PEMERTAHANAN BAHASA PAKPAK DAIRI DI KABUP ATEN DAIRI Nurhayati Sitoros

Kajian Linguistik, Agustus 2014, 94-107
Copyright©2014, Program Studi Linguistik FlB USu, 1SSN 1693-4660

Tahunke-12, No2

PEMERTAHANAN BAHASA PAKPAK DAIRI
DI KABUPATEN DAIRI

Nurhayati Sitoros
Dwi Widayati, Masdiaoa Lubis
FIB Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Penelitian ini membahas pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten
Dairi. Fokus penelitian ini adalah kondisi pemertahanan bahasa Pakpak
Dairi, faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi,
dan upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Responden yang dijaring
dalam penelitian ini sebanyak 99 yang diambil melalui teknik aeak berlapis
dan dibagi ke dalam tiga keIompok, yaitu kelompok remaja, kelompok
dewasa, dan kelompok orang tua. Data diperoleh melalui kuesioner,
observasi, dan wawaneara. Data dianalisis dengan menggunakan anal isis

statistik deskriptif dan analisis Miles dan Hubennan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi sekarang
pada kelompok remaja sudah tidak bertahan. Pemertahanan bahasa Pakpak
Dairi pada kelompok remaja sangat rendah di semua ranah, baik ranah
rumah, ranah luar rumah, ranah gerejalmesjid, dan ranah sekolah.
Selanjutnya, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok
dewasa dan kelompok orang tua banya bertahan pada ranah tertentu, yakni
ranah gerejalmesjid. Namun, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi
.pada ranah rumah, ranah luar rumah, dan ranah pekerjaan sUdah tidak
bertahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak
Dairi berasal faktor intralinguistik dan faktor ekstralinguistik. Adapun faktor
intralinguistik yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi
adalah alih kode dan eampur kode. Selanjutnya, faktor ekstralinguistik yang
dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi adalah identitas,
kepereayaan diri, kesetiaan, kebanggaan budaya, migrasi, konsentrasi tempat
tinggal, jumlah penutur, agama, mengikuti ibadah di luar GKPPD, umur,
interlokutor, ranah, pekerjaan, perkawinan campuran, dan kebiasaan
menghubungi famili di kampung halaman. Upaya yang dilakukan dalam
mempertahankan bahasa Pakpak Dairi agar pemuda memiliki sikap positif
terhadap daerah dalam diri masing-masing individu, menggunakan bahasa

Pakpak Dairi daIam kehidupan mereka sehari-hari, mengajari dan
menggunakan bahasa Pakpak Dairi kepada anak-anak di rumah,
menggunakan bahasa dan budaya Pakpak dalam adat-istiadat, menjadi
anggota dalam suatu lembaga, menjadikan bahasa Pakpak Dairi sebagai
mata pelajaran muatan lokal di sekolah, mengikuti ibadah di GKPPD,
mengikuti ibadah di mesj id yang menggunakan bahasa Pakpak Dairi
mengikuti aeara kebaktian kumpulan setiap mingguannya, dan kebiasaan
mengunjungi famili.
Kata Kunci: Sosiolinguistik, Pemertahanan Bahasa

Abstract
This research discusses about language maintenance of Pakpak Dairi in
Dairi District. It focuses on the condition of language maintenance of

Nurhayati Sitorus

Pakpak Dairi, the factors influence language maintenance of Pakpak Dairi,
and the efforts to maintain Pakpak Dairi language. The respondent consists
of 99 persons selected through stratified random sampling technique and
divided into three groups, namely adolescent, adult, and parent group. Data

were obtained through questioner, observation, and interview. The data
were analized by using analysis of statistic descriptive and Miles and
Huberman analysis. The result of this study showed the condition of
language maintenance for adolescent group is not maintained, for
adolescent is very low in all domains, such as home, outside home,
church/mosque, and school/education domain, and for adult and parent
groups are still maintained at church/mosque domain. However, the
condition of language maintenance of Pakpak Dairi at home, outside home,
and job domain are no longer maintained The factors influence language
maintenance of Pakpak Dairi are intralinguistic and extralinguistic factors.
Intralinguistic factors are code switching and code mixing. While the
extralinguistic factors influence language maintenance of Pakpak Dairi are
identity, confidence, loyalty, pride of culture, migration, the concentration of
living, larger numbers of speakers, religion, attending the religion services
out side of GKPPD, age, interlocutor, domain, occupation, intermarriage,
and calling the family in hometown. The efforts to maintain Pakpak Dairi
language are to have positive attitude, to use Pakpak Dairi language in daily
activities, to teach and use Pakpak DaM language with children at home, to
present Pakpak Dairi language and culture in adat activities, . to include
Pakpak Dair; language as local content subject at school, to attend religious

services at GKPPD and the mosque where Pakpak Dairi language is used,
to participate in the weekly mass, and to see family.
Keywords: Sociolinguistic, Language Maintenance

PENDABULUAN

Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia adalah
suku Batak yang terdiri atas lima etnik, yakni etnik Batak Toba, etnik Pakpak Dairi, etnik
Simalungun, etnik Karo, dan etnik Mandailing. Setiap etnik memiliki bahasa daerah
masing-masing. Etnik Batak Toba menggunakan bahasa Batak Toba, etnik Pakpak Dairi
menggunakan bahasa Pakpak Dairi, etnik Simalungun rnenggunakan bahasa Sirnalungun,
etnik Karo rnenggunakan bahasa Karo, dan etnik Mandailing rnenggunakan bahasa
Mandailing sebagai bahasa daerah rnereka.
Bahasa rnerupakan alat yang digunakan rnanusia untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain untuk rnenyarnpaikan infonnasi. Melalui bahasa manusia
dapat rnengekspresikan seluruh ide dan gagasan rnereka. Bahasa rnerupakan larnbang
yang menunjuk identitas seseorang sebagai penutur bahasa tersebut, misalnya bahasa
Pakpak Dairi adalah bahasa ibn yang digunakan oleh suku Pakpak Dairi (rnasyarakat
Pakpak Dairi). Masyarakat Pakpak mempunyai lima dialek, yakni dialek Simsim, dialek
Keppas, dialek Pegagan, dialek Kelasen dan dialek Boang (Solin, 1988: 107). Masyarakat

Pakpak Dairi merupakan masyarakat rninoritas di Kabupaten Dairi. Berdasarkan sensus
penduduk tahun 2010 bahwa masyarakat rnayoritas di Kabupaten Dairi adalah suku Batak
Toba, dengan persentase 72,50%, suku Pakpak Dairi 12,20%, suku Karo 9,50%, suku
Melayu 0,46%, suku Mandailing 0,37%, suku Simalungun 1,81%, suku Nias 0,47%, suku
Minangkabau 0,39%, suku Jawa 1,75%, suku Cina 0,14% , suku Aceh 0,14% dan lainlain 0,25% (Sumber : BPS Kabupaten Dairi).

95

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014
Dalam hal ini jumlah penduduk dan lingkungan sangat mempengaruhi
pemertahanan suatu bahasa oleh penutur bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Jendra
(2010: 144-146) juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempertahankan bahasa
adalah jumlah penutur, tempat tinggal, identitas, dan kebanggaan budaya, dan kondisi
ekonomi yang baik. Walaupun masyarakat Pakpak Dairi hanya masyarakat minoritas di
Kabupaten Dairi, bukan berarti mereka tidak mempertahankan bahasa daerah mereka
Pemertahanan bahasa itu bergantung kepada pilihan bahasa yang mereka pilih untuk
dipakai dalam berkomunikasi dan juga bergantung kepada sikap bahasa yang dimiliki
oleh penutur bahasa tersebut dalam mempertahankan bahasa daerah mereka.
Melalui peristiwa bahasa masyarakat Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi merupakan
masyarakat multilingual (multilingual society). Masyarakat multilingual adalah

masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk berbahasa lebih dari dua bahasa bila
berkomunikasi ataupun berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat lainnya (Holmes,
2001: 19). Bahasa-bahasa yang digunakan oleh masyarakat Pakpak Dairi di Kabupaten
Dairi seperti bahasa Pakpak Dairi, bahasa Batak Toba, dan bahasa Indonesia.
Keanekabahasaan berpotensi menimbulkan fenomena bagi individu-individu ataupun
kelompok individu terutama bagi kelompok penutur minoritas bahasa. Hal itu disebabkan
individu tersebut tidak mampu memelihara dan mempertahankan bahasa daerah mereka
maka bahasa daerah mereka akan bergeser dan lama kelamaan akan punah. Namun,
apabila mereka dapat menghadapi tantangan atau ancaman yang datang dengan memilih
bahasa daerah mereka sebagai loyaJitas mereka, bahasa daerah mereka akan bertahan.
Fishman (1972a: 97) mengatakan bahwa pemertahanan bahasa (language
maintenance) bergantung pada ideologi nasional dalam masyarakat atau bergantung
paling sedikit pada ideologi yang dimiliki masyarakat yang mempertahankan konteks
sosial mereka untuk melawan perubahan yang datang. Dalam hal ini, sebagian
masyarakat Pakpak Dairi diKabupaten Dairi khususnya orang tua memilikiideologi yang
tinggi terhadap bahasa daerahnya, yakni dengan temp mempergunakan bahasa daerahnya
walaupun lingkungan sangat mempengaruhinya. Hal ini ditandai dengan mereka masih
tetap menggunakan bahasa Pakpak Dairi dalam berkomunikasi baik di dalam rumah
maupun di luar rumah bila bertemu dengan orang yang sesuku dengannya. Kadangkala
mereka juga menggunakan bahasa Pakpak Dairi di rumah ataupun di luar rumah

walaupun mereka mengetahui bahwa mitra tutur mereka tidak sesuku dengan mereka.
Dalam hal ini mereka memiliki kesetiaan terhadap bahasa daerah mereka walaupun
lingkungan sangat mempengaruhi penggunaan bahasa daerah mereka. Mereka tetap
menggunakan dan mempertahankan bahasa daerah mereka meskipun mereka hanya
masyarakat minoritas di Kabupaten Oairi.
Selanjutnya, para remaja kurang memiliki ideologi terhadap bahasa daerahnya.
Mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari tetapi di ranah
keluarga juga mereka menggunakan bahasa Indonesia bila berkomunikasi dengan orang
tua mereka walaupun kedua orang tua mereka bersuku Pakpak Dairi. Para remaja
cenderung mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Hal ini
merupakan suatu ancaman bagi bahasa daerah mereka Apabila mereka tidak dapat
mempertahankan bahasa daerah mereka, bahasa daerah mereka akan bergeser dan akan
terancam punah.
Berlandaskan lafar belakang, penulis ingin menganalisis kondisi pemertahanan
bahasa Pakpak Dairi sekarang, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemertahanan
bahasa Pakpak Dairi, dan upaya-upaya masyarakat Pakpak Dairi dalam pemertahanan
bahasa Pakpak Oairi.
96


Nurhayati Sitorus

KAJIAN PUSTAKA

1. Konsep
Adanya kontak bahasa menyebabkan perubahan terhadap masyarakat monolingual
menjadi bilingual dan pada akhiroya menjadi multilingual. Hal ini disebabkan banyak
faktor, seperti perkembangan teknologi komunikasi, adanya globalisasi, dan pesatnya
dunia pendidikan. Hal itu juga menyebabkan kebutuhan masyarakat mengenai bahasa
mengalami pergeseran.
Multilingualisme dihubungkan dengan masyarakat multilingual, masyarakat yang
anggota-anggotanya berkemampuan atau biasa menggunakan lebih dari dua bahasa bila
berkomunikasi antar sesama anggota masyarakat lainnya (Holmes, 2001: 19).
Masyarakat multilingual mengembangkan kemampuan mereka dalam masing-masing
kode untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemampuan mereka menggunakan bahasa
bergantung pada sittlasi dimana masing-masing bahasa digunakan. Multilingualisme
terjadi karena adanya kontak bahasa (Chaer, 2007: 65). Kontak bahasa adalah
penggunaan lebih dari satu bahasa pada tempat dan waktu yang bersamaan (Thomason,
2001: 1). Peristiwa kontak bahasa ini hanya terjadi pada masyarakat terbuka. Masyarakat
terbuka adalah masyarakat yang mempunyai hubungan dengan masyarakat lain.

Keanekaragaman bahasa merupakan gejala bahasa yang sangat menarik untuk
peneliti sosiolinguistik. Keanekaragaman ini menyebabkan para peneliti ingin mengetahui
lebih dalam lagi mengenai fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat, khususnya
perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor
kemasyarakatan. Dengan kata lain, para peneliti ingin mengkaji penggunaan bahasa yang
dikaitkan dengan gejala sosial, unsur gIobalisasi dan unsur budaya. Gejala sosi:!l, unsur
gIobalisasi dan unsur budaya ini berpengaruh terhadap penggunaan bahasa, yakni
pergeseran, kepunahan dan pemertahanan bahasa. Pergeseran, kepunahan dan
pemertahanan bahasa terdapat pada masyarakat multilingual. Inilah yang menjadi
fenomena dalam masyarakat multilingual. Dalam hal ini masyarakat penutur minoritas
dituntut untuk dapat mempertahankan dan melestarikan bahasa minoritas (bahasa daerab)
diantara masyarakat penutur mayoritas. Ini merupakan ancaman dan tantangan bagi
masyarakat penutur minoritas.
Keanekaragaman dapat terjadi karena migrasi. Migrasi atau perpindahan penduduk
menimbulkan fenomena kebahasaan. Migrasi ini juga berpengaruh terhadap penggunaan
bahasa. Migrasi dapat menyebabkan suatu masyarakat meninggalkan bahasa daerahnya
atau menggeser bahasa daerabnya ke bahasa lain. Migrasi juga tidak selamanya mengarah
ke arab kemunduran tetapi bisa juga mengarah kemajuan, yakni pemertahanan bahasa
(language maintenance). Pemertahanan bahasa bergantung pada masyarakat tutur itu
sendiri sebagai pemakai bahasa.


2. Landasan Teori
Sosiolinguistik adalah ilmu yang membahas mengenai hubungan antara bahasa dan
masyarakat dengan tujuan agar bahasa itu berfungsi dalam berkomunikasi (Wardhaugh,
2010: 12; Holmes, 2001: 1; Romaine, 2000: 64-67). Kajian bahasa dan masyarakat
berkaitan erat dengan kehidupan sosial. Jadi, segala gejala atau faktor sosial yang ada di
masyarakat dikaitkan dengan ragam bahasa atau sebaliknya ada dua ragam bahasa yang
berbeda daJam satu bahasa, kemudian mengaitkan dengan gejaJa sosial (Sumarsono,
2004: 3; Romaine, 2000: 67). Misalnya seseorang bisa memulai dengan melihat gejala
sosial dan memilah masyarakat berdasarkan gejala sosial, seperti jenis kelamin (pria dan
wan ita), kemudian menganalisis bahasa atau tutur yang biasa dipakai oleh pria atau
97

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

wanita atau sebaliknya seseorang bisa melihat dulu adanya dua ragam bahasa yang
berbeda dalam satu bahasa, kemudian mengaitkannya dengan gejala sosial seperti
perbedaan jenis kelamin, umur dan lain-lain. Gejala-gejala sosial ini sangat berpengaruh
terhadap penggunaan suatu bahasa dalam komunitas masyarakat.
Selain gejala sosial seperti umur dan jenis kelamin, globalisasi juga mempengaruhi

penggunaan dan pemertahanan suatu bahasa (Romaine, 2000: 83-85; Holmes, 2001: 59).
Kemajuan teknologi dapat menjadikan masyarakat akan lupa terhadap bahasa daeralmya,
sebagai contoh televisi dan internet. Siacan televisi dapat mengakibatkan fungsi dan
kedudukan bahasa itu menurun. Ini disebabkan karena siaran di televisi menggunakan
bahasa Indonesia dan ada juga yang menggunakan bahasa asing. Secara tidak langsung
masyarakat akan belajar untuk mengetahui bahasa Indonesia atau bahasa asing itu agar
mereka dapat menerima informasi yang disampaikan melalui televisi tersebut.
Gejala sosial dan gJobalisasi ini akan mengakibatkan perubahan sosial. Perubaban
sosiaJ adaJah perubahan yang teljadi pada masyarakat (Romaine, 2000: 78 - 85).
Perubahan ini mengarah kepada dua arab, yakni ke arab kemajuan dan bisa mengarab ke
arah kemunduran. Perubahan ini bergantung kepada masyarakat itu sendiri. Perubahan
sosial ini mempengaruhi suatu bahasa. ApabiJa bahasa itu bertahan berarti perubahan itu
mengarah ke arah kemajuan, tetapi apabila bahasa itu bergeser ataupun punah berarti
perubahan sosial itu mengarah ke arab kemunduran.
Pemertahanan bahasa adalah sikap seseorang yang mampu mempergunakan bahasa
daerahnya pada fungsi dan ranah tertentu (Sumarsono, 2004: 200). Pemertahanan bahasa
terjadi pada masyarakat multilingual. Dalam hal ini, komunitas masyarakat dituntut untuk
mampu memeJihara dan mempertahankan bahasa daerahnya walaupun mereka hanya
masyarakat penutur minoritas.
Pemertahanan bahasa tidakterlepas kaitannya dengan budaya (Trudgil dan Holmes
dalam Sumarsono, 2004: 3). Budaya memiliki nilai-nilai luhur dari para nenek moyang
bangsa Indonesia yang perJu dijaga keberadaannya. Budaya juga menunjuk kepada
identitas suatu komunitas. Melalui budaya, masyarakat yang lain akan mengetahui
identitas masyarakat tersebut. Hal ini dikarenakan setiap masyarakat memiliki
keanekaragaman budaya dan merupakan ciri khas masyarakat itu sendiri.
Jadi, pemertahanan bahasa itu berkaitan erat dengan budaya, masyarakat dan
globalisasi. Pemertahanan bahasa itu bergantung kepada masyararakat penutur itu sendiri
sebagai pemakai bahasa dan usaha yang diJakukan oleh masyarakat itu sendiri. Holmes
(2001: 60-64) mengatakan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
penggunaan bahasa adalah sikap positif, kebiasaan menggunakan bahasa daerah,
mengikuti ibadah yang bahasa pengantamya bahasa ibu (bahasa daerah) dan kebiasaan
mengunjungi famili. Selanjutnya, Jendra (2010: 159-160) mengatakan bahwa upaya
untuk mempertahankan penggunaan bahasa daerah dapat dilakukan oleh pemerintah,
agen non pemerintah (yang tidak berhubungan dengan pemerintah) seperti penyiar radio,
penerbit-penerbit yang berpengaruh dan Jain sebagainya dan yang terakhir dapat
diJakukan oleh masing-masing individu.

3. Korpus data dan Metodologi Penelitian
Data dalam peneIitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Adapun data
kuantitatif dalam penelitian ini berupa data hasil kuesioner (daftar tanya terstruktur) yang
dibagikan kepada 99 responden dan juga data statistik. Sumber data kuantitatif berasal
dari responden dan BPS. Selanjutnya, data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil
rekaman (percakapan penutur) dan hasil wawancara tak terstruktur. Sumber data kualitatif
98

Nurhayati Sitorus

dipeTOleh dari responden. Data utama daIam penelitian ini adalah hasil kuesioner yang
disebarkan kepada para responden. Selanjutnya, data statistik yang diperoleh dari BPS,
basil rekaman, dan basil wawancara tak terstruktur merupakan data pendukung.
Selanjutnya, pendekatan atau ancangan yang digunakan dalarn penelitian ini adalah
pendekatan sosioiogi. Dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis statistik deskriftip dan analisis Miles dan Huberman.
Penggunaan bahasa Pakpak Dairi dikatakan bertahan apabila tingkat pemertahanan
bahasa Pakpak Dairi mencapai ~85%.
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1. Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi Berdasarkan Kelompok Umur
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa
Pakpak Dairi pada tiap-tiap kelompok sudah tidak bertahan, baik pada kelompok remaja,
kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Tingkat pemertahanan pada masing masing
Penggunaan bahasa Pakpak Dairi
kelompok tidak mencapai skalabilitasnya, yakni ~85.
pada keJompok Temaja 27,1%, keJompok dewasa 68,2%, dan keJompok orang tua 75,2%.
Tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi berdasarkan kelompok umur diperoleh dari
jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori,
hubungan peran pada setiap ranah, dan peristiwa bahasa.
Tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi rendah pada kelompok remaja
disebabkan beberapa faktor. Pertama, konsentrasi ternpat tinggal. Dalarn hal ini jika
masyarakat Pakpak Dairi bertempat tinggal terpisah dengan suku lain, mereka cenderung
mempertahankan penggunaan bahasa daerahnya (bahasa Pakpak Dairi). Sebaliknya, jika
mereka bertempat tinggal campur dengan suku lain, mereka mulai rnenggeser
penggunaan bahasa Pakpak Dairi. Misal, rnasyarakat Pakpak Dairi yang tinggal di Tiga
Lingga, meTeka cenderung menggunakan bahasa Karo dan bahasa Indonesia dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Hal itu disebabkan daerah tersebut berbatasan atau
berdekatan dengan Tanah Karo. Kedua, jurnlah penutur. Berdasarkan sensus penduduk
tabun 2010. mayoritas penduduk di Kabupaten Dairi adalah suku Batak Toba.
Kebanyakan dari penutur Bahasa Batak Toba tidak bisa menggunakan bahasa Pakpak
Dairi. Keadaan ini membuat mereka mulai menggeser bahasa mereka, khususnya pada
kelompok remaja. Ketiga, sekolah. Penggunaan bahasa nasional di sekolah merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pemertahanan bahasa Pakpak
Dairi sehingga rnenyebabkan pergeseran bahasa Keernpat, dilihat dari pernerolehan
bahasa pertarna responden pada kelornpok rernaja adalah bahasa Indonesia Hal ini juga
dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi.
Selanjutnya, rendahnya tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok
dewasa dan orang tua disebabkan oleh pilihan bahasa. Sumarsono (2004: 201-204)
mengatakan bahwa ada tiga jenis pilihan bahasa yang dikenal dalarn kajian
sosiolinguistik, yakni alih kode, campur kode dan variasi bahasa yang sarna (variation
within the same language). Alih kode, campur kode. dan variasi bahasa dalam bahasa
yang sama (variation within the same language) merupakan pilihan bahasa yang dapat
menimbulkan pergeseran dan kepunahan. Dari tiga piJihan bahasa tersebut, alih kode
mempunyai konsekuensi yang paling besar. DaJam tuturan masyarakat Pakpak Dairi
(kelompok dewasa dan kelompok orang tua) ditemukan alih kode dan campur kode ketika
mereka berinteraksi. Mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
Batak Toba ketika rnereka berkomunikasi dengan ternan-ternan sesuku dan dihadiri pihak
ketiga. Mereka juga akan beralih bahasa ketika mereka mengetahui lawan bicaranya tidak
bisa menggunakan bahasa Pakpak Dairi. Pilihan bahasa yang mereka lakukan inilah yang
99

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014
membuat bahasa Pakpak Dairi tidak bertahan. Selanjutnya, kelompok dewasa dan orang
tua mulai memasukkanlmencampur bahasa lain dalam percakapan mereka, seperti bahasa
Indonesia dan bahasa Batak Toba. Vnsur bahasa yang mereka masukkan berupa kata,
seperti kata 'kakak', 'bapak', 'ito', 'jo' dan lain sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tidak
bertahan berdasarkan kelompok umur disebabkan oleh konsentrasi tempat tinggal,
migrasi, jumlah penutur, sekolah, alih kode, campur kode, dan pemerolehan bahasa
pertama.

a. Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Rnmah
Berdasarkan hasil penelitian, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada tiaptiap kelompok (kelompok remaja, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua) sudah
tidak bertahan di ranah rumah. Penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok remaja
29,7%, kelompok dewasa 72,35%, dan kelompok orang tua 82,2% di ranah rumah.
Rendahnya tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok remaja disebabkan
mereka sudah menggunakan bahasa Indonesia di ranah rumah seperti dengan ayah dan
ibu mereka. Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka menggunakan bahasa
Indonesia sehingga menyebabkan kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi rendah.
Beberapa faktor yang ditemukan dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi
pada kelompok remaja di ranah rumah; Pertama, konsentrasi tempat tinggal. Masyarakat
Pakpak Dairi yang tinggal terpisah dengan suku lain, mereka cenderung menggunakan
bahasa Pakpak Dairi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tetapi masyarakat Pakpak
Dairi khususnya kelompok remaja yang tinggal bersama-sama dengan suku lain
cenderung beralih bahasa. Konsentrasi tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemertahananbahasa(Romaine (2000); Jendra (2010»; Kedna, jumlah
penutur. Masyarakat Pakpak Dairi merupakan masyarakat minoritas di Kabupaten Dairi.
Tentunya jumlah penutur sangat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di
Kabupaten Dam. Hal ini disebabkan banyaknya penutur non Pakpak Dairi yang berdiam
di Kabupaten Oairi. Sehingga beberapa dari penutur Pakpak Dairi khususnya kelompok
remaja mulai beralih bahasa. Jumlah penutur merupakan faktor yang mempengaruhi
pemertahanan bahasa dalam suatu daerah (Romaine (2000: 44-67); Jendra (2010: 145146». Masyarakat mayoritas cenderung akan menggunakan bahasa daerahnya dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan masyarakat minoritas cenderung beralih bahasa.
Namun, tidak menutup kemungkinan masyarakat minoritas akan mempertahankan
penggunaan bahasa daerah mereka. Pemertahanan bahasa dapat mereka lakukan apabila
mereka memiliki ideologi yang tinggi terhadap bahasa daerah mereka (Fishman, 1972:
97). Keadaan tersebut ditemukan pada kelompok dewasa dan kelompok orang tua.
Mereka masih menggunakan bahasa Pakpak Dairi pada interlokutor tertentu. Ketiga,
sekolah. Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa
(Romaine (2000: 44-67); Holmes (2001: 52-64). Sekolah sangat membawa pengaruh
terhadap pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di ranah rumah. Hal ini disebabkan bahasa
pengantar yang digunakan di sekolah adalah bahasa Indonesia. Pemeroleban babasa
kedua tentunya sangat mempengaruhi penggunaan bahasa daerah (Romaine, 2000: 56).
Dan hal ini ditemukan di dalam penelitian ini. Kelompok remaja sudah menggunakan
bahasa Indonesia dan memasukkan unsur-unsur bahasa lain ketika mereka berkomunikasi
dengan ayah/ibu, kakaladik dan lainnya di ranah rumah. Keempat, pemerolehan babasa
pertama juga mempengaruhinya. Kelompok remaja yang memperoleh bahasa pertamanya
adalah bahasa Indonesia, mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia.

100

Nurhayati Sitoros

Selanjutnya, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa
tidak bertahan disebabkan oleh pilihan bahasa. Sumarsono (2004: 201-204) mengatakan
bahwa ada tiga jenis pilihan bahasa yang dikenal dalam kajian sosiolinguistik, yakni alih
kode, carnpur kode dan variasi bahasa yang sarna (variation within the same language).
Alih kode, carnpur kode, dan variasi bahasa dalam bahasa yang sarna (variation within
the same language) merupakan pilihan bahasa yang dapat menimbulkan pergeseran dan
kepunahan. Dari tiga pilihan bahasa tersebut, alih kode mempunyai konsekuensi yang
paling besar. Campur kode dan a1ih kode ditemukan dalam tuturan masyarakat Pakpak
Dairi (kelompok dewasa) di ranah rumah.
Kelompok dewasa mulai memasukkan unsur-unsur bahasa lain dalam tuturannya,
yakni bahasa Indonesia. Perhatikan contoh berikut
Orang tua

:Naing mike ko?
[Mau kemana Anda]
'Mau kemana Anda'

Anak

: Naing mangaleng bapak.

[Mau menjemput bapak]
'Mau menjemput bapak'
Percakapan di atas menunjukkan bahwa mereka menggunakan bahasa Pakpak
Dairi. Namun, telah teIjadi carnpur kode di dalarn percakapan. Interlokutor 'anak' sudah
memasukkan bahasa Indonesia dalarn tuturannya, yakni kata 'bapak'. Kelompok dewasa
a.kan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lain ketika mereka berbicara
dengan lawan bicara yang tidak bisa menggunakan bahasa Pakpak Dairi. Mereka akan
menggunakan bahasa Pakpak Dairi ketika mereka berbicara dengan anak mereka,
kakakladik, teman-teman sesuku di rumah.
Selanjutnya, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok orang tua
di ranah rumah juga sudah tidak bertahan dan mulai bergeser. Mulai bergesemnya
penggunaan bahasa Pakpak Dairi disebabkan oleh pilihan bahasa. Pilihan bahasa yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah campur kode dan alih kode. Campur kode dan alih
kode ditemukan dalam tuturan masyarakat Pakpak Dairi (kelompok orang tua).
Kelompok orang tua mulai memasukkan unsur-unsur bahasa lain dalam tuturannya,
yakni bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba. Unsur-unsur bahasa yang ditemukan
dalam tuturan adalah kata, seperti kata 'kakak' dan 'ito'. Selanjutnya, kelompok orang tua
akan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lain ketika mereka berbicara
dengan lawan bicara yang tidak bisa menggunakan bahasa Pakpak Dairi. Bahasa daerah
lain yang biasa mereka gunakan ada1ah bahasa Batak Toba.
Dapat disimpulkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada
kelompok remaja tidak bertahan di ranah rumah disebabkan oleh konsentrasi tempat
tinggal, migrasi, jumlah penutur, sekolah, dan pemerolehan bahasa pertama diduga
mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Selanjutnya, kondisi pemertahanan
bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa dan orang tua tidak bertahan di ranah rumah
disebabkan oleh alih kode, carnpur kode, dan secara tidak langsung interlokutor juga
dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi.

b. Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Luar Rumah
Berdasarkan hasil penelitian, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di ranah
luar rumah sudah tidak bertahan pada tiap-tiap kelompok, baik kelompok remaja,
kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi
101

J

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

pada kelompok remaja 19,7%, kelompok dewasa 50%, dan kelompok orang tua 46,97%
di ranah luar rumah. Kelompok remaja sudah mulai beralih bahasa. Kelompok remaja
sudah menggunakan bahasa Indonesia ketika mereka berbicara dengan ternan-ternan
sesuku maupun tidak sesuku. Penggunaan bahasa Indonesia disebabkan oleh beberapa
faktor yang pada akhimya faktor ini yang membuat kondisi pemertahanan bahasa Pakpak
Dairi pada kelompok remaja melemah. Beberapa faktor-faktor yang ditemukan dapat
mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok remaja di ranah luar
rumah; Pertama, konsentrasi tempat tinggaL Masyarakat Pakpak Dairi yang tinggal
terpisah dengan suku lain, mereka cenderung menggunakan bahasa Pakpak Dairi dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Tetapi masyarakat Pakpak Dairi khususnya kelompok
remaja yang tinggal bersama-sama dengan suku lain cenderung beralih bahasa.
Konsentrasi tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pemertahanan bahasa (Romaine (2000); lendra (2010». Kedua, jumlah penutur.
Masyarakat Pakpak Dairi merupakan masyarakat minoritas di Kabupaten Dairi. Tentunya
jumlah penutur sangat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten
Dairi. Hal ini disebabkan banyaknya penutur non Pakpak Dairi yang berdiam di
Kabupaten Dairi. Sehingga, beberapa dari penutur Pakpak Dairi khususnya kelompok
remaja mulai beralih bahasa. Jumlah penutur merupakan faktor yang mempengaruhi
pemertahanan bahasa dalam suatu daerah (Romaine (2000: 44-67); Jendra (2010: 145146». Masyarakat mayoritas cenderung akan menggunakan bahasa daerahnya dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan masyarakat minoritas cenderung beralih bahasa.
Namun, tidak menutup kemungkinan masyarakat minoritas akan mempertahankan
penggunaan bahasa daerah mereka. Pemertahanan bahasa dapat mereka lakukan apabila
mereka memiliki ideologi yang tinggi terhadap bahasa daerah mereka (Fishman, 1972:
97). Keadaan itu terjadi pada kelompok dewasa dan kelompok orang tua, dimana mereka
masih menggunakan bahasa Pakpak Dairi pada interlokutor terentu walaupun mereka
hanyamasyarakat minoritas di Kabupaten Dairi. Hal ini disebabkan mereka memiliki
ideologi yang tinggi terhadap bahasa Pakpak Dairi. Ketiga, sekolah. Sekolah merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa (Romaine (2000: 44-67);
Holmes (2001: 52-64). Sekolah sangat membawa pengaruh terhadap pemertahanan
bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Hal ini disebabkan bahasa pengantar yang
digunakan di sekolah adalah bahasa Indonesia. Pemerolehan bahasa kedua tentunya
sangat mempengaruhi penggunaan bahasa daerah (Romaine, 2000: 56). Dan hal ini
ditemukan di dalam penelitian ini. Kelompok remaja sudah menggunakan bahasa
Indonesia dan memasukkan unsur-unsur bahasa lain ketika mereka berkomunikasi dengan
ternan-ternan yang sesuku dengan mereka di ranah luar rumah. Keempat, diduga
pemerolehan bahasa pertama juga mempengaruhinya.
Selanjutnya, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi rendah pada kelompok
dewasa disebabkan pilihan bahasa. Sumarsono (2004: 201-204) mengatakan bahwa ada
tiga jenis pilihan bahasa yang dikenal dalam kajian sosiolinguistik, yakni alih kode,
campur kode dan variasi bahasa yang sarna (variation within the same language). Alih
kode, campur kode, dan variasi bahasa dalam bahasa yang sarna (variation within the
same language) merupakan pilihan bahasa yang dapat menimbulkan pergeseran dan
kepunahan. Dari tiga pilihan bahasa tersebut, alih kode mempunyai konsekuensi yang
paling besar. Campur kode dan alih kode ditemukan dalam tuturan masyarakat Pakpak
Dairi (kelompok dewasa) di ranah luar rumah. Kelompok dewasa akan menggunakan
bahasa lndonesia atau bahasa daerah lain ketika mereka berbicara dengan lawan bicara
yang tidak bisa menggunakan bahasa Pakpak Dairi. Mereka akan menggunakan bahasa
Pakpak Dairi ketika mereka berbicara dengan teman-teman sesuku.

102

Nurhayati Sitorus
Hal yang serupa juga terjadi pada kelompok orang tua. Penggunaan bahasa Pakpak
Dairi pada kelompok orang tua tidak bertahan karena alih kode. Alih kode itu terjadi
ketika kelompok orang tua berbicara dengan ternan-ternan sesuku dihadiri pihak ketiga
atau lawan bicaranya tidak bisa menggunakan bahasa Pakpak Dairi.
Dapat disimpulkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi (kelompok
remaja, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua) tidak bertahan di mnah luar rumah
disebabkan oleh konsentrasi tempat tinggal, migrasi, jumlah penutur, sekolah, alih kode,
campur kode, dan pemerolehan bahasa pertama diduga mempengaruhi pemertahanan
bahasa Pakpak Dairi.

c. Kondisi pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Gereja dan Ranah
Mesjid
Berdasarkan hasil penelitian, tiogkat pemertabanan bahasa Pakpak Dairi pada
kelompok remaja 22,2% di ranah gereja dan 40,0010 di ranah mesjid. kondisi
pemertahanan babasa Pakpak Dairi pada kelompok remaja sudah tidak bertahan di ranah
gereja maupun mnah mesjid. Sedangkan kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada
kelompok dewasa dan kelompok orang tua masih bertahan. Tingkat pemertahanan bahasa
Pakpak Dairi pada kelompok dewasa 100%, baik di ranah gereja maupun di ranah mesjid
dan tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok orang tua 95,8% di ranah
gereja dan 88,9% di mnah mesjid. Rendahnya tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi
pada kelompok remaja dikarenakan mereka selalu menggunakan bahasa Indonesia ketika
mereka berkomunikasi, baik sesuku maupun tidak sesuku. Penggunaan bahasa Indonesia
disebabkan konsentrasi tempat tinggal, jumlah penutur, sekolah dan pemerolehan bahasa
pertama, yakni bahasa Indonesia. Selanjutnya, penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada
kelompok dewasa dan kelompok orang tua masih bertahan di ranah gereja/mesjid. Dalam
hal ini mnah dan interlokutor sangat mempengaruhi pemertahaanan bahasa. Di ranah
gereja khusus GKPPD, mayoritas masyarakat yang beribadah adalah bersuku Pakpak
Dairi walaupun ada juga yang bersuku lain. Tentunya hal ini juga mempengaruhi tingkat
pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
jumlah penutur juga mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Keadaan inilah
yang membuat penggunaan bahasa Pakpak Dairi masih bertahan di ranah gereja, khusus
pada kelompok dewasa dan kelompok orang tua.
Dapat disimpulkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tidak
bertahan di ranah gereja/mesjid disebabkan oleh konsentrasi tempat tinggal, migrasi,
jumlah penutur, sekolah, dan pemerolehan bahasa pertama. Sedangkan kondisi
pemertabanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa dan kelompok orang tua tidak
bertahan disebabkan interlokutor, alih kode dan campur kode.

d. Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Sekolah
Berdasarkan basil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa
Pakpak Dairi pada kelompok remaja di ranah sekolah sudah tidak bertahan. Tingkat
pemertahanan bahasa Pakpak Dairi sangat rendah yaitu 12,1%. Rendahnya tingkat
pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di sekolah disebabkan rnereka cenderung
menggunakan bahasa Indonesia ketika mereka berinteraksi dengan ternan-ternan sesuku
ataupun dengan guru yang sesuku dengan mereka. Hal ini disebabkan bahasa pengantar
yang digunakan di sekolah adalah bahasa Indonesia. Kebiasaan menggunakan bahasa
Indonesia juga akan mempengaruhi pemertahanan bahasa (Fishman, 1968: 76). Selain itu,
disebabkan banyaknya siswa yang tidak sesuku dengan rnereka yang membuat mereka
harus rnenggunakan bahasa nasional ketika rnereka berkornunikasi dengan yang lain.
103

J

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

Dapat disimpuikan bahwa jumlah penutur sangat mempengaruhi pemertahanan
bahasa Pakpak Dairi di sekolah.

e. Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada
kelompok dewasa dan kelompok orang tua sudah tidak bertahan di ranah pekerjaan.
Tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa 50% dan kelompok
orang tua 46,97% di ranah peketjaan. Rendahnya tingkat pemertahanan bahasa Pakpak
Dairi disebabkan oleh banyaknya penutur yang bersuku lain di tempat mereka bekerja,
seperti di SMK Negeri 1 Sitinjo, BPS Kabupaten Dairi dan lain sebagainya, sehingga
menyebabkan mereka harus memilih bahasa yang mereka gunakan. Sumarsono (2004:
201-204) mengatakan bahwa ada tiga jenis pilihan bahasa yang dikenal dalam kajian
sosiolinguistik, yakni alih kode, campur kode dan variasi bahasa yang sarna (variation
within the same language). Alih kode, campur kode, dan variasi bahasa dalam babasa
yang sarna (variation within the same language) merupakan pilihan bahasa yang dapat
menimbulkan pergeseran dan kepunahan. Dari tiga pilihan bahasa tersebut, alih kode
mempunyai konsekuensi yang paling besar. Alih kode ditemukan dalam tuturan
masyarakat Pakpak Dairi (kelompok dewasa dan kelompok orang tua).
Kelompok dewasa dan orang tua cenderung menggunakan bahasa Indonesia atau
bahasa Batak Toba ketika mereka berkomunikasi dengan rekan kerjanya. Sebaliknya
penutur Pakpak Dairi akan menggunakan bahasa Pakpak Dairi dengan ternan sesukunya.
Oapat disimpulkan bahwa kelompok dewasa dan orang tua sudah memilih bahasa
Indonesia dan bahasa Batak Toba ketika mereka berbicara dengan penutur bukan Pakpak
Dairi.
Dapat disimpuIkan bahwa -kondisi pemeltahananbahasa· Pakpak Dairi ticJak
bertahan di ranah pekerjaan disebabkan alih kode dan interlokutor.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di
Kabupaten Dairi adalah faktor intralinguistik dan faktor ekstralinguistik. Faktor
intralinguistik berasal dari dalam bahasa, meliputi aim kode dan campur kode. Alih kode
terjadi ketika penutur beralih ke bahasa lain, dapat berupa kata, frase, dan kalimat.
Campur kode terjadi ketika penutur memasukkan unsur-unsur bahasa lain dalam
tuturannya, dapat berupa bunyi, kata, dan frasa. Adapun faktor intralinguistik yang dapat
mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi adalah alih kode
dan campur kode. Selanjutnya, faktor ekstralinguistik yang dapat mempengaruhi
pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dam adalah identitas, kepercayaan diri,
kesetiaan, kebanggaan budaya, migrasi, kosentrasi tempat tinggal, jumlah penutur,
agama, mengikuti ibadah di luar GKPPD, umur, interlokutor, ranah, pekerjaan,
perkawinan campuran, dan kebiasaan menghubungi famili di kampung halaman.

3. Upaya-upaya Mempertahankan Penggunaan Bahasa Pakpak Dairi
Upaya yang dilakukan dalam mempertahankan penggunaan bahasa Pakpak Dairi
adalah harus memiliki sikap positif terhadap bahasa daerah dalam diri masing-masing
individu, menggunakan bahasa Pakpak Dairi dalam kehidupan mereka sehari-hari,
mengajari dan menggunakan bahasa Pakpak Dairi kepada anak-anak di rumah,
104

l

Nurhayati Sitorus
menggunakan bahasa dan budaya Pakpak dalam adat-istiadat, menjadi anggota dalam
suatu lembaga, menjadikan bahasa Pakpak Dairi sebagai mata pelajaran muatan lokal di
sekolab, mengikuti ibadah di GKPPD, mengikuti ibadah di mesjid yang menggunakan
bahasa Pakpak Dairi, mengikuti aeara kebaktian kumpulan setiap minggunya, dan
kebiasaan mengunjungi famili.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil Penelitian menunjukkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa
Pakpak Dairi sekarang pada kelompok remaja sudah tidak bertahan. Pemertahanan bahasa
Pakpak Dairi pada kelompok remaja sangat lemah di semua ranah, baik ranah rumah,
ranah luar rumah, ranah GerejaIMesjid, dan ranah sekolah. Selanjutnya, kondisi
pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa dan kelompok orang tua
hanya bertahan pada ranah tertentu, yakni ranah gerejalmesjid. Namun, kondisi
pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada ranah rumah, ranah luar rumah, dan ranah
pekerjaan sudah tidak bertahan. Hal yang menyebabkan kondisi pemertahanan bahasa
Pakpak Dairi tidak bertahan pada ketiga ranah adalah interlokutor. Mereka akan bemlih
bahasa ketika mereka mengetahui lawan bicaranya tidak bisa menggunakan bahasa
Pakpak Dairi. Bahasa yang mereka gunakan tergantung bahasa yang dikuasai oleh
partisipan.
Pemertahanan suatu bahasa dipengaruhi oleh faktor intmlinguistik dan faktor
ekstmlinguistik. Adapun faktor intralinguistik yang dapat mempengaruhi pemertahanan
bahasa Pakpak Dairi adalah alih kode dan eampur kode. Selanjutoya, faktor
ekstralinguistik yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi adalah
identitas, kepercayaan diri, kesetiaan, kebanggaan budaya, migrasi, kosentrasi tempat
tinggal, jumJah penutur, agama, mengikuti ibadah di luar GKPPD, umur, interlokutor,
moab, pekerjaan, perkawinan campuran, dan kebiasaan menghubungi famili di kampung
haJaman.
Upaya yang dilakukan daJam mempertahankan penggunaan bahasa Pakpak Dairi
adalah hams memiliki sikap positif terhadap bahasa Daerah dalam diri masing-masing
individu, menggunakan bahasa Pakpak Dairi dalam kehidupan mereka sehari-hari,
mengajari dan menggunakan bahasa Pakpak Dairi kepada anak-anak di rumah,
menggunakan bahasa dan budaya Pakpak dalam adat-istiadat, menjadi anggota dalam
suatu lembaga, menjadikan bahasa Pakpak Dairi sebagai mata pelajaran muatan lokal di
sekolah, meJakukan ibadah di GKPPD, mengikuti ibadah di mesjid yang menggunakan
bahasa Pakpak Dairi, mengikuti acara kebaktian kumpulan setiap minggunya, dan
kebiasaan mengunjungi famili.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. (2005). Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Alwasilah, A.Chaedar. (1993). Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Basaria, Ida. (2012). Relasi dan Peran Gramatikal Bahasa Pakpak Dairi (disertasi).
Program Doktor Linguistik Universitas Sumatera Utara.
Berutu, Lister & dkk (2002). Aspek-Aspek Kultural Etnis Pakpak (sebuah eksplorasi
tentangpotensi lokal). Medan: Monora
Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Crystal, David. (2003). Language Death. New York: Cambridge University Press.

105

Kajian Linguisti!, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014
Damanik, Ramlan. (2009). Pemertahanan Bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun
(tesis). Program Pascasrujana Linguistik Universitas Sumatera Utara.
David, Alan. (2004). The Handbook ofApplied Linguistics. Australia: BlackwelL
Deliana. (2002). Faktor-faktor Pemertahanan Bahasa Minangkabau di Kotamadya
Medan: Studi Kasus Pedagang-pedagang Minangkabau Bilingual di Pasar
Sukaramai Medan (tesis). Program Pascasrujana Linguistik Universitas Sumatera
Utara.
Fasold, R. (1984). The Sociolinguistics ofSociety. New York: Basic Blackwell.
Fasold, R. (1990). The Sociolinguistics ofLanguage. Oxford: Basic Blackwell.
Fishman, JA. (1968). Language Problems of Developing Nations. New York: Stanford
University Press.
Fishman, J.A. (1972). Language and Sociocultural Change. California: Academic Press.
Hasan, Kailani. (200]). Linguistik Umum dan Sosiolinguistik. Pekan Barn: Unri Press.
HaIim, A. (I 983). "Sikap Bahasa dan Pelaksanaan Kebijakan Bahasa" dalam Kongres
Bahasa Indonesia III. Jakarta: Pusat Bahasa.
Jendra, Iwan Indrawan. (2010). Sociolinguistics: The Study of Societies' Language.
y ogyakarta: Graha IImu.
Holmes. (200 I). An Introduction to Sociolinguistic. New York: Pearson Education.
Juliana, Asni. (2012). Pemertahanan Bahasa Mandailing di Medan-Tembung (tesis).
Program Pascasrujana Linguistik Terapan Bahasa Inggris Universitas Medan.
Lambert,-W.E. (1967). A Social Psychology ofBilinguaIism. Journal Issues 23:9]·'} 09.
Lukman. (2000). "Pemertahanan Bahasa Warga Transmigran Jawa di Wonomulyo
Polmas serta Hubunganf1)'a dengan Kedwibahasaan dan Faktor- faktor
Sosial"
dalam
http://www.pascaunhas.netljurnal pd£lvol 12/LUKMANI 2 .pdf
Mabsun. (1995). Dialektologi diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Mahsun. (2011). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mantra, Ida Bagoes. (2004). Pilsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pel ajar.
Miles and A. Michael Huberman. (1994). Qualitative data Analysis. London:
International Educational and Professional Publisher.
Mukhamdanah. (2005). Pemertahanan dan Sikap Bahasa di Kalangan Mahasiswa WNI
Keturunan Cina di Medon dalam Konteks Kedwibahasaan (tesis). Program
Pascasarjana Linguistik Universitas Sumatera Utara.
Nancy, Hornberger (Ed). (2006). Language Loyalty, Continuity and Change. Toronto:
Multilingual Matters Ltd
Ohoiwutun, Paul. (2007). Sosiolinguistik. Jakarta: Kesain Blanc.
Pateda, Mansoer. (1987). Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.
Riduwan. (2008). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statis/ika. Bandung: Alfabeta.
106

l

Nurhayati Sitorus
Romaine. (2000). Language in Society: An Introduction to Sociolinguistics. New York:
Oxford University Press.
Siahaan, Rumondang. (2002). Kajian Kasus Tentang Tingkat Pemertahanan Bahasa

Pada Masyarakat Batak Toba di Medan Berdasarkan Perilaku Pilih Bahasa
(tesis). Program pascasarjana Linguistik Universitas Sumatera Utara.
Siregar, Babren Umar. (1998). Pemertahanan Bahasa dan Sikap Bahasa. Jakarta: Pusat
pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Solin, Matsyuhito. (1988). Dalam Tradisi dan Perubahan: Konteks Masyarakat Pakpak
Dairi. Medan: Monora
Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumarsono. (2004). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.
Suwito. (1983). Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Sala: Renary
Offset.
Thomason, Sarah G. (2001). Language Contact. Edinburgh: Edinburgh University Press

Ltd.
Wardhaugh, Ronald. (2010). An Introduction To Linguistics. Singapore: Blackwell.
Weinreinch, Eriel. (1974). Language in Contact, Findings and Problems. The Rangue:
Mouton.

107