Pencemaran dan Kerusakan Tanah (1)

BAB 1
KAJIAN PUSTAKA
1.1. Tanah
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa, yang dimaksud dengan tanah adalah salah
satu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral
dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai
kemampuan

menunjang

kehidupan

manusia

dan

makhluk

hidup


lainnya.

(Suwarji.2008). Karakteristik tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan yang
melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan, serta terbentuk dari campuran
bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan
sehingga mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol/humosol)
terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.
1.2. Lahan
Menurut Undang – Undang No. 41 tahun 2009 lahan adalah bagian daratan dari
permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap
faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan
hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia. Dalam
ekonomi dan pertanian, lahan mencakup semua sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan di bawah, pada, maupun di atas permukaan suatu bidang geografis.
Dalam kehidupan sehari – hari, sebagian besar masyarakat menganggap bahwa lahan
memiliki definisi yang sama dengan “tanah”. Dalam kenyataannya, lahan tidak selalu
berupa tanah, karena dapat mencakup pula kolam, rawa, danau, atau bahkan lautan.
1.3. Kerusakan Tanah dan Lahan
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa, disebutkan bahwa kerusakan tanah untuk

produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku
kerusakan tanah. Kerusakan tanah ini dapat berdampak pada lingkungan hidup dan
makhluk hidup yang berada di dalamnya.
Kerusakan tanah dapat diakibatkan oleh adanya pencemaran tanah di lingkungan
sekitarnya. Pencemaran tanah adalah keadaan ketika bahan kimia (buatan manusia)
masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Ketika suatu zat berbahaya/beracun
telah mencemari permukaan tanah, maka zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan
atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
mengendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat
1

berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air
tanah dan udara di atasnya.

BAB II
KERUSAKAN TANAH DAN LAHAN
2

2.1. Penyebab
Kerusakan tanah dan lahan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :

2.1.1. Faktor Alami
Kerusakan tanah dan lahan yang disebabkan oleh faktor alami biasanya
bersumber dari peristiwa alam/bencana alam, seperti adanya pembusukan secara
biologis, erosi tanah, aktivitas gunung berapi, dll.
2.1.2. Faktor Buatan
Faktor buatan merupakan faktor yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang
tidak memperhatikan keadaan lingkungan sekitar. Adapun yang termasuk dalam
faktor buatan, yaitu :
2.1.2.1. Limbah Domestik
Limbah domestik merupakan limbah yang dihasilkan dari aktivitas
rumah tangga dan pemukiman penduduk, perdagangan/pasar/tempat
usaha, hotel, perkantoran, tempat wisata dan lain sebagainya. Limbah
domestik dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Limbah padat, berupa sampah anorganik. Karena jenis sampah ini
sulit diuraikan oleh mikroorganisme tanah, seperti kantong plastik,
kaleng bekas minuman, botol plastik, dll;
2. Limbah cair, berupa limbah sisa detergen, sisa cucian piring, tinja,
oli, cat, dll. Jika limbah tersebut meresap ke dalam tanah, maka
akan merusak kandungan air tanah dan membunuh mikroorganisme
dalam tanah.

2.1.2.2. Limbah Industri
Limbah industri merupakan limbah yang dihasilkan dari proses
industri, seperti limbah pabrik, industri perumahan, industri tekstil, dll.
Limbah domestik dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Limbah industri berupa limbah padat merupakan hasil sisa industri
berupa padatan, lumpur, dan bubur yang berasal dari proses
pengolahan. Misalnya, sisa pengolahan pabrik gula, kertas, ikan,
tekstil, dll;
2. Limbah industri berupa limbah padat merupakan hasil sisa
pengolahan dalam proses produksi, misalnya sisa hasil pengolahan
industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya.
2.1.2.3. Limbah Pertanian
Limbah pertanian dapat berasal dari penggunaan pupuk sintetik yang
digunakan untuk menyuburkan tanaman, misalnya pupuk area,
pestisida pemberantas hama tanaman (misalnya DDT), dll.
3

2.2. Dampak
Tanah memiliki peran penting dalam pertumbuhan makhluk hidup, memeilihara
ekosistem, memelihara siklus air, dan lain sebagainya. Apabila tanah tercemar maka an

menimbulkan dampak pada kehidupan manusia dan lingkungan. Dampak pencemaran
tanah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
2.2.1. Dampak Langsung
Dampak kerusakan tanah secara langsung akibatnya dapat dirasakan secara
langsung oleh manusia, seperti akibat dari pembuanagan limbah padat organik
yang berasala dari kegiatan rumah tangga, industri, dan pertanian. Adapun
dampaknya secara langsung yaitu :
2.2.1.1. Timbunan sampah yang

berasal

dari

limbah

dmestik

dapat

menyebabkan timbulnya lindi (air sampah) dan bau, sehingga dapat

mengganggu udara sekitar dan mencemari tanah. Selain itu timbuna
sampah juga mengandung gas nitrogen, asam sulfida, zat mercury,
chrom, dan arsen dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, biota
dalam tanah, dan merusak struktur permukaan dan tekstur tanah;
2.2.1.2. Limbah cair, berupa limbah sisa detergen, sisa cucian piring, tinja, oli,
cat, dll jika meresap dalam tanah dapat mencemari air tanah dengan
adanya bahan – bahan kimia yang terkandung di dalamnya;
2.2.1.3. Limbah padat hasil pembuangan industri berupa padatan bubur dan
lumpur dapat membusuk yang menimbulkan bau di sekitar karena
adanya reaksi kimia (menghasilkan gas tertentu). Apabila timbunan
berada dalam jangka waktu lama, maka akan mengakibatkan rusaknya
permukaan tanah dan air yang meresap ke dalam tanah akan
terkontaminasi dengan bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya
kualitas air tanah;
2.2.1.4. Penggunaan pestisida dalam pertanian secara berlebihan dapat
mengakibatkan musnahnya mikroorganisme berguna dalam tanah,
sehingga tanaman pertanian tidak dapat tumbuh secara maksimal.
Selain itu penggunaan pestisida secara terus menerus akan membuat
hama tanaman semakin kebal terhadap pestisida tersebut (mutasi);
2.2.1.5. Penggunaan pupuk secara berlebihan dan terus menerus pada pertanian

dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kesuburan tanah, kerusakan
strukur tanah, dan unsur hara dalam tanah semakin berkurang.
2.2.2. Dampak Tidak Langsung

4

Dampak tidak langsung dari kerusakan tanah akan akibatnya dapat dirasakan
oleh manusia melalui media lain yang ditimbulkannnya. Adapun dampaknya
secara tidak langsung yaitu :
2.2.2.1. Pada Kesehatan
1. Adanya timbal sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan
kerusakan otak, serta kerusakan ginjal;
2. Merkuri (air raksa) dapat menyebabkan kerusakan ginjal;
3. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan
pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat;
4. Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi
tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia;
5. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan ganguan pada saraf
otot, dll.
2.2.2.2. Pada Ekosistem

1. Perubahan kimiawi tanah yang disebabkan adanya bahan kimia
beracun/berbahaya. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan
metabolisme pada mikroorganisme yang hidup di lingkungan tanah
tersebut;
2. Sampah anorganik yang menumpuk dapat meyebabkan akar
tanaman dan air tidak dapat menembus lapisan tanah, sehingga
mineral air yang diperlukan oleh tanaman tidak dapat tercukupi.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang tidak maksimal,
serta dapat mengurangi jumlah mikroorganisme dalam tanah;
3. Pada pertanian dapat mengakibatkan perubahan metabolisme
tanaman yang berdampak pada penurunan kualitas hasil pertanian;
4. Sisa hasil industri yang mengandung banyak bahan kimia yang
berbahaya dapat meresap dalam tanah, sehingga mengakibatkan
kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat
penting terhadap kesuburan tanah.

5

BAB III
SOLUSI DAN PENCEGAHAN

3.1. Pencegahan
Kegiatan pencegahan pada dasarnya bertujuan unutk melakukan pencegahan dengan
berusaha untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran tanah ataupun kerusakan
tanah dan lahan. Berikut beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan untuk
melakukan pencegahan :
3.1.1. Mengolah sampah organik menjadi bahan pupuk kompos, sehingga dapat
mengurangi terciumnya bau tidak sedap dari gas-gas yang timbul pada proses
pembusukan;
3.1.2. Melakukan daur ulang terhadap sampah anorganik menjadi barang yang lebih
berguna ataupun membuangnya ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) melalui
6

pasukan kuning ataupun TPA terdekat. Di TPA sampah akan diolah dengan
sebaik-baiknya tanpa harus mencemari lingkungan sekitarnya;
3.1.3. Pengolahan terhadap limbah industri pabrik yang mengandung logam berat
sebelum dibuang ke lingkungan sekitar (sungai), seperti dengan melakukan
pemurnian terlebih dahulu;
3.1.4. Penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak berlebihan dan sesuai aturan untuk
menjaga kesuburan tanah.
3.2. Solusi

Apabila tanah sudah tercemar, maka dapat dilakukan beberapa penanggulangannya,
seperti berikut :
3.2.1. Remidiasi
Remidiasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Terdapat 2 jenis dari remidiasi, yaitu :
1. Remidiasi in-situ (on-site) adalah kegiatan pembersihan yang dilakukan
secara langsung di lokasi yang tercemar. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi;
2. Remidiasi ex-situ (off-site) adalah kegiatan penggalian tanah yang tercemar
dan kemudian dibawa ke tempat yang aman untuk dibersihkan dari zat
pencemar. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menyimpan tanah yang
tercemar dalam sebuah tanki/bak yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke dalam tanki/bak tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak dan kemudian diolah dengan instalasi pengolah
air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Dalam melakukan remidiasi, terdapat hal – hal yang harus diketahui, yaitu :
1.
2.
3.
4.

5.
6.

Jenis pencemar (organik atau anorganik);
Jumlah zat pencemar yang telah mencemari tanah;
Perbandingan antara karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P);
Jenis tanah;
Kondisi tanah (basah atau kering);
Jangka waktu tanah telah tercemar oleh zat pencemar terendapkan di lokasi

tersebut.
3.2.2. Bioremidiasi
Bioremidiasi adalah

proses

pembersihan

pencemaran

tanah

dengan

menggunakan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri unutk memecah zat
pencemar menjadi bahan yang kurang atau tidak beracun (karbon dioksida dan
air). Konsep bioremidiasi termasuk :
1. Biodegradasi, yaitu transformasi atau detoksifikasi kontaminan oleh
organisme. Transformasinya bisa sebagian atau semuanya;

7

2. Mineralisasi, yaitu konversi secara lengkap suatu kontaminan organik
menjadi penyusun anorganiknya oleh spesies mikroorganisme atau
konsorsium (kelompok) mikroorganisme;
3. Kometabolisme, yaitu transformasi suatu kontaminan tanpa penyediaan
karbon atau energi untuk mikoroorganisme degradasi.
Proses bioremediasi harus memperhatikan temperatur tanah, ketersediaan air,
nutrient, perbandingan C : N kurang dari 30 : 1, dan ketersediaan oksigen.
Dalam penggunaan tindakan bioremidiasi terdapat beberapa kriteria yang harus
dipenuhi, yaitu :
1. Organisme yang digunakan harus mempunyai aktivitas metabolism yang
dapat mendegradasi kontaminan dengan kecepatan memadai, sehingga dapat
membuat konsentrasi kontaminan pada tingkat/ambang batas aturan yang
ada;
2. Kontaminan yang diajadikan sasaran harus ‘bioavailable’ (tersedia untuk
proses biologi);
3. Tempat dilakukan bioremediasi harus mempunyai kondisi tanah yang
kondusif untuk pertumbuhan mikroba atau tanaman atau untuk aktivitas
enzim;
4. Biaya bioremediasi harus lebih murah dari biaya penggunaan teknologi lain
yang juga dapat mendetoksifikasi kontaminan.
3.2.3. Fitroremidiasi
Fitroremidiasi adalah teknologi pembersihan, penghilangan, atau pengurangan
pelutan berbahaya, seperti logam berat, pestisida, dan senyawa organik beracun
dalam tanah atau air dengan menggunakan bantuan tanaman hiperakumulator
plant. Contoh tanaman hiperakumulator adalah sebagai berikut :

Berikut adalah proses dalam melakukan fitroremidiasi :
1. Phytoacumulation : tumbuhan menarik zat kontaminan

sehingga

berakumulasi disekitar akar tumbuhan;
8

2. Rhizofiltration : proses adsorpsi pengendapan zat kontaminan oleh akar
untuk menempel pada akar;
3. Phytostabilization : penempelan zat – zat kontaminan tertentu pada akar
yang tidak mungkin terserap ke dalam batang tumbuhan;
4. Rhyzodegradetion : penguraian zat – zat kontaminan oleh aktivitas mikroba;
5. Phytodegradation : penguraian zat kontaminan;
6. Phytovolazation : transpirasi zat kontaminan oleh tumbuhan dalam bentuk
yang telah menjadi larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik beberapa simpulan diantaranya :
4.1.1. Tanah adalah salah satu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang
terdiri dari bahan mineral dan bahan organik. Sedangkan lahan adalah bagian
daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi
tanah, iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi;
4.1.2. Kerusakan tanah dan lahan adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui
kriteria baku kerusakan tanah. Kerusakan tanah dapat diakibatkan oleh adanya
pencemaran tanah yang memiliki definisi adalah suatu keadaan ketika bahan
kimia (buatan manusia) masuk dan mengubah lingkungan tanah alami;
4.1.3. Kerusakan tanah dan lahan dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor alam
(bencana alam) dan faktor buatan yang berasal dari limbah domestik, limbah
industri, dan limbah pertanian;
4.1.4. Dampak dari kerusakan tanah dan lahan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
dampak langsung dan dampak tidak langsung (pada kesehatan dan ekosistem);
4.1.5. Kerusakan tanah dan lahan dapat dicegah dengan cara, mengolah sampah
organik menjadi pupuk kompos, membuang sampah anorganik di TPA atau
melakukan daur ulang, melakukan pemurnian terhadap limbah industri sebelum
dibuang, dan penggunaan pupuk pestisida secara tepat guna;
4.1.6. Solusi untuk mengatasi kerusakan tanah dan lahan dapat dilakukan dengan cara
melakukan remidiasi, bioremidiasi, dan fitroremidiasi.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi masyarakat diharapkan dapat mengerti dan mampu menjaga keadaan di
lingkungan sekitar, terutama lingkungan tanah;
4.2.2. Bagi pelajar diharapkan dapat menjadi sebuah wawasan pembelajaran mengenai
kerusakan lahan dan tanah.

9

DAFTAR PUSTAKA
Notodarmojo, Suprihanto.

2005. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Bandung: ITB

Wikipedia.

Bandung
2013. Tanah, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah), diakses tanggal 17

Wikipedia.

Januari 2015.
2013. Lahan, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Lahan), diakses tanggal

Sony.

17 Januari 2015.
2011.
Pencemaran

Tanah,

(Online),

sony.blogspot.com/2011/03/pencemaran-tanah.html),

diakses

(http://fisstanggal

27

Februari 2014.

10