SUKA BERSAMA TETAPI SULIT BEKERJA SAMA (1)

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

SUKA BERSAMA TETAPI SULIT BEKERJA SAMA
(STUDI KASUS MOTIVASI DAN PENGEMBANGAN USAHA PADA
WIRAUSAHA PERANTAU MINANGKABAU DI YOGYAKARTA)
Ilham Setiawan, Trias Setiawati
Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Email: ilhamfernando93@gmail.com
Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Email: triassetiawati@gmail.com

ABSTRAK:
Penelitian ini berjudul “Suka Bersama tetapi Sulit Bekerjasama” Studi Kasus Motivasi dan
Pengembangan Usaha pada Wirausaha Perantau Minangkabau di Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah
memberikan gambaran latar belakang, gambaran motivasi, gambaran proses pengembangan usaha,
gambaran keberhasilan usaha, gambaran hambatan dan tantangan yang dihadapi, dan gambaran peran
Ikatan Keluarga Besar Minangkabau Yogyakarta (IKBMY) terhadap Orang Minang dan Ranah Minang.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data
adalah wawancara dan dokumentsi. Narasumber dalam penelitian ini adalah Gusremon, Alfen Subrata

dan Riko Afrianto merupakan perantau Minang yang terjun ke dunia wirausaha. Untuk mengetahui
keabsahan data digunakan uji kredibilitas dan uji transferability. Metode pengujian data menggunakan
triangulasi sedangkan metode analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan conclusion
drawing/verification.
Penelitian ini menemukan bahwa latar belakang kehidupan para wirausaha berbeda-beda, alasan perantau
Minang untuk meninggalkan kampung halamannya adalah faktor ekonomi dan ingin menuntut ilmu.
Terdapat dua macam motivasi yang mendorong perantau Minang untuk terjun ke dunia wirausaha, yakni
karena alasan finansial dan pengaruh lingkungan. Selain itu, terdapat motivasi pendukung seperti ingin
melakukan sesuatu tanpa ada intervensi dari orang lain, melihat peluang usaha, tidak suka diatur orang
lain, ingin jauh dari akhlakul madhmumah, serta menyalurkan jiwa sosial. Pengembangan usaha yang
dilakukan adalah dari segi produksi, jaringan kerjasama, pemasaran dan pelayanan. Keberhasilan usaha
yang diraih oleh perantau Minang yang berwirausaha yakni investasi dan asset, pengalaman berpindah
segmen dan pengalaman jatuh bangunnya usaha. Masalah yang muncul yakni persaingan dengan
kompetitor, pemahaman akan teknologi dan kesulitan dalam pengelolaan manajemen. Adapun
tantangannya berupa fluktuasi untung dan rugi, percepatan proses produksi dan juga berkaitan dengan
hutang. Peran IKBMY bagi perantau Minang yang berwirausaha hanya sebatas menjalin tali silaturahmi,
sharing dan berbagi informasi. Sedangkan peran IKBMY untuk ranah Minang seperti mempertahankan
kearifan dan kebudayaan Minangkabau di rantau serta ikut berkontribusi dalam memberikan bantuan jika
terjadi bencana.
Kata kunci: Perantau Minangkabau, Wirausaha, Motivasi, Pengembangan usaha, Keberhasilan Usaha.


ABSTRACT:
This research title was“Love Being Together but Do not Love to do Cooperation” (A Case study on
Motivation and Business Development of Minang’s Entrepreneur in Yogyakarta). The research aims were
to give the entrepreneur’s background description, the motivation description, the business development
description, the overview of success business achevement, the problems and challenges pictures that
faced and the Minang People Association’s role description towards Minang people and Minang
hometown. This research was qualitative with case study approach. The collection data used interview
and documentation. Key informants were Gusremon, Alfren Subrata, and Riko Afrianto who are Minang
peoples that plunge into the entrepreneur’s world. The data validity test used credibility and
transferability test. Data testing method used triangulation. Data analysis used data reduction, serving
data, and conclusion drawing/verification.

80

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

This research found that the entrepreneur’s background were variative. The reason why Minang people

leave their hometown were caused by economic factors and want to study in Yogyakarta. The two
motivation types that dominate and push were financial reasons and environmental influences. The
additional motivation were want to do something without others intervention, looking for business
opportunities, do not want to be ruled by others, want to avoid bad behavior and also delivering social
life. Their business development were production, teamwork relationship, marketing and service. The
successful business achievement were not only infestations and asset but also changing segment
experience and business failure. The problem emerged were competition problems with competitor,
technological skill and difficulties in business management. The challenges were profit and loss
fluctuation, process production time and its related to debt. Role of IKBMY for Minang peoples were
communicate one another, sharing and giving information. The IKBMY role for Minang land was to keep
the Minang culture and wisdom in outside home town, and they can contribute for giving help.
Keywords: Minang people, entrepreneurship, motivation, business development, business success

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari berbagai suku
bangsa atau etnis bangsa. Menurut Elfindri, Ayunda dan Saputra (2008) Indonesia
merupakan sebuah negara yang memiliki kekhasan budaya yang unikdan heterogen tapi
dibingkai dalam satu kesatuan nusantara. Indonesia terdiri dari beraneka ragam budaya
yang saling berbeda seperti Minangkabau, Batak, Jawa, Sunda, Bugis, Dayak dan
lainnya. Etnis di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, salah satunya adalah etnis

Minangkabau. Menurut Elfindri, Ayunda dan Saputra (2008) keunikan Minangkabau
dilihat dari sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal walaupun
budayanya juga sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam. Minangkabau merupakan
suku yang menganut sistem Matrilineal. Navis (1984) mengatakan bahwa setiap orang,
terutama anak muda akan senantiasa didorong dan ditarik agar pergi merantau oleh
kaum kerabatnya dengan berbagai cara. Falsafah matrilineal Minangkabau mendorong
anak muda agar kuat mencari harta kekayaan guna memperkukuh atau meningkatkan
martabat kaum kekerabat agar setaraf dengan orang lain. Pada tahun 2015 jumlah
penduduk Minangkabau di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 10.000 orang atau
sekitar 350 kepala keluarga (Widiyanto, 2015).
Manusia dalam kelangsungan hidupnya memerlukan berbagai aktifitas yang
harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang dilakukan
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berwirausaha salah satu pilihan
dalam bekerja. Menurut Hisrich, Peters dan Shepard (2008) kewirausahaan diartikan
sebagai proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan
disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan
pribadi.
Jumlah pengusaha yang ada di Indonesia bisa dikatakan kurang dari teori ekonomi
yang disepakati di seluruh dunia. McClelland mengemukakan bahwa suatu negara bisa
menjadi makmur bila ada entrepreneur sedikitnya dua persen dari jumlah penduduk.

Menurut Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga (dalam Sasongko, 2015) jumlah
pengusaha di Indonesia hanya sekitar 1,65 persen dari jumlah penduduk saat ini, jika
jumlah pengusaha bisa bertambah maka akan turut mendongkrak ekonomi negara,
bertambahnya lapangan pekerjaan, dan akhirnya meningkatkan kualitas kesejahteraan
masyarakat.

81

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

Motivasi atau dorongan dari diri sendiri maupun orang lain dapat mempengaruhi
keputusan seseorang untuk berwirausaha. Ini dibuktikan dalam penelitian mengenai
Motivasi Berwirausaha Pada Etnis Tionghoa yang ditulis oleh Yulianti (2010). Dari
hasil penelitiannya didapatkan data bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab
timbulnya motivasi berwirausaha yaitu karena faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal seperti kebutuhan fisiologis, contohnya kebutuhan sandang, pangan dan
papan. Faktor eksternal juga yang manjadi penyebab timbulnya motivasi berwirausaha
contohnya seperti dorongan dari orang lain.

Dunia usaha terus berkembang dari waktu ke waktu. Mengembangkan usaha
adalah bagian dari perencanaan kewirausahaan. Penelitian yangdilakukan oleh Setiawati
dan Paramitha (2010) dengan judul Motivasi Ibu Rumah Tangga dalam Berwirausaha
(Studi Kasus Wirausaha Handicraft di Yogyakarta). Hasil dari penelitian tersebut adalah
motivasi awal yang muncul pada diri seorang ibu rumah tangga untuk menjadi seorang
pengusaha perempuan adalah keuangan keluarga. Pengembangan Usaha yang dilakukan
adalah gencar dari segi promosi dan pemasaran, menjalin kerjasama dan hubungan
bisnis yang baik dengan sistem kepercayaan, memberikan pelayanan yang terbaik,
komunikasi yang baik dengan para supplier dan memperhatikan kualitas barang.
Permasalahan yang dihadapi mulai dari masalah teknis produksi yang belum baik,
permasalahan dengan kompetitor yang dihadapi dengan cara mengikuti mode yang
berkembang dan selalu menciptakan inovasi dan kreasi baru pada produknya.
Keberhasilan usaha dapat dipengaruhi oleh kemampuan usaha yang tercermin
diantarannya melalui pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari pengusaha. Kegiatan
berwirausaha selalu mempunyai tujuan atau sasaran untuk memperoleh keuntungan atau
laba nyata dalam bentuk rupiah. Namun demikian, laba bukanlah merupakan satusatunya tujuan kegiatan usaha, akan tetapi masih terdapat tujuan-tujuan lain yang dapat
dicapai, seperti mengurangi pengangguran atau memberi kesempatan kerja, membantu
masyarakat sekitarnya, perkembangan perusahaan, prestise, dan membantu
meningkatkan pendapatan pemerintah melalui pajak (Asri, 1986).
Masalah dan tantangan bukanlah hal baru yang harus dihadapi para

wirausahawan. Masalah yang muncul merupakan akibat dari tidak mampunyai
seseorang dalam mencegah maupun meminimalisir hambatan yang datang. Penelitian
yang dilakukan oleh Setiawati dan Paramitha (2010) dengan judul Motivasi Ibu Rumah
Tangga dalam Berwirausaha (Studi Kasus Wirausaha Handicraft di Yogyakarta). Hasil
dari penelitian membahas mengenai permasalahan yang dihadapi mulai dari masalah
teknis produksi yang belum baik, permasalahan dengan kompetitor yang dihadapi
dengan cara mengikuti mode yang berkembang dan selalu menciptakan inovasi dan
kreasi baru pada produknya. Kemudian permasalahan terkait dengan hutang dari
mengajukan pinjaman. Penelitian di atas memiliki topik yang sama dengan penelitian
yang dilakukan, yaitu kewiraushaan dan menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus, perbedaannya terletak pada narasumber penelitian.
Ikatan Keluarga Besar Minangkabau Yogyakarta (IKBMY) merupakan salah satu
ikatan kekeluargaan yang berada di Yogyakarta. Sekretariat IKBMY berada di Jalan
Pramuka no. 27 Candran, Sidoarum, Godean KM 6 Yogyakarta. Kedudukan IKBMY
adalah sebagai organisasi sosial yang bersifat kekeluargaan, berasaskan Islam dan
Pancasila dan UUD 1945. Schermerhorn (dalam Tilaar, 2007) mengatakan bahwa suatu
kelompok etnis adalah suatu masyarakat kolektif yang mempunyai atau digambarkan
memiliki kesatuan nenek moyang, mempunyai pengalaman sejarah yang sama di masa
82


Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

lalu, serta mempunyai fokus budaya di dalam satu atau beberapa elemen-elemen
simbolik yang menyatakan akan keanggotaannya, seperti pola-pola keluarga, ciri-ciri
fisik, aliansi agama dan kepercayaan, bentuk-bentuk dialek atau bahasa, afiliasi
kesukuan, nasionalitas, atau kombinasi dari sifat-sifat tersebut yang pada dasarnya
terdapat ikatan antar anggotanya sebagai suatu kelompok
Banyak orang minang dan perantau minang yang berkecimpung didalam dunia
wirausaha, dengan memiliki karakteristik yaitu motivasi yang positif dan tinggi dalam
berwirausaha. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk memberikan gambaran latar
belakang dari narasumber, 2) untuk memberikan gambaran motivasi perantau Minang di
Yogyakarta dalam berwirausaha, 3) untuk memberikan gambaran proses pengembangan
usaha perantau Minang di Yogyakarta, 4) untuk memberikan gambaran keberhasilan
usaha yang telah dicapai, 5) untuk memberikan gambaran hambatan dan tantangan yang
dihadapi oleh perantau Minang yang berwirausaha di Yogyakarta, 6) untuk memberikan
gambaran peran IKBMY terhadap Orang Minang dan Ranah Minang.
TINJAUAN LITERATUR
Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Motivasi Berwirausaha pada Etnis Tionghoa yang ditulis
oleh Yulianti (2010). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus. Subjek penelitian ini adalah pria
dewasa etnis Tionghoa yang berwirausaha dengan usia 33 tahun. Teknik Pengumpulan
Data dengan wawancara dan Observasi. Hasil dari penelitiannya adalah Faktor-faktor
yang menjadi penyebab timbulnya motivasi berwirausaha pada wirausaha etnis
Tionghoa tersebut yaitu karena faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
seperti kebutuhan Fisiologis dan faktor eksternal seperti dorongan dari orang lain.
subjek memiliki dorongan berprestasi yang tinggi dilihat dari subjek menambah luas
tempat usaha, adanya kepercayaan pelanggan dan bertambahnya pelanggan. Persamaan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan adalah memiliki variabel
yang sama yaitu karakteristik kewirausahaan. Perbedaannya terletak pada lokasi
penelitian dan narasumber penelitian yang mana pada penelitian ini narasumbernya
merupakan perantau Minangkabau.
Penelitian selanjutnya, dilakukan oleh Setiawati dan Paramitha (2010) dengan
judul Motivasi Ibu Rumah Tangga dalam Berwirausaha (Studi Kasus Wirausaha
Handicraft di Yogyakarta). Penelitian ini menggunakan alat analisisnya kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Obyek penelitiannya adalah tiga ibu rumah tangga yang
berwirausaha handicraft di Yogyakarta. Perilaku subjek yang diamati di lapangan juga
menjadi data dalam pengumpulan hasil penelitian ini. Adapun jenis data yang

dikumpulkan adalah: catatan lapangan, rekaman audio, dokumentasi tertulis dan foto.
Hasil dari penelitian tersebut adalah motivasi awal yang muncul pada diri seorang ibu
rumah tangga untuk menjadi seorang pengusaha perempuan adalah keuangan keluarga.
Motivasi lainnya adalah adanya latar belakang keluarga yang bergerak di bidang yang
sama, adanya kegemaran pribadi dalam bidang kerajinan dan kondisi pasar yang
mendukung kegiatan usaha. Karakter kewirausahaan yang melekat pada diri narasumber
adalah kesungguhan, dan keuletan, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi agar
pelanggan bisa menaruh kepercayaan, merasa tertantang dengan dunia kewirausahaan,
melihat peluang usaha dan berani mengambil resiko untuk terjun ke dunia wirausaha.
Pengembangan Usaha yang dilakukan adalah gencar dari segi promosi dan pemasaran,
83

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

menjalin kerjasama dan hubungan bisnis yang baik dengan sistem kepercayaan,
memberikan pelayanan yang terbaik, komunikasi yang baik dengan para supplier dan
memperhatikan kualitas barang. Permasalahan yang dihadapi mulai dari masalah teknis
produksi yang belum baik, permasalahan dengan kompetitor yang dihadapi dengan cara

mengikuti mode yang berkembang dan selalu menciptakan inovasi dan kreasi baru pada
produknya. Kemudian permasalahan terkait dengan hutang dari mengajukan pinjaman.
Penelitian di atas memiliki topik yang sama dengan penelitian yang dilakukan, yaitu
kewiraushaan dan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus, perbedaannya terletak pada narasumber penelitian.
Berbagai faktor mendorong sesorang untuk berwirausaha. Faktor religiuspun
dapat mendorong orang untuk berwirausaha. Ini dibuktikan dalam penelitian yang
berjudul Entrepreneurial Motivation in Pondok Pesantren yang ditulis oleh Siswanto,
Armanu, Setiawan, dan Nimran (2013) memberikan hasil penelitian berikut ini,
motivasi wirausaha para santri di Pondok Pesantren Sidogiri, Jawa Timur terdiri dari
lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Motivasi dari lingkungan eksternal
adalah keprihatinan para santri akan riba untuk mengembangkan suatu bisnis dan
wirausaha. Motivasi lingkungan internal adalah ingin menyediakan apa yang
dibutuhkan para santri dan masyarakat, ingin mengkonsumsi dari sumber yang halal dan
keinginan untuk membangun sistem pendidikan berbasis karakter. Penelitian ini
memiliki persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yakni topik mengenai
motivasi berwirausaha meski narasumber yang digunakan bukan lagi santri.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2011) dengan judul Peran
Pemberdayaan Perempuan Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan Kewirausahaan.
Hasil dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan usaha perlu dilakukan
pengembangan keterampilan yang dimiliki. Persamaannya dengan penelitian ini terletak
pada variabel atau topik yang sama yaitu kewirausahaan dan pengembangan usaha.
Perbedaannya terletak pada narasumber yang diteliti dan lokasi penelitian.
Karakterisitik wirausaha atau pengusaha sukses sangat sulit dipahami termasuk
pengusaha etnis Bugis di Sulawesi Selatan. Penelitian berjudul Faktor Determinan
Keberhasilan Pedagang Etnis Bugis Dalam Mengembangkan Bisnis yang ditulis oleh
Munizu (2010) Hasil dari penelitian tersebut adalah Faktor determinan keberhasilan
pengusaha etnis Bugis dalam memulai dan mempertahankan bisnisnya terdiri atas lima
topik/tema utama yakni: (1) keluarga dan pengaruhnya, (2) otonomi, (3) keterlibatan
secara aktif dalam menjalankan bisnis dan memiliki tujuan, (4) ketahanan, ketekunan,
dan optimisme, dan (5) pengorbanan pribadi. Persamaannya terletak pada variabel atau
topik yang hampir mendekati yaitu faktor determinan atau motivasi dan kewirausahaan.
Dan perbedaannya dengan yang akan peneliti teliti terletak pada narasumber yang akan
diteliti dan lokasi penelitiannya.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Handayani (2013) dengan judul FaktorFaktor Penentu Keberhasilan Wirausaha. Hasil dari Penelitian ini adalah terdapat dua
faktor yang menentukan keberhasilan wirausaha yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal terdiri dari motivasi yang timbul dari dalam diri pelaku usaha,
pengalaman dan pendidikan yang dimiliki wirausaha serta kepribadian wirausaha
tersebut. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari dua faktor yaitu faktor lingkungan
keluarga dan faktor lingkungan kerja. Sedangkan faktor yang menentukan keberhasilan
wirausaha tersebut dipengaruhi oleh dua kriteria yaitu aspek dan karakteristik
wirausaha. Aspek dan karakteristik wirausaha tersebut juga mempengaruhi individu
84

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

dalam pemilihan jenis usahanya. Adapun profil seorang wirausaha yang sukses
dipengaruhi oleh pemilihan jenis usaha yang individu tersebut. Persamaannya dengan
penelitian ini terletak pada salah satu variabel atau topik yang sama yaitu kberhasilan
wirausaha. Perbedaannya terletak pada narasumber yang diteliti dan lokasi penelitian.
Secara umum, penelitian terdahulu dengan penelitian ini memiliki persamaan
variabel yang digunakan namun terdapat dalam berbagai bidang dan berbagai
narasumber. Berdasarkan penelitian terdahulu, posisi penelitian ini adalah untuk
memberi gambaran mengetahui latar belakang dan alasan perantau Minang
meninggalkan kampung halamannya, motivasi perantau etnis Minang dalam
berwirausaha, pengembangan usaha oleh perantau Minang, keberhasilan usaha yang
dicapai dan bagaimana peran IKBMY bagi perantau Minang yang berwirausaha dan
peran IKBMY terhadap ranah Minang. Penelitian ini berorientasi pada proses yang
dihadapi oleh masing-masing narasumber karena penelitian ini bersifat kualitatif.
Landasan Teori
Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota
organisasi serta proses penggunaan sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan (Stoner dan Freeman, 2003). Menurut Flippo (dalam
Handoko, 2012) manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar
tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat. Menurut Dessler (2006)
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah adalah proses memperoleh, melatih, menilai
dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memerhatikan hubungan kerja mereka,
kesehatan, keamanan, dan masalah keadilan.
Peran Hard Approach dan Soft Approach. Menurut (Alwi, 2001) dalam
pengembangan MSDM dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan hard
approach dan soft approach. Dalam proses pembentukan sumber daya manusia yang
unggul melalui pendekatan keras (hard approach), ada tiga faktor yang secara
signifikan saling terkait dan crucial sifatnya terutama dalam tahap attaracting (menarik)
dan developing (berkembang) yaitu sistem rekrutmen dan seleksi, sistem pelatihan dan
pengembangan. Sedangkan soft approach memandang komitmen karyawan merupakan
kunci penentu kinerja kompetitif. Karyawan yang bekerja dalam kultur komitmen yang
tinggi dipersiapkan untuk bekerja dalam jangka panjang. Komitmen tumbuh dan iklim
kepercayaan (Alwi, 2008).
Motivasi. Menurut Brian (2000) motivasi dapat berasal dari luar maupun dalam
diri seorang individu yang ditunjukan dengan sikap, menetapkan arah, bentuk maupun
intensitasnya. Motivasi merupakan pemberian dorongan atau rangsangan, atau
singkatnya, berkenaan dengan membangkitkan sesuatu. Bangun (2012) mengatakan
bahwa motivasi berasal dari kata motif (motive) yang berarti dorongan. Dapat diartikan
bahwa motivasi merupakan suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab
seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.
Mathis dan Jackson (dalam Bangun 2012) mengemukakan bahwa motivasi merupakan
hasrat di dalam seseorang menyebabkan orang tersebut melakukan suatu tindakan.
Seseorang melakukan tindakan tersebut untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga
motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan tertentu. Definisi lain,
motivasi merupakan proses psikologis yang mendasar dan merupakan salah satu unsur
85

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Motivasi merupakan salah satu faktor
penentu dalam pencapaian tujuan. Motivasi berhubungan dengan dorongan atau
kekuatan yang berada dalam diri manusia dan tidak terlihat dari luar (Suryana dan
Bayu, 2010). Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi
individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan (Rivai dan Sagala,
2009). Dorongan motivasi terdiri dari dua komponen, yaitu : arah perilaku (kerja untuk
mencapai tujuan) dan kekuatan perilaku (seberapa kuat usaha individu dalam bekerja).
Teori Motivasi. Menurut Kadarisman (2012) motivasi dibedakan menjadi dua
macam yaitu teori isi (content theory) dan teori proses (process theories). Teori-teori
yang dikenal diantaranya adalah teori kebutuhan Maslow (dalam Kadarisman, 2012).
Teori ini menjelaskan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan (need) yang
munculnya sangat bergantung pada kepentingannya secara individu. Berdasarkan hal
tersebut, ia membagi kebutuhan manusia dalam lima tingkatan sehingga sering disebut
dengan ‘the five hierarchy need’. Kelima kebutuhan tersebut ialah, kebutuhan fisiologis
(physiological need), kebutuhan rasa aman (safety need), kebutuhan sosial (social need),
kebutuhan harga diri (esteem need), dan kebutuhan aktualisasi diri (need of self
actualization). Teori ERG menurut Aldefer (dalam Rivai dan Sagala, 2009)
menyebutkan terdapat tiga kategori kebutuhan individu, yaitu eksistensi (exsistence),
keterhubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori Motivasi Berprestasi
Clelland (dalam Suryana dan Bayu, 2010) terdapat tiga kebutuhan manusia, yakni:
kebutuhan akan persahabatan (Need for Affiliation), kebutuhan akan kekuasaan (Need
for Power), kebutuhan akan prestasi (Need for Achivement). Expectancy Theory
dikemukakan oleh Vroom (dalam Rivai dan Sagala, 2009) menyatakan bahwa tindakan
seseorang cenderung untuk dilakukan karena harapan hasil yang akan didapatkan.
Kewirausahaan. Menurut Hisrich, Peters dan Sheperd (2004) kewirausahaan
diartikan sebagai proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu
dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta
kebebasan pribadi. Menurut Timmons dan Spinelli (2008) kewirausahaan adalah suatu
cara berpikir, menelaah dan bertindak yang didasarkan pada peluang bisnis, pedekatan
holistic dan kepemimpinan yang seimbang. Kewirausahaan menghasilkan kreasi,
kemajuan, realisasi dan pembaruan nilai perusahaan bukan hanya bagi pemilik namun
juga bagi pegawainya.
Menurut Saiman (2009) kewirausahaan adalah proses dinamis atas penciptaan
tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang berani mengambil resiko
utama dengan syarat-syarat kewajaran, waktu, dan atau komitmen karier atau
penyediaan nilai untuk berbagai barang dan jasa. Sedangkan menurut Zimmerer dan
Scarborough (2004) mengatakan seorang wirausahawan adalah seseorang yang
menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai
keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan
dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan sehingga sumber daya-sumber daya
itu bisa dikapitalisasikan.
Pengembangan Wirausaha. Menurut Suryana dan Bayu (2010), berikut ini
adalah berbagai bentuk jenis jaringan usaha dalam pengembangan usaha : 1) Jaringan
produksi; 2) Jaringan pemasaran; 3) Jaringan pelayanan; 4) Jaringan kerjasama 5)
Jaringan antar kelompok usaha, swasta, dan BUMN; 6) Memecahkan tantangan dengan
jaringan usaha. Cara pengembangan usaha lain dikemukakan oleh Rianse (2011) di
mana ini dikembangkan dari teori strategi dalam pengembangan usaha yang akan
86

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

dirintis, antara lain: 1) Memulai usaha; 2) Mencari peluang bisnis; 3) Modal
berwirausaha 4) Strategi komunikasi bisnis; 5) Strategi memilih lokasi; 6) Strategi
pemasaran Strategi keuangan; 7) Strategi bersaing.
Keberhasilan Wirausaha. Kegiatan berwirausaha selalu mempunyai tujuan
atau sasaran untuk memperoleh keuntungan atau laba nyata dalam bentuk rupiah.
Namun demikian, laba bukanlah merupakan satu-satunya tujuan kegiatan usaha, akan
tetapi masih terdapat tujuan-tujuan lain yang dapat dicapai, seperti mengurangi
pengangguran atau memberi kesempatan kerja, membantu masyarakat sekitarnya,
perkembangan perusahaan, prestise, dan membantu meningkatkan pendapatan
pemerintah melalui pajak (Asri, 1986). Menurut Primiana (2009) mengemukakan
bahwa keberhasilan usaha adalah permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang
produktif dan tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan menurut Noor (2007)
mengemukakan bahwa Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari
bisnis mencapai tujuanya, suatu bisnis dikatan berhasil bila mendapatkan laba, karena
laba adalah tujuan dari seseorang melakukan bisnis.
Faktor Penentu Keberhasilan Usaha. Menurut Tambunan (2002) faktor-faktor
yang mampengaruhi keberhasilan usaha dapat diketahui dari dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang diantaranya yaitu; kualitas SDM,
penguasaan organisasi, struktur organisasi, sistem manajemen, partisipasi, kultur/budaya
bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar, dan tingkat entrepreneurship.
Faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor pemerintah dan non pemerintah.
Faktor pemerintah diantaranya, kebijakan ekonomi, birokrat, politik, dan tingkat
demokrasi. Faktor non pemerintah yaitu; sistem perekonomian, sosio-kultur budaya
masyarakat, sistem perburuhan dan konsidisi perburuhan, kondisi infrastrukur, tingkat
pendidikan masyarakat, dan lingkungan global.
Menurut Hutagalung dkk (2010) banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan
usaha para pengusaha baik yang bersal dari internal maupun eksternal. Faktor internal
lebih banyak berasal dari pengusaha itu sendiri diantaranya adalah: latar belakang
pendidikan, usia, pengalaman, efikasi diri, motivasi dan masalah internal lainnya.
Faktor eksternal dihadapkan kepada permasalahan di luar organisasi diantaranya:
lingkungan, peluang, persaingan, sistem informasi global, dan masalah eksternal
lainnya. Menurut Suryana (2009) mengemukakan tiga faktor penyebab keberhasilan
seorang wirausaha, antara lain: 1) Kemampuan dan kemauan; 2) Tekad yang kuat dan
kerja keras; 3) Kesempatan dan peluang.
Menurut Astamoen (2005) terdapat beberapa persyaratan untuk mencapai
keberhasilan wirausaha, diantaranya: 1) Mandiri tetapi bisa bekerja sama dengan orang
lain dan mampu berinteraksi dengan prinsip; 2) Mempunyai cita-cita, impian, visi,
harapan, ambisi tapi bukan ambisius, obsesi, tantangan dianggap sebagai titik awal
untuk mencapai tujuan dalam meraih kesuksesan; 3) Selain bermanfaat bagi diri sendiri
dan keluarganya, tetapi juga bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan; 4) Berusaha
semaksimal mungkin untuk menghilangkan sifat negatif ketika memandang dan
memperlakukan orang lain; 5) Selalu berpandangan dan bersikap positif terhadap orang
lain; 6) Berpikir sebagai wirausaha yang sukses, karena wirausaha yang sukses harus
berpikir seperti seorang wirausaha yang sukses dan bukan berpikir selayaknya orang
yang gagal; 7) Merubah kebiasaan, sifat, dan pola pikir sebagai pribadi yang unggul.
Kegagalan Usaha. Astamoen (2005) membagi faktor kegagalan menjadi faktor
internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan oleh: 1) Kurang pandai dalam
87

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

beberapa hal tertentu, karena kurang belajar dan berlatih; 2) Kurang pengalaman; 3)
Kurang baik mengatur waktu; 4) Kurang berani mengambil resiko; 5) Kurang pandai
meyakionkan orang; 6) Kurang cepat bertindak; 7) Kurang mampu melihat dan
memanfaatkan peluang; 8) Tidak mepati janji; 9) Tidak jujur cepat merasa puas. Faktor
eksternal: 1) SDM yang tidak memadai, kialitas dan kuantitasnya; 2) Komitmen pihak
lain yang tidak terbukti; 3) Kenaikan harga barang yang tidak terduga; 4) Perubahan
ekonomi global; 5) Kebijakan pemerintah; 6) Krisis ekonomi, politik,hukum; 7)
Perkembangan iptek.
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) ada beberapa faktor yang
menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya: 1) Tidak kompeten
dalam manajerial; 2) Kurang berpengalaman; 3) Kurang dapat mengendalikan
keuangan; 5) Gagal dalam perencanaan; 6) Lokasi yang kurang memadai; 7) Kurangnya
pengawasan peralatan; 8) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha 9)
Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Anoraga (2002) Ada beberapa alasan-alasan atau penyebab terjadinya kegagalan
dalam berwirausaha antara lain: 1) Seorang wirausaha terlalu cepat masuk ke dalam
dunia kewirausahaaan; 2) Seorang wirausaha kehabisan uang atau modal; 3) Kegagalan
perencanaan jelas merupakan suatu kesalahan.
Minangkabau dan Merantau. Menurut Daya dkk (2003) nama Minangkabau
konon berasal dari peristiwa “adu kerbau” dengan orang-orang dari Kerajaan Majapahit
yang akhirnya dimenangkan oleh orang “Minangkabau”. Cerita lainnya tentang nama
“Minangkabau” berasal dari kata-kata “Minanga Kabawa” atau “Minanga Tamwan”
yang artinya pertemuan dua sungai besar yaitu Sungai Kampar di Riau dan Sungai
Batanghari di Jambi atau Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan di daerah
Riau. Yang lain mengatakan Minangkabau berasal dari kata Pinang Khabu yang artinya
“tanah asal”. Dikaitkan dengan tanah asal raja-raja yang sempat bertahta di berbagai
daerah rantau Minangkabau seperti: Jambi, Palembang dan Riau. Minangkabau
merupakan suku yang menganut sistem Matrilineal. Menurut Elfindri, Ayunda dan
Saputra (2008) dalam sistem matrilineal, garis keturunan mengikuti garis keturunan ibu.
Anak mewarisi suku ibu dalam sistem keturunan di Minangkabau. Filosofi yang
diajarkan dalam sistem ini memberikan pengaruh untuk orang Minang menjadi seorang
pengusaha, dikarenakan: 1) Dalam sistem matrilineal, laki-laki tidak memiliki hak
terhadap harta pusaka; 2) Tidak adanya peranan laki-laki dalam harta warisan
mendorong mereka untuk merantau; 2) Laki-laki tidak berhak terhadap rumah
peninggalan orang tua atau kaum; 4) Hak waris berada pada wanita maka muncul
keinginan dari kaum wanita Minang untuk mennjaga dan mengembangkan harta
tersebut. Dalam kondisi diatasbenar bahwasanya sistem matrilineal memberikan
pengaruh yang besar terhadap munculnya jiwa-jiwa kewirausahaan dalam diri
masyarakat Minangkabau.
Menurut Asnan (2003) ada dua pengertian Merantau yang dapat dipahami di
Minangkabau. Pertama, Merantau dipahami sebagai pergi meninggalkan kampung
halaman untuk berbagai keperluan serta dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Kedua,
Merantau sebagai perubahan pemikiran atau transformasi pemikiran dari satu kondisi ke
kondisi yang lain. Menurut Naim (2013), Merantau adalah segela jenis perpindahan
tempat tinggal, dekat atau jauh, dengan kemauan sendiri atau tidak, untuk sementara
atau selamanya, dengan atau tujuan yang pasti, dengan atau tanpa maksud atau untuk
kembali pulang, melembaga secara sosial dan kultural atau tidak. Menurut Elfindri,
88

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

Ayunda dan Saputra (2008) merantau merupakan proses interaksi masyarakat
Minangkabau dengan dunia luar. Kegiatan ini merupakan subuah petualangan
pengalaman dan geografis, dengan meninggalkan kampung halaman untuk mengadu
nasib di negeri orang.
Kebiasaan merantau ini bagi masyarakat Minangkabau tidak hanya berkembang
pada saat ini saja (Naim, 2013). Kebiasaan merantau telah diajarkan nenek moyang
sejak zaman dahulu, bahkan telah dimulai sejak kecil. Seorang anak, terutama laki-laki,
bermain, tidur, dan mengaji di surau. Pengaturan tempat tinggal ini menjadi awal
lepasnya ketergantungan laki-laki Minangkabau pada keluarganya. Menurut Elfindri,
Ayunda dan Saputra (2008) merantau merupakan sebuah cara ideal untuk mencapai
kematangan dan kesuksesan. Dengan merantau tidak hanya harta kekayaan dan ilmu
pengetahuan yang didapat namun juga prestise dan kehormatan individu di tengah
lingkungan adat. Menurut Daya dkk, (2003) Salah satu ungkapan kiasan yang menjadi
pendorong kultural bagi putra Minangkabau untuk meninggalkan ranah atau kampung
halaman mereka yang berbunyi: Karatau madang di hulu, Babuah babungo balun,
Marantau Bujang dahulu, Di kampuang baguno balun. Menurut Navis (1984)
mengatakan bahwa setiap orang, terutama anak muda akan senantiasa didorong dan
ditarik agar pergi merantau oleh kaum kerabatnya dengan berbagai cara. Falsafah
matrilineal Minangkabau mendorong anak muda agar kuat mencari harta kekayaan guna
memperkukuh atau meningkatkan martabat kaum kekerabat agar setaraf dengan orang
lain. Dibalik fenomena merantau, terkandung semangat, etos dan motivasi yang
dilandasi semangat untuk bertahan hidup di wilayah rantau.
Perkumpulan Etnis. Menurut Subagijo (1999) Perkumpulan kedaerahan adalah
perkumpulan yang anggotanya berasal dari daerah yang sama. Sedangkan perkumpulan
etnis adalah perkumpulan yang anggotanya berdasarkan pada etnis yang sama sehingga
warna kultural pada perkumpulan ini begitu kental. Schermerhorn (dalam Tilaar, 2007)
melengkapinya dengan mengatakan bahwa suatu kelompok etnis adalah suatu
masyarakat kolektif yang mempunyai atau digambarkan memiliki kesatuan nenek
moyang, mempunyai pengalaman sejarah yang sama di masa lalu, serta mempunyai
fokus budaya di dalam satu atau beberapa elemen-elemen simbolik yang menyatakan
akan keanggotaannya, seperti pola-pola keluarga, ciri-ciri fisik, aliansi agama dan
kepercayaan, bentuk-bentuk dialek atau bahasa, afiliasi kesukuan, nasionalitas, atau
kombinasi dari sifat-sifat tersebut yang pada dasarnya terdapat ikatan antar anggotanya
sebagai suatu kelompok.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
metode studi kasus. Dengan penelitian kualitatif maka data yang didapat akan lebih
mendalam dan bermakna sehingga tujuan dapat dicapai dengan baik. Menurut Sugiyono
(2012), metode penelitian kualitatif disebut sebagai metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Pendekatan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Kemudian
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi,
dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel
atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
89

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

(Moleong, 2005). Dalam Penelitian ini strategi peneltian yang digunakan adalah studi
kasus. Penelitian studi kasus meneliti obyek pada kondisi yang terkait dengan
kontekstualnya. Menurut Yin (2009) penelitian studi kasus merupakan strategi yang
lebih cocok apabila fokus penelitiannya terletak pada fenomena masa kini di dalam
kehidupan nyata. Dengan kata lain, penelitian studi kasus meneliti kehidupan nyata,
yang dipandang sebagai kasus.
Narasumber Penelitian. Setelah melalui beberapa proses petimbangan, kriteria
yang akan dipilih menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Perantau asal Minangkabau 2) Tergabung dalam IKBMY 3) Hidup diperantauan selama
lima tahun 4) Omzet Rp 50.000.000 per bulan. Berdasarkan kriteria tersebut, penulis
memilih Narasumber dalam penelitian ini yaitu Gusremon, Alfen Subrata dan Riko
Afrianto.
Gusremon narasumber pertama dalam penelitian ini. Perantau Minang asal
Solok Selatan, Sumatra Barat. Sudah berdomisili di Yogyakarta dari tahun 1999.
Pendidikan terakhir Strata I Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Jenis
usaha yang dijalani dibidang konveksi dan grosir yang menjual berbagai macam model
pakaian muslim. Memiliki tujuh cabang toko di wilayah Yogyakarta dengan omzet
sebesar Rp 500.000.000,00 per bulan.
Alfen Subrata merupakan narasumber kedua dalam penelitian ini. Lahir di
Pesisir Selatan pada tanggal 12 Desember 1981. Pendidikan terakhir Sekolah Menengah
Atas (SMA). Merantau dari Ranah Minang sejaktahun 2003. Memiliki beberapa kios di
Pasar Beringharjo salah satunya adalah Aneka Cantik Aksesoris dan Kerajinan yang
menjual berbagai macam aksesoris seperti kalung, gelang, souvenir, jepit rambut,
gantungan kunci baik itu grosir maupun eceran. Omzet dalam sebulan berkisar Rp
200.000.000,00 sampai Rp 250.000.000,00. Telah berwirausaha secara mandiri dari
tahun 2008.
Riko Afrianto adalah narasumber ketiga dari penelitian ini. Lahir di Padang pada
tanggal 16 Januari 1982, pendidikan terakhir S1 Keuangan Islam di UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta. Usaha yang dijalani yaitu menjual berbagai macam jilbab dan
pakaian muslim. Telah berwirausaha kurang lebih 9 tahun. Omzet yang dihasilkan per
bulannya sekitar Rp 60.000.000,00.
Untuk memperkuat data yang disampaikan oleh narasumber, maka dibutuhkan
narasumber pendukung. Narasumber pendukung dari Gusremon yaitu Syahrial, Yon
Hendri dan Yurman Idrus yang merupakan teman seperantauan dari Gusremon.
Kemudian narasumber pendukung dari Alfen Subrata yaitu Elda Oktavera yang
merupakan istrinya dan dua orang karyawannya yaitu Diah dan Gilang. Narasumber
pendukung dari Riko Afrianto yaitu Edward bot merupakan teman baik semasa kuliah,
Adri Syahrial merupakan senior Riko dan aktif bersama di salah satu UKM kampus,
kemudian Reza Aldino yang merupakan junior Riko pada saat kuliah, ketiga
narasumber pendukung dari Riko ini aktif dalam organisasi yang sama.
Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada anggota Ikatan Keluarga Besar
Minangkabau Yogyakarta (IKBMY). Dilaksanakan di wilayah provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta yaitu di Godean untuk narasumber pertama yaitu Gusremon, di
Pasar Beringharjo untuk narasumber kedua yaitu Alfen Subrata dan di daerah Ngasem
untuk narasumber ketiga yaitu Riko Afrianto.
90

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

Instrumen Penelitian. Dalam penelitian kulitatif, yang menjadi instrument atau
alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument
juga harus ‘divalidasi’ seberapa jauh peneliti kualitatif siap untuk melakukan penelitian
yang selanjutnya terjun ke lapangan. (Sugiyono, 2012). Selanjutnya Nasution (dalam
Sugiyono, 2012) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain
daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah
segala sesuatunya belum membentuk yang pasti karena belum dapat ditentukan secara
pasti dan jelas sebelumnya. Adapun masalah yang akan diteliti adalah latar belakang,
motivasi perantau Minang yang mendorong mereka untuk terjun ke dunia wirausaha,
pengembangan usaha, keberhasilan usaha atau prestasi bisnis, Masalah dan tantangan
dalam berwirausaha serta peran IKBMY bagi perantau Minang yang berwirausaha dan
bagi Ranah Minang.
Latar Belakang dan Alasan Merantau
Latar belakang dan alasan merantau adalah untuk mengetahui bagaimana
kehidupan narasumber sebelum merantau dan apa alasan yang mendorong narasumber
untuk merantau. Permasalahan yang diteliti: Latar belakang keluarga; tujuan dan alasan
merantau; alasan memilih Yogyakarta sebagai tempat merantau; lama waktu merantau;
kondisi awal waktu merantau; kehidupan sebagai perantau yang berwirausaha;
Persaingan dengan perantau dari etnis lainnya dalam wirausaha; kendala bersosialisasi
atau berkomunikasi
Motivasi Berwirausaha
Berbagai macam alasan digunakan untuk terjun ke dunia wirausaha. Beberapa
diantaranya justru sangat fundamental seperti alasan finansial dan karena pengaruh
lingkungan. Permasalahan yang akan diteliti: Motivasi awal menjadi seorang
pengusaha; hal yang menarik menjadi seorang pengusaha; hal yang ingin dicapai
dengan menjadi seorang pengusaha; peranan pribadi dalam pengambilan keputusan
untuk menjadi seorang pengusaha; peranan faktor ekonomi dalam pengambilan
keputusan untuk menjadi seorang pengusaha; peranan keluarga dalam pengambilan
keputusan untuk menjadi seorang pengusaha; peranan lingkungan dalam pengambilan
keputusan
untuk
menjadi
seorang
pengusaha;
pandangan
dan
cara
mengimplementasikan kebutuhan akan prestasi yang ada dalam berwirausaha;
pandangan dan cara mengimplementasikan kebutuhan akan kekuasaan yang ada dalam
berwirausaha; pandangan dan cara mengimplementasikan kebutuhan akan berafiliasi
yang ada dalam berwirausaha.
Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha perlu dilakukan oleh seorang wirausaha agar usahanya
dapat bertahan dan memenangkan persaingan pasar. Permasalahan yang akan diteliti:
Proses mengembangkan usaha dari awal berdiri sampai sekarang; hal yang menarik dari
proses pengembangan usaha; tujuan dari pengembangan usaha; pengembangan usaha
dari segi proses produksi. pengembangan usaha dari segi pemasaran; pengembangan
usaha dari segi finansial; pengembangan usaha dari segi pelayanan; Pengembangan
usaha dari segi jaringan kerjasama.
Keberhasilan Usaha
Adapun beberapa masalah yang diteliti tentang prestasi yang dicapai oleh
perantau Minang yang berwirausaha adalah sebagai berikut :Pencapaian bisnis
sekarang; cara atau strategi untuk mencapainya; pencapaian di luar bisnis atau non
bisnis; target jangka pendek; target jangka panjang.
91

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

Masalah dan Tantangan Berwirausaha
Sering muncul masalah dan tantangan yang terjadi saat berwirausaha. Maka dari
itu dibutuhkan berbagai solusi agar masalah tersebut dapat diatasi. Permasalahan yang
diteliti: Masalah yang muncul dalam berwirausaha; masalah yang muncul dari
lingkungan sekitar; Masalah psikologis yang dihadapi; cara mengatur waktu
berwirausaha; Pandangan tentang rasa khawatir atau lemah mental dalam berwirausaha;
pandangan tentang rasa malu atau gengsi dalam berwirausaha; pandangan tentang rasa
mudah menyerah dalam berwirausaha; pandangan tentang cara menghadapi tantangan
dalam berwirausaha.
Etnis Minang dan IKBMY
Suku Minang menonjol dalam bidang pendidikan dan perdagangan. Lebih dari
separuh jumlah keseluruhan anggota suku ini berada dalam perantauan. Diperantauan,
untuk mencari saudara, teman, relasi, dukungan dan tempat untuk melepas rasa rindu
terhadap kampung halaman dengan penggunaan bahasa daerah secara bebas dapat
dirasakan dengan ikut bergabung ke dalam suatu ikatan kekeluargaan. Permasalahan
yang akan diteliti: Asal daerah atau kampung halaman; tradisi atau adat yang diketahui
oleh perantau Minang; Budaya dan tradisi yang masih melekat di diri perantau Minang;
makna “Menjadi Orang” dalam Minangkabau; Identitas resmi IKBMY; peran IKBMY
untuk perantau; peran IKBMY untuk ranah Minang; kegiatan rutin IKBMY.
Metode Pengumpulan Data. Metode pengumpulan data untuk penelitian ini
adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono
(2012), wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden lebih mendalam. Peneliti
menggunakan jenis wawancara terstruktur yang mengacu pada situasi ketika seorang
peneliti melontarkan sederet pertanyaan temporal pada tiap-tiap narasumber
berdasarkan kategori-kategori tertentu/terbatas. Selama proses ini, narasumber akan
mendapatkan sederet pertanyaan yang sama dan menjawab secara berurutan (Denzin
dan Lincoln). Kemudian dokumentasi. Selain melalui wawancara, informasi juga bisa
diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto,
hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti
ini bisa dipakai untuk menggali infomasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu
memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak
sekadar barang yang tidak bermakna. (Rahardjo, 2011). Dalam penelitian ini,
wawancara dilakukan adalah wawancara semi terstruktur. Alat-alat wawancara yaitu
buku catatan, digital voice recorder dan kamera.
Keabsahan Data. Uji Kredibilitas dalam penelitian ini menggunakan
triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagi sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono, 202).
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Vadilitas
eksternal menunjukkan derajat ketepatan. Agar orang lain dapat memahami hasil
penelitian kualitatif maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian
yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian, pembaca menjadi
jelas atas hasil penelitian tersebut sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya
diaplikasikan di tempat lain (Sugiyono, 2012). Setelah data direduksi maka data akan
92

Seminar Nasional Kewirausahaan
& Inovasi Bisnis VI
Universitas Tarumanagara, Jakarta

ditampilkan. Data tersebut dapat dimasukkan ke dalam hasil penelitian untuk
memperkuat data sehingga data menjadi rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya
sehingga pembaca menjadi jelas.
HASIL PENELITIAN
Latar Belakang Kehidupan dan Alasan Meranatau. Latar belakang kehidupan
perantau Minang berbeda-beda, dilihat dari latar belakang keluarga, pekerjaan orang tua
dan tingkat pendidikan. Berbagai alasan yang melatarbelakangi perantau Minang untuk
meninggalkan kampung halaman seperti faktor finansial atau faktor ekonomi, daya tarik
kota dan ada yang disebabkan karena ingin menuntut ilmu, seperti pernyataan berikut:
“Dulu itu tuntutan ekonomi, karena kelas 4 SD ayah uda sudah meninggal
dunia. Sejak itu kan tinggal hanya dengan orang tua perempuan otomatis citacita agak sulit mencapainya, contoh pendidikan. Saat itulah, apapun nama kerja
yang menghasilkan uda jalani, pernah jadi kernet angkot setelah SMA, jadi sopir
angkot juga. Pada saat itu untuk memiliki mobil angkot sendiri cukup sulit ya,
kompetisi didalamnya sangat ketat dan banyak. Karena kakak sudah di Jogja
disuruh pergi ke Jogja, ternyata uda punya daya tarik untuk berdagang. Disitu
mulai untuk berdagang, serius, ternyata berdagang enak. Tenaga tidak terlalu
diforsir.” (Alfen, 30/01/16 08.45)
Dan ada yang memiliki alasan untuk menuntut ilmu, seperti pernyataan yang
disampaikan oleh salah satu narasumber:
“Kuliah, sekolah, pendidikan. Tapi gak sebatas sekolah, alam takambang jadi
guru. Jalan-jalan ke Malioboro, bertemu sama orang Minang ternyata ada
komunitas. Bisa bergaul. Silaturahmi dapat menumbuhkan etos kerja untuk
mencari tambahan uang sehingga timbul jiwa-jiwa bisnis tadi. Karena bergaul
dengan orang-orang minang yang berwirausaha di sekitaran malioboro dulu.
Dulu itu tiada hari tanpa Malioboro.” (Remon, 02/03/16 20.30)
Alasan yang melatarbelakangi perantau Minang untuk meninggalkan kampung
seperti faktor finansial atau faktor ekonomi, daya tarik kota dan ada yang disebabkan
karena ingin menuntut ilmu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Naim (2013).
Menurut Naim faktor penyebab orang merantau di Minangkabau ada sepuluh yaitu
faktor fisik seperti ekologi dan lokasi, faktor ekonomi dan demokrasi, faktor
pendidikan, daya tarik kota, keresahan politik, faktor sosial, arus baru, faktor sosial bagi
migrasi di antara masyarakat-masyarakat yang lain, faktor agregatif bagi migrasi, dan
tipologi migrasi.
Motivasi Berwirausaha. Terdapat dua motiv