PENGARUH TERAPI LINGKUNGAN TERHADAP TINGKAT KETERGANTUNGAN PADA LANSIA DEPRESI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUJANANTING KABUPATEN BARRU

  11 PENGARUH TERAPI LINGKUNGAN TERHADAP TINGKAT KETERGANTUNGAN PADA LANSIA DEPRESI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUJANANTING KABUPATEN BARRU Muhammad Basri

  1 , Muhammad Nur

  2

  1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar

  2 Poltekkes Kemenkes Makassar

  Alamat korespondensi basrinose@yahoo.co,id/081342220868

  ABSTRAK

  Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan gangguan jiwa melalui manipulasi unsure yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap proses penyembuhan. Ketergantungan adalah meletakkan kepercayaan kepada orang lain atau benda-benda lain, untuk bantuan yang terus menerus, penetraman hati dalam pemenuhan kebutuhan. Penelitian ini menggunakan purposive sampling artinya menetapkan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya Instrument penelitian menggunakan kuesioner, menggunakan uji wilcoxon dan data dianalisa dengan menggunakan spss 16. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi rekreasi (pre-test) dan setelah diberikan (post test) mengalami peningkatan nilai p=0,04 yang berarti ada pengaruh terapi rekreasi. Sebelum diberikan terapi kreasi seni (pre-test) dan setelah diberikan (post test) mengalami peningkatan nilai p=0,01 yang berarti ada pengaruh terapi rekreasi Terhadap Tingkat Ketergantungan Pada Lansia Depresi Di Wilyah Kerja Puskesmas Pujananting Kabupaten Barru Terapi rekreasi dan kreasi seni ini sangat efektif sehingga memberikan perubahan kepada tingkat ketergantungan pada lansia depresi.

  Kata kunci : Terapi rekreasi, terapi kreasi seni, lansia depresi

  PENDAHULUAN

  Lingkungan merupakan kondisi dimana berpengaruh besar terhadap proses penyembuhan terutama pasien dengan gangguan jiwa melalui manipulasi unsure yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap proses penyembuhan konsep-konsep tentang terapi lingkungan berasal dari onsep-konsep “The Theraupetic Communiti” yang diperkenalkan oleh Maxwell Jones yang di gunakan dalam lingkungan rumah sakit (yosep, 2010).

  Seluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan mencapa 1,2 miliar. Di Negara maju, pertambahan populasi/penduduk lanjut usia telah diantisipasi sejak awal abad ke-20. Tidak heran bila masyarakat di Negara maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangannya. Namun, Negara ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, social, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degenerative (Nugroho, 2012).

  Pada tahun 2010, jumlah penduduk lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 jiwa (9,58%), dan yang tinggal dipedesaan sebesar 15.612.232 jiwa (9,97%). Terdapat perbedaan yang cukup besar antara lansia di kota dan di desa, perbedaan ini biasa terjadi karena; pola imigrasi penduduk usia muda ke kota dan saat tuanya lebih memilih kembali kedesanya, penduduk desa memiliki usia harapan hidup yang lebih besar karena tidak menghirup udara yang sudah berpolusi, tidak sering menghadapi hal-hal yang mebuat mereka stress, lebih banyak tentramnya ketimbang hari-hari stress, atau juga biasa jadi karena makanan yang dikomsumsi tidak terkontaminasi dengan peptisida, sehinggan membuat mereka tidak mudah terserang penyakit (fatmei, 2010).

  Salah satu permasalah yang sering ditemukan pada lansia adalah mengalami tingkat ketergantungan kepada orang lain dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi lansia mengalami tingkat ketergantungan yaitu; status kesehatan, depresi, dan lingkungan kejelasan tentang Pengaruh Terapi karena ada keluarga/teman yang dapat membantu memenuhi kebutuhan yang Lingkungan Terhadap Tingkat Ketergantungan diperlukan (Nugroho, 2012). Pada Lansia Depresi Di Wilayah Kerja

  Berdasarkan data pengelola posyandu Puskesmas Pujananting Kabupaten Barru usila Puskesmas Pujananting Kabupaten Setelah data tersebut dilakukan editing, Barru pada bulan Januari sampai dengan koding, enter, cleaning data dan tabulasi maka bulan April 2014 jumlah lansia laki-laki 210, selanjutnya dilakukan analisa data. sedangkan jumlah lansia perempuan Analisis data sebanyak 310 orang jadi total jumlah lansia di a. Analisis univariat wilayah kerja Puskesmas Pujananting Analisiis dilakukan terhadap tiap- sebanyak 520, sedangkan yang mengalami tiap variable penelitian terutama untuk depresi sebanyak 62 orang, terdiri dari laki-laki melihat tampilan distribusi frekuensi dan 20 orang dan perempuan 42 orang(data presentasi dari tiap-tiap variable. pengelola usila puskesmas pujnanting

  b. Analisis bivariat kabupaten barru). Analisis bivariabel dilakukan untuk Berdasarkan data yang ada di latar melihat hubungan silang antaravariable belakang dan beberapa masalah kesehatan independen yang terdiri dari depresi lansia pada lansia baik perkotaan maupun pedesaan dan tingkat ketergantungan. Untuk melihat dalam hal ini yang mendasari penelitian apakah terdapat hubungan yang berinisiatif melakukan penelitian dengan judul signifikasi antar variabel, maka penelitian “Pengaruh Terapi Lingkungan Terhadap menggunakan analisis uji Chi square Ketergantungan Pada Lansia Depresi di dengan tingkat kemaknaan α 0,05 Wilayah Kerja Puskesmas Pujananting Kabupaten Barru”. HASIL PENELITIAN

  1. Analisis univariat karakteristik responden

  BAHAN DAN METODE Tabel

  1 Distribusi Responden

  Lokasi , Populasi, dan Sampel

  Berdasarkan Jenis Kelamin Di Wilayah Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Kerja Puskesmas Pujananting Kabupaten 23 juni 2014 sampai dengan 26 juli 2014 di Barru Tahun 2014 wilayah Kerja Puskesmas Pujananting Jenis

  Frekuensi % kabupaten Barru. kelamin Penelitian ini menggunakan metode

  Perempuan 23 57,5

  eksprimen dengan rancangan penelitian

  Laki – laki 17 42,5 menggunakan Cross sectional study, dimana Total 40 100 dalam pelaksanaan penelitian baik variable independen maupun variable dependen

  Tabel 1 menunjukkan jumlah dilaksanakan secara bersamaan dalam waktu responden perempuan yaitu berjumlah 23 yang sama. orang (57,5%) dan sedangkan pada laki –

  Populasi dalam penelitian ini adalah laki hanya berjumlah 17 orang (42,5%) semua lanjut usia 520 yang mengalami depresi 62 di wilayah kerja puskesmas

  Tabel

  2 Distribusi Responden kabupaten barru. sampel dengan cara memilih Berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja sampel 40 diantara populasi sesuai dengan Puskesmas Pujananting Kabupaten Barru yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel Tahun 2014 tersebut dapat mewakili karakteristik populasi

  Umur frequensi % yang telah dikenal sebelumnya 72 – 80 tahun 15 37,5 81 – 95 tahun

  25 62,5 Data hasil penelitian diperoleh dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Total

  40 100 Data primer adalah data yang dikumpulkan peneliti langsung dari responden. Sedangkan Tabel 2 menunjukkan jumlah responden terbanyak adalah yang

  Data sekunder merupakan data yang berumur 81 – 95 tahun sebanyak 25 orang diperoleh tidak secara langsung dari subjek yang akan diteliti, baik itu berasal dari orang (62,5%), responden yang berumur 72 – 80 lain, organisasi tertentu, instasi dan badan tahun sebanyak 15 orang (37,5%) ilmiah lainnya.

  2. Analisa Bivariat Setelah data terkumpul, dilakukan Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang apakah pengolahan data menggunakan program

  Microsoft Excel dan statistical program for ada pengaruh sebelum dan sesudah social science (SPSS). Untuk memperoleh diberikan terapi rekreasi.

  12

  13 Pengaruh terapi rekreasi Pre tes

  PEMBAHASAN

  Dari hasil penelitian menunjikkan bahwa sebelum melakukan (Post test) terapi rekreasi responden yang tidak mampu sebanyak 23 (38,5%) dan yang mampu 20 (35,9%), ketika sudah melakukan (Pre test) terapi rekreasi responden yang tidak mampu sebanyak 16 (24,3%) dan yang mampu sebnyak 27 (38,8%). Uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi rekreasi terhadap tingkat ketergantungan pada lansia depresi dengan menggunakan analisa data uji Wilcoxon diperoleh nilai p=0,02 antara pre test dengan pos tes karena mempunyai tingkat kemaknaan p<0,05.

  Hasil ini juga didukung oleh Ahwal Hidayat (2010) dalam penelitian ada pengaruh terapi kreasi terhadap tingkat ketergantungan pada lansia depresi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

  Hasil ini juga didukung oleh peneliti sebelumnya Aswear (2010) yang mengatakan bahwa ada pengaruh terapi kreasi terhadap tingkat ketergantungan pada lansia depresi. Dengan hasil penelitian sebelum melakukan terapi kereasi ada 6 orang (31,37%), nilai posttest > pretest (ranking positif) berjumlah 8 orang (45,6%), dan nilai posttest = pretest 6 orang (31,37%) dari hasil analisis “Uji Rangking bertanda Wilcoxon” dengan menggunakan statistik Z didapatkan nilai Z untuk kelompok eksperimen adalah -3,572 dan dengan taraf kesalahan 0,05 dan tingkat kepercayaan 95% maka nilai p=0,000 < 0,05.

  Berdasarkan analisa data menggunakan uji wilconxon di peroleh nilai p=0,004. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi rekreasi sebelum dan sesudah diberikan terapi rekreasi karena mempunyai tingkat kemaknaan p<0,05.

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum melakukan terapi rekreasi terdapat responden yang tidak mampu sebanyak 26 orang (65,0%) dan yang mampu sebanyak 14 orang (35,0%), ketika sudah melakukan terapi rekreasi responden yang tidak mampu sebanyak 12 orang (30,0%) dan yang mampu sebanyak 28 orang (73,3%).

  1. Pengaruh Terapi Rekreasi pre tes dan pos tes Diberikan Terapi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pujananting Kabupaten Barru.

  Berdasarkan analisa data menggunakan uji wilconxon di peroleh nilai p=0,001. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi kreasi seni sebelum dan sesudah diberikan terapi kreasi seni karena mempunyai tingkat kemaknaan p<0,05.

  dan pos tes diberikan terapi rekreasi Tabel 3 Pengaruh Terapi Rekreasi pre tes dan pos tes Diberikan Terapi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pujananting Kabupaten Barru

  Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebelum melakukan terapi kreasi seni responden yang tidak mampu sebanyak 26 orang (65,0%) dan yang mampu sebanyak 14 orang (35,0%), ketika sudah melakukan terapi kreasi seni responden yang tidak mampu sebanyak 11 orang (27,5%) dan yang mampu sebanyak 29 orang (72,5%).

  Tidak mampu 26 65,0 11 27,5 Mampu 14 35,0 29 72,5 Total 40 100 40 100 p=0,001

  Terapi kreasi seni Pre tes Pos tes n % n %

  Berdasarkan analisa data menggunakan uji wilconxon di peroleh nilai p=0,004. Hgal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi rekreasi sebelum dan sesudah diberikan terapi rekreasi karena mempunyai tingkat kemaknaan p<0,05. Tabel 4 Pengaruh Terapi Rekreasi pre tes dan pos tes Diberikan Terapi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pujananting Kabupaten Barru

  Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa sebelum melakukan terapi rekreasi terdapat responden yang tidak mampu sebanyak 26 orang (65,0%) dan yang mampu sebanyak 14 orang (35,0%), ketika sudah melakukan terapi rekreasi responden yang tidak mampu sebanyak 12 orang (30,0%) dan yang mampu sebanyak 28 orang (73,3%).

  Tidak mampu 26 65,0 12 30,0 Mampu 14 35,0 28 70,0 Total 40 100 40 100 p=0,004

  Terapi rekreasi Pre tes Pos tes n % n %

  Menurut kusumawati (2012) terapi rekreasi adalah yang menggunakan kegiatan yang dilakukan pada waktu luang dengan kegiatan konstruktif dan

  14

  menyenangkan, serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial. Guna untuk mengurangi tingkat ketergantungan lansia depresi. Dikatakan juga menggunakan kegiatan pada waktu luang dengan tujuan klien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuaan hubungan sosial.

  Keperawatan medis yang menggunakan rekreasi sebagai pendidikan dan berbagai sumber daya lain untuk membantu klien mencapai fisik mereka, emosional, fisiologi, dan spiritual. Tujuan sosial terapi rekreasi adalah salahsatu cara terbesar untuk membantu meningkatkan kualitas hidup dan kualias perawatanuntuk orang depresi pada saat kurang mampu beradap tasi dengan lingkungan luar.

  Beradasrkan hal tersebut diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa pengaruh terapi rekreasi terhadap tingkat ketergantungan pada lansia depresi sebelum dan sesudah diberikan terapi itu mengalami peningkatan dengan hasil pre tes yang tidak mampu 26 orang, yang mampu 14 orang sedangkan pada pos tes yang tidak mampu 12 orang, yang mampu 28 orang. Dapat terlihat bahwa sebelum melakukan terapi itu hanya ada 14 orang yang mampu, tetapi pada saat sudah melakukan terapi meningkat menjadi 28 orang, ini mengalami penambahan 14 orang. Dengan peninkatan ini menunjukkan bahwa dengan memberikan terapi rekreasi itu sangat berpengaruh sekali terhadap tingkat ketergantungan pada lansia depresi.

  Pengaruh Terapi kreasi seni pre tes dan pos tes Diberikan Terapi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pujananting Kabupaten Barru.

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum melakukan terapi kreasi seni responden yang tidak mampu sebanyak 26 orang (65,0%) dan yang mampu sebanyak 14 orang (35,0%), ketika sudah melakukan terapi kreasi seni responden yang tidak mampu sebanyak 11 orang (27,5%) dan yang mampu sebanyak 29 orang (72,5%).

  Berdasarkan analisa data menggunakan uji wilconxon di peroleh nilai p=0,001. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi kreasi seni sebelum dan sesudah diberikan terapi kreasi seni karena mempunyai tingkat kemaknaan p<0,05.

  Hasil penelitian sejalan dengan peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Rahman (2008) dalam penelitiannya bahwa ada pengaruh sebelum dan sesudah diberi terapi kreasi seni pada lansi depresi. Dari hasil penelitian menunjikkan bahwa sebelum melakukan (Post test) terapi kreasi seni responden yang tidak mampu sebanyak 23 (38,5%) dan yang mampu 20 (35,9%), ketika sudah melakukan (Pre test) terapi rekreasi responden yang tidak mampu sebanyak 12 (24,3%) dan yang mampu sebnyak 31 (83,8%). Uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi kreasi seni terhadap tingkat ketergantungan pada lansia depresi dengan menggunakan analisa data uji Wilcoxon diperoleh nilai p=0,01 antara pre test dengan pos tes karena mempunyai tingkat kemaknaan p<0,05.

  Menurut Kusumawati (2012) bahwa terapi kreasi seni memberikan kesempatan pada klien untuk menyalurkan/mengekspresikan perasaannya. Dalam penelitian ini perawat dapat sebagai kader atau bekerja sama dengn orang lain yang ahli dalam bidangnya karna harus sesuai dengan bakat dan minat

  Sehingga asumsi peneliti saat melakukan penelitian mengatakan bahwa perubahan yang terjadi pada pasien tingkat ketergantungan pada lansia depresi sebelum dan sesudah diberikan terapi kreasi seni itu mengalami peningkatan karena disebabkan dengan perlakuan terapi kreasi seni dimana sebelum melakukan (pos tes) terapi kreasi seni yang tidak mampu sebanyak 26 orang, dan yang mampu sebanyak 14 orang dan setelah melakukan (pos tes) terapi kreasi seni yang tidak mampu sebanyak 11 orang dan yang mampu sebanyak 29 orang, disini terlihat bahwa ada perubahan yang terjadi pada lansia dan mereka mampu meningkatkan ketergantungan pada dirinya. Pemberian terapi ini menunjukkan bahwa ada pengaru besar terhadap tingkat ketergantungan pada lansia depresi setelah diberikan terapi kreasi seni.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:

  1. Ada pengaruh terapi rekreasi terhadap tingkat ketergantungan pada lansia depresi di wilayah kerja puskesmas

  2. Kepada peneliti selanjutnya agar supaya pujananting kabupaten barru. lebih meningkatkan penelitian dalam

2. Ada pengaruh terapi kreasi seni terhadap mencakup terapi rekreasi, dikarenakan

  tingkat ketergantungan pada lansia terapi rekreasi sangat berpengaruh depresi di wilayah kerja puskesmas terhadap tingkat ketergantungn pada pujanating kabupaten barru. lansia depresi.

  3. Kepada pihak terkait agar lebih

  SARAN

  memerhatikan kondisi lansia di wilayah

  1. Kepada masyarakat diharapkan supaya kerja puskesmas pujananting kabupaten anggota keluarga pada lansia dapat barru. memenuhi segala kebutuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

  Ahwal Hidayat., 2010., “Pengaruh Pemberian Terapi Lingkungan Terhadap Perubahan Tingkat Ketergantungan

Lansi Di Kabupaten Wajo”., http/ww.AhwalHidayatjurnal.co.id., tanggal 10 agustus 2014.,

21:23:40.

  Data Pengelola Usila Puskesmas Pujananting Kabupaten Barru., 2014., Kabupaten Barru.

  Fatimah., 2010., “Merawat Manusia Lanjut Usia”., CV. Trans Info: Jakarta. Fatma., 2010., “Gizi Usia Lanjut”., Pt Penerbit Erlangga: Jakarta Kusumawati, F., Hartono, Y., 2012., “Buku Ajar Keperawatan Jiwa”., Salemba Medika: Jakarta Nasir, A., Muhit, A., 2011., “Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa”., Salemba Medika: Jakarta. Nugroho, W., 2012., “Keperawatan Gerontik & Geriatrik”., EGC: Jakrta. Nursalam., 2013., “Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan”., Salemba Medika: Jakarta. Padila., 2013., “Buku Ajar Keperawatan Gerontik”., Salemba Medika: Jakarta. Rahman., 2008., “Pengaruh Pemberian Terapi Kreasi Seni Terhadap Perubahan Tingkat Ketergantungan Pada

  

Lanjut Usia Depresi Di Wilayah Kerja Puskesma Kabupaten Pinrang”., http.www

rahmanjurnalskripsi.com.,tanggal 1 agustus 2014., 10:45:30.

  Saam, Z., Wahyuni, S., 2012., “Psikologi Keperawatan”., Salemba Medika: Jakarta Sumantri, A, H., 2011., “Metodologi Penelitian Kesehatan”., Kencana Prenada Media Group: Jakarta. Yosep, I., 2011., “Keperawatan Jiwa”., PT. Refika Aditama: Bandung.

  15