas pada hakikat manusia
yang diciptakan Allah SWT sebagai pemimpin di muka bumi (QS. Al-Baqarah
[2]: 30) (Rivai, Amiur Nuruddin, dan Faisar Ananda Arfa, 2012: 199).

3.3 Manajemen Syariah sebagai Bagian dari Sistem Sosial
Islam telah menetapkan tujuan adanya penciptaan alam raya ini,
bagaimana menjaga keseimbangan antara individu, masyarakat dan alam semesta.
Individu dan masyarakat merupakan bagian dri kehidupan alam raya ini.
Hal pertama yang harus diwujudkan oleh sistem sosial dalam masyarakat
Islam adalah menciptakan suasana kondusif bagi individu untuk beribadah kepada
Allah di muka bumi, menerapkan hukum dan syariah yang telah diturunkan dalam
alquran dan hadis Nabi Saw. Menjalankan ibadah dalam pemahaman yang luas –
segala ucapan, tindakan, transaksi, hubungan dengan manusia lain sesuai dengan
ketentuan Syariah Islam, tidak mungkin dilakukan individu tanpa adanya sistem
sosial yang mengatur mekanisme kehidupan individu sesuai dengan konsep Islam.
Proses ini diawali dengan pembentukan keluarga (faktor utama pembentuk
masyarakat), kemudian sistem ekonomi, politik dan manajemen pemerintahan,
akhirnya tercipta sebuah sistem Islam yang sempurna.
Manajemen merupakan salah satu sarana yang digunakan negara islam
untuk mewujudkan tujuan dan menjalankan tugas. Agar manajemen mampu

merealisasikan itu semua, maka harus berhubungan dengan konsep dasar dan
falsafah masyarakat Muslim. Manajemen harus terkait dengan lingkungan dan
pribadi Muslim yang berpegang teguh pada nilai-nilai Syariah Islam pada setiap
kondisi dan tempat, baik ketika dirumah, tempat perniagaan, perkebunan,
perusahaan dan lainnya.
Ketika lingkungan sosial Islam telah terbentuk, diharapkan, dalam
lembaga manajemen pemerintahan terdapat pejabat, pegawai, pemimpin yang
beriman, bertaqwa, takut kepada allah, menyembahnya, menjalankan semua
perintahnya dan menjauhi semua larangannya ketika menjalankan tanggung jawab
dan wewenang yang dibebankan kepada mereka.
3.4 Manajemen Syariah Bekerja Memenuhi Kebutuhan Manusia yang
Bersifat Materi
Manajemen Syariah memandang bahwa tugas merupakan amanah dan
tanggung jawab pribadi yang harus ditunaikan sebagaimana mestinya. Konsep
amanah menuntut bahwa tugas dan tanggung jawab harus diwakilkan kepada
orang-orang yang berkopenten dan dapat dipercaya. Hal ini senada dengan firman
Allah,”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: „‟Ya bapakku ambillah dia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya”. (Al-Qashas [28]:26). Sebagaimana allah menginginkan muslim untuk
menjalankan tugas dengan penuh keikhlasan dan berdasarkan kompetensi teknis.
Ketika tugas dan tanggung jawab telah ditunaikan dengan amanah dan
ikhlas, maka seorang pejabat atau pegawai berhak medapatkan upah berdasarkan
kinerjanya. Islam memberikan wasiat bahwa upah harus jelas dan diketahui
jumlahnya oleh pekerja. Islam juga menuntut agar upah

dibayarkan secara

langsung, ketika pekerjaan telah usai dilakukan, Rasul bersabda: „‟Berikanlah hak
pekerja (upah) sebelum keringatnya kering.‟‟
Islam memberikan petunjuk agar berlaku lemah lembut dan menghormati
nilai-nilai kemanusiaan yang melekat pada diri seorang pekerja, tidak memberikan
beban yang tidak kuasa ditanggungnya. Islam tidak mengenal adanya tindakan
eksploitasi terhadap tenaga pekerja, atau menambahkan pekerjaannya diatas
kemampuaannya tanpa adanya konpensasi yang memadai. Dengan demikian,

tidak akan ditemukan pertentangan antara serikat pengusaha (pemerintah), dengan
paraserikat buruh dalam islam, karena masing-masing menerima hak dan
kewajiban yang sesuai.
Islam memberikan perhatian terhadap karyawan (pekerja) yang tidak bisa
menunaikan pekerjaan, karena sakit atau telah tua renta. Negara memiliki
kewajiban menanggung segala kebutuhan mereka dalam kehidupan, sebagai
realisasi konsep „al-takaful alijtima‟i‟ (solidaritas sosial). Hal ini tercermin dari
sifat khalifah umar bin khattab terhadap seorang tua renta yang datang memintaminta kepada khalifah.
3.5 Kepemimpinan Manajemen Berperikemanusiaan
Manajemen Islam mengakui kontribusi anggota organisasi, menghormati
anak cucu Adam, dan menjaga kemuliaannya. Hal ini bersinggungan dengan
fungsi kepemimpinan dalam manajemen, dan bagaimana para Khulafaur Rasyidin
menjalankan peran ini.
Kepemimpinan merupakan variabel pokok untuk memajukan sebuah
manajemen, dan memotivasi pegawai untuk melakukan pekerjaannya. Jika tidak
ada kepemimpinan, maka manajemen tidak akan berjalan efektif, walaupun
terdapat faktor lain yang menunjang, seperti tenaga karyawan , bahan baku, alatalat produksi dan lainnya. Hal ini pernah dibuktikan dalam sejarah perusahaan,
pada zaman dahulu atau sekarang, fungsi kepemimpinan dalam manajemen islam
akan berbeda, karena memiliki kekuatan iman, serta tujuan yang telah tertuliskan.
Hal ini akan mendorong dan memotivasi setiap pegawai untuk menjalankan
tanggung

jawabnya,

dengan

harapan

mendapatkan

pahala

dari

Allah.

Kepemimpinan dalam Islam memiliki karakteristik pertengahan, yang dibekali
dengan kemampuan teknis psikologi kemanusiaan dalam mengatur pegawai. Ia
bukanlah kepemimpinan arogan atau bertindak sewenang-wenang, dan juga
bukanlah kepemimpinan lemah dan lentur. Kepentingan yang dimaksud disini
adalah kepemimpinan yang meletakkan segala persoalan secara proposional dan
selalu menghadirkan solusi. Diantara pegawai dan atasan , harus tercipta sebuah
kerjasama yang harmonis dalam menyelesaikan pekerjaan. Mereka adalah satu
tim yang bahu membahu dan tolong menolong satu sama lain.

3.6 Etika Kepemimpinan dalam Berbisnis
Menurut Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula dalam
bukunya syariah marketing (2006: 67-93) setidaknya ada 9 etika yang harus
menjadi prinsip-prinsip dasar bagi para pelaku usaha dalam memanajemen
bisnisnya, yakni sebagai berikut :
1. Memiliki kepribadian spiritual (taqwa).
Seorang muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah, bahkan
dalam suasana mereka sedang sibuk beraktivitas. Ia hendaknya sadar penuh dan
responsif terhadap prioritas-prioritas yang telah ditentukan oleh Allah. Kesadaran
akan Allah ini hendaklah menjadi sebuah kekuatan pemicu (driving force) dalam
segala tindakan. Misalnya saja, ia harus menghentikan aktivitas bisnisnya saat
datang panggilan shalat, demikian juga dengan kewajiban-kewajiban yang lain.
Semua kegiatan bisnis harus selaras dengan moralitas dan nilai utama yang
digariskan oleh al-Qur‟an. Al-Qur‟an menegaskan bahwa setiap tindakan dan
transaksi hendaknya ditujukan untuk tujuan hidup yang lebih mulia (QS. AtTaubah [9]: 38, Al-Rum [30]: 7, An-Nisa‟ [4: 47, al-Syura‟ [42]: 20). Umat Islam
diperintahkan untuk mencari kebahagiaan akhirat dengan cara menggunakan
nikmat yang Allah karuniakan kepadanya dengan jalan yang sebaik-baiknya (QS.
Al-Qashash [28: 76-77).
Kemudian mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada
sesuatu yang secara moral kotor, walaupun misalnya yang disebut terakhir
mendatangkan banyak keuntungan yang lebih besar (QS. Al-Maidah [5]: 103,
mendahukukan pekerjaan yang halal dari pada yang haram (QS. Hud [11]: 86),
mendahulukan pahala yang besar dan abadi di akhirat ketimbang yang terbatas
dan kecil di dunia (QS. An-Nisa‟ [4]: 77, Al-An‟am [6]: 32, Al-A‟raf [7]: 169, alAnfal [8]: 67, Yusuf [12]: 57, dan Al-Ra‟d [13]: 26), kegiatan bisnis tidak boleh
sampai menghalangi mereka untuk mengingat Allah dan melanggar rambu-rambu
perintah-Nya (QS. Al-Nur [24]: 37), dan senantiasa untuk selalu memiliki
kesadaran tentang Allah (dzikrullah), meskipun sedang sibuk mengurusi kekayaan
dan anak-anaknya (QS. Al-Munafiqun [63]: 9, dan Al-Taqhabun [64]: 15).

2. Berprilaku baik dan simpatik (Shidq)
Berprilaku baik, sopan santun dalam pergaulan adalah fondasi dasar dan
inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai yang tinggi
dan mencakup semua sisi manusia. Sifat ini adalah sifat yang harus dimiliki kaum
muslim. Banyak ayat dalam al-Qur‟an dan hadis-hadis Rasulullah yang
memerintahkan kaum muslim untuk memiliki sifat tersebut, seperti QS. Al-Hijr
[15]: 88 yang mengajarkan manusia untuk senantiasa berwajah manis, berprilaku
baik dan simpatik, QS. Luqman [31]: 18-19 yang mengajarkan untuk senantiasa
rendah hati dan bertutur kata yang manis, QS. Al-Imran [3]: 159 dan Al-Anbiya
[21]: 107, yang mengatakan bahwa Rasulullah adalah manusia yang sangat
pengasih dan murah hati.
Bahkan Al-Qur‟an juga mengharuskan umatnya untuk berlaku sopan
dalam setiap hal, termasuk ketika melakukan transaksi bisnis dengan orang-orang
yang bodoh (sufaha‟), tetapi harus berbicara dengan ucapan dan ungkapan yang
baik (QS. An-Nisa‟ [4]: 5 dan 8), serta kaum muslimin diharuskan untuk berlaku
manis dan dermawan terhadap orang-orang miskin, dan jika dengan alas an
tertentu ia tidak mampu memberikan uang kepada orang-orang yang miskin itu,
setidak-tidaknya memperlakukan mereka dengan kata-kata yang baik dan sopan
dalam pergaulan
(QS. Al-Isra‟ [17]: 28).
3. Berlaku adil dalam berbisnis (Al-Adl)
Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis yang mengandung
kezaliman dan mewajibkan terpenuhinya keadilan yang teraplikasikan dalam
setiap pergaulan dagang dan kontrak-kontrak bisnis. Al-Qur‟an berkali-kali
menyatakan bahwa Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil dan membenci
orang-orang yang berbuat zalim, (QS. Hud [11]: 18), adil harus terhadap setiap
orang termasuk yang tidak seagama denganmu (QS. Asy-Syura‟ [42]: 15), dan
perintah berbuat adil bagi setiap manusia (QS. An-Nisa‟ [4: 28, Al-Maidah [5]: 42,
Al-Hujurat
[49]: 9, Al-An‟am [6]: 152).

4. Bersikap melayani dan rendah hati (khidmah)
Sikap melayani dan rendah hati merupakan sikap utama dari seorang
pebisnis. Tanpa sikap melayani dan rendah hati, yang melekat pada
kepribadiannya, dia bukanlah seorang yang berjiwa pebisnis. Rasulullah bersabda
bahwa salah satu cirri orang beriman adalah mudah bersahabat dengan orang lain,
dan orang lain pun mudah bersahabat dengannya. Al-Qur‟an juga memerintahkan
dengan sangat ekspresif agar kaum muslim bersifat lembut dan sopan santun
manakala berbicara dan melayani pelanggan (QS. Al-Baqarah [2]: 83 dan QS. AlIsra‟ [17]: 53).
5. Menepati janji dan tidak curang
Menepati janji atau amanah dalam Islam merukan sifat dan sikap utama
yang harus dimiliki kaum muslim. Al-Qur‟an dan hadis-hadis Rasulullah banyak
menyatakan pentingnya menjaga amanah, seperti perintah untuk selalu menjaga
amanah Allah, rasul-Nya, dan amanat-amanat lainnya (QS. Al-Anfal [8], Al-Nisa‟
[4]: 58, Al-Maidah [5: 92, Al-A‟raf [7]: 62, Al-Qalam [68], Hud [11]: 57, dan AnNahl [16]: 35), pertanggungjawaban amanah di hadapan Allah sangat berat (QS.
Al-Ahzab [33]: 72, dan Al-Ma‟arij [70]: 32).
Lawan dari menjaga amanah adalah curang (tatfif) merupakan sikap yang
sangat dibenci Allah. Sikap curang, serakah, dan sikap tidak adil ini – demi
memperoleh keuntungan yang lebih besar, bisa muncul dalam menentukan harga,
takaran,

ukuran,

timbangan.

Oleh

karenanya,

Allah

berulang-ulang

memerintahkan ini untuk memenuhi takaran dan timbangan secara adil (QS. AlAn‟am [6]: 152, Al-Syu‟ara [26]: 181-182, An-Nahl [16]: 90, dan QS. Al-Isra‟
[17]: 35), Allah menurunkan ancaman keras kepada orang-orang yang curang (QS.
Al-Muthafiffin [83]: 1-6).
6. Jujur dan terpercaya (Al-Amanah)
Kejujuran merupakan akhak yang harus menghiasi manajemen bisnis
syariah dalam setiap gerak langkahnya. Menurut Muhammad Ibn Ahmad alShahih, kejujuran yang hakiki itu terletak pada muamalah mereka. Jika ingin
mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran seorang sahabat, ajaklah kerja sama
dalam bisnis. Di sana akan kelihatan sifat-sifat aslinya, terutama dalam hal
kejujuran.

7. Tidak suka berburuk sangka (Su‟uzh-zhann)
Islam sangat melarang pelaku usaha berburuk sangka terhadap pelaku
usaha lain, hanya bermotifkan persaingan bisnis (QS. Al-Hujurat [49]: 12, dan AlAhzab [33]: 58).
8. Tidak suka menjelek-jelekkan (Ghibah)
Menjelek-jelekkan (Ghibah) merupakan salah satu penyakit hati yang
harus dihindari pelaku usaha. Allah melarang perbuatan tersebut dalam firmanNya : “Dan janganlah sebagian kamu mengumpat sebagian yang lain” (QS. AlHujurat [49]: 12).
Sehubungan dengan itu, Nabi Muhammad SAW juga mewanti-wanti
umatnya dengan hadis berikut : “Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW
bersabda, sesungguhnya Allah meridhai tiga hal dan membenci tiga hal. Allah
meridhai kalian untuk hanya beribadah kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu pun, dan engkau selalu berpegang teguh kepada tali Allah dan
tidak bercerai-berai. Sebaliknya, Allah membenci banyak bicara (ghibah), banyak
bertanya (yang tidak bermanfaat), dan menyia-nyiakan harta.” (HR. Muslim).
9. Tidak melakukan suap (risywah)
Menyuap (risywah) merupakan perbuatan haram dan termasuk dalam
kategori makan harta orang lain dengan cara batil. Memberikan sejumlah uang
dengan maksud agar dapat memenangkan tender suatu bisnis, atau memberikan
sejumlah uang kepada hakim atau penguasa agar dimenangkan suatu perkara atau
di ringankan hukuman merupakan tindakan berkategori suap (risywah).
Rasulullah SAW bersabda : “Allah melaknat penyuap dan penerima suap
dalam hukum.” (HR. Ahmad, Al-Tirmidzi, dan Ibn Hibban), dan pada hadis lain :
“Rasulullah SAW melaknat penyuap, penerima suap, dan yang menjadi
perantaranya.” (HR. Ahmad dan Hakim).

BAB IV
KESIMPULAN
Pengertian manajemen yang paling sederhana “adalah seni memperoleh
hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Adapun saranasarana manajemen adalah “Men, Money, Material, Methods dan Markets.
Kesemuanya itu disebut sumber daya.” Dari lima sarana tersebut atau disebut
dengan 5 M saling terkait. Manajemen memiliki beberapa fungsi yang terkait
dengan

pencapaian

tujuan.

Planning

(perencanaan),

Organization

(pengorganisasian), Coordination (Koordinasi), Motivating (motivasi), Controling
(pengawasan).
Islam telah mengatur bahwa dalam menjalankan aktivitas bisnis harus
berpatokan kepada prinsip-prinsip syariah Islam, dengan mengacu kepada AlQur‟an dan hadis. Dan Pemimpin yang lurus (benar dan jujur) adalah pemimpin
yang menjadi idaman semua orang. Pemimpin yang benar dan jujur adalah
pemimpin yang setara antara ucapan dan perbuatan (dapat membuktikan yang
diucapkannya), karena rakyat (orang-orang yang dipimpinnya) itu perlu bukti
bukan janji.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Al Hadist dengan bimbingan Dr. H. Mashudi. S, MAg. *Ustad
dekat rumah
Muhammad SAW is A Great Entrepreneur. 2008. Penerbit: MIC. Muslim
Kelana
Rasulullah Business School. 2013. Penerbit: Ikhwah Rasulullah. Kang Monif,
Phd dan Prof. Laode, Phd.
Sirah Nabawiyah : AR-RAHIQ AL-MAKHTUM. 2015. Penerbit :Qisthi Press.
Syekh Shafiyurrahman al-Mubarkfuri.
SIIN, Abu Ibrahim Ahmad, DR. 2008. Manajemen Syariah Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persanda.