Cinta dan Sahabat dan Sahabat

Cinta dan Sahabat
Awal Tahun
Hay guys...Aku Irfan, Kisah ini berawal saat Aku masih duduk dibangku kelas
9 SMP. Karena rumahku yang jauh dari sekolah untuk menghemat waktu dan biaya
transportasi aku tinggal di sebuah kos, Tempatnya lumayan asik ada temen
sekolahku juga disana, Aku orangnya agak cuek,gak suka diatur,suka bercanda juga
agak boros kalau masalah uang jajan (jangan ditiru ya...).
Saat hari pertama masuk sekolah aku gak masuk, Aku malah ke tempat
rental PlayStation atau biasa kita sebut PS, Setelah puas main PS aku balik ke kos,
Aku bersantai sama temen-temen satu kosku.
Tiba-tiba dari luar terdengar suara langkah kaki yang lumayan keras yang tak
lain itu adalah Galang dan Randi yang baru pulang sekolah. "Assalamu'alaikum
Bro...." kata mereka berdua serempak, "Wa'alaikum salam, Baru balik guys...??"
Tanyaku, "Kamu tadi gak masuk ya?" Tanya Randi agak heran melihat aku yang
sudah duduk santai di kos, "Iya..aku males, paling cuma gitu-gitu aja gak dapet
pelajaran". Galang dan Randi adalah temen satu sekolahku, Galang orangnya
asik,lucu,gokil,gak pernah serius dan enak di ajak ngobrol, Kalau Randi Orangnya
lebih serius,suka belajar,pinter tapi kalau bercanda suka kelewatan. "Emang sih gak
ada pelajaran, tadi cuma pembagian kelas" Kata Randi menjawab pertanyaanku
tadi, "oo...terus aku masuk kelas apa??" Tanyaku agak sedikit berharap, "Kamu
masuk kelas 9-D sama kayak aku" Jawab Randi santai.

Setiap tahun ajaran dibagi menjadi enam kelas dan kelas “D” adalah kelas
impian bisa dikatakan kelas unggulan karena gak sembarang murid bisa masuk
kesana, Yang bisa cuma murid-murid yang lulus tes dan itupun terbatas hanya ada
30 kursi, Sementara total murid pertahun ajaran bisa mencapai lebih dari 450
siswa.
Kelas 9-D adalah unggulan yang paling populer karena kelas 9 adalah tahun
terakhir kita dibangku SMP maka akan lebih bermakna jika kita bisa meninggalkan
sekolah dengan predikat siswa kelas unggulan. Meskipun aku agak nakal tapi aku
gak bodoh, Gak terlalu pinter cuma lumayan lah. Waktu Randi bilang kalau aku
masuk kelas 9-D aku seneng banget akhirnya aku behasil masuk kelas unggulan
lagi setelah kelas 7 dan 8 masuk kelas unggulan, Kelas 9 pun masih bisa aku
pertahankan.
Keesokan harinya aku berangkat sekolah bareng Galang dan Randi kita
berangkat jalan kaki, Jarak antara tempat kos kami sama sekolah kurang lebih satu
kilometer karena kami bareng-bareng jadi terasa gak capek. Sampai disekolah

kami langsung masuk kelas, Galang masuk kelas 9-A gak sekelas sama aku dan
Randi, Saat Aku dan Randi mau sampai kelas ternyata temen-temen udah pada
ngumpul didekat pintu kelas, Mereka menyapa kami "Hay Irfan Hay Randi...",
Dengan tersenyum kami menjawab "Hay juga...", "Tumben Kamu semua pada

nyapa?" tambah Randi, "kita kan udah lama gak ketemu gak salah kan bersikap
ramah, ya gak guys?" jawab temen-temen sambil bercanda, Saat kita lagi asik
bercanda tiba-tiba aku dikagetkan sama seoarang cewek yang langsung berdiri
didepanku, "He Irfan...kemarin kemana kok gak masuk??udah kelas tiga masih aja
suka bolos!" Tanyanya sambil mencubit pipiku. Cewek ini adalah temenku dari kelas
8 namanya Putri, dia manis,pinter dan baik sama siapa aja, dia adalah sahabat
baikku.
Aku kaget lihat dia tiba-tiba berdiri depanku langsung tanya yang macemmacem sambil nyubit pipi, Sambil memegang pipi yang merah abis di cubit aku
jawab "Aduh...biasa aja donk pakek nyubit-nyubit segala sakit tau!", "hehe...sorry
tadi refek aja,mungkin karena kamu caem plus imut sih bikin aku gak tahan
pengen nyubit" jawab putri sambil ketawa. Aku langsung bilang "Baru nyadar kalau
aku caem plus imut?", Putri makin ketawa, Sambil nahan ketawa dia ngomong
"Aha..lucu banget sih kamu,kita kedalem aja supaya lebih enak ngobrolnya".
Akhirnya kita masuk kelas ngelanjutin obrolan. "kemarin aku males,lagian
gak ada yang penting juga kan?" kataku simpel, Sambil tersenyum Putri menjawab
"manis banget jawabmu,males langsung bolos gitu aja, lagian apa gak kangen
kamu sama aku?", Gigi Putri yang gingsul buat senyumnya makin terlihat manis,
"jelas aku kangen,apalagi kalau kamu lagi senyum kayak gini manis banget",
"gombal banget, ternyta kamu bisa ngegombal juga" jawab putri, "Gini-gini aku kan
playboy kelas bandeng, tapi tadi tuh beneran kamu emang manis" jawabku sambil

sedikit merayu, Dia kembali tersenyum lalu menjawab "preet...playboy dari
hongkong". Kerena aku kemarin gak masuk aku dapet tempat duduk paling
belakang sementara Randi duduk paling depan Putri tepat dibelakangnya.
Waktu terus berlalu kegiatan belajar mengajarpun sudah kembali aktif, Aku
mengikuti pejaran seperti siswa lainnya mendengarkan, mencatat jika perlu,
menjawab ketika diberi pertanyaan, mengerjakan ketika diberi tugas tapi terkadang
ada yang membuat aku gak fokus saat pelajaran, Penyebabnya tak lain adalah si
cewek manis Putri.
Meskipun dia duduk dibarisan nomer dua dari depan tapi pasti sesekali dia
melihat aku yang duduk dibarisan paling belakang bahkan sesekali saling pandang
memandang. Jadi penasaran kenapa sih dia ngelihatin aku kayak gitu, lalu aku
coba cari tau aku tanyain dia "Put, kamu lihat belakang terus,lihatin siapa sih?"
tanyaku pura-pura gak tahu, "kenapa emang?" jawabnya singkat, "gak kenapakenapa, cuma tanya aja", Putri menjawab "Aku lihatin kamu", Ternyata dia langsung
to do point aku jadi salah tingkah lalu aku bilang "kenapa lihatin aku?suka ya sama
aku?", Putri hanya tersenyum.

Setelah itu aku langsung coba mencari tahu nomor HPnya, Meskipun Putri
sahabatku tapi aku sendiri tidak punya nomor HPnya, Mungkin karena baru akhirakhir ini aku bawa HP. Putri orangnya asik kalau diajak SMSan, bahkan bisa sampai
seharian. Sampai akhirnya muncul perasaan yang aneh, Benar saja aku jatuh cinta
kepadanya aku luluh dan jatuh hati pada Putri, Aku belum pernah pacaran

sebelumnya dan Putri adalah orang yang paling tahu tentang aku, Aku selalu
bercerita kepadanya kalau ada masalah, Dia tempatku untuk curhat dan bilang
rahasia, Dia juga tak pernah mengeluhkan sikapku,kekuranganku,apapun
tentangku ditermanya apa adanya hingga hati ini bergejolak kalau aku suka
padanya, Dia bisa meluluhkan hati kecilku yang rindu akan cinta dan kasih sayang.
Seiring berjalannya waktu kita jadi makin sering ketemuan tiap pulang
sekolah,malam minggu,setiap kita ada waktu luang pasti kita ketemuan untuk
sekedar mengobrol.
Tidak disangka kedekatan kami sudah jadi topik pembicaraan dikelas dan
dilingkungan sekolah, Kami selalu digosipkan pacaran sampai bapak ibu gurupun
mengira kalau kami pacaran. Hingga akhirnya Putri ingin bicara sama aku tentang
masalah ini, Kitapun janjian ketemu dikafe pinggir pantai dekat sekolah tempat
biasa kami ketemuan jam delapan malem.
Waktu sore hari saat aku sedang memilih baju buat acara ketemuan sama
Putri tidak disangka Randi menghampiriku dan ingin mengajakku ke mall buat beli
baju sekalian mau jalan-jalan cuci mata, Aku sejenak berpikir, Aku gak mungkin
bilang kalau aku mau ketemuan sama Putri. Setelah aku pikir-pikir akhirnya aku
memilih untuk nemenin Randi, Karena sahabat itu lebih penting dari yang lain.
Setelah itu aku menelfon Putri dan bilang kalau aku gak bisa ketemuan
dengannya hari ini, Aku menjelaskan kalau aku nemenin Randi beli baju. Putri gak

marah dan bilang “ya sudah, Lain waktu aja kita ketemuan” Aku lega mendengar
pernyataannya, Aku merasa sangat bersalah sudah membatalkan janji dengannya.
Keesokan harinya sikap Puti berubah aneh, Dia jadi cuek dan sering diem.
Aku sudah coba bercanda dan mengjaknya mengborol tapi tak ada hasil, dia hanya
menjawab seperlunya dan seperti tidak punya semangat. Aku coba bertanya pada
Vita yang tak lain adalah temen sebangku Putri “Vit, Putri itu kenapa?” tanyaku.
Vita langsung tersentak dan melihatku serius “kamu gak tau Putri kenapa?? Dia itu
marah sama kamu” jawab Vita. Aku kaget dan langsung bertanya “Kenapa dia
marah sama aku?? Apa aku punya salah dengannya?”, “Masalah ketemuan
semalem, Dia itu marah sama kamu karena kamu ngebatalin janji, Dia gak mau
bilang langsung, Dia pengen kamu ngerti sendiri” Kata Vita menjelaskan. Aku kaget
dan juga bingung, Ternyata Putri marah sama aku.
Beberapa hari berlalu dan sikap putri tidak berubah sedikitpun, Aku jadi
merasa tidak enak denganya. Aku coba jelaskan tapi percuma, Putri gak pernah
mau dengar dan terus diam. Semua kejadian ini membuat aku bertanya-tanya, Apa

sebenarnya arti pertemuan malam itu sampai-sampai Putri sebegitu marahnya
denganku?.
Hingga suatu saat, ketika pulang sekolah aku melihat Putri duduk berduaan
dengan David yang juga teman sekelasku di trotoar jalan tak jauh dari sekolah,

Perasaan marah bercampur cemburu sontak begitu menusuk hati, Sampai-sampai
aku ingin menghampiri mereka dan memarahinya. Tapi apa daya aku bukanlah
siapa-siapa tak pantas kalau aku menggangu mereka.
Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan kejadian itu, “Kenapa aku mesti
marah? Kenapa aku marah saat Putri berduaan dengan David?” pertanyaan itu
selalu terlintas dibenakku dan membuat mataku tidak bisa terpejam. Sesekali aku
melihat HP dan berharap mendapat SMS dari Putri, Tapi sia-sia, Nama Putri tidak
pernah mengisi inbox di HPku.
Keesokan harinya aku bertemu dengan David di sekolah, sempat terlintas di
pikiranku ingin memukul wajahnya karena kejadian kemarin, “Bisa kita ngbrol
sebentar?” David mananyaiku. Ada perlu apa dia denganku? “Mau ngomong apa
Kamu?”. “Sebenarnya kejadian kemarin itu Cuma rekaysa Putri untuk mngomporin
kamu” Kata David. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang dibicarakan David
“Maksud Kamu apa?”, David bilang kalau kejadian kemarin hanya rekayasa belaka,
Putri hanya ingin buat aku jeles. Aku bertanya lagi ke David “Buat apa dia nglakuin
itu?”, David menjawab “kalau itu Kamu tanya aja lngsung ke Putri”, Aku jadi
semakin penasaran dengan semua ini.

Orang Ketiga
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, Ternyata kami sudah akan

menghadapi ujian akhir semester dan selanjutnya adalah UAN atau ujian akhir
Nasiaonal. Ketika ujian semester seperti biasa nama-nama kami diacak dan
ditempatkan diruang-ruang berbeda, Diruanganku aku berkenalan dengan anak
bernama Citra, Dia sudah kenal lama denganku tapi baru sekarang kami berkenalan
secara formal, Cirta selalu bisa buat aku senang, Selalu menghibur dan mahir
dalam bergaul. Hingga akhirnya aku pengen menggodanya dan akupun mencoba
untuk meminta nomor HPnya dan ingin SMSan dengannya, Tidak kusangka saat aku
coba SMS ternyata dia sudah lebih dulu tau nomor HP aku, aku kaget dan juga
malu, Pengennya menggoda malah aku yang sedang digoda, Akhirnya kami SMSan
dan Citra bertanya kepadaku “Irfan, Kamu itu udah punya pacar belum” tulis
SMSnya seperti itu, Aku mejawab “Belum, emang kenapa mau daftar ya?”
bercandaku. “iya aku mau daftar” jawab Citra simpel, Aku kaget kenapa Citra
seperti ini? Aku langsung berpikir, bagaimana kalau Citra aku manfaatin buat
ngomporin Putri?, Aku langsung menelfon Citra dan bilang “Besok kita ketemuan

disekolah pagi-pagi bisa gak?”, Citra langsung merespon “oke, besok kita
ketemuan”.
Pada esoknya disekolah kami bertemu didepan salah satu kelas dan duduk
berdua di kursi yang ada disana, “kamu serius mau jadi pacar aku?” tanyaku
langsung ke inti, Citra tersenyum dan menjawab “Aku serius ingin jadi pacar kamu”,

“Kalau gitu kita sekarang udah resmi pacaran” jawabku singkat, Citra semakin
tersenyum lebar seakan tak pecaya, dia kembali bertanya “Kamu terima aku?”
tanyanya memastikan, “Iya, aku terima kamu” singkat jawabku, Citra langsung
mendekab tanganku dan kemudian memelukku, Pelukan kebahagian
karena
Cintanya aku terima.
Ternyata rencanaku ini berjalan kurang begitu mulus, Putri yang tau aku
pacaran dengan Citra ternyata tidak Cuma jeles tapi malah membenciku, Mungkin
kamu semua bertanya-tanya kenapa Aku dan Putri seperti ini? Jawabannya cukup
sederhana dan semua juga pasti tau, Kalau Aku dan Putri saling jatuh Cinta tapi
kami tidak berani mengungkapkannya.
Akhirnya saat itu tiba, saat yang paling dinanti semua anak SMP, yang tak
lain adalah saat UAN. Kami sudah sering melakukan latihan-latihan untuk
menghadapi UAN jadi kalau masalah materi belajar kami sudah lumayan menguasai
hanya masalah mental yang mesti dipersiapkan. Setelah UAN dan ujian-ujian
sekolah berlalu kami anak kelas tiga sudah terbebas dari kegiatan belajar mengajar
aktif, kami hanya tinggal menunggu hasil ujian kami keluar. Dan disaat seperti
inilah waktu yang tepat untuk aku mutusin Citra, tanpa buang waktu aku langsung
ngajak ketemuan Citra dan bilang kalau aku pengen putus, gak nyangka Cirta
nangis didepanku dan bilang “kamu adalah cowok pertama yang bikin aku

nangis……” sambil menahan tangisnya, aku merasa gak enak tapi mau bagaimana
toh aku juga maenin dia, daripada dia sakit nantinya mending sekarang aja, Aku
dan Citrapun selesai.
Hasil sudah diumumkan, semua siswa bersenang-senang menikmati
kelulusan disaat yang sama pula sedih karena harus berpisah dengan teman-teman
yang telah bersama selama di SMP. Masa-masa indah SMP kini sudah berakhir,
banyak kenangan manis disini yang tak akan pernah terlupakan sampai kapanpun.

Babak Baru
Setelah semua urusan surat-surat tanda kelulusan dan lain-lain beres
kamipun segera mendaftar ke ke jenjang yang lebih tinggi. Randi sekolah disebuah
SMK negeri, Putri sekolah disalah satu SMA vaforit bersama dengan David dan Vita,
dan Citra? aku tak pernah dengar kabarnya sejak kami putus, Aku sendiri sekolah di

SMK swasta, kami masih satu kota dan jarak antar sekolah kami juga tak jauh.
Kalau Galang ikut nasehat orang tuanya sekolah diluar kota.
Awal masuk sekolah seperti biasa hanyalah kegiatan MOS yang boleh
dikatakan seperti nerakanya anak baru dan surga bagi kakak-kakak OSIS, tetapi
semua berubah saat hari penutupan MOS, semua bersukaria tanpa ada perbedaan
antara siswa baru dan lama, semua larut dalam kesenangan.

Tidak disangka sudah satu bulan lebih aku tak melakukan kontak dengan
teman-teman SMP termasuk Randi dan Putri, Randi lebih mudah ditemui karena
rumah kami yang tidak terlalu jauh jaraknya, sementara Putri rumahnya lumayan
jauh dari rumahku, aku hanya mencoba menghungi lewat telfon dan berharap dia
menjawab. Ternyata Putri menjawab telfonku dan kami langsung saling curhat
tentang pngalaman kami sekolah di SMA, sikap Putri sudah kembali lembut seiring
lamanya waktu berjalan, Dia juga sudah tau kalau aku udah putus dengan Citra,
Setelah cukup lama saling curhat aku memberanikan diri untuk bertanya
kepadanya apakah dia sudah punya pacar? Dan benar saja dia masih sendiri atau
jomblo, aku langsung mengambil langkah seribu untuk coba kembali menarik
hatinya.
Perasaanku ke Putri masih sama seperti dulu aku masih mencintainya,
hingga suatu ketika aku menelfonnya dan ingin mengajaknya jalan sekaligus
berniat mengutarakan perasaanku secara langsung, Putri tidak langsung member
jawaban tapi dia ingin memikirkannya dulu. Setelah dua hari berselang dia akhirnya
memberiku jawaban, tapi jawabannya tidak seperti dalam pikiranku, dia bilang
“sorry ya Irfan, aku gak bisa pergi sama kamu”, Dengan perasaan agak kecewa aku
bilang “kenapa kamu gak mau jalan sama aku? Bukannya kamu kemarin bilang
kalau kamu belum punya cowok? Apa sekarang aku udah ada yang punya?”, “Iya,
aku udah punya cowok dan cowokku gak ngbolehin aku jalan sama kamu, sorry”

kata Putri menjalaskan. Perasaan ini seketika hancur dan seakan tak percaya,
begitu mudahnya Putri menerima cowok laen ketimbang menunggu aku yang sudah
jelas mencintainya.
Aku jadi penasaran sebernarnya siapa cowok yang mampu menaklukan hati
Putri? Aku terus mencari informasi mulai dari temen sampai Tanya ke Putri sendiri
tapi gak ada gunanya, semua bisu seribu bahasa. Ternyata tindakanku ini menuai
reaksi negatif dari Putri, katanya aku terlalu ikut campur urusan orang, Apa salah
aku menanyakan itu? Apa mereka nyembunyiin sesuatu dari aku? Hingga suatu
saat Putri akhirnya bicara “Aku mau bilang sesuatu sama kamu” kata Putri, Aku
menjawab “Mau bilang apa kamu?”, “Aku mau kasih tau kamu siapa pacar aku”
Kata Putri tak bertele-tele, “siapa?” Tanyaku, Putri diam sejenak dan bilang
“Pacarku sebernya adalah temen kamu sendiri, Namanya Randi” , Aku tak bisa
berkata apa-apa lagi, Aku cuma bisa menatap matanya dengan penuh harap dan
Tanya. Putri akhirnya pergi, ternyata tak jauh dari tempat kami bicara ada Randi
yang telah menunggu Putri, Semua ini telah terencana pikirku, Putri berjalan dan

sampai ketika sampai didekat Randi, Randi langsung mendekap Putri, Putri melihat
kearahku dengan mata berkaca-kaca, tetapi sikap Randi tidak seperti layaknya
sahabat, dia mengacungkan jari tengahnya kearahku, saat itu aku sadar kalau aku
telah dihianati Sahabat dan kehilngan Cinta.

Terungkap
Hari terus berganti, aku menjalani hari tak seperti hari-hariku yang dulu, Aku
lebih banyak terdiam dan termenung cuma sekedar menghilangkan stress
dipikaranku, Aku jadi lebih merokok dan keluar malam juga sering bolos sekolah,
Perasaanku benar-benar hancur, Seperti sudah jatuh tertimpa tangga, Hingga suatu
hari aku bertemu dengan teman lamaku David, dia bertanya padaku tentang Putri
“Gimana Putri?”, “gak tau!” jawabku agak sewot, Ekspresi wajah David seketika
berubah serius “Ee…Aku mau bilang sesuatu yang mungkin Kamu gak tau selama
ini”, Aku penasaran apa yang mau David katakanan “Apa?”, “masalah Randi, Kamu
mungkin berpikir kalau dia gak nglauain apa-apa, Itu salah besar. Kamu pikir saat
Randi ngajak kamu ke mall saat kamu ada janji dangan Putri itu Cuma kebetulan??
Jawabannya gak, dia selalu memata-matai kamu sama Putri. Sejak awal dia udah
suka sama Putri jauh sebelum Kamu, Tapi dia gak mau cerita sama Kamu karena
dia pengen ngedapetin Putri sendiri, Setelah Randi tau kalau Putri cenderung milih
Kamu, dia langsung ambil langkah baru dengan mencerikan ke Putri tentang
kebiasaan-kebiasaan nakal Kamu, Awalnya Putri gak terlalu menanggapai itu
semua, Sampai…” David tiba-tiba berhenti cerita, “Sampai apa?” Tanyaku semakin
penasaran, “Sampai Randi bilang kePutri kalau Kamu cuma maenin Putri dan jadiin
Putri sebagai taruhan, Seketika itu Putri langsung benci sama Kamu” lanjut David,
Aku hanya bisa terpaku dengan keadaan ini “Kamu tau darimana semua ini? Dan
kenapa Putri begitu mudah percaya kata-kata Randi?”, David menjawab “Putri
cerita semuanya sama aku, dan aku juga udah coba yakinin dia kalau Kamu gak
mungkin kaya gitu, Tapi Putri tak mau berubah pikiran, Dia udah terlanjur sakit hati
sama Kamu, Dia sakit hati karena Cintanya yang begitu besar kekamu Cuma Kamu
buat taruhan”, Aku agak down mendengarnya “Jadi gitu kejadiannya, aku diftnah
udah jadiin Putri taruhan”, Dan aku sekarang tau apa maksud Randi mengacungkan
jari tengahnya kearahku, Ternyata dia bukan sahabat yang selama ini aku pikir.
Begitulah akhir dari semuanya, Setelah semua jelas aku jadi sadar kalau
Teman yang kita kira baik mungkin tak sebaik yang kita pikir dan jangan sesekali
terlalu Cinta kepada orang lain, Karena kadang itu bisa merugikan diri kita sendiri.
Tanpa kusadari ternyata catatan jelekku disekolah sudah menumpuk
banyaknya, Cuma gara-gara masalah seperti ini aku telah melupakan apa yang
seharusnya menjadi kewajibanku, Aku mutusin untuk pindah sekolah dan memulai

semua dari awal, Tak ingin yang lalu terulang kembali, Harus terus berpikir maju,
biarlah yang lalu menjadi kenangan lama.