Pengaruh Peran Petugas Lapang Terhadap Partisipasi Petani Dalam Pengembangan Model Desa Kakao Di Kabupaten Gunungkidul | Tanjung | Agro Ekonomi 22877 68955 1 PB
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
1
PENGARUH PERAN PETUGAS LAPANG TERHADAP PARTISIPASI
PETANI DALAM PENGEMBANGAN MODEL DESA KAKAO DI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Farmer Participation in The Development of Cocoa Village Model in
Gunungkidul
Kurnia Tanjungsari1, Sunarru Samsi Hariadi2, Endang Sulastri3
1
Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
3
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada
tanjungsari89@gmail.com
Diterima tanggal : 10 Agustus 2016 ; Disetujui tanggal : 20 September 2016
ABSTRACT
The development of cocoa village model are activities that make the region an area of cocoa
as a pilot model by optimizing cultivation (on farm), and post-harvest processing (off farm),
and the strengthening of human and institutional resources. This activity has a principle of
the active participation of farmers. In order for farmers to have an active participation in
the development of the model village of cocoa required ield oficers role as a communicator,
motivator, organizer, facilitator, and consultant. The research aimed to ind out the inluence
of the role of ield oficers on the Farmer Participation in The Development of Cocoa
Village Model in Gunungkidul. The basic method of research was descriptive analysis with
quantitative approach. The research took place purposively at 4 groups of farmers in Patuk
Subdistrict, Gunungkidul with the consideration that the programs was only done at the site.
120 samples was taken by simple random sampling method as respondents were used and
then the data analyzed with simple linear regression. The results showed that the role of
ield oficers affected the farmers’ participation in the program, which means increasingly
frequent ield oficers carry out its role, the participation of farmers will be increased so that
the role of ield oficers need to be optimized especially role as a motivator.
Keywords: development of cocoa village model, Gunungkidul, participation, the role of
ield oficers
INTISARI
Pengembangan model desa kakao adalah kegiatan yang menjadikan suatu kawasan
kakao sebagai kawasan model percontohan dengan melakukan optimalisasi budidaya (on
farm), pengolahan dan pasca panen (off farm), serta penguatan sumber daya manusia dan
kelembagaan. Kegiatan ini memiliki prinsip partisipasi aktif dari petani. Agar petani memiliki
partisipasi yang aktif dalam pengembangan model desa kakao, diperlukan peran petugas
lapang sebagai komunikator, motivator, organisator, fasilitator, dan konsultan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peran petugas lapang terhadap partisipasi petani
dalam pengembangan model desa kakao di Kabupaten Gunungkidul. Metode dasar penelitian
adalah deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian ditentukan secara
purposive di 4 kelompok tani yang ada di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul
2
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
dengan pertimbangan bahwa pengembangan model desa kakao ini hanya dilakukan di lokasi
tersebut. Jumlah sampel yang digunakan 120 responden yang diambil secara simple random
sampling. Data dianalisis dengan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peran petugas lapang berpengaruh terhadap partisipasi petani dalam pengembangan
model desa kakao di Kabupaten Gunungkidul, yang berarti semakin sering petugas lapang
menjalankan perannya, maka partisipasi petani akan meningkat sehingga peran petugas
lapang perlu dioptimalkan terutama peran sebagai motivator.
Kata kunci : Gunungkidul, partisipasi, pengembangan model desa kakao, peran petugas
lapang
PENDAHULUAN
terutama Penggerek Buah Kakao (PBK),
Kakao (Theobroma cacao L)
Helopeltis, busuk buah dan Vascular Streak
telah menjadi salah satu komoditas
Dieback (VSD), mutu biji kakao yang rendah
unggulan sektor perkebunan di Kabupaten
dan beragam, produktivitas kakao menurun,
Gunungkidul. Kondisi topografi, jenis
minimnya perawatan tanaman yang berupa
tanah dan agroklimat di Kabupaten
pemangkasan yang menyebabkan banyak
Gunungkidul sangat mendukung untuk
tumbuh cabang autotrop sehingga berakibat
pengembangan tanaman kakao. Kakao
pohon semakin tinggi dan tidak berbuah,
dapat memberi kontribusi yang cukup
pemahaman petani mengenai budidaya
berarti bagi perekonomian petani terutama
kakao yang masih rendah sehingga belum
disaat tanaman lain tidak menghasilkan,
mampu mengoptimalkan perawatan
kakao dapat membantu karena produksinya
tanaman dengan baik, unit pengolah hasil
yang terus menerus sepanjang tahun.
(UPH) kakao yang belum berfungsi optimal,
Penanaman kakao di Kabupaten
umur panen yang tidak seragam, proses
Gunungkidul pada umumnya dilakukan
fermentasi yang tidak sesuai standar teknis,
di lahan pekarangan yang tidak terlalu
serta tidak adanya pengawasan mutu
jauh dengan rumah. Rata-rata pemilikan
kakao. Dengan adanya berbagai kendala
lahan petani seluas 0,27 Ha, yang terdiri
tersebut meyebabkan pendapatan petani
dari pekarangan, kebun dan tegalan.
menurun, untuk mengatasi hal tersebut
Menurut data statistik Dinas Kehutanan dan
diperlukan optimalisasi sumberdaya mulai
Perkebunan DIY tahun 2012, produktivitas
dari budidaya (on farm) sampai dengan
tanaman Kakao di Kabupaten Gunungkidul
pengolahannya (off farm) salah satunya
sebesar 0,58 ton/tahun.
dengan kegiatan pengembangan model desa
Kondisi kakao saat ini mengalami
kakao.
berbagai kendala antara lain: adanya
Pengembangan model desa kakao
serangan organisme pengganggu tanaman
merupakan suatu model unggulan yang
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
3
dikembangkan untuk meningkatkan
Keberhasilan pelaksanaan
kesejahteraan masyarakat pedesaan
pengembangan model desa kakao akan
dengan produk unggulan berbasis kakao.
tercapai apabila tercipta partisipasi aktif
Pengelolaan tanaman kakao dilakukan dari
anggota kelompok tani sasaran, partisipasi
hulu hingga ke hilir. Penataan dilakukan
aktif di sini dimaknai dengan keikutsertaan
pada pola sistem budidaya serta pengelolaan
petani secara sadar dan tanpa paksaan
terhadap penambahan daya saing dan nilai
untuk turut andil dan berperan serta dalam
tambah produk kakao. Prinsip kegiatan ini
pelaksanaan pengembangan model desa
adalah menjadikan suatu kawasan kakao
kakao mulai dari kegiatan on farm, off farm,
sebagai kawasan model percontohan
serta penguatan sumber daya manusia dan
(Anonim, 2013).
kelembagaan.
Pengembangan model desa kakao ini
Menurut Mardikanto (2013),
mengubah cara budidaya kakao yang selama
partisipasi berasal dari kata participation
ini petani terapkan untuk memperbaiki
yang berarti tindakan, peran serta
produktivitas dan mutu kakao yang
dalam aktivitas suatu kelompok, atau
dihasilkan yang pada akhirnya diharapkan
keikutsertaan, dalam hal ini mengacu pada
mampu meningkatkan pendapatan petani
keikutsertaan seseorang dalam sebuah
kakao. Kegiatan yang dilakukan dalam
kegiatan tertentu.
pengembangan model desa kakao ini adalah
Menurut Theodorson (1969) cit
optimalisasai budidaya kakao (on farm),
Mardikanto (2013), dalam kamus sosiologi
pengolahan dan pasca panen kakao (off farm),
disebutkan bahwa partisipasi merupakan
serta penguatan kelembagaan dan sumber
keikutsertaan seseorang di dalam kelompok
daya manusia. Kegiatan on farm antara
sosial untuk mengambil bagian dari
lain: pengaturan jarak tanam, pengurangan
kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan
pohon penaung, pemangkasan berat, sanitasi,
atau profesinya sendiri.
pemupukan, dan pengendalian organisme
Keith Davis cit Henryk (2013)
pengganggu tanaman. Kegiatan off farm antara
mengatakan bahwa partisipasi adalah “as a
lain: fermentasi, pengolahan hasil samping,
mental and emotional involvement of person
pembuatan pupuk organik, penjualan kakao
in a group situation which encourages him
yang tersentra di kelompok tani. Penguatan
to contribute to group goals and share
kelembagaan dan sumber daya manusia
responsibility in them”. Menurut Erickson
antara lain: pelatihan pengelolaan kakao
(1974) cit Muslim (2007) partisipasi
fermentasi, pelatihan dinamika kelompok,
merupakan manifestasi tanggung jawab
pelatihan kelembagaan, dan sekolah lapang
sosial dari individu terhadap komunitasnya
pengendalian hama terpadu.
sendiri maupun dengan komunitas luar.
4
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
Menurut Peranginangin (2014),
partisipasi yang aktif dalam pengembangan
selama ini, pemerintah kerap mengklaim
model desa kakao diperlukan peran petugas
kebijakannya sudah partisipatif karena
lapang. Petugas lapang merupakan seorang
telah melalui suatu tahap yaitu publik
agen perubahan (change agent) yang bertugas
dikumpulkan dalam suatu forum, padahal
untuk mempengaruhi proses pengambilan
forum itu adalah forum sosialisasi dan
keputusan petani untuk mengadopsi inovasi.
bukannya forum permusyawaratan. Agar
Menurut Mardikanto (2009) cit Narso
konsultasi publik dapat memberikan
(2012), dalam perkembangannya peran
hasil yang optimal, maka harus disikapi
penyuluh tidak hanya terbatas pada fungsi
dengan membuka wadah partisipasi.
menyampaikan inovasi dan mempengaruhi
Selanjutnya Devianti (2013) mengatakan
proses pengambilan keputusan yang dilakukan
agar tujuan pembangunan dapat terwujud
oleh penerima manfaat penyuluhannya, tetapi
maka peran serta dan kerja sama dari
ia harus bisa menjadi jembatan penghubung
seluruh masyarakat yang ada sangat
antara pemerintah atau lembaga penyuluhan
diperlukan sekali, karena salah satu faktor
yang diwakilinya dengan masyarakatnya,
yang menentukan dalam terlaksananya
baik dalam hal menyampaikan inovasi atau
suatu pembangunan adalah faktor manusia
kebijakan-kebijakan yang harus diterima
itu sendiri.
dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran,
Simanjuntak (1986) cit Ibrahim
maupun untuk menyampaikan umpan
(2013) menyebutkan berdasarkan jenis
balik atau tanggapan masyarakat kepada
sumbangannya ada beberapa bentuk
pemerintah/lembaga penyuluhan yang
partisipasi, yaitu :
bersangkutan.
a. Partisipasi buah pikiran (ide), yang
diberikan pada waktu rapat
b. Partisipasi tenaga, yang diberikan pada
perbaikan/pembangunan
c. Partisipasi harta benda, yang diberikan
pada kegiatan pertolongan
Penyuluhan sebagai proses demokrasi
harus mampu mengembangkan suasana
bebas untuk mengembangkan kemampuan
masyarakat dengan mengajak sasaran
penyuluhan untuk berpikir, berdiskusi,
menyelesaikan masalahnya, merencanakan
dan bertindak bersama-sama sehingga
Menggerakkan partisipasi masyarakat
mampu menyelesaikan masalah dari
bukan hanya esensial untuk mendukung
mereka, oleh mereka, dan untuk mereka
kegiatan pembangunan oleh pemerintah,
(Jafri, 2015).
tetapi juga agar masyarakat berperan lebih
Peran penyuluhan pertanian adalah
besar dalam kegiatan yang dilakukannya
perubahan perilaku petani melalui
sendiri (Judiono, 2009). Agar petani memiliki
pendidikan, proses perkembangan dirinya
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
5
sebagai individu, hingga memungkinkan
para petani agar mau mengubah cara
dirinya berpartisipasi dalam kehidupan
berikir dan cara kerjanya agar timbul
sosial untuk meningkatkan kesejahteraan
keterbukaan dan mau menerapkan cara-
masyarakat pada umumnya (Risna, 2012).
cara bertani baru yang lebih berdaya
Undang-Undang No.16 Tahun 2006
guna dan berhasil guna (Ibrahim, et
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan penyuluh
al., 2003).
3.
Fasilitator, yaitu seorang penyuluh
pertanian merupakan petugas lapangan
diharapkan mampu menjembatani
yang berpengalaman di bidang penyuluhan
petani dalam menganalisis kekuatan,
pertanian dengan tugas utama melakukan
kelemahan, peluang dan kesempatan
fasilitasi dan membantu hambatan
yang ada pada diri petani sendiri maupun
teknis yang dialami oleh petani serta
yang terdapat pada usahataninya
fungsi-fungsi penyuluh lainnya dalam
(Ibrahim, et al., 2003).
upaya peningkatan pendapatan petani
4. Selain itu, penyuluh juga membantu
dan perbaikan kesejahteraan keluarga/
memfasilitasi petani untuk memperoleh
masyarakat. Selanjutnya, Mangkuprawira
keperluan-keperluan yang mereka
(2010) menjelaskan bahwa penyuluh
butuhkan seperti sarana produksi, dan
pertanian sangat dibutuhkan dalam
informasi.
pengembangan masyarakat karena
5. Organisator, menurut Mardikanto
mempunyai fungsi sebagai analis masalah,
(2009) cit Narso (2012) organisator
pembimbing kelompok, pelatih, inovator,
yaitu mampu menjalin hubungan baik
dan penghubung.
dengan segenap lapisan masyarakat
Dalam penelitian ini diambil lima
(terutama tokoh-tokohnya),
peran petugas lapang yaitu peran sebagai
mampu menumbuhkan kesadaran
komunikator, motivator, fasilitator,
dan menggerakkan partisipasi
organisator dan konsultan.
masyarakat, mampu berinisiatif bagi
1. Komunikator, yaitu peranan penyuluh
terciptanya perubahan-perubahan
pertanian dalam membantu petani
serta dapat memobilisasi sumberdaya,
membentuk pendapat yang sehat dan
mengarahkan dan membina kegiatan-
membuat keputusan yang baik dengan
kegiatan maupun mengembangkan
cara berkomunikasi dan memberikan
kelembagaan-kelembagaan yang
informasi yang mereka perlukan
efektif untuk melaksanakan perubahan-
(Ibrahim, et al., 2003).
perubahan yang direncanakan
2. Motivator, yaitu seorang penyuluh
6. Konsultan, yaitu seorang penyuluh
dapat membimbing dan memotivasi
memberikan solusi permasalahan
6
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
kepada petani dengan cara tidak
(Plosokerep, Bunder, Patuk), Kelompok Tani
memaksakan kehendak, akan tetapi
Ngudi Subur (Plumbungan, Putat, Patuk)
menawarkannya sebagai suatu
dan Kelompok Tani Sido Dadi (Gumawang,
alternatif pilihan (Ibrahim, et al., 2003).
Putat, Patuk). Jumlah sampel yang digunakan
120 responden yang diambil secara simple
Permasalahan dalam pengembangan
model desa kakao ini adalah kegiatan
random sampling. Data dianalisis dengan
analisis regresi sederhana.
pengembangan model desa kakao baru
dilaksanakan pertama kali di DIY dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
melakukan perombakan besar terhadap
Petugas lapang dapat berperan
sistem budidaya tanaman kakao yang selama
sebagai motivator, komunikator, fasilitator,
ini diterapkan oleh petani sehingga partisipasi
organisator, dan konsultan. Peran petugas
petani dalam kegiatan tersebut tidak optimal.
lapang dalam kegiatan pengembangan model
Target peningkatan produksi kakao tahun
desa kakao dapat dilihat pada Tabel 1.
2015 adalah 0,8 kg kering/pohon, namun
Secara keseluruhan rata-rata peran
pada kenyataannya peningkatan produksi
petugas lapang adalah 67,10%, yang
hanya mencapai 0,6 kg kering/pohon. Oleh
berarti petugas lapang sering menjalankan
karena itu peran petugas lapang diperlukan
perannya dalam pengembangan model
untuk mengoptimalkan partisipasi petani
desa kakao.
dalam pengembangan model desa kakao.
Peran petugas lapang sebagai
Berdasarkan hal tersebut maka dapat
motivator merupakan peran untuk
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
membimbing dan memotivasi para petani
Bagaimana pengaruh petugas lapang terhadap
untuk menumbuhkan dan mempertahankan
partisipasi petani dalam pengembangan model
semangat petani agar selalu berusaha
desa kakao di Kabupaten Gunungkidul?
menerapkan inovasi/teknologi
pengembangan model desa kakao demi
METODE PENELITIAN
meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Metode dasar penelitian ini adalah
Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata
deskriptif analitis dengan pendekatan
tingkat peran sebagai motivator adalah
kuantitatif. Lokasi penelitian ditentukan
sebesar 72,26% yang berarti petugas
secara purposive di 4 (empat) kelompok
lapang sering menjalankan perannya
tani yang ada di Kecamatan Patuk,
sebagai motivator. Petugas lapang sering
Kabupaten Gunungkidul yaitu Kelompok
berperan dalam memberikan dorongan
Tani Sari Mulyo (Gambiran, Bunder,
untuk menjual kakao di kelompok memiliki
Patuk), Kelompok Tani Ngudi Raharjo II
persentase tertinggi yaitu 76,67%.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
7
Tabel 1. Peran Petugas Lapang dalam Kegiatan Pengembangan Model Desa Kakao
di KabupatenGunungkidul
No
Indikator
Motivator
1. Memberikan dorongan untuk mengatur jarak tanam
2. Memberikan dorongan untuk melakukan pemangkasan
3. Memberikan dorongan untuk melakukan pemupukan dua kali
setahun
4. Memberikan dorongan untuk melakukan fermentasi selama 5
hari
5. Memberikan dorongan untuk menjual kakao di kelompok
6. Memberikan dorongan untuk mengikuti pelatihan pengembangan
model desa kakao
7. Memberikan dorongan untuk bekerjasama dalam kelompok tani
dalam hal budidaya dan pasca panen kakao
8. Memberikan dorongan untuk melaksanakan hari kakao secara
rutin
Rerata
Jumlah
Komunikator
1. Memberikan informasi mengenai anjuran teknologi dalam
pengembangan model desa kakao
2. Memberikan informasi paket bantuan dalam pengembangan
model desa kakao
3. Memberikan informasi untuk menjual kakao di kelompok
4. Memberikan informasi pelaksanaan pelatihan pengembangan
model desa kakao
5. Memberikan informasi pelaksanaan hari kakao
6. Menyampaikan penyuluhan yang berkaitan dengan pengembangan
model desa kakao sesuai dengan kebutuhan petani
7. Menyampaikan penyuluhan yang berkaitan dengan
pengembangan model desa kakao secara sistematis
Rerata
Jumlah
Fasilitator
1. Mendampingi petani dalam menerapkan teknis budidaya kakao
sesuai anjuran dalam pengembangan model desa kakao
2. Mendampingi dalam pemasaran kakao
3. Mendampingi petani dalam fermentasi kakao
4. Membantu petani dalam memperoleh alat pangkas
5. Membantu petani dalam memperoleh unit pengolah hasil dan
kotak fermentasi
6. Membantu petani dalam memperoleh bibit dan pupuk
Re.rata
Jumlah
Organisator
Interval Skor
Tingkat
Skor
Rerata Peran (%)
0-5
0-5
0-5
3,47
3,73
3,73
69,33
74,50
74,50
0-3
2,15
71,67
0-3
0-3
2,30
2,04
76,67
68,06
0-5
3,58
71,50
0-3
2,14
71,39
0-32
23,13
0-4
2,40
60,00
0-5
3,23
64,67
0-5
0-4
4,18
2,18
83,50
54,58
0-4
0-5
2,16
3,95
53,96
79,00
0-5
3,93
78,50
72,26
68,82
0-32
22,03
0-4
2,11
52,71
0-3
0-3
0-4
0-4
1,09
1,08
2,33
2,22
36,39
35,83
58,33
55,42
0-4
2,42
60,42
51,10
0-22
11,24
8
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
Lanjutan Tabel 1.
Interval Skor
Tingkat
Skor
Rerata Peran (%)
1. Menggerakkan petani untuk menerapkan teknis budidaya kakao
0-5
3,98
79,50
2. Mengarahkan petani untuk melakukan fermentasi selama 5 hari
0-4
2,08
52,08
3. Menyadarkan petani untuk menjual kakao di kelompok
0-5
4,00
80,00
4. Membina kelompok tani
0-4
2,32
57,92
5. Menggerakkan petani untuk melaksanakan hari kakao secara
0-4
2,98
74,38
rutin
69,77
Rerata
0-22
15,35
Jumlah
Konsultan
1. Memberikan solusi dalam pengendalian organisme pengganggu
0-5
4,00
80,00
tanaman
2. Memberikan solusi mengenai fermentasi kakao
0-5
4,03
80,50
3. Memberikan solusi pemasaran kakao
0-4
2,03
50,84
4. Memberikan solusi mengenai kendala dalam pelaksanaan hari
0-4
2,74
68,54
kakao
Rerata
71,11
Jumlah
0-18
12,80
Rerata Total
67,10
Jumlah Total
0-126 84,54
No
Indikator
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Peran petugas lapang sebagai
menjual biji kakao basah ke kelompok tani,
komunikator merupakan peran untuk
maka fermentasi dilakukan oleh kelompok
menyampaikan informasi yang berkaitan
tani sehingga hasil fermentasi dapat sesuai
dengan kegiatan pengembangan model desa
standar teknis dan harga biji kakao kering
kakao kepada anggota kelompok tani agar
menjadi lebih mahal.
diterima dengan baik dan dilaksanakan.
Peran petugas lapang sebagai fasilitator
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat
merupakan peran untuk memfasilitasi
peran sebagai komunikator adalah sebesar
petani memperoleh keperluan-keperluan
68,82%, yang berarti petugas lapang sering
yang mereka butuhkan seperti sarana
menjalankan perannya sebagai komunikator.
produksi dan informasi yang berkaitan
Peran petugas lapang memberikan informasi
dengan pengembangan model desa kakao.
untuk menjual kakao di kelompok memiliki
Menurut Karsidi (2001), penyuluh menyadari
persentase tertinggi yaitu 83,50%. Petugas
perannya sebagai fasilitator dan bukannya
lapang sangat sering memberikan informasi
sebagai pelaku atau guru. Untuk itu, perlu
untuk menjual kakao di kelompok tani,
sikap rendah hati serta ketersediaan untuk
hal ini dilakukan agar kualitas kakao yang
belajar dari masyarakat dan menempatkan
dihasilkan petani meningkat karena dengan
warga masyarakat sebagai narasumber utama
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
9
dalam memahami keadaan masyarakat itu.
petani secara mandiri melakukan fermentasi
Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata tingkat
di kelompok tani.
peran sebagai fasilitator adalah sebesar
Peran petugas lapang sebagai
51,10% yang termasuk dalam kategori
organisator merupakan peran untuk mampu
kadang-kadang. Persentase yang paling
menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan
tinggi sebesar 60,42% adalah petugas lapang
partisipasi petani, mengarahkan dan membina
sering berperan dalam membantu petani
kegiatan-kegiatan di dalam kelompok tani
memperoleh bibit dan pupuk, sedangkan
maupun mengembangkan kelembagaan-
peran petugas lapang yang terendah adalah
kelembagaan yang efektif untuk tujuan
jarang mendampingi petani melakukan
kelompok. Tabel 1. menunjukkan bahwa
fermentasi kakao dengan persentase sebesar
rata-rata tingkat peran sebagai organisator
35,83%. Dalam melakukan perannya sebagai
adalah sebesar 69,77%, yang berarti petugas
fasilitator, petugas lebih sering membantu
lapang sering menjalankan perannya sebagai
petani untuk memperoleh sarana produksi
organisator. Petugas lapang sering berperan
seperti bibit dan pupuk dan memastikan
dalam menyadarkan petani untuk menjual
bahwa sarana produksi tersebut tepat sasaran,
kakao di kelompok dengan persentase
dalam artian benar-benar digunakan untuk
sebesar 80%. Petugas lapang selalu
memupuk kakao, sedangkan pendampingan
menyadarkan petani untuk menjual kakao
petani pada saat melakukan fermentasi jarang
di kelompok agar kualitas biji kakao kering
dilakukan oleh petugas lapang karena pada
fermentasi meningkat dan harga kakao
umumnya petugas lapang memberikan
kering fermentasi menjadi lebih tinggi.
informasi cara fermentasi yang sesuai
Peran petugas lapang sebagai
standar teknis pada saat pelatihan kemudian
konsultan merupakan peran untuk
mempraktekkan pada saat pelatihan
memberikan solusi permasalahan
tersebut. Setelah petani dirasa mampu untuk
kepada petani yang berhubungan dengan
melakukan fermentasi yang benar, maka
pengembangan model desa kakao dengan
Tabel 2. Sebaran Kategori Tingkat Peran Petugas Lapang dalam Pengembangan Model
Desa Kakao di Kabupaten Gunungkidul
No
Kategori Peran
1 Tidak pernah (0-24)
2 Jarang (25-50)
3 Kadang-kadang (51-76)
4 Sering (77-102)
5 Sangat sering (102-126)
Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Jumlah Petani (orang)
0
1
31
74
14
120
Persentase (%)
0
0,83
25,83
61,67
11,67
100
10
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
Tabel 3. Partisipasi Petani dalam Pengembangan Model Desa Kakao di Kabupaten
Gunungkidul
No
Bentuk Partisipasi
1.
Ide
2.
Tenaga
3.
Dana
Rerata
Jumlah
Interval Skor
0-41
0-40
0-9
Skor Rerata
23,13
26,08
5,03
0-90
54,23
Tingkat partisipasi (%)
56,17
64,30
55,93
60,25
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
cara tidak memaksakan kehendak, akan
lapang sudah menjalankan perannya
tetapi menawarkannya sebagai suatu
s e b a g a i m o t i v a t o r, k o m u n i k a t o r,
alternatif pilihan. Tabel 1. menunjukkan
fasilitator, organisator, dan konsultan
bahwa rata-rata tingkat peran sebagai
dengan baik. Dengan adanya peran
konsultan adalah sebesar 71,11% yang
petugas lapang yang baik ini, diharapkan
berarti petugas lapang sering menjalankan
akan meningkatkan partisipasi petani
perannya sebagai konsultan. Persentase
dalam pengembangan model desa kakao
yang paling tinggi sebesar 80,50%
yang pada akhirnya akan mencapai
adalah petugas lapang sangat sering
keberhasilan pada pengembangan model
berperan dalam memberikan solusi dalam
desa kakao tersebut.
pengendalian organisme pengganggu
Partisipasi petani dalam
tanaman. Petugas lapang sangat sering
pengembangan model desa kakao
memberikan solusi permasalahan
diwujudkan dalam bentuk partisipasi ide,
mengenai pengendalian organisme
partisipasi tenaga, dan partisipasi dana.
pengganggu tanaman yang menyerang
Hasil pengukuran variabel partisipasi dapat
kakao terutama penyakit busuk buah dan
dilihat pada Tabel 3.
helopeltis.
Rerata partisipasi petani adalah
Peran petugas lapang dalam
sebesar 60,25% yang berarti bahwa
pengembangan model desa kakao
petani sering berpartisipasi dalam
dikategorisasikan menjadi lima tingkatan,
kegiatan pengembangan model desa
mulai dari tidak pernah, jarang, kadang-
kakao. Guna mengukur pengaruh peran
kadang, sering, dan sangat sering yang
petugas lapang terhadap partisipasi petani
dapat dilihat pada Tabel 2.
dalam pengembangan model desa kakao
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat
di Kabupaten Gunungkidul dianalisis
bahwa peran petugas lapang dinilai oleh
menggunakan regresi linier sederhana.
petani dalam kategori sering (61,67%).
Hasil analisis regresi sederhana dapat
Hal ini menunjukkan bahwa petugas
dilihat pada Tabel 4.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan
bahwa p
1
PENGARUH PERAN PETUGAS LAPANG TERHADAP PARTISIPASI
PETANI DALAM PENGEMBANGAN MODEL DESA KAKAO DI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Farmer Participation in The Development of Cocoa Village Model in
Gunungkidul
Kurnia Tanjungsari1, Sunarru Samsi Hariadi2, Endang Sulastri3
1
Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
3
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada
tanjungsari89@gmail.com
Diterima tanggal : 10 Agustus 2016 ; Disetujui tanggal : 20 September 2016
ABSTRACT
The development of cocoa village model are activities that make the region an area of cocoa
as a pilot model by optimizing cultivation (on farm), and post-harvest processing (off farm),
and the strengthening of human and institutional resources. This activity has a principle of
the active participation of farmers. In order for farmers to have an active participation in
the development of the model village of cocoa required ield oficers role as a communicator,
motivator, organizer, facilitator, and consultant. The research aimed to ind out the inluence
of the role of ield oficers on the Farmer Participation in The Development of Cocoa
Village Model in Gunungkidul. The basic method of research was descriptive analysis with
quantitative approach. The research took place purposively at 4 groups of farmers in Patuk
Subdistrict, Gunungkidul with the consideration that the programs was only done at the site.
120 samples was taken by simple random sampling method as respondents were used and
then the data analyzed with simple linear regression. The results showed that the role of
ield oficers affected the farmers’ participation in the program, which means increasingly
frequent ield oficers carry out its role, the participation of farmers will be increased so that
the role of ield oficers need to be optimized especially role as a motivator.
Keywords: development of cocoa village model, Gunungkidul, participation, the role of
ield oficers
INTISARI
Pengembangan model desa kakao adalah kegiatan yang menjadikan suatu kawasan
kakao sebagai kawasan model percontohan dengan melakukan optimalisasi budidaya (on
farm), pengolahan dan pasca panen (off farm), serta penguatan sumber daya manusia dan
kelembagaan. Kegiatan ini memiliki prinsip partisipasi aktif dari petani. Agar petani memiliki
partisipasi yang aktif dalam pengembangan model desa kakao, diperlukan peran petugas
lapang sebagai komunikator, motivator, organisator, fasilitator, dan konsultan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peran petugas lapang terhadap partisipasi petani
dalam pengembangan model desa kakao di Kabupaten Gunungkidul. Metode dasar penelitian
adalah deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian ditentukan secara
purposive di 4 kelompok tani yang ada di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul
2
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
dengan pertimbangan bahwa pengembangan model desa kakao ini hanya dilakukan di lokasi
tersebut. Jumlah sampel yang digunakan 120 responden yang diambil secara simple random
sampling. Data dianalisis dengan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peran petugas lapang berpengaruh terhadap partisipasi petani dalam pengembangan
model desa kakao di Kabupaten Gunungkidul, yang berarti semakin sering petugas lapang
menjalankan perannya, maka partisipasi petani akan meningkat sehingga peran petugas
lapang perlu dioptimalkan terutama peran sebagai motivator.
Kata kunci : Gunungkidul, partisipasi, pengembangan model desa kakao, peran petugas
lapang
PENDAHULUAN
terutama Penggerek Buah Kakao (PBK),
Kakao (Theobroma cacao L)
Helopeltis, busuk buah dan Vascular Streak
telah menjadi salah satu komoditas
Dieback (VSD), mutu biji kakao yang rendah
unggulan sektor perkebunan di Kabupaten
dan beragam, produktivitas kakao menurun,
Gunungkidul. Kondisi topografi, jenis
minimnya perawatan tanaman yang berupa
tanah dan agroklimat di Kabupaten
pemangkasan yang menyebabkan banyak
Gunungkidul sangat mendukung untuk
tumbuh cabang autotrop sehingga berakibat
pengembangan tanaman kakao. Kakao
pohon semakin tinggi dan tidak berbuah,
dapat memberi kontribusi yang cukup
pemahaman petani mengenai budidaya
berarti bagi perekonomian petani terutama
kakao yang masih rendah sehingga belum
disaat tanaman lain tidak menghasilkan,
mampu mengoptimalkan perawatan
kakao dapat membantu karena produksinya
tanaman dengan baik, unit pengolah hasil
yang terus menerus sepanjang tahun.
(UPH) kakao yang belum berfungsi optimal,
Penanaman kakao di Kabupaten
umur panen yang tidak seragam, proses
Gunungkidul pada umumnya dilakukan
fermentasi yang tidak sesuai standar teknis,
di lahan pekarangan yang tidak terlalu
serta tidak adanya pengawasan mutu
jauh dengan rumah. Rata-rata pemilikan
kakao. Dengan adanya berbagai kendala
lahan petani seluas 0,27 Ha, yang terdiri
tersebut meyebabkan pendapatan petani
dari pekarangan, kebun dan tegalan.
menurun, untuk mengatasi hal tersebut
Menurut data statistik Dinas Kehutanan dan
diperlukan optimalisasi sumberdaya mulai
Perkebunan DIY tahun 2012, produktivitas
dari budidaya (on farm) sampai dengan
tanaman Kakao di Kabupaten Gunungkidul
pengolahannya (off farm) salah satunya
sebesar 0,58 ton/tahun.
dengan kegiatan pengembangan model desa
Kondisi kakao saat ini mengalami
kakao.
berbagai kendala antara lain: adanya
Pengembangan model desa kakao
serangan organisme pengganggu tanaman
merupakan suatu model unggulan yang
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
3
dikembangkan untuk meningkatkan
Keberhasilan pelaksanaan
kesejahteraan masyarakat pedesaan
pengembangan model desa kakao akan
dengan produk unggulan berbasis kakao.
tercapai apabila tercipta partisipasi aktif
Pengelolaan tanaman kakao dilakukan dari
anggota kelompok tani sasaran, partisipasi
hulu hingga ke hilir. Penataan dilakukan
aktif di sini dimaknai dengan keikutsertaan
pada pola sistem budidaya serta pengelolaan
petani secara sadar dan tanpa paksaan
terhadap penambahan daya saing dan nilai
untuk turut andil dan berperan serta dalam
tambah produk kakao. Prinsip kegiatan ini
pelaksanaan pengembangan model desa
adalah menjadikan suatu kawasan kakao
kakao mulai dari kegiatan on farm, off farm,
sebagai kawasan model percontohan
serta penguatan sumber daya manusia dan
(Anonim, 2013).
kelembagaan.
Pengembangan model desa kakao ini
Menurut Mardikanto (2013),
mengubah cara budidaya kakao yang selama
partisipasi berasal dari kata participation
ini petani terapkan untuk memperbaiki
yang berarti tindakan, peran serta
produktivitas dan mutu kakao yang
dalam aktivitas suatu kelompok, atau
dihasilkan yang pada akhirnya diharapkan
keikutsertaan, dalam hal ini mengacu pada
mampu meningkatkan pendapatan petani
keikutsertaan seseorang dalam sebuah
kakao. Kegiatan yang dilakukan dalam
kegiatan tertentu.
pengembangan model desa kakao ini adalah
Menurut Theodorson (1969) cit
optimalisasai budidaya kakao (on farm),
Mardikanto (2013), dalam kamus sosiologi
pengolahan dan pasca panen kakao (off farm),
disebutkan bahwa partisipasi merupakan
serta penguatan kelembagaan dan sumber
keikutsertaan seseorang di dalam kelompok
daya manusia. Kegiatan on farm antara
sosial untuk mengambil bagian dari
lain: pengaturan jarak tanam, pengurangan
kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan
pohon penaung, pemangkasan berat, sanitasi,
atau profesinya sendiri.
pemupukan, dan pengendalian organisme
Keith Davis cit Henryk (2013)
pengganggu tanaman. Kegiatan off farm antara
mengatakan bahwa partisipasi adalah “as a
lain: fermentasi, pengolahan hasil samping,
mental and emotional involvement of person
pembuatan pupuk organik, penjualan kakao
in a group situation which encourages him
yang tersentra di kelompok tani. Penguatan
to contribute to group goals and share
kelembagaan dan sumber daya manusia
responsibility in them”. Menurut Erickson
antara lain: pelatihan pengelolaan kakao
(1974) cit Muslim (2007) partisipasi
fermentasi, pelatihan dinamika kelompok,
merupakan manifestasi tanggung jawab
pelatihan kelembagaan, dan sekolah lapang
sosial dari individu terhadap komunitasnya
pengendalian hama terpadu.
sendiri maupun dengan komunitas luar.
4
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
Menurut Peranginangin (2014),
partisipasi yang aktif dalam pengembangan
selama ini, pemerintah kerap mengklaim
model desa kakao diperlukan peran petugas
kebijakannya sudah partisipatif karena
lapang. Petugas lapang merupakan seorang
telah melalui suatu tahap yaitu publik
agen perubahan (change agent) yang bertugas
dikumpulkan dalam suatu forum, padahal
untuk mempengaruhi proses pengambilan
forum itu adalah forum sosialisasi dan
keputusan petani untuk mengadopsi inovasi.
bukannya forum permusyawaratan. Agar
Menurut Mardikanto (2009) cit Narso
konsultasi publik dapat memberikan
(2012), dalam perkembangannya peran
hasil yang optimal, maka harus disikapi
penyuluh tidak hanya terbatas pada fungsi
dengan membuka wadah partisipasi.
menyampaikan inovasi dan mempengaruhi
Selanjutnya Devianti (2013) mengatakan
proses pengambilan keputusan yang dilakukan
agar tujuan pembangunan dapat terwujud
oleh penerima manfaat penyuluhannya, tetapi
maka peran serta dan kerja sama dari
ia harus bisa menjadi jembatan penghubung
seluruh masyarakat yang ada sangat
antara pemerintah atau lembaga penyuluhan
diperlukan sekali, karena salah satu faktor
yang diwakilinya dengan masyarakatnya,
yang menentukan dalam terlaksananya
baik dalam hal menyampaikan inovasi atau
suatu pembangunan adalah faktor manusia
kebijakan-kebijakan yang harus diterima
itu sendiri.
dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran,
Simanjuntak (1986) cit Ibrahim
maupun untuk menyampaikan umpan
(2013) menyebutkan berdasarkan jenis
balik atau tanggapan masyarakat kepada
sumbangannya ada beberapa bentuk
pemerintah/lembaga penyuluhan yang
partisipasi, yaitu :
bersangkutan.
a. Partisipasi buah pikiran (ide), yang
diberikan pada waktu rapat
b. Partisipasi tenaga, yang diberikan pada
perbaikan/pembangunan
c. Partisipasi harta benda, yang diberikan
pada kegiatan pertolongan
Penyuluhan sebagai proses demokrasi
harus mampu mengembangkan suasana
bebas untuk mengembangkan kemampuan
masyarakat dengan mengajak sasaran
penyuluhan untuk berpikir, berdiskusi,
menyelesaikan masalahnya, merencanakan
dan bertindak bersama-sama sehingga
Menggerakkan partisipasi masyarakat
mampu menyelesaikan masalah dari
bukan hanya esensial untuk mendukung
mereka, oleh mereka, dan untuk mereka
kegiatan pembangunan oleh pemerintah,
(Jafri, 2015).
tetapi juga agar masyarakat berperan lebih
Peran penyuluhan pertanian adalah
besar dalam kegiatan yang dilakukannya
perubahan perilaku petani melalui
sendiri (Judiono, 2009). Agar petani memiliki
pendidikan, proses perkembangan dirinya
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
5
sebagai individu, hingga memungkinkan
para petani agar mau mengubah cara
dirinya berpartisipasi dalam kehidupan
berikir dan cara kerjanya agar timbul
sosial untuk meningkatkan kesejahteraan
keterbukaan dan mau menerapkan cara-
masyarakat pada umumnya (Risna, 2012).
cara bertani baru yang lebih berdaya
Undang-Undang No.16 Tahun 2006
guna dan berhasil guna (Ibrahim, et
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan penyuluh
al., 2003).
3.
Fasilitator, yaitu seorang penyuluh
pertanian merupakan petugas lapangan
diharapkan mampu menjembatani
yang berpengalaman di bidang penyuluhan
petani dalam menganalisis kekuatan,
pertanian dengan tugas utama melakukan
kelemahan, peluang dan kesempatan
fasilitasi dan membantu hambatan
yang ada pada diri petani sendiri maupun
teknis yang dialami oleh petani serta
yang terdapat pada usahataninya
fungsi-fungsi penyuluh lainnya dalam
(Ibrahim, et al., 2003).
upaya peningkatan pendapatan petani
4. Selain itu, penyuluh juga membantu
dan perbaikan kesejahteraan keluarga/
memfasilitasi petani untuk memperoleh
masyarakat. Selanjutnya, Mangkuprawira
keperluan-keperluan yang mereka
(2010) menjelaskan bahwa penyuluh
butuhkan seperti sarana produksi, dan
pertanian sangat dibutuhkan dalam
informasi.
pengembangan masyarakat karena
5. Organisator, menurut Mardikanto
mempunyai fungsi sebagai analis masalah,
(2009) cit Narso (2012) organisator
pembimbing kelompok, pelatih, inovator,
yaitu mampu menjalin hubungan baik
dan penghubung.
dengan segenap lapisan masyarakat
Dalam penelitian ini diambil lima
(terutama tokoh-tokohnya),
peran petugas lapang yaitu peran sebagai
mampu menumbuhkan kesadaran
komunikator, motivator, fasilitator,
dan menggerakkan partisipasi
organisator dan konsultan.
masyarakat, mampu berinisiatif bagi
1. Komunikator, yaitu peranan penyuluh
terciptanya perubahan-perubahan
pertanian dalam membantu petani
serta dapat memobilisasi sumberdaya,
membentuk pendapat yang sehat dan
mengarahkan dan membina kegiatan-
membuat keputusan yang baik dengan
kegiatan maupun mengembangkan
cara berkomunikasi dan memberikan
kelembagaan-kelembagaan yang
informasi yang mereka perlukan
efektif untuk melaksanakan perubahan-
(Ibrahim, et al., 2003).
perubahan yang direncanakan
2. Motivator, yaitu seorang penyuluh
6. Konsultan, yaitu seorang penyuluh
dapat membimbing dan memotivasi
memberikan solusi permasalahan
6
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
kepada petani dengan cara tidak
(Plosokerep, Bunder, Patuk), Kelompok Tani
memaksakan kehendak, akan tetapi
Ngudi Subur (Plumbungan, Putat, Patuk)
menawarkannya sebagai suatu
dan Kelompok Tani Sido Dadi (Gumawang,
alternatif pilihan (Ibrahim, et al., 2003).
Putat, Patuk). Jumlah sampel yang digunakan
120 responden yang diambil secara simple
Permasalahan dalam pengembangan
model desa kakao ini adalah kegiatan
random sampling. Data dianalisis dengan
analisis regresi sederhana.
pengembangan model desa kakao baru
dilaksanakan pertama kali di DIY dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
melakukan perombakan besar terhadap
Petugas lapang dapat berperan
sistem budidaya tanaman kakao yang selama
sebagai motivator, komunikator, fasilitator,
ini diterapkan oleh petani sehingga partisipasi
organisator, dan konsultan. Peran petugas
petani dalam kegiatan tersebut tidak optimal.
lapang dalam kegiatan pengembangan model
Target peningkatan produksi kakao tahun
desa kakao dapat dilihat pada Tabel 1.
2015 adalah 0,8 kg kering/pohon, namun
Secara keseluruhan rata-rata peran
pada kenyataannya peningkatan produksi
petugas lapang adalah 67,10%, yang
hanya mencapai 0,6 kg kering/pohon. Oleh
berarti petugas lapang sering menjalankan
karena itu peran petugas lapang diperlukan
perannya dalam pengembangan model
untuk mengoptimalkan partisipasi petani
desa kakao.
dalam pengembangan model desa kakao.
Peran petugas lapang sebagai
Berdasarkan hal tersebut maka dapat
motivator merupakan peran untuk
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
membimbing dan memotivasi para petani
Bagaimana pengaruh petugas lapang terhadap
untuk menumbuhkan dan mempertahankan
partisipasi petani dalam pengembangan model
semangat petani agar selalu berusaha
desa kakao di Kabupaten Gunungkidul?
menerapkan inovasi/teknologi
pengembangan model desa kakao demi
METODE PENELITIAN
meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Metode dasar penelitian ini adalah
Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata
deskriptif analitis dengan pendekatan
tingkat peran sebagai motivator adalah
kuantitatif. Lokasi penelitian ditentukan
sebesar 72,26% yang berarti petugas
secara purposive di 4 (empat) kelompok
lapang sering menjalankan perannya
tani yang ada di Kecamatan Patuk,
sebagai motivator. Petugas lapang sering
Kabupaten Gunungkidul yaitu Kelompok
berperan dalam memberikan dorongan
Tani Sari Mulyo (Gambiran, Bunder,
untuk menjual kakao di kelompok memiliki
Patuk), Kelompok Tani Ngudi Raharjo II
persentase tertinggi yaitu 76,67%.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
7
Tabel 1. Peran Petugas Lapang dalam Kegiatan Pengembangan Model Desa Kakao
di KabupatenGunungkidul
No
Indikator
Motivator
1. Memberikan dorongan untuk mengatur jarak tanam
2. Memberikan dorongan untuk melakukan pemangkasan
3. Memberikan dorongan untuk melakukan pemupukan dua kali
setahun
4. Memberikan dorongan untuk melakukan fermentasi selama 5
hari
5. Memberikan dorongan untuk menjual kakao di kelompok
6. Memberikan dorongan untuk mengikuti pelatihan pengembangan
model desa kakao
7. Memberikan dorongan untuk bekerjasama dalam kelompok tani
dalam hal budidaya dan pasca panen kakao
8. Memberikan dorongan untuk melaksanakan hari kakao secara
rutin
Rerata
Jumlah
Komunikator
1. Memberikan informasi mengenai anjuran teknologi dalam
pengembangan model desa kakao
2. Memberikan informasi paket bantuan dalam pengembangan
model desa kakao
3. Memberikan informasi untuk menjual kakao di kelompok
4. Memberikan informasi pelaksanaan pelatihan pengembangan
model desa kakao
5. Memberikan informasi pelaksanaan hari kakao
6. Menyampaikan penyuluhan yang berkaitan dengan pengembangan
model desa kakao sesuai dengan kebutuhan petani
7. Menyampaikan penyuluhan yang berkaitan dengan
pengembangan model desa kakao secara sistematis
Rerata
Jumlah
Fasilitator
1. Mendampingi petani dalam menerapkan teknis budidaya kakao
sesuai anjuran dalam pengembangan model desa kakao
2. Mendampingi dalam pemasaran kakao
3. Mendampingi petani dalam fermentasi kakao
4. Membantu petani dalam memperoleh alat pangkas
5. Membantu petani dalam memperoleh unit pengolah hasil dan
kotak fermentasi
6. Membantu petani dalam memperoleh bibit dan pupuk
Re.rata
Jumlah
Organisator
Interval Skor
Tingkat
Skor
Rerata Peran (%)
0-5
0-5
0-5
3,47
3,73
3,73
69,33
74,50
74,50
0-3
2,15
71,67
0-3
0-3
2,30
2,04
76,67
68,06
0-5
3,58
71,50
0-3
2,14
71,39
0-32
23,13
0-4
2,40
60,00
0-5
3,23
64,67
0-5
0-4
4,18
2,18
83,50
54,58
0-4
0-5
2,16
3,95
53,96
79,00
0-5
3,93
78,50
72,26
68,82
0-32
22,03
0-4
2,11
52,71
0-3
0-3
0-4
0-4
1,09
1,08
2,33
2,22
36,39
35,83
58,33
55,42
0-4
2,42
60,42
51,10
0-22
11,24
8
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
Lanjutan Tabel 1.
Interval Skor
Tingkat
Skor
Rerata Peran (%)
1. Menggerakkan petani untuk menerapkan teknis budidaya kakao
0-5
3,98
79,50
2. Mengarahkan petani untuk melakukan fermentasi selama 5 hari
0-4
2,08
52,08
3. Menyadarkan petani untuk menjual kakao di kelompok
0-5
4,00
80,00
4. Membina kelompok tani
0-4
2,32
57,92
5. Menggerakkan petani untuk melaksanakan hari kakao secara
0-4
2,98
74,38
rutin
69,77
Rerata
0-22
15,35
Jumlah
Konsultan
1. Memberikan solusi dalam pengendalian organisme pengganggu
0-5
4,00
80,00
tanaman
2. Memberikan solusi mengenai fermentasi kakao
0-5
4,03
80,50
3. Memberikan solusi pemasaran kakao
0-4
2,03
50,84
4. Memberikan solusi mengenai kendala dalam pelaksanaan hari
0-4
2,74
68,54
kakao
Rerata
71,11
Jumlah
0-18
12,80
Rerata Total
67,10
Jumlah Total
0-126 84,54
No
Indikator
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Peran petugas lapang sebagai
menjual biji kakao basah ke kelompok tani,
komunikator merupakan peran untuk
maka fermentasi dilakukan oleh kelompok
menyampaikan informasi yang berkaitan
tani sehingga hasil fermentasi dapat sesuai
dengan kegiatan pengembangan model desa
standar teknis dan harga biji kakao kering
kakao kepada anggota kelompok tani agar
menjadi lebih mahal.
diterima dengan baik dan dilaksanakan.
Peran petugas lapang sebagai fasilitator
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat
merupakan peran untuk memfasilitasi
peran sebagai komunikator adalah sebesar
petani memperoleh keperluan-keperluan
68,82%, yang berarti petugas lapang sering
yang mereka butuhkan seperti sarana
menjalankan perannya sebagai komunikator.
produksi dan informasi yang berkaitan
Peran petugas lapang memberikan informasi
dengan pengembangan model desa kakao.
untuk menjual kakao di kelompok memiliki
Menurut Karsidi (2001), penyuluh menyadari
persentase tertinggi yaitu 83,50%. Petugas
perannya sebagai fasilitator dan bukannya
lapang sangat sering memberikan informasi
sebagai pelaku atau guru. Untuk itu, perlu
untuk menjual kakao di kelompok tani,
sikap rendah hati serta ketersediaan untuk
hal ini dilakukan agar kualitas kakao yang
belajar dari masyarakat dan menempatkan
dihasilkan petani meningkat karena dengan
warga masyarakat sebagai narasumber utama
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
9
dalam memahami keadaan masyarakat itu.
petani secara mandiri melakukan fermentasi
Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata tingkat
di kelompok tani.
peran sebagai fasilitator adalah sebesar
Peran petugas lapang sebagai
51,10% yang termasuk dalam kategori
organisator merupakan peran untuk mampu
kadang-kadang. Persentase yang paling
menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan
tinggi sebesar 60,42% adalah petugas lapang
partisipasi petani, mengarahkan dan membina
sering berperan dalam membantu petani
kegiatan-kegiatan di dalam kelompok tani
memperoleh bibit dan pupuk, sedangkan
maupun mengembangkan kelembagaan-
peran petugas lapang yang terendah adalah
kelembagaan yang efektif untuk tujuan
jarang mendampingi petani melakukan
kelompok. Tabel 1. menunjukkan bahwa
fermentasi kakao dengan persentase sebesar
rata-rata tingkat peran sebagai organisator
35,83%. Dalam melakukan perannya sebagai
adalah sebesar 69,77%, yang berarti petugas
fasilitator, petugas lebih sering membantu
lapang sering menjalankan perannya sebagai
petani untuk memperoleh sarana produksi
organisator. Petugas lapang sering berperan
seperti bibit dan pupuk dan memastikan
dalam menyadarkan petani untuk menjual
bahwa sarana produksi tersebut tepat sasaran,
kakao di kelompok dengan persentase
dalam artian benar-benar digunakan untuk
sebesar 80%. Petugas lapang selalu
memupuk kakao, sedangkan pendampingan
menyadarkan petani untuk menjual kakao
petani pada saat melakukan fermentasi jarang
di kelompok agar kualitas biji kakao kering
dilakukan oleh petugas lapang karena pada
fermentasi meningkat dan harga kakao
umumnya petugas lapang memberikan
kering fermentasi menjadi lebih tinggi.
informasi cara fermentasi yang sesuai
Peran petugas lapang sebagai
standar teknis pada saat pelatihan kemudian
konsultan merupakan peran untuk
mempraktekkan pada saat pelatihan
memberikan solusi permasalahan
tersebut. Setelah petani dirasa mampu untuk
kepada petani yang berhubungan dengan
melakukan fermentasi yang benar, maka
pengembangan model desa kakao dengan
Tabel 2. Sebaran Kategori Tingkat Peran Petugas Lapang dalam Pengembangan Model
Desa Kakao di Kabupaten Gunungkidul
No
Kategori Peran
1 Tidak pernah (0-24)
2 Jarang (25-50)
3 Kadang-kadang (51-76)
4 Sering (77-102)
5 Sangat sering (102-126)
Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Jumlah Petani (orang)
0
1
31
74
14
120
Persentase (%)
0
0,83
25,83
61,67
11,67
100
10
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
Tabel 3. Partisipasi Petani dalam Pengembangan Model Desa Kakao di Kabupaten
Gunungkidul
No
Bentuk Partisipasi
1.
Ide
2.
Tenaga
3.
Dana
Rerata
Jumlah
Interval Skor
0-41
0-40
0-9
Skor Rerata
23,13
26,08
5,03
0-90
54,23
Tingkat partisipasi (%)
56,17
64,30
55,93
60,25
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
cara tidak memaksakan kehendak, akan
lapang sudah menjalankan perannya
tetapi menawarkannya sebagai suatu
s e b a g a i m o t i v a t o r, k o m u n i k a t o r,
alternatif pilihan. Tabel 1. menunjukkan
fasilitator, organisator, dan konsultan
bahwa rata-rata tingkat peran sebagai
dengan baik. Dengan adanya peran
konsultan adalah sebesar 71,11% yang
petugas lapang yang baik ini, diharapkan
berarti petugas lapang sering menjalankan
akan meningkatkan partisipasi petani
perannya sebagai konsultan. Persentase
dalam pengembangan model desa kakao
yang paling tinggi sebesar 80,50%
yang pada akhirnya akan mencapai
adalah petugas lapang sangat sering
keberhasilan pada pengembangan model
berperan dalam memberikan solusi dalam
desa kakao tersebut.
pengendalian organisme pengganggu
Partisipasi petani dalam
tanaman. Petugas lapang sangat sering
pengembangan model desa kakao
memberikan solusi permasalahan
diwujudkan dalam bentuk partisipasi ide,
mengenai pengendalian organisme
partisipasi tenaga, dan partisipasi dana.
pengganggu tanaman yang menyerang
Hasil pengukuran variabel partisipasi dapat
kakao terutama penyakit busuk buah dan
dilihat pada Tabel 3.
helopeltis.
Rerata partisipasi petani adalah
Peran petugas lapang dalam
sebesar 60,25% yang berarti bahwa
pengembangan model desa kakao
petani sering berpartisipasi dalam
dikategorisasikan menjadi lima tingkatan,
kegiatan pengembangan model desa
mulai dari tidak pernah, jarang, kadang-
kakao. Guna mengukur pengaruh peran
kadang, sering, dan sangat sering yang
petugas lapang terhadap partisipasi petani
dapat dilihat pada Tabel 2.
dalam pengembangan model desa kakao
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat
di Kabupaten Gunungkidul dianalisis
bahwa peran petugas lapang dinilai oleh
menggunakan regresi linier sederhana.
petani dalam kategori sering (61,67%).
Hasil analisis regresi sederhana dapat
Hal ini menunjukkan bahwa petugas
dilihat pada Tabel 4.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan
bahwa p