ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HOLDING PERIOD SAHAM BIASA PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERCATAT DALAM INDEX LQ45
LQ 45 Index
Vinus Maulina
Mahasiswa Program Magister Manajemen, PPSUB
Sumiati Dosen Jurusan Manajemen FE UB
Iwan Triyuwono Dosen Jurusan Akuntansi FE UB ABSTRACT
There are many factors influencing the decision making of investors in holding their possession on security especially common stock. Monetary crisis condition has proved to be able to influence the investors’ attitude in Jakarta Stock Market in investing their capital especially about the long/short of holding a security. This study is conducted based on the differentiation of conclusion/result of study from previous studies about decision to hold security in the long/short term.
The aim of this study is to analyze variables influencing holding period of common stock on public firm listed in LQ 45 Index, that are firms generally have good performance assessed based on both market performance and firm fundamental, then analyzing the dominance influencing variable.
This study is conducted in Jakarta Stock Exchange with population of stocks listed in LQ 45 index in period of 2000 – 2001 with the total of 64 firms. The Sample Taking Method is purposive sampling with the criteria that the firms at least listed twice in LQ45 index on the study period. The analysis method used to analyze independent variables: spread, market value, variance return, and dividend pay out ratio and dependent variable: holding period is two stage least squares multiple regression model, since there is possibility that the correlation of bid-ask spread from the current period and bid-ask spread and holding period from the previous period for every stock take place simultaneously.
Results of the study showed that, partially, bid-ask spread variable that constitutes the different value between the highest price provided paid by buyer with the lowest price offered by seller has significance positive correlation on holding period of common stock and there is inverse correlation/significance negative between variance return variable that reflect the risk rate from stock effected by fluctuation of stock price and holding period of common stock. While, simultaneously, there is no significance correlation between dependent variable and independent variable that means bid-ask spread, market value, variance return and dividend pay out ratio can’t describe variation from holding period
variable.
Keywords: holding period, common stock.
PENDAHULUAN
pada tahun 1998 (PT. Bursa Efek Jakarta : 1998).
Akhir –akhir ini peranan pasar modal
Perkembangan pasar modal yang
di Indonesia semakin dirasakan peran semakin baik memiliki peran penting pentingnnya dalam memobilisasi dana
dalam meningkatkan pertumbuhan eko- untuk menunjang pembangunan nasional.
nomi karena pasar modal mempunyai 2 Kerjasama antara Bursa Efek Jakarta (BEJ)
fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi dengan Jawa Post, sosialisasi Bursa Efek
keuangan (Husnan, 1995). Dalam melak- Surabaya di Mal –mal ataupun perubahan–
sanakan fungsi ekonomi, pasar modal perubahan yang dilakukan merupakan
menyediakan fasilitas untuk memindahkan usaha menggali potensi yang belum
dana dari pihak yang mempunyai ke- tergarap maksimal.
lebihan dana (pemodal) ke pihak yang Akses dana dari pasar modal telah
memerlukan dana. Sementara dalam mengundang banyak perusahaan untuk
melaksanakan fungsi keuangan, pasar menyerap dana dari masyarakat guna
modal menyediakan dana yang diperlukan meningkatkan produktivitas kerja melalui
oleh pihak –pihak yang memerlukan dana,
ekspansi usaha dan/atau mengadakan dan pihak yang mempunyai kelebihan dana pembenahan struktur modal untuk mening-
menyediakan dana tanpa harus terlibat katkan daya saing perusahaan.
langsung dalam aktiva riil yang diperlukan Pasar modal di Indonesia, walaupun
untuk investasi.
instrumen –instrumennya yang memung- Dalam proses pelaksanaannya (pe- kinkan memobilisasi dana masih relatif
mindahan dana), pasar modal Indonesia terbatas jika dibanding di negara –negara
menggunakan order driven market system maju sehingga pasar modal mampu
dan continous ouction system. Order menjadi penggerak ekonomi, tetapi dalam
driven market system berarti bahwa penju- usianya yang relatif muda telah menjadi
al dan pembeli sekuritas yang ingin wahana penting di luar perbankan apalagi
melakukan transaksi harus melalui seorang setelah sektor perbankan tidak lagi
broker. Investor tidak dapat secara lang- menjalankan fungsi intermediasi dengan
sung melakukan transaksi di lantai bursa normal.
dan hanya seorang broker yang dapat Serangkaian paket kebijakan ekonomi
melakukan transaksi jual-beli di lantai yang dikenal dengan paket Desember 1987
bursa berdasarkan perintah atau instruksi (Pakdes 1987), paket Oktober 1988 (Pakto
dari investor.
1988), serta paket Desember 1988 (Pakdes
Pada sistem otomatisasi yang telah
1988) telah memberikan dampak pada diterapkan di Bursa Efek Jakarta yaitu pertumbuhan pasar modal di Indonesia,
dengan Jakarta Automated Trading System khususnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
(JATS), seorang broker memasukkan order bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah
dari investor ke work station di lantai bursa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
untuk kemudian diproses oleh komputer. Jakarta beserta nilai kapitalisasinya.
JATS yang akan mempertemukan harga Jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa
transaksi yang cocok dengan mem- Efek Jakarta beserta kapitalisasi pasar
pertimbangkan urutan dan waktu dari order meningkat yaitu dari 123 emiten dengan
tersebut. Di sisi lain seorang broker akan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp. 14,2
mendapatkan imbalan berupa fee atas jasa- trilyun pada tahun 1990 menjadi 253
jasa yang telah diberikan kepada investor emiten dengan nilai kapitalisasi pasar
sebesar kesepakatan yang telah di tetapkan sebesar Rp. 215,0 trilyun pada tahun 1996
sebelumnya dengan pemodal.
dan sedikit menurun menjadi 203,3 trilyun
Sedangkan continous auction system biaya yang timbul akibat menghindari atau yang biasa disebut dengan sistem
kerugian (adverse selection cost). Biaya lelang kontinyu adalah bahwa harga
pemrosesan pesanan meliputi biaya –biaya
transaksi yang terjadi atas suatu saham dalam mempertahankan keberadaan dealer tertentu ditentukan oleh tingkat penawaran
secara terus menerus di pasar dan biaya (supply) dan tingkat permintaan (demand)
administrasi dari perubahan nama. Biaya dari para investor. Bagi calon investor
pengendalian persediaan terdiri dari biaya mengajukan instruksi beli kepada broker
opportunity dan resiko harga jual-beli, untuk melakukan pembelian atas saham
tertentu dengan harga, jumlah, jenis order
aktivitas-aktivitas pembukuan lainnya.
dan jenis saham yang ditentukan oleh Biaya untuk menghindari kerugian mem- investor. Demikian juga untuk order beli,
berikan kompensasi kepada dealer untuk cara yang sama akan diterapkan oleh
resiko perdagangan dengan individu- investor.
individu yang memiliki informasi lebih Pada mekanisme sistem transaksi ini
baik tentang harga keseimbangan sekuritas. dapat terjadi apa yang dinamakan dengan
Dengan kata lain biaya ini muncul karena bid price, yaitu harga tertinggi yang
informasi didistribusikan secara asimetri diminta oleh pembeli untuk membeli dan
kepada para pelaku pasar.
ask price, yaitu harga terendah yang
Studi yang dilakukan oleh Atkins dan
ditawarkan penjual
untuk
menjual.
Dyl (1997) yang meneliti faktor –faktor
Besarnya selisih antara bid price dan ask yang mempengaruhi keputusan investasi price yang selanjutnya disebut dengan bid-
saham biasa oleh investor khususnya ask spread tersebut dipengaruhi oleh
terhadap lamanya kepemilikan suatu sa- berbagai pertimbangan keputusan investasi
ham. Penelitian ini berlandaskan teori yang yang dilakukan oleh investor dalam rangka
disimpulkan oleh Amihud dan Mendelson mendapatkan gain atau net return yang
(1986) bahwa aset dengan transaction cost optimal dan mengurangi tingkat resiko
yang lebih tinggi akan ditahan/dimiliki serendah-rendahnya. Bagi seorang investor
lebih lama oleh investor dan sebaliknya pemegang saham biasa, besarnya spread
aset dengan transaction cost lebih rendah atau selisih antara bid price dan ask price
akan ditahan/dimiliki oleh investor dalam akan sangat mempengaruhi lamanya
waktu yang relatif pendek. Hasil studi seorang investor dalam menahan atau
Atkins dan Dyl (1997) yang dilakukan di memegang aset yang dimilikinya.
New York Stock Exchange (NYSE) dan Perbedaan harga saham jual (ask
Nasdaq periode 1975 hingga 1991 dengan price) dan harga beli (bid price) mem-
perusahaan pengaruhi tingkat likuiditas saham ter-
menemukan bahwa lamanya investor sebut. Semakin kecil perbedaan (spread)
(holding period) memegang saham biasa harga saham, maka semakin likuid saham
dipengaruhi oleh bid-ask spread, market tersebut, sehingga akan diminati oleh
value dan variance return. Selain itu pula pasar, dan pada akhirnya dapat mening-
hubungan antara kedua variabel tersebut katkan harga saham pada periode se-
lebih kuat di Nasdaq yang spreadnya lebih lanjutnya.
besar dibandingkan di NYSE yang Teori tentang bid ask spread
spreadnya lebih kecil.
mengemukakan bahwa pelaku pasar
Sedangkan penelitian yang dilakukan
mempersiapkan spread untuk menutup tiga Lenny dan Indriantoro (1999) menyim- tipe biaya: biaya pemrosesan pesanan
pulkan bahwa lamanya kepemilikan suatu (order processing cost), biaya pengendalian
saham biasa di Bursa Efek Jakarta periode persediaan (inventory control cost), dan
1995 sampai 1996 dipengaruhi faktor- 1995 sampai 1996 dipengaruhi faktor-
bid – ask spread, market value, variance
variance return serta menemukan bahwa return dan dividend pay out ratio secara market value merupakan faktor yang
simultan maupun parsial terhadap holding paling berpengaruh terhadap lamanya
period saham biasa pada perusahaan go kepemilikan suatu saham, yang berarti
public yang tercatat dalam index LQ45; (2) semakin besar nilai perusahaan, investor-
untuk mengetahui variabel yang paling investor di BEJ akan semakin lama dalam
berpengaruh terhadap holding period menahan kepemilikan sahamnya. Hal ini
saham biasa pada perusahaan go public tidak konsisten dengan penelitian sebe-
yang tercatat dalam index LQ45.
lumnya yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997) yang menghasilkan kesimpulan bid ask spread yang merupakan fungsi dari
KERANGKA KONSEP DAN
transaction cost dan return
yang
HIPOTESIS
menunjukkan volatilitas (fluktuasi harga) saham akan mempengaruhi keputusan
Lamanya seorang investor menahan
investor untuk menahan sahamnya. Maka dananya pada saham tertentu untuk waktu dari itu peneliti tertarik untuk menguji
tertentu merupakan hal yang menarik kembali penelitian Atkins dan Dyl (1997).
untuk diteliti. Ini dikarenakan para Variabel lain yang diduga ber-
investor/pemilik saham bebas untuk
pengaruh terhadap holding period investor memilih jenis saham selain besar serta terhadap saham biasa adalah kebijakan
lamanya memegang financial asset tersebut dividen (dividend policy) perusahaan,
dengan pertimbangan untuk mengurangi dalam hal ini dividend pay out ratio.
resiko sampai serendah-rendahnya untuk Penelitian yang dilakukan oleh Howe dan
mendapatkan gain yang optimal.
Lin (1992), Chiang dan Venkatesk (1988), Penelitian tentang faktor-faktor yang Helman (1998), Akhigbe dan Madura
mempengaruhi keputusan investasi saham (1996), Mitra dan Rasyid (1997)
biasa oleh investor khususnya terhadap membuktikan adanya hubungan negatif
lamanya kepemilikan suatu saham yang signifikan antara kebijakan dividen dengan
dilakukan Atkin dan Dyl (1997) me- bid-ask spread yang berarti saham-saham
nunjukkan bahwa panjangnya holding perusahaan yang membagikan dividen
period investor berhubungan positif
akan lebih liquid dibandingkan dengan dengan bid –ask spread, yang dibuktikan perusahaan yang tidak membagikan
dengan ditemukannya hubungan yang dividen. Jika hal ini dikaitkan dengan
lebih kuat antara kedua variabel tersebut di penelitian yang dilakukan Suharsono
NASDAQ yang mempunyai spread lebih (1999) bahwa keputusan pembelian saham
besar daripada di NYSE. Hal ini konsisten di kalangan investor lokal dipengaruhi oleh
dengan penelitian yang dilakukan Amihud faktor motif pembelian saham, dan di
dan Mendelson (1986) yang membuktikan
antara motif pembelian saham yang paling bahwa asset dengan spread lebih besar banyak mewarnai adalah motif pendapatan
pada suatu portofolio akan mempunyai yaitu investor mengharap penghasilan dari
peluang holding period lebih panjang, juga dividen yang memadai, sehingga dengan
sebaliknya asset dengan bid –ask spread kebijakan dividen yang dilakukan diharap-
lebih kecil akan di pegang/ditahan dalam kan investor akan memegang/menahan
waktu relatif pendek.
sekuritas tersebut dalam jangka waktu
Pada penelitian sebelumnya Demsetz
pendek/panjang. (1968) menguji pentingnya bid-ask spread Tujuan penelitian adalah (1) untuk
terhadap keputusan investasi, dengan mengetahui pengaruh variabel – variabel
menghubungkan antara spread dengan menghubungkan antara spread dengan
Stoll (1978), kemudian Branch dan Freed lebih besar menghasilkan expected return
(1977), Hamilton (1976) dan Marsh dan yang lebih tinggi pula, dan bahwa terjadi
Rock (1986) juga menulis artikel tentang clientele effect dimana investor dengan
besarnya bid-ask spread di berbagai pasar. holding period yang lebih lama memilih
Selanjutnya Stoll dan Whaley (1983), asset yang memiliki spread besar. Hasil
Keim (1989) dan Atkins dan Dyl (1990) dari penelitian ini menunjukkan bahwa
meneliti peran bid-ask spread dalam expected return akan meningkat seiring
penjelasan terhadap anomali pasar modal. dengan holding period dan konsek-
Dari keseluruhan penelitian di atas dapat di wensinya asset yang memiliki spread besar
ambil kesimpulan sementara bahwa bid- menghasilkan net return yang lebih besar
ask spread mempengaruhi frekuensi kepada pemegangnya. Akibatnya investor
perdagangan dan menyebabkan investor mengharapkan
holding period
yang
mengharapkan untuk menahan lebih
panjang dapat menahan asset yang panjang (pendek) asset yang memiliki memiliki spread besar.
biaya transaksi tinggi (rendah). Maka Studi yang berhubungan dengan
dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis faktor penentu bid-ask spread oleh Tinic
alternatif sebagai berikut:
PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERCATAT DALAM INDEX LQ45
Spread Masa Lalu Market Value Variance Return Dividend Pay Out Ratio
SPREAD
MARKET VARIANCE
HOLDING PERIOD SAHAM BIASA
PANJANG
PENDEK
Gambar 1. Kerangka Konseptual
H1.1: Diduga bid –ask spread mem- H1.2: Diduga market value mem- punyai pengaruh positifsignifikan ter-
signifikan hadap holding period saham biasa pada
terhadap holding period saham biasa pada perusahaan go public yang tercatat dalam
perusahaan go public yang tercatat dalam index LQ45.
index LQ45.
Besarnya ukuran perusahaan mempu-
Ketidakseimbangan informasi yang
nyai hubungan negatif dengan beta ( ), terjadi antara pasar di satu pihak dan yaitu tingkat resiko portofolio relatif
manajemen di pihak lain mengakibatkan terhadap resiko pasar. Perusahaan besar
harga saham dinilai terlalu rendah dianggap mempunyai resiko lebih kecil
(undervalue) berarti informasi tidak dibandingkan dengan perusahaan kecil,
menguntungkan, dan akan dinilai terlalu karena perusahaan besar dianggap lebih
informasi mempunyai akses ke pasar modal
tinggi (overvalue) berarti
menguntungkan. Sehingga manajemen (Jogiyanto, 1998). Hal ini diperkuat
perlu menyampaikan sinyal informasi ke dengan temuan Lenny dan Indriantoro
pasar mengenai masa depan yang (1999), Subali (2001) dalam penelitiannya
menguntungkan dengan suatu cara yang tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
dapat dipercaya.
lamanya kepemilikan pada saham biasa di
Pembayaran dividen merupakan alat
Bursa Efek Jakarta menunjukkan bahwa komunikasi paling langsung dan penting market value yang menunjukkan ukuran
kepada pasar mengenai kesehatan ekonomi perusahaan adalah merupakan faktor yang
(economic health) sebagian perusahaan. paling
dominan dalam menentukan Brigham dan Gapenski (1993) menge- lamanya kepemilikan (holding period)
mukakan bahwa dividen adalah contoh saham biasa,makin besarnya market value,
klasik dari manajer untuk memberikan makin lama pula saham ditahan dan
informasi sebagai
sinyal. Hal ini
sebaliknya. Di Bursa Efek Jakarta ke- dibuktikan oleh penelitian Akhigbe dan banyakan investor masih menganggap
Madura (1996) terhadap perusahaan yang bahwa perusahaan besar biasanya lebih
menunjukkan stabil keuangannya serta didukung oleh
membagikan
dividen
panjang akan tidak menguntungkan untuk analis-analis yang kompeten sehingga
perusahaan lebih kecil, perusahaan yang mampu
memiliki kelebihan investasi dan yang informasi keuangan yang memperpendek
mempunyai kinerja relatif jelek sebelum jarak antara pengharapan investor dengan
pembagian dividen serta pengurangan yang sebenarnya terjadi di perusahaan.
dividen yang relatif besar atau tidak Selain
membagikan dividen dalam jangka waktu perusahaan yang lebih besar, biasanya
itu dengan
berinvestasi di
panjang akan tidak menguntungkan untuk beresiko lebih kecil dan sahamnya juga
perusahaan yang relatif besar. Chiang dan memiliki kestabilan yang lebih besar dalam
Venkatesh (1988) dalam penelitiannya
parameter distribusi return investor. Hal juga menunjukkan tingkat informasi ini memungkinkan investor membutuhkan
asimetri yang lebih tinggi menyebabkan lebih sedikit portofolio penyeimbang
spread lebih besar sehingga dari keadaan kembali dengan saham perusahaan besar
ini investor mengharapkan return yang dan rata-rata waktu kepemilikannya akan
lebih tinggi. Banyak peneliti membuktikan lebih panjang, sehingga dalam penelitian
bahwa kebijakan dividen mempunyai ini dikembangkan hipotesis alternatif
hubungan negatif signifikan dengan bid- sebagai berikut:
ask spread (Howe dan Lin (1992), dan Helman (1998)), artinya bahwa saham
perusahaan yang membagikan dividen perusahaan yang membagikan dividen
tersebut dalam waktu relatif pendek dan dividen sehingga investor diharapkan akan
sebaliknya semakin rendah tingkat resiko memegang/menahan saham tersebut dalam
suatu saham investor akan menahan waktu yang relatif lama. Suharsono (1999)
sekuritas tersebut dalam waktu yang relatif juga memperkuat pendapat di atas dengan
panjang, sehingga pada penelitian ini dapat penelitiannya yang menunjukkan bahwa
diajukan hipotesis alternatif sebagai faktor motif pembelian saham merupakan
berikut:
variabel yang paling berpengaruh dalam mengambil keputusan membeli saham,
H1.4: Diduga variance return mem- dimana motif pendapatan merupakan
signifikan motivasi yang paling banyak mewarnai
punyai
pengaruh negatif
terhadap holding period saham biasa pada yaitu investor mengharap memperoleh
perusahaan go public yang tercatat dalam pendapatan dari dividen. Dari penelitian di
index LQ45.
atas dapat dikembangkan
hipotesis
H1 : Diduga bid-ask spread, market
alternatif sebagai berikut: value, variance return dan dividend pay out ratio secara bersama-sama mempunyai
H1.3: Diduga Dividen pay out ratio pengaruh terhadap holding period saham mempunyai pengaruh positif signifikan
biasa pada perusahaan go public yang terhadap holding period saham biasa pada
tercatat dalam index LQ45.
perusahaan go public yang tercatat dalam
Di Indonesia penelitian tentang faktor
index LQ45. yang mempengaruhi holding period saham Trade-off antara resiko dan return
biasa membuktikan bahwa market value merupakan hal yang dipertimbangkan
yang menunjukkan ukuran perusahaan dalam melakukan investasi, semakin besar
(Atkin dan Dyl, 1997) merupakan faktor resiko yang ditanggung semakin besar pula
yang paling berpengaruh dalam peng- return yang dikompensasikan. Resiko
ambilan keputusan, hal ini terjadi karena investasi di pasar modal pada prinsipnya
perusahaan besar dianggap lebih mem- semata-mata berkaitan dengan kemung-
punyai akses ke pasar modal, sehingga kinan terjadinya fluktuasi harga (price
dianggap mempunyai resiko yang lebih volatility) yang berupa resiko daya beli,
kecil. (Jogiyanto, 1998). Hal yang sama resiko bisnis, resiko tingkat bunga, resiko
juga di kemukakan oleh Lenny dan pasar dan resiko likuidiatas (Siamat, 2001).
Indriantoro (1999) serta Subali (2001) Dalam kaitannya dengan pertim-
yang menyatakan bahwa investor di bangan investasi khususnya keputusan
Indonesia lebih cenderung untuk mencari untuk menahan atau melepas suatu
perusahaan-perusahaan relatif besar karena kepemilikan (holding period), resiko dan
dianggap sahamnya memiliki tingkat return merupakan bahan pertimbangan
kestabilan lebih tinggi. Dari penelitian di tambahan yang dapat digunakan dalam
atas dapat dikembangan hipotesis alternatif pengambilan keputusan. Hal ini dibuktikan
sebagai berikut:
Atkin dan Dyl (1997), Lenny dan H2: Market value diduga merupa- Indriantoro (1999) dalam penelitiannya
kan variabel yang paling berpengaruh yang menunjukkan bahwa variance return
terhadap holding period saham biasa pada yang menunjukkan tingkat resiko yang
perusahaan go public yang tercatat dalam diakibatkan fluktuasi harga saham ber-
index LQ45.
hubungan terbalik dengan lamanya kepe- milikan saham oleh investor. Ini berarti semakin tinggi tingkat resiko suatu saham
METODE PENELITIAN
outstanding) dengan volume perdagangan saham i tahun ke t (Atkins dan Dyl, 1997).
Berdasarkan teknik yang digunakan penelitian ini termasuk jenis penelitian
Saham Beredar Tahun ke-t
survei (survey research), yaitu penelitian
HP it =
yang tidak melakukan perubahan atau tidak
Volume Perdagangan Tahun ke-t
ada perlakuan khusus terhadap variabel- variabel yang diteliti atau non experimental
Spread
(Hasan, 2002). Tujuan dari Penelitian ini Spread adalah perbedaan harga bersifat eksplanatory. Menurut Singa-
tertinggi yang dibayarkan oleh seorang rimbun dan Effendi (1987), penelitian
pembeli dengan harga terendah yang penjelasan (explanatory research) adalah
bersedia ditawarkan oleh penjual. Konsep menjelaskan hubungan kausal antara varia-
dengan bel –variabel penelitian melalui pengujian
membuat rata-rata bid-ask spread harian hipotesis. Selain hal tersebut di atas
untuk tiap jenis saham yang diteliti selama penelitian ini juga merupakan pengem-
periode observasi. Dengan mengacu pada bangan dari beberapa penelitian terdahulu
penelitian Atkins dan Dyl (1997) spread
atau bersifat extended replication.
dirumuskan sebagai berikut :
Populasi dan Sampel
ask it bid it
Populasi dalam penelitian ini adalah
Spread it
perusahaan yang go public dan tercatat
t 1 ( ask it bid it ) / 2
dalam index LQ45 periode 2000 –2001 sebanyak 64 perusahaan. Pemilihan sampel
Market Value
dalam penelitian dilakukan dengan metode
Market value adalah harga saham
purposive sampling, dengan kriteria saham yang terjadi di pasar pada saat tertentu perusahaan yang sekurang-kurangnya dua
yang di tentukan oleh pelaku pasar, yaitu kali tercatat dalam index LQ 45 periode
merupakan rata –rata harga saham selama 2000-2001.
satu tahun dikalikan dengan jumlah saham beredar per akhir tahun. Mengacu
Variabel Penelitian
penelitian Atkin dan Dyl (1997) market Variabel penelitian yang digunakan
value dirumuskan sebagai berikut:
dalam penelitian ini meliputi variabel dependen yaitu Holding Period dan
Mrk Val it = Rata-rata harga saham dalam variabel independen terdiri dari bid –ask
satu tahun x Jumlah saham beredar per spread, market value,variance return,
akhir tahun
dividen pay out ratio.
Variance Return
Definisi Operasional Variabel
Variance return adalah tingkat resiko yang terjadi dari suatu kegiatan investasi,
Holding Period
terutama akibat transaksi saham di pasar Holding Period adalah rata-rata
bursa yang disebabkan adanya volatilitas panjangnya
harga saham. Rata-rata Return saham investor dalam menyimpan/memegang
waktu yang
digunakan
dihitung dengan menggunakan rata-rata suatu sekuritas selama periode waktu
aritmatika dari data harian selama periode tertentu. Rata-rata holding period investor
observasi. ( Fabozzi, 2000). Variance untuk setiap tahun dihitung dengan
return dirumuskan sebagai berikut:
membagi jumlah saham beredar (share
P P ( Untuk mengetahui hubungan antara
R it =
bid-ask spread dan holding period P t 1 dilakukan pengujian dengan uji F-test
RA = [ R1 + R2 + R3 + … + Rm ] / m dengan taraf signifikan ( ) 10%. Jika pengujian yang dilakukan menghasilkan
n x 2 2 ( kesimpulan bahwa bid-ask spread dan x )
Variance = holding period tahun lalu tidak mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap bid-ask spread tahun ini maka pengujian hubungan
Dividend Pay Out Ratio
antara holding period sebagai variabel Adalah jumlah dividen – dividen
dependen, dengan bid-ask spread, market yang telah dibayar pada tahun tersebut
value, variance return dan dividend pay out dibagi dengan laba per lembar saham pada
ratio akan dilakukan dengan model akhir tahun. (Husnan, 1998).
ordinary least square (OLS), tetapi jika dihasilkan kesimpulan bahwa bid-ask
spread dan holding period tahun lalu Dividend Dividend per share
mempunyai pengaruh secara simultan Pay Out Ratio =
terhadap bid-ask spread tahun ini maka
Earning per share
pengujian akan dilakukan dengan metode two stages least square (TSLS).
Metode Pengumpulan Data
Dengan mengacu pada penelitian
Atkins dan Dyl (1997) tentang faktor yang penelitian ini diambil dari Bursa Efek
Data yang digunakan
Jakarta dalam bentuk internal secondary (holding period) pada saham biasa, bid –
data yaitu informasi yang sudah tersedia ask spread diestimasi dengan regresi tahap dalam perusahaan itu.
pertama.
Regresi tahap pertama :
Analisis Data
Untuk menguji hubungan antara bid –
Spread it
= + 1 Spread it - 1 + 2 Mrk
ask spread, market value, variance return
Val it + 3 Var Ret it + 4 Dev it + it
dan dividen pay out ratio dengan average
holding period untuk saham biasa yang
Selanjutnya spread hasil estimasi
tercatat dalam index LQ45 periode 2000 –
dijadikan variabel independen untuk
2001 digunakan model regresi berganda mengestimasi variabel dependen holding kwadrat terkecil dua tahap (two –stage least
period pada regresi tahap dua, dengan square multiple regression)
persamaan:
Alasan dipilihnya model regresi
berganda kwadrat terkecil dua tahap adalah
HP it = + 1 Spread it +
2 Mrk Val it +
adanya kemungkinan bahwa hubungan
3 Var Ret it + 4 Dev it + it
bid –ask spread periode ini dengan bid-ask spread dan holding period periode terdahulu untuk setiap saham terjadi secara simultan (Atkin dan Dyl, 1997). Untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui hubungan tersebut, maka kedua variabel diuji dengan persamaan
Deskripsi Variabel Penelitian
regresi sebagai berikut:
Holding Period
Spread it = + 1 HP it-1 + 2 Spread it-1 Spread it = + 1 HP it-1 + 2 Spread it-1
Holding period
yaitu rata-rata
atas saham biasa lebih lama atau dengan atau memegang sahamnya selama periode
kata lain volume perdagangan atas saham waktu tertentu, yang dinyatakan dengan
membandingkan antara jumlah saham diperdagangkan), hal ini dibuktikan adanya beredar akhir tahun dengan total volume
kenaikan yang sangat besar dari tahun transaksi akhir tahun untuk masing-masing
2000 sebesar 134,531 (mil. shares) menjadi jenis saham. Rata-rata holding period pada
148,381 (mil. shares).
perusahaan yang tercatat dalam index LQ45 di Bursa Efek Jakarta tahun 2001 ditunjukkan dalam Tabel 1.
Spread
Secara keseluruhan rata-rata holding
Spread yaitu selisih harga beli
period dari 39 perusahaan adalah 7,658. tertinggi yang menyebabkan investor Ada 9 perusahaan yang mempunyai rata-
setuju untuk membeli dengan harga jual rata holding period melebihi rata-rata
terendah yang menyebabkan investor sampel atau sebesar 23,08% dan sisanya
setuju untuk menjual. Tabel berikut sebanyak 30 perusahaan atau sebesar
menunjukkan rata-rata spread perusahaan- 76,92%
perusahaan yang tercatat dalam index mempunyai rata-rata holding period
adalah perusahaan
yang
LQ45 untuk periode penelitian.
dibawah rata-rata sampel. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2001
Tabel 1. Rata-rata holding period saham perusahaan sample
Holding Period
>Rata-rata Sampel
<Rata-rata Sampel
Tabel 2. Rata-rata spread saham perusahaan sample
Spread
Jumlah Perusahaan
Prosentase
Rata-Rata Spread
>Rata-rata Sampel
<Rata-rata Sampel
Jumlah perusahaan yang mempunyai sebesar 71,79%. Berdasarkan teori, hal ini rata-rata spread di atas rata-rata sampel
yang sebanyak 11 perusahaan atau sebesar
menunjukkan bahwa
investor
memegang saham perusahaan tersebut 28,21% dengan rata-rata spread 0,0293.
memiliki rata-rata spread yang didalamnya Sedangkan sisanya adalah perusahaan yang
terdapat biaya transaksi, biaya kepemilikan mempunyai rata-rata spread di bawah rata-
dan biaya asimetri informasi relatif rendah. rata sampel sebanyak 28 perusahaan atau
Jika dikaitkan dengan Tabel 2 yang Jika dikaitkan dengan Tabel 2 yang
atau sebesar 20,51%. Sedangkan 31 temuan Amihud dan Mendelson (1986)
perusahaan atau sebesar 79,49% adalah juga Atkin dan Dyl (1997) yang
perusahaan yang mempunyai rata-rata menyatakan bahwa asset dengan spread
market value di bawah rata-rata sampel. lebih besar pada suatu portofolio akan
Perubahan rata-rata nilai pasar dari mempunyai peluang holding period lebih
masing-masing perusahaan disebabkan panjang, juga sebaliknya asset dengan
oleh adanya perubahan fluktuasi dari harga spread lebih kecil akan di tahan dalam
saham. Sebagian besar perusahaan sampel waktu relatif pendek.
mempunyai harga pasar saham relatif rendah atau dengan kata lain resiko
Market Value
portofolio relatif besar sebab asset size
Dalam penelitian ini market value yang mencerminkan atau sebagai pengukur dinyatakan dengan rata-rata harga saham
besarnya perusahaan mempunyai hubung- dalam satu tahun dikalikan dengan jumlah
an negatif dengan resiko portofolio relatif saham yang beredar per akhir tahun. Rata-
terhadap pasar saham, semakin besar rata market value untuk perusahaan yang
perusahaan dianggap mempunyai resiko tercatat dalam index LQ45 pada periode
yang lebih kecil atau sebaliknya nilai pasar penelitian disajikan dalam Tabel 3.
saham yang rendah dianggap mempunyai Jumlah perusahaan yang memiliki
resiko yang lebih besar (Jogiyanto, 1998).
rata-rata market value yang merupakan cerminan besarnya perusahaan di atas rata-
Tabel 3. Rata-rata market value saham perusahaan sampel
Market Value
Jumlah Perush
Prosentase
Rata-rata Mark.Val
>Rata-rata Sampel
<Rata-rata Sampel
Variance Return
terutama akibat transaksi saham di pasar Variance return adalah tingkat resiko
bursa. Rata-rata variance return pada yang terjadi dari suatu kegiatan investasi,
perusahaan sampel terlihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Rata-rata variance return saham perusahaan sampel
Variance Return Jumlah Perush.
Prosentase
Rata-rata Var. Ret. Sample
>Rata-rata Sampel
<Rata-rata Sampel
Jumlah perusahaan yang mempunyai sampel sebanyak 14 perusahaan atau rata-rata variance return di atas rata-rata
sebesar 35,90%. Hal ini menunjukkan sebesar 35,90%. Hal ini menunjukkan
Dividend Pay Out Ratio
investor yang memiliki saham perusahaan
Dividend pay out ratio merupakan
ini mempunyai tingkat resiko yang tinggi prosentase dari laba yang dibagikan dalam yang diakibatkan harga saham yang terlalu
bentuk cash. Dalam penelitian ini dividend berfluktuasi. Sedangkan sebanyak 25
pay out ratio dihitung dengan membagi perusahaan atau sebesar 64,10% adalah
dividen per lembar saham dengan laba per saham perusahaan yang mempunyai
lembar saham. Rata-rata dividend pay out tingkat resiko rendah karena harga saham
ratio perusahaan sampel dapat dilihat pada yang tidak terlalu berfluktuasi.
Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata dividend pay out ratio saham perusahaan sample
Dividend Pay Out
Ratio (Dev)
Perush.
Dev. Sample
>Rata-rata Sampel
<Rata-rata Sampel
Rata-rata dividend pay out ratio
Untuk mencapai tujuan penelitian dan
seluruh sampel sangat rendah, karena dari pembuktian hipotesis, analisa diarahkan
39 sampel yang membagikan dividen pada indikator statistik, yaitu F-test, T-test, hanya 18 perusahaan atau sebesar 46,15%.
dan interpretasi hasil regresi.
Hal ini disebabkan kondisi krisis yang terjadi di Indonesia sehingga banyak
Analisis Pengujian antara Holding
perusahaan yang
tidak
mampu
Period dengan Bid-Ask Spread
membagikan dividen. Hasil perhitungan
Pengujian ini dilakukan untuk
menunjukkan bahwa pada tahun 2001 mengetahui apakah antara variabel holding kondisi investasi khususnya pada saham
period masa lalu dan bid-ask spread masa biasa di Bursa Efek Jakarta kurang
lalu terjadi hubungan yang secara simultan menguntungkan. Hal ini bisa terlihat dari
mempengaruhi bid-ask spread masa
tingkat resiko yang sangat besar sehingga sekarang. Pada pengujian ini periode yang perusahaan tidak mampu membagikan
diuji adalah bid-ask spread tahun 2001 dividen kepada pemegang sahamnya,
sedangkan holding period dan bid-ask sehingga investor tidak akan menahan
spread tahun 2000 digunakan sebagai kepemilikan atas saham dalam jangka
variabel explanatory. Hasil pengujian yang
waktu relatif lama, ini juga didukung
dilakukan terlihat pada Tabel 6.
dengan rendahnya nilai pasar saham
Persamaan regresi yang diperoleh
sebagai ukuran besarnya perusahaan.
adalah:
Sedangkan nilai spread yang rendah adalah merupakan bukti bahwa investor di
Spread 01 = 1,213E-02 - 3,521E-06 HP 00 + Indonesia lebih menyukai bertransaksi
0,818 Spread 00
secara sprekulatif sehingga broker tidak meminta spread yang besar.
Secara simultan (yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi F sebesar 0,000
Hasil Analisis dan Pembahasan
yang lebih kecil dari nilai sebesar 0,1) yang lebih kecil dari nilai sebesar 0,1)
dalam upaya
pembuktian hipotesis
spread tahun sekarang,
tersebut. Analisis regresi dilakukan untuk kesimpulan ini dijadikan dasar untuk
sehingga
mengetahui pola hubungan antara variabel pengujian analisis selanjutnya yang
independend (spread, market value,
dilakukan dengan alat analisis two stages variance return dan dividend pay out ratio) least square (TSLS).
terhadap variabel dependend (holding period). Analisis regresi yang telah
Hasil Analisis TSLS (Two Stages
dilakukan dalam pengujian ini adalah
Least Square)
model regresi kwadrat terkecil dua tahap (two stages least square multiple regresion)
Pembuktian hipotesis yang telah yang bertujuan untuk menguji hipotesa dirumuskan
memerlukan suatu cara yang telah diajukan. Hasil regresi dua tertentu sesuai dengan prosedur yang telah
tahap tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
direncanakan. Analisis hasil penelitian
Tabel 6. Hasil Analisis regresi
Variabel
Koefisien Reg.
Standart Error
R Square
Adjusted R Square
F. Test
Signifikan F
Tabel 7. Hasil Analisis regresi tahap pertama
Variabel
Koefisien Reg.
Standart Err.
Market Value
Var. Return
Dev.Pay Out Ratio
R Square
Adjusted R Square
F. Test
Signifikan F
* signifikan level ( = 0.05)
Hasil analisis regresi tahap pertama berikutnya dengan tingkat signifikansi menunjukkan bahwa spread mempunyai
0,0001. Hal ini mendukung pengujian yang pengaruh besar terhadap spread tahun
telah dilakukan sebelumnya terhadap bid- telah dilakukan sebelumnya terhadap bid-
kedua ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisis regresi tahap ke dua
Variabel
Koefisien Reg.
Stand. Err.
Market Value
Var. Return
Dev. Pay Out
Ratio R Square
Adjusted R Square
F. Test
Signifikan F
* *signifikan level ( = 0,1)
Berdasarkan data hasil regresi pada
Hasil penelitian ini tidak konsisten
tabel 9, maka diperoleh persamaan regresi dengan penelitian-penelitian sebelumnya, sebagai berikut:
diduga disebabkan adanya beberapa variabel yang mempunyai pengaruh sangat
HP 01 = 1,6357 + 8,2300 Spread 01 +
kecil pada variabel dependen sehingga 0,0964 MrkVal 01 -148,2854 Var Ret 01 untuk pengaruh secara bersama-sama akan
+ 0,1205 Dev 01 + menghasilkan nilai yang tidak signifikan. Pada tabel 9 terlihat koefisien untuk
Pembahasan
variabel market value sebesar 0,0964 dengan nilai signifikan T 0,4765 dan
Pengujian Hipotesa Pertama
variabel dividend pay out ratio dengan Untuk membuktikan hipotesa pertama
nilai koefisien 0,1206 dengan signifikan T yaitu “ Diduga bid-ask spread, market
sebesar 0,7798.
value, variance return dan dividend pay out
Dari hasil uji secara parsial untuk
ratio secara bersama-sama mempunyai masing-masing variabel adalah sebagai pengaruh terhadap holding period saham
berikut:
biasa pada perusahaan go public yang
1. Koefisian regresi untuk spread adalah
tercatat dalam index LQ 45” dengan positif 8,2300. Hasil ini sesuai dengan menggunakan kriteria signifikansi 10%.
teori yang menyatakan bahwa investor Berdasarkan
dengan holding period relatif panjang statistik yang dilakukan dengan uji F
hasil pengujian
secara
akan mengharap spread yang besar diketahui nilai signifikansi F adalah 0,3424
pula. Sedangkan tanda positif ini lebih besar dari sebesar 10%. Hal ini
menunjukkan apabila spread naik 1 berarti variabel-variabel bid-ask spread,
satuan akan mengakibatkan naiknya market value, variance return dan dividend
holding period (masa kepemilikan) atas pay out ratio secara simultan atau bersama-
saham biasa sebesar 8,23 satuan, sama tidak mempunyai pengaruh terhadap
variabel yang lain dianggap konstan. holding period saham biasa. Dengan
Jika dilihat dari angka signifikan T demikian hipotesa pertama ditolak.
diperoleh
yang menunjukkan peluang kesalahan yang
angka
cerminan besarnya perusahaan adalah spread mempunyai pengaruh positif
signifikan dalam menentukan lamanya terhadap keputusan investor dalam kepemilikan saham biasa oleh investor,
memegang saham biasa. Hal ini
disebabkan pada tahun 2001 banyak Hasil penelitian ini konsisten dengan
sehingga H i diterima atau menolak H 0 .
hasil penelitian Amihud dan Mendelson penambahan jumlah sahamnya dalam (1986), Atkin dan Dyl (1997), Lenny
jumlah yang besar sehingga akan dan Indriyantoro (1999) bahwa holding
mempengaruhi nilai pasar sahamnya. period mempunyai hubungan positif
Misalnya Astra Graphia Tbk dari signifikan terhadap besarnya spread
130.687.500 pada tahun 2000 menjadi saham biasa, yang berarti besarnya
1.306.875.000 pada tahun 2001,
biaya transaksi, biaya kepemilikan dan Ultrajaya Milk Industry and Trading biaya asimetri informasi merupakan
1.925.588.000 dan seterusnya (lihat mengambil
salah faktor yang
digunakan
lampiran 3 dan 4). Penerbitan saham panjang/pendeknya investor memegang
keputusan
tentang
baru ini tidak selalu di respon positif suatu financial asset di Bursa Efek
oleh investor tapi hal ini bisa ditangkap Jakarta.
oleh investor sebagai sinyal negatif
2. Dari hasil analisis regresi diperoleh bahwa perusahaan mengalami kesulitan koefisien market value sebesar 0,0964
keuangan sehingga investor tidak suka dengan tanda positif, artinya jika
menahan kepemilikan atas sahamnya variabel yang lain dianggap tetap maka
dalam waktu yang relatif lama. Kondisi setiap ada kenaikan dalam market value
krisis ekonomi dan ketidakmampuan
1 satuan maka akan diikuti dengan perusahaan membayar dividen meru pertambahan masa kepemilikan pada
pakan hal yang ikut mendukung saham biasa sebesar 0,0964 satuan. Hal
persepsi investor bahwa perusahaan ini
mengalami kondisi sulit sehingga perlu menyatakan bahwa investor lebih
sesuai dengan
teori
yang
untuk membenahi struktur keuangan menyukai menanamkan sahamnya pada
nya.
perusahaan yang relatif besar karena
3. Dari hasil analisis ditemukan bahwa
diduga mempunyai resiko yang lebih koefisien regresi variance return adalah kecil serta mempunyai akses lebih
sebesar –148,2854 yang artinya besar ke pasar modal daripada
variance return berpengaruh terhadap perusahaan kecil (Jogiyanto, 1998).
lamanya kepemilikan saham biasa Jika dilihat dari angka signifikan T
sebesar -148,2854 satuan atau dengan sebesar 0,5359 dengan alpha 10%,
kata lain apabila ada kenaikan tingkat
resiko sebesar satu satuan maka akan atau menolak H i . Dengan demikian
maka T sig , sehingga H 0 diterima
menyebabkan menurunnya holding
secara statistik
period sebesar 148,2854 satuan. mempunyai pengaruh positif terhadap
market
value
Berdasarkan hasil uji T diperoleh angka holding period tetapi tidak signifikan
signifikan 0,0711 kurang dari alpha pada taraf 10%.
10%. Sehingga secara statistik variance Hasil penelitian ini tidak konsisten
return mempunyai hubungan negatif dengan penelitian yang dilakukan
signifikan terhadap lamanya kepe- sebelumnya pada Bursa Efek Jakarta
milikan saham biasa, maka H i diterima
oleh Lenny dan Indriyantoro (1999)
atau menolak H 0 .
Hasil penelitian
variabel terikat dilihat dari nilai koefisien penelitian-penelitian terdahulu, antara
ini
mendukung
correlation partial-nya yaitu dengan
lain Atkin dan Dyl (1997) yang melihat nilai terbesar. Berdasarkan tabel 9, membuktikan bahwa variance return
variabel variance return mempunyai yang menunjukkan tingkat resiko yang
koefisien tertinggi sebesar 148,2854, terjadi akibat fluktuasi harga saham
sehingga H 0 diterima atau H I ditolak.
mempunyai hubungan terbalik dengan
Hasil penelitian ini tidak konsisten
lamanya kepemilikan saham biasa, dengan penelitian yang dilakukan di Bursa semakin tinggi tingkat resiko suatu
Efek Jakarta oleh Lenny dan Indriyantoro saham maka investor akan memegang
(1996) bahwa market value merupakan saham tersebut relatif lebih pendek dan
variabel yang paling berpengaruh terhadap sebaliknya semakin rendah tingkat
holding period saham biasa. Dari hasil resiko investor akan memegang saham
analisis variabel market value tidak tersebut relatif panjang.
berpengaruh signifikan terhadap lamanya
4. Koefisien regresi dividend pay out ratio
kepemilikan saham biasa. Hal ini
yang ditemukan sebesar 0,1206 dengan disebabkan karena perbedaan kondisi tanda positif. Hal ini berarti setiap
yang terjadi. Penelitian yang dilakukan kenaikan dividend pay out ratio sebesar
Lenny dan Indriyantoro (1996) dilakukan
1 satuan akan berdampak pada pada saat Indonesia belum mengalami kenaikan atau lamanya kepemilikan
krisis ekonomi sehingga investor dalam saham oleh investor sebesar 0,1206
mengambil keputusan tentang lamanya satuan. Jika dilihat dari hasil uji T
kepemilikan atas saham biasa tidak diperoleh nilai signifikan T sebesar
terfokus pada resiko yang akan terjadi 0,7798 lebih besar dari alpha 10%,
tetapi lebih pada keuntungan yang akan yang berarti secara statistik dividend
didapat baik dari dividen maupun capital pay out ratio mempunyai hubungan
gain. Sehingga investor akan menahan positif dengan holding period saham
sahamnya relatif lama pada perusahaan- biasa tetapi tidak signifikan pada taraf
perusahaan yang mempunyai nilai pasar 10%, maka hipotesa ditolak.
baik karena perusahaan yang besar Hubungan yang tidak signifikan
dianggap mempunyai tingkat kestabilan antara holding period dengan dividend
yang tinggi.
pay out ratio ini terjadi, diduga karena
Sedangkan pada kondisi krisis
banyaknya perusahaan sampel yang investor lebih condong untuk menahan tidak mampu membayar dividen pada
kepemilikan atas sahamnya relatif pendek tahun 2001 sehingga menjadikan
untuk menghindari resiko yang lebih besar variabel bebas ini (dividend pay out
yang diakibatkan oleh fluktuasi harga ratio) tidak mampu menjelaskan
saham dan besarnya biaya yang harus variabel terikatnya (holding period).
ditanggung, baik biaya transaksi, biaya kepemilikan dan biaya asimetri informasi.
Pembuktian Hipotesa ke dua
Besarnya nilai market value tidak selalu Untuk membuktikan hipotesa kedua
mencerminkan bahwa kondisi perusahaan yaitu “market value diduga merupakan
dalam keadaan baik tetapi sebaliknya bisa variabel yang paling berpengaruh terhadap
menjadi sinyal negatif bahwa perusahaan holding period saham biasa pada
mengalami kesulitan keuangan.
perusahaan go public yang tercatat dalam index LQ45” dengan menggunakan
Interpretasi Koefisien Determinasi
kriteria 10%. Untuk mengetahui variabel
Koefisien determinasi digunakan
bebas yang paling berpengaruh terhadap untuk mengukur proporsi total variasi bebas yang paling berpengaruh terhadap untuk mengukur proporsi total variasi
independen variabel. Jika nilai koefisien memegang saham dalam jangka pendek determinasi
yaitu bersifat sebagai spikulan sehingga mendekati angka 1, maka variabel
(R Square)
semakin
jenis investor seperti ini hanya melihat independen
fluktuasi harga saham guna mendapat gain mempunyai
yang optimal.
menjelaskan variabel
dependen.
Sedangkan bila R Square mendekati nol
Implikasi Hasil Penelitian
maka variabel independen semakin lemah
Keputusan investor untuk menahan
dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap atau melepas suatu financial asset harus variabel dependen.
mempertimbangkan
berbagai macam
Dari hasil analisis regresi diperoleh faktor dengan menganalisa baik secara nilai R Square sebesar 12,076% yang
berarti secara bersama-sama variabel Investasi di pasar modal pada kondisi bebas (spread, market value, variance
negara relatif stabil investor cukup hanya return dan dividend pay out ratio) mampu
melihat faktor-faktor intern perusahaan menjelaskan variabel terikat (holding
dan perilaku dari saham tersebut.
period) sebesar 12,076% sedangkan
Peran pasar modal sebagai fungsi
sisanya sebesar 87,924% dijelaskan oleh ekonomi dan fungsi keuangan tetap harus variabel lain yang tidak terliput dalam
dimaksimalkan apalagi setelah sektor model ini. Berdasarkan uji F diperoleh
perbankan tidak lagi menjalankan fungsi nilai signifikan F sebesar 0,3424 lebih
intermediasi dengan normal. Sehingga besar dari alpha 10%. Sehingga secara
yang perlu dirubah adalah perilaku statistik
variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen sebesar dananya. Pada kondisi krisis dimana 12,076% tetapi tidak signifikan pada taraf
keadaan bisa berubah sewaktu-waktu dan 10%.
tidak bisa diprediksi maka investor lebih Terjadinya misclassification diduga
baik untuk menahan kepemilikan pada oleh
saham biasa dalam waktu relatif pendek, merupakan keterbatasan dari penelitian
beberapa kemungkinan
yang
hal ini dimaksudkan untuk menghindari ini. Periode penelitian tahun 2000-2001,
resiko yang terjadi akibat fluktuasi harga dimana pada tahun tersebut krisis ekonomi
saham.
di Indonesia masih terjadi, sehingga secara bersama-sama variabel independen tidak dapat dijadikan sebagai pedoman
KESIMPULAN DAN SARAN