Kelompok hutang luar negeri indonesia

PAPER
EKONOMI PEMBANGUNAN
“UTANG LUAR NEGERI INDONESIA DAN PEMBANGUNAN”

Anggota:
M. Saputro Hadi

(11.6803)

Viola Rachma Safitri

(12.7416)

Wulan Mardhika Putri

(12.7432)

Yuliana Livi Andam Putri

(12.7446)


TAHUN 2014
SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME yang senantiasa mencurahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang mau bersyukur. Dengan petunjukNya pula penulis dapat menyelesaikan paper Ekonomi Pembangunan dengan judul “Utang
Luar Negeri Indonesia dan Pembangunan” sebagai salah satu tugas pelengkap mata pelajaran
Ekonomi Pembangunan di kelas 2F Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.
Dalam kesempatan ini kami ingin menyatakan penghargaan kepada semua pihak yang
telah membantu mempersiapkan paper ini, khususnya kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Prof. Abuzar Asra selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi
Pembangunan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam segi penyusunan maupun
isi, kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan paper ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.Penulis
mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan paper ini.

Penulis


DAFTAR ISI
Halaman Judul ...............................................................................................................

i

Kata Pengantar ...............................................................................................................

ii

Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................................................

1

Latar Belakang ........................................................................................................

1

Perumusan Masalah ................................................................................................


2

Sub Masalah ............................................................................................................

2

BAB II
PEMBAHASAN .............................................................................................................

3

Alasan Melakukan Utang Luar Negeri ...................................................................

3

Daftar Pemberi Utang Luar Negeri Indonesia .......................................................

3


Sektor-sektor Pengguna Utang Luar Negeri ..........................................................

4

Pengaruh Utang Pemerintah Terhadap Pembangunan Ekonomi ............................

4

Dampak Positif Utang Luar Negeri Terhadap Pembangunan Ekonomi Indonesia ..

5

Dampak Negatif Utang Luar Negeri Terhadap Pembangunan Ekonomi Indonesia .. 5
Mengantisipasi Dampak Krisis Ekonomi yang Terjadi di Negara Maju ...............

6

Usaha Pemerintah Saat Ini Untuk Mengatasi Utang Luar Negeri ..........................

6


Rekomendasi Penanganan Utang Luar Negeri .......................................................

9

Studi Kasus ............................................................................................................. 10
BAB III
PENUTUP ....................................................................................................................... 17
Kesimpulan ............................................................................................................. 17
Saran ...................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 19

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah,
oleh sebab itu banyak negara yang ingin menguasai, memeras dan menguras bangsa
Indonesia. Sejak kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945,
Indonesia mulai membangun negaranya agar menjadi negara yang mandiri, demi
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang adil dan makmur.

Setelah merdeka, pemerintahan Indonesia memiliki warisan utang luar negeri yang
diwariskan oleh pemerintahan Hindia Belanda, walaupun utang tersebut tidak pernah dibayar
oleh pemerintahan Indonesia, akan tetapi pemerintah Indonesia memiliki utang yang baru.
Utang pemerintah merupakan utang yang digunakan untuk melancarkan pembangunan
perekonomian Indonesia.
Pembangunan perekonomian suatu bangsa merupakancarayang paling pertama
dilakukan oleh suatu bangsa untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh
rakyat suatu bangsa. Pembangunan ekonomi suatu negara tidak hanya dapat dilakukan
dengan bertekat dan semangat yang membaja dari seluruh rakyatnya untuk membangun,
tetapi harus didukung juga oleh ketersediaan sumberdaya ekonomi, baik sumberdaya alam;
sumberdaya manusia; dan sumberdaya modal yang produktif. Jadi, tanpa adanya daya
dukung yang kuat dari sumberdaya ekonomi yang produktif, maka pembangunan ekonomi
mustahil dapat dilaksanakan dengan baik dan memuaskan. Adapun kepemilikan terhadap
sumberdaya ekonomi ini oleh negara-negara dunia ketiga atau negara-negara sedang
berkembang tidaklah sama. Ada negara yang memiliki kelimpahan pada jenis sumberdaya
tertentu, ada pula yang kekurangan.
Indonesia merupakan termasuk salah satu negara sedang berkembang. Pemerintah
Indonesia berusaha dengan berbagai cara untuk melakukan pembangunan ekonomi untuk
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi demi meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
rakyat dengan sumberdaya ekonomi yang dimiliki Indonesia. Tetapi akibat dari sumberdaya

ekonomi yang terbatas terutama sumberdaya modal maka pemerintah Indonesia
mendatangkan pinjaman-pinjaman dari negara-negara lain untuk dapat memberikan
dukungan yang cukup bagi pelaksanaan program pembangunan

ekonomi nasional.

Pinjaman-pinjaman dari negara-negara lain ini tidak bersifat cuma-cuma, tetapi dengan
berbagai konsekuensi baik yang bersifat komersil maupun politis.
Pada satu sisi, datangnya pinjaman dari luar negeri tersebut dapat digunakan untuk
mendukung program pembangunan ekonomi nasionol pemerintah, sehingga target
pertumbuhan ekonomi nasional masyarakat meningkat. Tetapi pada sisi lain, diterimanya
pinjaman dari luar dapat menimbulkan berbagai masalah dalam jangka panjang, baik
ekonomi maupun politik, dan akan menjadi beban yang seolah-olah tak terlepaskan, yang
justru menyebabkan berkurangnya tingkat kesejahteraan rakyat.
Utang pemerintah sudah berawal sejak masa jabatan presiden Soekarno, dan berlanjut
ke masa presiden Soeharto, BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri,
serta hingga sampai dengan presiden sekarang Soesilo Bambang Yudhoyono. Dalam artian
bahwa sejak merdeka pemerintah Indonesia sudah memiliki pinjaman dari negara-negara lain
(utang) yang wajib dibayar dan setiap pergantian kepala pemerintahan, pemerintahan baru
tersebut sudah memiliki kewajiban terhadap negara pemberi pinjaman. Oleh sebab itu,kami

ingin mengangkat masalah mengenai ” Utang Pemerintah Indonesia dan Pembangunan ”.
2.

Perumusan Masalah
Utang pemerintah Indonesia sangat perlu diketahui mengingat sejak lahir kita semua

sudah memiliki kewajiban utang kepada negara-negara pemberi pinjaman karena kita
merupakan warga negara Indonesia. Oleh karena itu, yang menjadi perumusan masalah
adalah Bagaimanakah Utang Pemerintah Indonesia ?
3.

Sub Masalah
 Apa saja dampak yang disebabkan oleh utang luar negeri terhadap pembangunan
Indonesia?
 Mengapa Indonesia melakukan utang luar negeri?
 Bagaimana cara Indonesia mengatasi utang luar negeri?
 Apa pengaruh utang luar negeri terhadap pembangunan Indonesia?

BAB II


PEMBAHASAN
I. Alasan Melakukan Utang Luar Negeri
1) Banyak modal yang dibutuhkan untuk membangun sarana dan prasarana.
Pemerintah merupakan penggerak utama perekonomian di sebagian besar negaranegara yang sedang berkembang, oleh karena itu pemerintah membutuhkan banyak
modal untuk membangun berbagai prasarana dan sarana, namun kemampuan finansial
atau keuangan yang dimiliki pemerintah masih terbatas atau kurang, disinilah
munculnya utang kepada luar negeri.
2) Pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru untuk membayar
utang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo.
3) Datangnya modal dari luar negeri.
Modal dari luar negeri dapat digunakan untuk mendukung program pembangunan
nasional pemerintah, sehingga target pertumbuhan ekonomi nasional. Tetapi pada sisi
lain, diterimanya modal asing tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah dalam
jangka panjang, baik ekonomi maupun politik, bahkan pada beberapa negara-negara
yang sedang berkembang menjadi beban yang seolah-olah tak terlepaskan, yang justru
menyebabkan berkurangnya tingkat kesejahteraan rakyatnya.
II. Daftar Pemberi Utang Luar Negeri Indonesia
Hingga Oktober 2013, utang luar negeri Indonesia tembus USD 262,4 miliar (Rp
3.204 triliun) yang terdiri dari utang pemerintah dan swasta. Berdasarkan keterangan pers
Bank Indonesia, pemberi utang luar negeri Indonesia terdiri dari 3 unsur, yaitu Negara

memberi pinjaman, totalnya mencapai USD 190 miliar. Kemudian yang kedua adalah
organisasi internasional yang total pinjamannya mencapai 26,2 miliar. Disusul sumbersumber lainnya sekitar USD 46,2 miliar.
Dari Negara pemberi pinjaman, Negara terbesar memberi utang ke Indonesia adalah
Singapura dimana totalnya mencapai USD 47,4 miliar. Kemudian disusul oleh Negara
Amerika dengan total pinjaman mencapai USD 38,4 miliar. Lalu Jepang dengan total
pinjaman mencapai USD 36,7 miliar dan selanjutnya adalah Belanda dengan total pinjaman
USD 13,5 miliar. Selain itu masih banyak Negara lain yang total pinjamannya sekitar USD 5
miliar seperti Prancis, Korea Selatan, Jerman.

Untuk organisasi internasional pemberi pinjaman luar negeri ke Indonesia yang
terbesar adalah International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), anak usaha
Bank Dunia, dengan total pinjaman mencapai USD 10,5 miliar. Disusul oleh Asian
Development Bank (ADB) dengan total pinjaman USD 9,8 miliar. Selanjutnya adalah Dana
Moneter Internasional (IMF) dengan total pinjaman mencapai USD 3 miliar. Masih ada pula
organisasi lain yang memberi pinjaman dibawah USD 3 miliar seperti IDB.
Posisi utang luar negeri Indonesia yang mencapai USD 262,4 miliar terbagi utang luar
negeri pemerintah dan bank central mencapai USD 125,8 miliar serta utang swasta sebesar
USD 136,6 miliar.
III. Sektor-sektor Pengguna Utang Luar Negeri
Berdasarkan data BI yang dikutip merdeka.com, Minggu (22/12), sector ekonomi

yang paling besar menggunakan adalah sector keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
seperti leasing dan business service. Posisi utang sector tersebut hingga Oktober 2013 adalah
USD 111,7 miliar.
Kemudian sector kedua terbesar adalah sector manufaktur atau pengolahan yang
mencapai USD 30 miliar. Lalu disusul sector pertambangan dan penggalian yang posisi utang
luar negerinya sebesar USD 25,2 miliar. Sector ekonomi selanjutnya yang terbesar utang luar
negerinya adalah sector gas, listrik dan air bersih dengan porsi USD 20,8 miliar.
Setelah itu disusul oleh sector jasa-jasa dan sector lain, posisi utang luar negerinya
masing-masing USD 17,5 miliar dan 17 miliar. Serta sector lain seperti pengangkutan dan
komunikasi yaitu USD 12,8 miliar dan sector pertanian sekitar USD 8,7 miliar dan terakhir
sector perdagangan, hotel dan restoran yaitu USD 7,4 miliar.
IV. Pengaruh Utang Pemerintah Terhadap Pembangunan Ekonomi
Hubungan antara utang luar negeri dengan ekonomi rakyat cukup erat. Utang
Indonesia yang semakin membengkak dan belum dapat dibayarkan membuat bunga yang
dihasilkan dari utang itu melebihi dari nilai utang yang diterima oleh pemerintah. Pemerintah
mencari cara agar utang dengan luar negeri dapat cepat terlunaskan, dan cara itu pun secara
tidak langsung dapat membuat rakyat sengsara. Misalnya dengan menaikkan harga BBM dan
harga bahan pokok. Dengan kenaikan harga-harga tersebut dapat meningkatkan jumlah

kemiskinan. Kemiskinan terjadi karena masyarakat tersebut tidak mampu membeli bahan
pokok yang harganya melonjak pesat.
Dampak utang luar negeri pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi banyak
dipertanyakan orang. Beberapa pengalaman dan bukti empiris juga telah menunjukkan bahwa
sejumlah Negara memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk melaksanakan pembangunannya
dapat berhasil dengan baik. Dalam berbagai model analisis regresi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Bahkan dengan model tertentu, terlihat bahwa utang luar negeri justru berdampak
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Misalnya saja terjadinya krisis ekonomi di Indonesia,
yaitu karena ekonomi nasional terlalu bergantung terhadap pinjaman luar negeri.
V. Dampak Positif Utang Luar Negeri terhadap Pembangunan Ekonomi Indonesia
Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia
dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara, akibat pembiayaan
rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan demikian, laju pertumbuhan
ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Tetapi dalam
jangka panjang, ternyata utang luar negeri tersebut menimbulkan berbagai persoalan ekonomi
di Indonesia.
VI. Dampak Negatif Utang Luar Negeri terhadap Pembangunan Ekonomi di Indonesia
1. Rakyat pembayar pajak harus merelakan sebagian pajak yang dibayarkannya
digunakan pemerintah untuk membayar cicilan pokok utang dan bunga. Rakyat harus
ikhlas membiarkan pemerintah memotong jatah dana pembangunan dari APBN, yang
semestinya bisa untuk membiayai program peningkatan kesejahteraan rakyat, terpaksa
digunakan untuk membayar cicilan pokok utang dan bunga.
2. Utang menyuburkan lahan korupsi bagi aparat birokrasi terkait di Negara penerima.
Semakin besar utang suatu Negara, semakin besar pula potensi korupsi dan
penyalahgunaan dan utang tersebut. Lembaga keuangan internasional seperti Bank
Dunia dan IMF sebagai pemberi utang pun cenderung membiarkan saja dana yang
diutangkan itu bocor dalam penggunaannya. Muncul tuduhan dan kritikan bahwa
selama ini tujuan mereka memberikan utang kepada Indonesia semata-mata untuk
meraup pendapatan bunga sebesar-besarnya,tanpa ambil pusing dana yang diutangkan
tersebut mengalami kebocoran.
3. Terganggunya system perekonomian nasional yaitu masalah proyek-proyek yang
didanai dengan utang tersebut. Banyak kalangan mempertanyakan efisiensi dari

proyek-proyek pemerintah yang dibiayai oleh utang luar negeri, misal: proyek-proyek
tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh Negara pemberi utang. Biasanya Negara
calon pemberi utang mengharuskan penggunaan komponen-komponen yang berasal
dari negaranya sehingga menyebabkan kemencengan yang memungkinkan terjadinya
inefisiensi proyek-proyek tersebut.
4. Komponen utang luar negeri justru mendominasi hampir seluruh pengeluaran
pembangunan pemerintah sehingga menimbulkan tingkat ketergantungan yang tinggi
pada utang luar negeri. Tidak ada tahun anggaran yang terlewatkan tanpa utang luar
negeri. Sebagian besar pengeluaran rutin pemerintah tersedot untuk pembayaran
bunga dan cicilan utang luar negeri sehingga mengurangi kemampuan pemerintah
untuk berinvestasi. Penurunan investasi pemerintah tersebut akan berdampak pada
menurunnya total investasi nasional sehingga juga akan mengurangi tabungan
masyarakat melalui penurunan output nasional.
VII. Mengantisipasi dampak krisis ekonomi yang terjadi di Negara – Negara maju
1. Memperkuat cadangan dana krisis di suatu Negara untuk menahan gempuran krisis
keuangan. Misalnya saja The European Financial Stability Facility and European
Stability Mechanism tercatat saat ini memiliki 740 miliar euro sebagai dana cadangan
untuk menghadapi krisis ekonomi.
2. Menanggulangi krisis ekonomi dengan pengaturan sistem ekonomi maupun politik
sehingga ekonomi sebuah Negara atau seluruh dunia dapat bertahan dan berjalan
secara stabil
VIII. Usaha pemerintah Saat Ini Untuk Mengatasi Utang Luar Negeri
Pemerintah sendiri terbagi menjadi dua yaitu kebijakan pemerintah dalam ekonomi
makro dan dalam ekonomi mikro. Ekonomi makro menganalisis masalah tentang keseluruhan
kegiatan perekonomian sedangkan ekonomi mikro menganalisis mengenai bagian – bagian
kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian.
1)

Permasalahan Ekonomi Makro
a) Masalah Kemiskinan dan Pemerataan
Dari segi distribusi pendapatan nasional, penduduk Indonesia berada dalam
kemiskinan. Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki kelompok yang berpenghasilan
besar atau kelompok kaya Indonesia. Upaya pemerintah dalam penanggulangan
kemiskinan ini melalui berbagai cara, misalnya program IDT (Inpres Desa

Tertinggal), KUK (Kredit Usaha Kecil), KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen) PKT
(Program Kawasan Terpadu), GN-OTA dan program wajib belajar.
b) Krisis Nilai Tukar
Nilai tukar rupiah yang semula dikaitkan dengan dolar AS secara tetap mulai
diguncang spekulan yang menyebabkan keguncangan pada perekonomian yang juga
sangat tergantung pada pinjaman luar negeri sektor swasta. Pemerintah menghadapi
krisis nilai tukar ini dengan melakukan intervensi di pasar untuk menyelamatkan
cadangan devisa yang semakin menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan nilai
tukar yang mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang
mengambang terkendali.
c) Masalah Utang Luar Negeri
Depresiasi penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama
dolar AS yang relatif tetap dari tahun ke tahun menyebabkan sebagian besar utang
luar negeri tidak dilindungi dengan fasilitas lindung nilai (hedging) sehingga pada
saat krisis nilai tukar terjadi dalam sekejap nilai utang tersebut membengkak.Untuk
mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang luar negeri dengan
pihak peminjam. Pemerintah juga menggandeng lembaga-lembaga keuangan
Internasional untuk membantu menyelesaikan masalah ini.
d) Masalah Perbankan dan Kredit Macet
Banyak usaha yang macet karena meningkatnya beban utang mengakibatkan
semakin banyaknya kredit yang macet sehingga beberapa bank mengalami kesulitan
likuiditas. Kesulitan likuiditas makin parah ketika sebagian masyarakat kehilangan
kepercayaannya terhadap sejumlah bank sehingga terjadi penarikan dana oleh
masyarakat secara besar-besaran (rush).
Oleh karena itu pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan bank-bank
yang mengalami masalah likuiditas tersebut dengan memberikan bantuan likuiditas.
Namun untuk mengendalikan laju inflasi, bank sentral harus menarik kembali uang
tersebut melalui operasi pasar terbuka. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan suku
bunga SBI.
e) Masalah Inflasi
Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan
masalah krisis nilai tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini terjadi.
Cara mengatasi inflasi dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :
Ø Kebijakan Moneter

Yaitu segala kebijakan pemerintah di bidang moneter (keuangan) yang
dilakukan melalui Bank Indonesia (bank sentral) dengan cara mengatur jumlah
uang yang beredar. Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan,
menambah

atau

mengurangi

jumlah

uang

yang

beredar

dalam

upaya

mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus mengendalikan
inflasi.
Ø Kebijakan Fiskal
Yaitu kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengolah /
mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan
cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
f)

Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran
Berkurangnya daya serap lapangan kerja berarti meningkatnya penduduk
miskin dan tingkat pengangguran. Untuk menekan angka pengangguran dan
kemiskinan, pemerintah melakukan pelatihan bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja
memiliki keahlian sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia, pembukaan investasi
baru, terutama yang bersifat padat karya, pemberian informasi yang cepat mengenai
lapangan kerja.

2)

Permasalahan Ekonomi Mikro
a) Masalah Harga Dasar dan Harga Tinggi
Pengaruh dari krisis ekonomi yang melanda saat ini adalah melambungnya
harga berbagai jenis barang yang di butuhkan oleh produsen dan kosumen. Salah satu
campur tangan pemerintah dalam permasalahan ini ialah kebijakan pemerintah
mengenai harga dasar (floor price) dan harga tertinggi (ceiling price). Tujuan
penentuan harga dasar adalah untuk membantu produsen, sedangkan harga tertinggi
untuk membantu konsumen.
b) Meningkatnya Permintaan Beras
Gagal panen akan menyebabkan berkurangnya penawaran beras sehingga
harga beras akan naik. Tingginya harga beras akan menambah beban hidup
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap. Untuk mengatasi pasokan
beras ini, pemerintah melakukan program impor beras melalui tender terhadap
beberapa perusahaan swasta nasional dan asing.
c) Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)

Sehubungan dengan naiknya harga BBM, para pengusaha angkutan umum
mengalami penurunan pendapatan dan mengurangi laba bagi pengusaha dan para
sopir. Untuk menyesuaikan kenaikan harga BBM tersebut, beberapa pengusaha
angkutan umum menaikkan tarifnya secara sepihak. Tindakan ini tentu saja akan
memberatkan para konsumen pengguna jasa angkutan. Untuk mengatasi masalah
tersebut, pemerintah bersama para asosiasi pengusaha angkutan melakukan
penyesuaian tarif angkutan umum dengan menetapkan tarif resmi bagi para pengusaha
bus kota, angkutan kota dan taksi. Besarnya tarif resmi ini tentu tidak memberatkan
konsumen atau juga tidak merugikan pengusaha angkutan umum.
d) Masalah Monopoli
Praktik monopoli akan mengakibatkan penguasaan pasar terhadap barang atau
jasa tertentu yang dihasilkan oleh satu perusahaan. Perusahaan yang melakukan
praktik monopoli seringkali mempermainkan dan menetapkan harga tanpa
mempertimbangkan kelompok masyarakat yang memiliki usaha sejenis. Hal seperti
ini akan menghancurkan para pesaing. Untuk menghindari kegiatan praktik monopoli,
pemerintah membuat peraturan yang mengatur tentang kegiatan usaha agar
menumbuhkan iklim usaha yang sehat bagi masyarakat, yaitu UU No. 5 tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
e) Masalah Distribusi
Jalur distribusi barang dan jasa yang panjang akan mengakibatkan tingkat
harga barang menjadi tinggi dan mahal ketika sampai ke tangan konsumen. Untuk itu,
beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah atau swasta untuk memperpendek
jalur distribusi sehingga harga barang ketika sampai ke tangan konsumen tidak mahal.

IX. Rekomendasi Penanganan Utang Luar Negeri
1. Perlunya segera melepaskan ketergantungan terhadap utang luar negeri secara
bertahap.
Kebijakan ini dilakukan dengan mengurangi jumlah utang, hal ini akan mengurangi
beban pembayaran pokok dan bunga utang yang jatuh tempo.
2. Perlu diciptakan sistem yang terintegrasi dalam pengelolaan utang luar negeri dan
utang dalam negeri.

Melakukan pemantauan (monitoring) dan kajian (assesment) terhadap risiko yang
terkandung dalam struktur utang yang ada, dan merekomendasikan perbaikan dalam
struktur utang di masa yang akan datang. Utang dan risiko tersebut diharapkan sesuai
dengan arus kas untuk menghindari risiko kegagalan dalam memenuhi kewajiban.
3. Menjaga transparansi dan akuntabilitas publik.
Untuk menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas publik, harus ada keterbukaan
atas aspek-aspek penting operasi pengelolaan utang dan informasi mengenai kondisi
keuangan pemerintah, aset dan kewajiban pemerintah, dan audit atas seluruh aktivitas
pengelolaan utang.
X. STUDI KASUS
Sebagian besar Negara di dunia berupaya untuk mempercepat pembangunan
negaranya. Pembangunan dilakukan dalam semua aspek. Pembangunan infrastruktur dan
fasilitas, pembangunan pendidikan dan kesehatan, dan pembangunan lainnya. Semua
pembangunan yang dilakukan selalu merujuk kepada kesejahteraan rakyatnya.
Tidak semua capital yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Sehingga setiap Negara
membutuhkan bantuan pihak lain dalam bentuk pinjaman, baik pinjaman dalam negeri
maupun pinjaman luar negeri. Begitu juga dengan Indonesia. Sebagai Negara berkembang,
Indonesia berupaya untuk mempercepat pembangunan demi kemajuan bangsa. Indonesia
melakukan kerjasama bilateral maupun multilateral suapaya mendapatkan suntikan dana
segar dengan bunga yang rendah sehingga tidak memberatkan Negara dalam membayarnya.
Sri Mulyani berpendapat bahwa utang adalah instrument untuk mencapai
kesejahteraan (2009). Dengan utang Negara bisa membiayai defisit APBN sehingga tidak
mengganggu pembangunan yang sedang berlangsung. Pengelolaan utang yang tepat sasaran
dan transparan sangat diperlukan. Utang yang dilakukan bisa berdampak buruk bagi
pekembangan perekonomian suatu Negara jika tidak diolah dengan baik.
Profil Utang Indonesia
Dalam beberapa tahun ini utang Indonesia mengalami kenaikan. Kenaikan nilai
nominal utang Indonesia diakibatkan oleh beberapa factor, yaitu:
a. Akumulasi hutang di masa lalu (legacy dept) yang merupakan refinancing yang
b.

cukup besar.
Dampak krisis ekonomi tahun 1997/1998:

c.

 Depresi rupiah terhadap mata uang asing
 BLBI dan Rekapitalisasi Perbankan,
Pembiayaan defisit APBN yang merupakan keputusan antara pemerintah dan
DPR-RI. Hal ini dilakukan untuk:
 Menjaga stimulus fiskal misalnya pembangunan infrastruktur, pertanian


dan energy, dan proyek padat karya.
Pengembangan peningkatan kesejahteraan masyarakat misalnya PNPM,






BOS, Jamkesmas, Raskin, PKH, Subsidi.
Mendukung pemulihan dunia usaha termasuk misalnya intensif pajak.
Mempertahankan anggaran pendidikan 20%.
Peningkatan anggaran Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista)
Melanjutkan reformasi birokrasi

Utang Indonesia tahun 2000-2013
2,500.00
2,000.00
1,500.00
1,000.00
500.00
0.00
20002001200220032004200520062007200820092010201120122013
Hutang Indonesia

Gambar 1. Utang Indonesia tahun 2000 sampai 2013
Kenaikan jumlah utang Indonesia bukan satu-satunya indicator yang menentukan kualitas
perencanaan anggaran pembangunan di Indonesia. Indikator atau profil utang lain yang biasa
digunakan adalah solvabilitas, dan likuiditas.
1. Solvabilitas
Indikator ini diukur dengan rasio utang terhadap PBD. Solvabilitas
menggambarkan kemampuan output suatu perekonomian untuk menutupi utang
seandainya terjadi keadaan tertentu yang mengakibatkan anggaran Negara tidak
likuid.
Tabel 2. Perkembangan Rasio Utang Indonesia

Gambar 2. Perkembangan Rasio utang Indonesia terhadap PDB.

Rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto dari tahun ke tahun menurun.
Pada tahun 2008 berada pada angka 33%. Tahun 2009 turun menjadi 28,3%, 26.1 tahun 2010,
24.1 tahun 2011, 24% tahun 2012 dan kembali turun pada tahun 23.4%. Dari data di atas,
kondisi utang Indonesia masih dibilang aman. Masih banyak Negara lain yang memiliki rasio
utang-PDB tinggi. Negara maju pun tidak terlepas dari jeratan hutang. Rasio utang Amerika
Serikat terhadap PDB sebesar 108%, Jepang 245%, Inggris 90,7%, Jerman 82,8% dan
Perancis 89,9% terhadap PDB masing-masing.
Sebagian besar utang Indonesia dilakukan dalam bentuk penerbitan Surat Berharga
Negara. Tahun 2013 dari 2.355 triliun, 71% diterbitkan dalam bentuk Surat Berharga Negara.
Menurut Purwosutjipto (1996), surat berharga adalah surat bukti tuntutan utang, pembawa
hak dan mudah diperjualbelikan. Pengertian tersebut di samping mencakup aksep, promes,
wesel, cek termasuk pula surat atau instrumen lain yang diatur dalam KUHD yaitu saham,
surat angkut, kuitansi, polis asuransi, persetujuan sewa kapal (charter party), konosemen, dan
delivery order, surat atau instrumen yang diatur di luar KUHD, yaitu Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), sertifikat deposito, obligasi, traveller’s

cheque bahkan surat atau instrumen lainnya yaitu bilyet deposito berjangka, buku tabungan,
surat angkutan udara dan bilyet giro.

Sumber : Kementrian Keuangan dan BPS, diolah
2. Likuiditas
Faktor lainnya adalah likuiditas yang menggambarkan kemampuan anggaran
membiayai pengeluaran dari penerimaannya sendiri di luar utang dan obligasi. Pada
masa lalu, sering digunakan parameter debt to service ratio (DSR, rasio utang luar
negeri terhadap penerimaan ekspor). Namun, proporsi utang yang saat ini lebih besar
berasal dari dalam negeri membuat parameter itu kurang tepat digunakan. Karena itu,
diperlukan parameter keseimbangan primer (primary balance) yang menunjukkan
surplus atau defisit APBN yang dihitung dari penerimaan negara di luar utang dan
obligasi terhadap pengeluaran negara di luar pembayaran cicilan utang dan bunga.
Dengan demikian, dapat diketahui posisi anggaran tanpa pembiayaan dan pengeluaran
utang.

Gambar 3. Defisit dan pembiayaan APBN 2008-2013

Perbandingan pengeluaran dan defisit Anggaran tahun 2008-2013
2000
1800
1600
1400

Ju
m
la
h(tr
iliu
n
)

1200
1000
800
600
400
200
0

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Gambar 4. Perbandingan pengeluaran dan defisit anggaran tahun 2008-2013

Persentase defisit anggaran pemerintah dari tahun ke tahun cenderung naik. Kenaikan
itu mencapai puncaknya mencapai 12,99% dari total dari belanja Negara yang tidak bisa
diatasi oleh pendapatan Negara. Kenaikan ini terjadi secara bertahap, mulai dari 0,42% pada
tahun 2008 menjadi 9,45% di tahun 2009, selanjutnya turun 4,49% tahun 2010. Tetapi
penurunan ini tidak bisa dipertahankan sehingga pada tahun 2011 kembali naik menjadi
6,52% dan tahun 2012 berada pada nilai 10,27%. Hal ini membuat Indonesia harus mencari
dana segar dari pihak lain untuk menutupi lobang yang tidak bisa diisi lagi. Dana segar itu
bisa berasal dari luar negeri berupa pinjaman multilateral dan bilateral, bisa juga berasal dari
dalam negeri. Cara lain yang digunakan pemerintah adalah menerbitkan Surat Berharga
Negara. Seperti yang digambarkan pada gambar 3, sebagian besar defisit anggaran belanja
Negara ditutupi dengan Surat Berharga Negara.
Rating obligasi
Rating adalah suatu penilaian yang terstandarisasi terhadap kemampuan suatu negara
atau perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya (Rudiyanto, 2011). Suatu rating terdiri
dari 2 bagian Rating dan Outlook. Rating adalah kemampuan membayar hutang sedangkan
Outlook adalah pandangan dari perusahaan pemeringkat apakah Rating akan naik, turun atau
tetap pada periode penilaian berikutnya. Rating sendiri terdiri dari 2 yaitu 3 huruf yang
disertai dengan tanda atau angka tergantung perusahaan pemeringkat. Sebagai contoh urutan
dari yang paling tinggi hingga paling rendah secara umum adalah sebagai berikut


Investment Grade
o AAA atau Aaa
o AA+, AA dan AA- atau Aa1, Aa2 dan Aa3
o A+, A, dan A- atau A1, A2 dan A3
o BBB+, BBB dan BBB- atau Baa1, Baa2 dan Baa3



Non Investment Grade (junk Bond) dengan rating di bawah BBB atau Baa
o

BB+, BB dan BB- atau Ba1, Ba2, dan Ba3

o

B+, B dan B- atau B1, B2 dan B3

o

CCC+, CCC dan CCC- atau Caa1, Caa2, dan Caa3

o

CC+, CC dan CC- atau Ca11, Ca2 dan Ca3

o

C+, C dan C- atau C1, C2 dan C3

o

Default

Investment Grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan atau negara dianggap
memiliki kemampuan yang cukup dalam melunasi hutangnya. Sehingga bagi investor yang
mencari investasi yang aman, umumnya mereka memilih rating Investment Grade. Praktek
pada perusahaan lebih detail lagi. Ada perusahaan yang menerapkan screening yang lebih
mendalam seperti harus BUMN atau kalaupun investment Grade minimal A. Rating BBB
dianggap masih belum aman.
Non Investment Grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan atau negara dianggap
memiliki kemampuan yang meragukan dalam memenuhi kewajibannya. Perusahaan yang
masuk kategori ini biasanya cenderung sulit memperoleh pendanaan. Supaya bisa berhasil
umumnya mereka memberikan kupon atau imbal hasil yang tinggi sehingga disebut juga
dengan High Yield Bond. Investor yang memilih jenis obligasi ini biasanya cenderung
memiliki sifat spekulatif. Sebab jika ternyata perusahaan berkomitmen melunasi seluruh
kewajibannya, imbal hasil yang diterima bisa sangat tinggi.
Bagaimana dengan Indonesia?
Bedasarkan data yang dikeluarkan oleh beritasatu.com tahun 2010an, peringkat
hutang Indonesia berada di level BBB-, Indonesia dinilai menunjukkan masih terjaganya
kepercayaan internasional terhadap pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam mengambil
langkah kebijakan ekonomi.

BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
1. Alasan Pemerintah melakukan utang luar negeri adalah banyak modal yang
dibutuhkan untuk membangun sarana dan prasarana, pemerintah Indonesia harus
menambah utang luar negeri yang baru untuk membayar utang luar negeri yang lama
yang telah jatuh tempo, datangnya modal dari luar negeri.
2. Posisi utang luar negeri Indonesia yang mencapai USD 262,4 miliar terbagi utang
luar negeri pemerintah dan bank central mencapai USD 125,8 miliar serta utang
swasta sebesar USD 136,6 miliar. Negara pemberi utang terbesar ke Indonesia
adalah Singapura, Amerika Serikat, dan Jepang.
3. Sektor-sektor pengguna utang luar negeri Indonesia adalah ekonomi, sektor
manufaktur dan pengolahan.
4. Dampak positif utang luar negeri dalam jangka pendek menutupi defisit anggaran
pendapatan dan belanja Negara, sedangkan dampak negatifnya adalah sebagian
pajak yang dibayar rakyat harus digunakan untuk membayar utang, dan timbulnya
ketergantungan Indoneesia terhadap utang.
5. Indikator baik buruknya kondisi utang suatu Negara dapat dilihat dari jumlah utang,
solvabilitas, dan likuiditas.
II. SARAN
Dalam proses pembangunan negara menjadi lebih maju tentu dibutuhkan dana
yang tidak sedikit. Dan jalan yang biasanya ditempuh oleh kebanyakan negara adalah
dengan melakukan pinjaman ke luar negeri. Dengan modal tersebut negara bisa
membangun berbagai sarana dan memajukan ekonomi bangsa.
Namun utang luar negeri selalu memiliki masalah tersendiri bagi suatu negara,
apalagi berkaitan dengan pembangunan. Walaupun tak selamanya berdampak negatif,
namun perlu adanya penanganan tersendiri untuk menghadapi masalah ini agar nantinya
tidak menghambat pembangunan ekonomi suatu negara.
Untuk meminimalisir dampak buruk masalah tersebut perlu adanya langkah nyata
untuk melepaskan ketergantungan negara dari kegiatan utang luar negeri secara bertahap.
Selain mengurangi jumlah utang, hal ini dapat mengurangi beban bunga nantinya. Di
samping itu, perlu adanya suatu sistem terintegrasi dalam pengelolaan utang luar negeri
untuk memperbaiki struktur utang yang ada. Perlu juga adanya transparansi atau

keterbukaan dalam pengelolaan utang dan informasi mengenai kondisi keuangan
pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
http://m.merdeka.com/uang/ini-pemberi-utang-luar-negeri-indonesia-hingga-rp-3148triliun.html
http://m.merdeka.com/uang/untuk-apa-saja-utang-luar-negeri-sebesar-rp-3148-triliun.html

http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2011/10/19/mengenal-rating-surat-hutang-negara/
http://reyhanaes.blogspot.com/2013/09/perbandingan-hutang-indonesia-dengan.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30164/3/Chapter%20II.pdf
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Profil Utang Pemerintah Pusat tahun
2013.Jakarta