Negara dan Pasar Negara Dunia Ketiga dan

NEGARA DAN PASAR: NEGARA DUNIA KETIGA DAN KETERGANTUNGAN
Makalah
Ekonomi Politik

Disusun Oleh :
Indra Surya Ramadhan
11141120000051

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016 M

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Total populasi manusia Negara Dunia ketiga (Negara Berkembang), adalah 70% dari
populasi dunia, hanya memberikan penghasilan hidup 20% dari pendapatan dunia 1 (Mungkin
sudah berkurang atau sebaliknya). dengan kata lain, 2/3 penduduk dunia, terutama belahan
dunia asia dan afrika, hidup dalam kondisi yang tidak beruntung dan sebaliknya, kondisi
negara maju memiliki tingkat kemakmuran yang jauh lebih tinggi dikarenakan memiliki

penghasilan hidup 80% dari pendapatan dunia.
Menurut klasifikasi World Bank, ada 2 tingkat negara yang dapat disebut negara
berkembang dan negara maju berdasarkan taraf pendapatan nasional per kapita pada tahun
2008 yaitu, negara berkembang berpenghasilan rendah memiliki perkapita US $ 3.855 atau
kurang. Negara maju memiliki pendapatan nasional per kapita lebih dari US $ 3.855. 2
Identifikasi negara berkembang juga dapat dilihat dengan melihat keadaan sosial dan
ekonomi negara berkembang yang rata-rata memiliki tingkat pengangguran tinggi,
produktivitas yang rendah , kemiskinan tinggi, dan tingkat ketergantungan yang tinggi
kepada negara yang lain.
Kondisi yang berbeda antara tingkat kemakmuran negara maju dan berkembang
membentuk ketimpangan yang sangat bermasalah bagi negara berkembang, dikarenakan hal
ini dapat menyebabkan banyak permasalahan sosial, terutama menyangkut masalah
ekspektasi hidup seperti, kebutuhan kesehatan, pendidikan untuk menghadapi tuntutan
modernisasi, tuntutan ekonomi untuk mencukupi kehidupannya, konflik sosial dalam
masyarakat, dan lainnya.
Selain itu, Posisi ini menyebabkan negara berkembang berada dalam kondisi yang
tak menguntungkan dalam tatanan global dikarenakan memiliki kelemahan ekonomi.
Kelemahan ekonomi suatu negara adalah prasangka kebanyakan orang atas dasar penyebab
interdepedensi


atau ketergantungan, bahkan sebuah dominasi kuat-lemah dalam tatanan

global. Tentunya, permasalahan sosial ini adalah tuntutan masyarakat kepada negara untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Solusi mainstream untuk menghadapi permasalahan
1 Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983) hal.
27.
2 Sumber: dosenpendidikan.com

ekonomi tersebut adalah melalui pembangunan ekonomi untuk memperkuat kekuatan
ekonomi suatu negara.
Tatanan global modern dibentuk oleh proses kebudayaan yang ditandai dengan
adanya kecenderungan wilayah-wilayah di dunia, baik geografis maupun fisik, menjadi
seragam dalam format budaya, sosial, ekonomi, dan politik yaitu, Globalisasi. 3 Dampak
globalisasi tersebut membentuk tatanan ekonomi yang bersifat meningkatnya integrasi
ekonomi antar negara-negara di dunia, baik antar negara maju dan berkembang. Ekspansi
pasar ekonomi global tersebut menjelma menjadi penyelenggaraan pasar bebas yang
memberikan banyak keuntungan ekonomis. Seperti, penyebarluasan teknologi modern yang
memudahkan kehidupan manusia, tersedianya banyak lapangan pekerjaan baru dari investasi
asing, perdagangan skala besar yang membuka peluang-peluang ekonomi dan sebagainya.
Format globalisasi tersebut akhirnya juga mempengaruhi sistem politik suatu negara

dikarenakan kebutuhan untuk meliberalisasi pasar. Seperti, pasca perang dingin negaranegara eropa timur yang bersifat sosialis merubah kebijakan ekonominya ke orientasi pasar.
Contoh lainnya, donor modal asing IMF dengan persyaratan reformasi politik suatu negara
agar meliberalisasi sistem politik.
Posisi negara berkembang dalam era globalisasi cenderung mengikuti trend
globalisasi agar dapat mengikuti perkembangan zaman serta tuntutan-tuntutannya. Namun,
hal ini menjadikan posisi negara berkembang sebagai pengikut trend mudah dikendalikan
oleh negara-negara maju atau kekuatan-kekuatan internasional yang lebih kuat secara
ekonomi dan politik. Dorongan untuk mengikuti trend globalisasi disebabkan oleh
keuntungan ekonomi yang dijanjikan, harus dilihat secara kritis dampak lainnya, seperti
masalah kekuatan-kekuatan internasional yang sudah kuat dapat memonopoli negara
berkembang dengan menciptakan hubungan ketergantungan. Hubungan ketergantungan ini
dibentuk dengan memberikan keuntungan ekonomi terhadap negara berkembang namun
dengan syarat-syarat yang mengikat, dan mungkin dapat merugikan sebuah negara
berkembang. Acuan dalam memahami struktur ekonomi global dan dalam pembangunan
ekonomi negara merujuk pada

teori-teori ekonomi mainstream. Oleh karena itu, untuk

memahami struktur global dan pembangunan tersebut diperlukan sebuah pendekatan teoritis
ekonomi.


3 Heru Nugroho, Negara, Pasar , dan Keadilan Sosial, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2001) hal.3-6.

Menurut Michael P. Torado, Teori-teori ekonomi klasik tidak dapat memenuhi
kebutuhan negara berkembang dikarenakan perbedaan konteks karakteristik institusional dan
struktural dari negara industri maju, tidak relevan dengan problema ekonmi tradisional negara
berkembang. Selain itu, kerangka yang dibangun teori klasik bersifat asosial dana sumsi
dasarnya adalah kondisi ideal meliputi kedaulatan konsumen, persingan yang sempurna, dan
peningkatan keuntungan. 4 padahal sifat dari ilmu ekonomi seharusnya dibawa dalam sebuah
sistem sosial. Hubungan ekonomi dan sistem sosial dikarenakan ekonomi adalah ilmu tentang
hubungan manusia dalam ekonomi, hubungan manusia ini tentunya tidak hanya dapat dilihat
dari aspek ekonomi saja tapi juga harus dilihat dari faktor-faktor non-ekonomis seperti
institusi sosial, kebudayaan, sistem politik dan lainnnya. Oleh karena itu, teori ekonomi
harus dilihat secara multidimensional.
Kenyataan dalam kegiatan ekonomi sehari-hari berhubungan langsung dengan aspekaspek ilmu sosial dan politik. ekonomi politik diperlukan untuk mempeljari masalah-masalah
proses sosial dan institusional yang melalui kelompok-kelompok ekonomi tertentu dan poltik
elit mempengaruhi proses distribusi kekayaan, sumber produktif, aturan kehidupan ekonomi
dan lain-lain. Hal ini menjelaskan adanya peranan “kekuasaan “ dalam keputusan-keputusan
ekonomi. Hal ini diperlukan untuk melakukan :
“transformasi struktural dan institusional yang cepat pada seluruh kehidupan

masyarakat yang secara efesien akan membawa hasil dari kemajuan ekonomi bagi sebagian
besar lapisan masyarakat atau populasinya”5
Permasalahan ini diangkat oleh penulis antara posisi dilematis ketergantungan negara
berkembang dengan tatanan global dan kebutuhan pembangunan ekonomi yang mendesak.
Ketergantungan atau interdepedensi yang dapat dimanipulasi oleh kekuatan-kekuatan
ekonomi-politik besar dunia internasional serta kebutuhan mendesak pembangunan ekonomi
domestik yang dapat menimbulkan permasalahan sosial. Penulis menggunakan pendekatan
teori ekonomi yang tidak melupakan aspek sistem sosial berbeda dengan teori ekonomi
klasik.

B. Rumusan Pertanyaan
4 Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983) hal.
42-48.
5 Ibid. hal. 50.

1. Apa penyebab ketergantungan masyarakat dunia, antara negara maju dan negara
berkembang , begitu berbeda?
2. Bagaimana mengatasi ketimpangan perbedaan kemakmuran dapat diatasi?
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Umum dan Struktur Negara Berkembang
Sekiranya dalam pembahasan negara dunia ketiga struktur ekonomi dunia ketiga
dipengaruhi faktor-faktor yang diluar faktor non-ekonomis seperti faktor geografis , evolusi
historis, sumber daya negara, sektor birokratis, ketergantungan kekuatan ekonomi luar dan
struktur politik internal dan eksternal. Namun, setidaknya ada beberapa karakteristik yang
dapat mencirikan sebuah negara berkembang berdasarkan Berbagai variasi dalam tingkat
serta komposisi hasil perkapita diantara berbagai negara yang merupakan manifestasi dari
kemiskinan dan kekayaannya.
G.M Meiyer dan R.E Baldwin, dalam bukunya “Economic Development Theory,
History and Policy” mengemukakan sifat ekonomis yang terdapat di negara-negara miskin
atau negara-negara yang sedang berkembang, yaitu :6
1. it is primary-producing
2. it faces population pressures
3. it has underdeveloped natural resources
4. it has economically backward population
Negara-negara berkembang pada umumnya mempunyai susunan atau struktur
produksi yang terdiri dari bahan dasar dan bahan makanan .Sebagian penduduknya bekerja
pada sektor pertanian . Tingkat penduduk di negara-negara sedang berkembang relatif tinggi,
tetapi secara ekonomi penduduk di negara berkembang relatif masih terbelakang. Artinya
kualitas penduduknya sebagai faktor tenaga kerja adalah rendah. Karena kualitas

penduduknya rendah maka sumber-sumber alam ini belum dapat dijadikan sumber-sumber
yang riil, karena kekurangan capital tenaga ahli.Kekurangan tenaga ahli karena negara-negara
6 http://www.resistbook.or.id/index.php?page=resensi&id=96&lang=id

berkembang terjerat dalam lingkungan yang tak berujung pangkal. Kekurangan capital tenaga
ahli sehingga mempengaruhi investasi rendah.
Tingkat kehidupan yang rendah di negara-negara yang sedang berkembang
dimanfestasikan secara kuantitatif dalam bentuk pendapatan yang rendah (kemiskinan,
kemelaratan), fasilitas perumahan yang tidak memadai, pendidikan terbatas, tingkat kematian
yang tinggi, umur pendek, harapan kosong pada umumnya perasaan kacau dan putus asa.
Akibat keterbatasan di atas, negara-negara berkembang mempunyai sumber alam
yang belum diperkembangan dan sumber daya manusia yang masih potensial. Oleh karena
itu, untuk meningkatkan produktivitas maka tabungan dalam negeri dan bantuan luar negeri
perlu dimobilisasi untuk mempercepat investasi baru dalam barang modal fisik dan
pengembangan sumber daya manusia, misalnya keterampilan manajerial melalui investasi di
bidang pendidikan dan pelatihan. kebutuhan tersebut menekan pemerintah untuk melakukan
orientasi kepada pasar yang menimbulkan teori dasar atas ketergantungan negara berkembang
dengan dunia internasional.
Alasan paling mendasar atas terjadinya pemusatan penduduk dan kegiatan produksi
di sektor pertanian dan produksi output primer (bahan-bahan mentah) lainnya di negaranegara berkembang itu sebenarnya sederhana saja, yakni, kenyataan bahwa pada tingkat

pendapatan yang rendah prioritas pertama pada setiap orang adalah pangan, pakaian dan
papan. Pada umumnya, perekonomian negara-negara berkembang lebih banyak berorientasi
ke produksi barang primer (produk-produk pertanian, bahan bakar, hasil pertyanian, hasil
hutan, dan bahan-bahan mentah) daripada barang sekunder (manufaktur) dan barang terserier
(jasa-jasa). Komoditi-komoditi primer tersebut andalan ekspor yang utama ke negara-negara
lain (baik ke negara-negara manu maupun ke sesama negara-negara berkembang).
Sebagian besar negara-negara miskin sangat membutuhkan devisa (foreignexchange)
untuk menambah tabungan domestik dalam rangka membiayai proyek-proyek pembangunan
yang teramat penting. Meskipun arus penanaman modal asing swasta dan bantuan luar negeri
memang membantu, ekspor berbagai macam komoditi primer itu tetap merupakan sumber
devisa yang utama bagi negara-negara berkembang. lebih dari 50 persen jumlah mata uang
asing yang mereka miliki diperoleh dari ekspor komoditi primer tersebut.
Pada dekade 1980-an dan 1990-an, hampir setiap negara berkembang, dengan
kecepatan yang berbeda-beda, bergerak menuju sistem perekonomian pasar. Banyak negara

melakukan hal tersebut atas anjuran Bank Dunia, yang sering menjadikannya sebagai syarat
permebrian bantuan. Nampaknya telah muncul semacam konsensus bahwa peran aktif
pemerintah perlu dikurangi dan pasar perlu diberi kelesuasaan lebih besar demi tumbuhnya
perekonomian yang lebih sehat dan subur. Hal ini disebut dengan liberalisasi dan reformasi
ekonomi.

Namun, liberalisasi reformasi ini terkadang menyebabkan banyak negara
berkembang yang terlilit utang luar negeri dalam jumlah sangat besar sehingga sebagian
besar devisa haisl ekspor tahun 1980-an dan 1990-an harus mereka relakan sebagai
pembayaran cicilan dan bunga utang. Bahkan terkadang mereka mengalami arusmodal
internasional yang negatif, artinya mata uang asing yang mengalir keluar ternyata lebih
banyak daripada yang mengalir masuk. Sekalipun ekspor sangat penting bagi negara-negara
sedang berkembang pada umumnya tapi pertumbuhan ekspor negara-negara Dunia Ketiga
ternyata tidak dapat mengimbangi ekspor negara-negara maju.
B. Kelemahan Teori Klasik
Adam Smith (1776) bahwa masalah ekonomi hanya dapat diselesaikan dengan
mekanisme pasar, dimana keseimbangan penawaran dan permintaan akan terwujud melalui
pasar persaingan sempurna, informasi sempurna dan hal ini digerakkan oleh tangan tidak
kentara (invisible hand). melalui prinsip invisible hand pasar akan mengarahkan setiap
individu untuk mengejar dan mengerjakan yang terbaik untuk kepentingannya sendiri, yang
pada akhirnya juga akan menghasilkan yang terbaik untuk seluruh individu. Peran pemerintah
tidak diperlukan karena akan menyebabkan perekonomian mengalami distorsi dan inefisiensi
7

Sejarah memperlihatkan bahwa teori ekonomi pasar nampaknya tidak selalu berjalan
efisien dan efektif, Individu dengan motifnya masing-masing ternyata lebih sering melakukan

cara-cara non produktif dan mekanisme pasar pun seringkali gagal mengkoreksinya. Pada
akhirnya tidak akan pernah ada pasar yang paling efisien dalam hal alokasi dan penggunaan
sumberdaya ekonomis, selama keseimbangan informasi untuk seluruh pelaku pasar tidak
tercapai. Liberalisme memunculkan persoalan baru, Persoalan kemiskinan, keterbelakangan,
pengangguran, ancaman penyempitan kesempatan kerja, disparitas pendapatan antar
golongan masyarakat serta ketergantungan yang meningkat pada asing. Persoalan-persoalan
itu bukan semata-mata bersifat ekonomi, tetapi menyangkut juga pada struktur politik,
7James A. Carporaso, Teori-Teori Ekonomi Politik, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2008) hal. 68-78.

menyangkut nilai budaya dan menyangkut nilai sosial. Kelemahan teori klasik ada 3 faktor
ideal: Kedaulatan konsumen, persaingan yang sempurna, dan peningkatan keuntungan.
Dengan kata lain, Ekonomi klasik adalah ekonomi “keseimbangan” dan stabilitas dalam
dunia sedang berkembang tidak stabil dan tidak seimbang. 8 Kritik lainnya adalah yang
dianut oleh Neoklasik yang dilandaskan pada prisip kepentingan pribadi, mekanisme pasar
bebas, persaingan ketat, adalah pengutamaan pertumbuhan dibanding pemerataan. Salah satu
kelemahan Neoklasik adalah kegagalan pasar dan ketidaksempurnaan pasar dalam
menyelesaikan micro-macro economic rift, yang tidak saling terhubung. Ini yang
menyebabkan ekonomi Neoklasik berdasarkan mekanisme persaingan pasar bebas tidak
mampu mengatasi ketimpangan-ketimpangan struktural.
C. Strukturalisme Dependensia9

sebuah aliran yang mendalilkan bahwa faktor utama yang menjadi penyebab
keterbelakangan negara-negara Amerika Latin ialah proses eksploitasi oleh pihak asing
sebagai akibat hubungan ekonomi dengan pihak asing yang sifatnya tidak adil.
Keterbelakangan negara-negara berkembang termasuknegara-negara Amerika Latin karena
terkoneksi dengan sistem ekonomi dunia yang kapitalis dan liberal, sehingga mereka menjadi
negara-negara pinggiran dari negara-negara kaptalis. liberalisme hanya akan menyebabkan
terbentuknya dua jenis negara yaitu negara pusat dan negara pinggiran. Barang-barang
industri dihasilkan oleh negara pusat, sedangkan hasil-hasil pertanian dihasilkan oleh negara
pinggiran. Keduanya melakukan transaksi perdagangan yang seharusnya mencapai
keuntungan, namun dalam prakteknya tidak.
Dengan melakukan ekspor barang-barang hasil pertanian ke negara pusat, maka
pendapatan negara pinggiran semakin meningkat dan berakibat pada peningkatan pendapatan
rakyat dinegara pinggiran. Namun dengan meningkatnya pendapatan, maka kebutuhan akan
barang-barang mewah dari negara industri juga mengalami peningkatan, sehingga impor
barang mewah di negara pinggiran meningkat. Peningkatan nilai tukar barang-barang mewah
dengan hasil pertanian, menyebabkan tidak berimbangnya neraca perdagangan dan
menjadikanya defisit. Selain itu, negara industri juga sering melakukan proteksi atas hasil
pertanian yang mereka hasilkan, sehingga negara pinggiran sulit mengekspor hasil
pertanianya ke negara pusat. Penemuan teknologi baru juga mendorong sintesis bahan
mentah industri, sehingga negara pusat tidak perlu mengimpor bahan bakar mentah dari
8 Ibid . hal 80-83.
9 Paul Baran, Political Economy Of Growth, (New York : Monthly Review Press, 1957)

negara pinggiran. Hal ini menyebabkan gerak ekonomi negara pinggiran menjadi terhenti.
Negara-negara pinggiran ini dijadikan daerah koloni dari negara-negara kapitalis yang
berfungsi sebagai penyedia raw material bagi kebutuhan industrinya. Dan akhirnya negaranegara pinggiran ini akan menjadi konsumen bagi produk-produk industri negara-negara
kapitalis. Dan inilah yang menimbulkan struktur ketergantungan yang merupakan
penghambat utama bagi perkembangan pembangunan ekonomi di negara-negara pinggiran.
Disamping itu Negara pinggiran menjadi negara penerima donor maka dipaksa untek
menghasilkan komoditas primer untuk diekspor (Buyer’s Market). Harga jualnya pun rendah
karena yang diekspor adalah barang primer.
Keseluruhan proses yang terjadi dalam situasi berbagai bentuk ketergantungan seperti
uraian di atas, akan melahirkan suatu struktur produksi yang pincang di negara terbelakang.
Sektor yang maju akan mengeruk surplus dari sektor yang terbelakang. Proses produksi dan
reproduksi yang terjadi adalah proses produksi dan reproduksi yang mengandung skema
ketergantungan.
Dengan adanya kemajuan dalam teori ekonomi, sekarang kita dapat memahami
bahwa hanya dengan eksternalitas yang kecil saja dapat memahami bahwa hanya dengan
perekonomian menuju jebakan keterbelakangan. Terlepas dari apakah ketidaksempurnaan
pasar (imperfect market) ini perlu diimbangi dengan peningkatan peran pemerintah, yang
dibahas di banyak negara berkembang dan merupakan sumber penting dari keterbelakangan
mereka. Oleh karena itu pemanguna oleh pemerintah ini harus dapat menghadapi tatanan
global yang menciptakan negara ketiga ketergantungan.
Keterbelakangan suatu negara, disebabkan karena Adanya hubungan ketergantungan
yang sifatnya asimetris dimana pembangunan daerah satelit tergantung pada pembangunan
metropolis. Hubungan yang timpang dan tidak seimbang ini juga disebabkan karena negara
metropolis memiliki kekuasaan atas jalannya pembangunan di daerah satelit dan bukan
sebaliknya.
Menurut Andre Gunder Frank, hubungan ketergantungan adalah hubungan
eksploitatif dimana negara-negara metropolis menghisap negara-negara satelit. Kerugian
yang menimpa negara-negara terbelakang dapat dilihat dari dua sudut. Pertama, negaranegara terbelakang tidak memiliki kontrol atas pembangunan di negaranya sendiri. Kedua,
secara materi negara negara terbelakang juga tidak menerima manfaat dari hubungan
ketergantungan dengan negara-negar metropolis. Akibatnya metropolis akan semakin maju

sedangkan negara-negara satelit akan tetap dalam posisi keterbelakangan tertinggal dan tidak
berkembang.10
Sekirnaya untuk menghadapi hal tersebut maka menjadi independen adalah satusatunya solusi untuk keluar dari jeratan ketergantungan internasional. Untuk menjadi
independen diperlukan pra-syarat yang tidak sedikit yang harus dipenuhi suatu negara.
Meliputi tuntutan-tuntutan dasar manusia, pemerataan, pengendalian populasi, pengangguran,
migrasi, transformasi pertanian, pendidikan, dan lain-lain. Semua hal ini diperlukan dan
didapat dengan kemampuan pemerintah dalam mengatur strategi pembangunan. Tentunya
mengikuti pasar global perlu untuk memenuhi hal-hal tersebut.
Namun, Raul Presbich berpendapat bahwa negara berkembang jika ingin mencapai
kemajuan haruslah melakukan industrialisasi. Dan upaya ini dilakukan kali pertama dengan
melakukan industri barang substitusi impor. Barang-barang yang telah diimpor oleh negara
pinggiran dari negara pusat, harus dapat diproduksi didalam negeri sendiri, sehingga negara
pinggiran tidak perlu impor barang-barang tersebut dari negara pusat. Industri substitusi
impor ini harus dilindungi oleh pemerintah dengan memberikan subsidi, tanpa adanya
perubahan sistem ekonomi menjadi seperti di negara sosialis.11
Selain itu diperlukan sebuah transfer nilai-nilai sikap kelembagaan, dan standarstandar perilaku dari Negara Dunia Pertama ke negara-negara Dunia Ketiga. Hal tersebut
meliputi penyesuaian struktur pendidikan kurikulum, sistem sekolah, pengadaan berbagai
macam organisasi, orientasi pelayanan kesehatan preventif, serta transfer corak prosedur dan
struktur sistem administrasi dan birokrasi pemerintahan diperlukan untuk melakukan
pembangunan ekonomi.
BAB 3
KESIMPULAN
Perkembangan globalisasi yang terjadi menyebabkan negara-negara menjadi
borderless dan terbuka oleh perkembangan pasar global. Negara berkembang menghadapi
tantangan persaingan besar dalam kancah internasional yaitu permaslahan ketergantungan.

10 Ibid
11 Maimun Sholeh, Akar Kemiskinan dan Ketergantungan di Negara-negara berkembang Dalam
Prespektif Strukturalis dependensia, (Yogyakarta : UNY press, 2008)

Permsalahan ini disebabkan oleh struktur dan karakteristik umum negara berkembang yang
dicirikan dengan kemiskinan dan ekspor bahan mentah.
Teori-teori klasik yang mengatakan intervensi pemerintahn harus minimum tidak
memadai dalam negara berkembang disebabkan perbedaaan konteks negara berkembang saat
ini. Teori struktural dependensia menjelaskan ketergantungan sebuah negara berkembang dan
negara maju yang sangat relevan bagi melihat kenyataan ekonomi politik kontemporer.
solusi yang ditawarkan adalah sebuah industrialisasi mandiri yangdapat mencegah impor
negara maju masuk kenegara berkembang.