Produk Hukum • Info Hukum per 08 men 2009

PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER.08/MEN/2009
TENTANG
PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 62 ayat (2)
dan Pasal 63 ayat (4) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Peran Serta
Masyarakat,
dan
Pemberdayaan
Masyarakat
Dalam
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
Mengingat

b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri;
: 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008;
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota;
4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun
2008;
5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 50 Tahun 2008;
6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 58/M
Tahun 2008;


SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

1

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/
MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kelautan dan Perikanan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.04/MEN/2009;
8. Peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
PER.16/MEN/2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
9. Peraturan
Menteri
Kelautan

dan
Perikanan
Nomor
PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
10. Peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
PER.18/MEN/2008 tentang Akreditasi Terhadap Program
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
11. Peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
PER.20/MEN/2008 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan

Perairan di Sekitarnya;
12. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan
Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Departemen
Kelautan dan Perikanan;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
TENTANG PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
Pengertian
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut
PWP-3-K adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan
pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antarsektor, antara
pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara
ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

2

2. Pemberdayaan Masyarakat adalah pemberian fasilitas, dorongan, atau bantuan
oleh Pemerintah atau Pemeritah Daerah kepada masyarakat sehingga masyarakat
mampu menentukan pilihan yang terbaik dalam memanfaatkan sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil secara lestari.
3. Peran Serta Masyarakat adalah keterlibatan Masyarakat secara fisik atau non fisik,
langsung atau tidak langsung, atas dasar kesadaran sendiri atau akibat peranan
pembinaan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
4. Masyarakat adalah masyarakat yang terdiri dari masyarakat adat, masyarakat
lokal, dan masyarakat tradisional yang bermukim di wilayah pesisir dan pulaupulau kecil.
5. Pemangku kepentingan utama adalah para pengguna sumber daya pesisir dan

pulau-pulau kecil yang mempunyai kepentingan langsung dalam mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, seperti nelayan
tradisional, nelayan modern, pembudidaya ikan, pengusaha pariwisata, pengusaha
perikanan, dan masyarakat pesisir.
6. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang dalam hal pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
dilakukan oleh Menteri.
7. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
8. Orang adalah orang perseorangan dan/atau badan hukum.
9. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang telah ada dan dibentuk oleh
anggota masyarakat setempat secara sukarela sesuai kebutuhan yang merupakan
mitra pemerintah dan/atau pemerintah daerah untuk berperan serta dalam
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Bagian Kedua
Ruang Lingkup
Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. Peran serta masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
PWP-3-K; dan
b. Pemberdayaan masyarakat dalam PWP-3-K.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

3

Bagian Ketiga
Maksud dan Tujuan
Pasal 3
(1) Pengaturan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam PWP-3-K
dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah, Pemerintah daerah, dan pemangku
kepentingan utama dalam PWP-3-K
(2) Tujuan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam PWP-3-K yaitu:
a. meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan dalam pemanfaatan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil;
b. menerapkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam PWP-3-K;
c. menjamin serta melindungi kepentingan masyarakat;

d. mewujudkan kemandirian masyarakat agar mampu berpartisipasi, berusaha,
dan berkarya baik secara mandiri atau bersama-sama; dan
e. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB II
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 4
Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam
PWP-3-K dalam tahap:
a. perencanaan;
b. pelaksanaan; dan
c. pengawasan.

Pasal 5
(1) Peran serta masyarakat dalam perencanaan PWP-3-K sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf a berupa:
a. mengidentifikasi berbagai potensi dan masalah PWP-3-K;
b. memberikan informasi dalam perencanaan pemanfaatan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil;
c. memberikan masukan dalam menentukan arah perencanaan PWP-3-K;

d. menyampaikan masukan/ usulan terhadap rencana kegiatan pemanfaatan
PWP-3-K.
(2) Peran serta masyarakat dalam perencanaan PWP-3-K sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan melalui lembaga kemasyarakatan dalam konsultasi
publik dan/atau musyawarah adat baik formal maupun non formal kepada
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

4

Pasal 6
(1) Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PWP-3-K sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf b berupa:
a. memprioritaskan rencana yang telah disepakati;
b. memberikan masukan kepada pemerintah dalam hal permohonan maupun
pemberian sertifikat HP-3;
c. melakukan kegiatan pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil
berdasarkan hukum adat yang tidak bertentangan dengan hukum nasional;
d. menjaga, memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta

kelestarian fungsi lingkungan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
(2) Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pemanfaatan terhadap PWP-3-K
dapat dilakukan sesuai dengan jenis kegiatannya.

Pasal 7
(1) Peran serta masyarakat dalam pengawasan PWP-3-K sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf c berupa:
a. memberikan informasi atau laporan dalam pelaksanaan pemanfaatan terhadap
PWP-3-K;
b. menyampaikan laporan dan/atau pengaduan atas kerugian yang ditimbulkan
berkaitan dengan pelaksanaan PWP-3-K; dan
c. melaporkan adanya pencemaran dan/atau kerusakan PWP-3-K yang
merugikan kelestarian lingkungan.
(2) Peran serta masyarakat dalam pengawasan terhadap PWP-3-K sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui lembaga kemasyarakatan kepada
para pemangku kepentingan utama yang memanfaatkan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.
(3) Apabila peran serta masyarakat dalam pengawasan PWP-3-K sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak dapat diselesaikan, maka lembaga kemasyarakatan
yang bersangkutan meneruskan pengaduan kepada aparat yang berwenang.


BAB III
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pasal 8
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban memberdayakan masyarakat
dalam meningkatkan kesejahteraannya.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

5

(2) Pemerintah wajib mendorong kegiatan usaha masyarakat melalui berbagai
kegiatan di bidang pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang
berdaya guna dan berhasil guna.
(3) Dalam upaya pemberdayaan masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
mewujudkan, menumbuhkan, dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab
dalam:
a. pengambilan keputusan;
b. pelaksanaan pengelolaan;
c. kemitraan antara masyarakat, dunia usaha, dan Pemerintah/Pemerintah
Daerah;
d. pengembangan dan penerapan kebijakan nasional di bidang lingkungan hidup;
e. pengembangan dan penerapan upaya preventif dan proaktif untuk mencegah
penurunan daya dukung dan daya tampung wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
f. pemanfaatan dan pengembangan teknologi ramah lingkungan;
g. penyediaan dan penyebarluasan informasi lingkungan; serta
h. pemberian penghargaan kepada orang yang berjasa di bidang PWP-3-K.

Pasal 9
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberdayakan masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraannya melalui berbagai kegiatan di bidang pengelolaan
sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.
(2) Berbagai kegiatan di bidang pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau
kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
a. konservasi;
b. reklamasi;
c. rehabilitasi;
d. pendidikan dan pelatihan;
e. penelitian dan pengembangan;
f. budidaya;
g. usaha perikanan;
h. pertanian organik;
i. peternakan;
j. pariwisata.
(3) Pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan untuk mewujudkan, menumbuhkan, dan meningkatkan
kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap PWP-3-K.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

6

Pasal 10
(1) Pemberdayaan masyarakat dalam pengambilan keputusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf a, dilakukan dengan memberikan arahan
dan pembinaan dalam musyawarah baik formal maupun non formal untuk
kemudian disampaikan kepada pemerintah atau pemerintah daerah melalui
lembaga masyarakat.
(2) Pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf b dilakukan dengan mengintegrasikan
jenis kegiatan yang dilakukan dengan pemangku kepentingan utama yang terkait.
(3) Pemberdayaan masyarakat dalam kemitraan antara masyarakat, dunia usaha, dan
Pemerintah/Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3)
huruf c, dilakukan antara lain melalui:
a. dialog bisnis antara Pemerintah/Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan
Masyarakat;
b. penyebarluasan informasi peluang kemitraan usaha;
c. bimbingan teknis kemitraan usaha; dan/atau
d. memfasilitasi kemitraan usaha dengan prinsip bagi hasil yang berkeadilan.
(4) Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan dan penerapan kebijakan
nasional di bidang lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(3) huruf d, dilakukan antara lain melalui:
a. bersih pantai;
b. rehabilitasi terumbu karang dan mangrove;
c. pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan yang terjadi pada
sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil; dan/atau
d. pencegahan dan penanggulangan bencana alam.
(5) Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan dan penerapan upaya preventif
dan proaktif untuk mencegah penurunan daya dukung dan daya tampung wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf
e, dilakukan antara lain melalui:
a. mitigasi bencana (sebagai preventif); dan/atau
b. rehabilitasi dan reklamasi (sebagai proaktif).
(6) Pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan dan pengembangan teknologi
yang ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf f,
dilakukan antara lain melalui:
a. peningkatan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan masayarakat tentang
teknologi ramah lingkungan; dan/atau
b. penyebarluasan informasi tentang teknologi ramah lingkungan
(7) Pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan dan penyebarluasan informasi
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf g, dilakukan
antara lain melalui:

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

7

a. pengembangan Pusat Pemberdayaan dan Pelayanan Informasi Masyarakat
Pesisir (P-3MP);
b. pengembangan infrastruktur sosial berupa pondok informasi dan radio
komunitas; dan/atau
c. penyebarluasan informasi melalui media cetak atau elektronik.

Pasal 11
(1) Orang yang berjasa dibidang PWP-3-K dapat diberikan penghargaan oleh
pemerintah atau pemerintah daerah.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk plakat
dan/atau insentif yang dikaitkan dengan program akreditasi.

BAB IV
PEMBINAAN, MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 12
Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pembinaan untuk
menumbuhkan, mengembangkan kesadaran berperan serta dan peningkatan
tanggung jawab melalui:
a. memberikan dan menyelenggarakan penyuluhan, bimbingan, dorongan,
pengayoman, pelayanan, bantuan teknik, bantuan hukum, pendidikan dan/atau
pelatihan.
b. menyebarluaskan semua informasi mengenai peran serta kepada masyarakat
secara terbuka.
c. menghormati hak yang dimiliki masyarakat.
d. memberikan penggantian yang layak kepada masyarakat atas kondisi yang
dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai
dengan perencanaan PWP-3-K.
e. melindungi hak masyarakat untuk berperan serta dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan.
f. memperhatikan dan menindaklanjuti saran, usul atau keberatan dari masyarakat
dalam rangka pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Pasal 13
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam PWP-3-K.

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

8

(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perencanaan dan pelaksanaan kegiatan; dan
b. pencapaian hasil.
(3) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan
pertimbangan dalam kegiatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat yang
akan datang.

BAB V
PENUTUP
Pasal 14
Peraturan Menteri ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Maret 2009
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I,
ttd.
FREDDY NUMBERI

SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP

9