Peramalan Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Terhadap Anak Di Bawah Umur Di Sumatera Utara Tahun 2016-2017 Chapter III V

BAB 3
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Profil Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera
Utara ( KPAID Sumut )
3.1.1 Latar Belakang Berdirinya Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Daerah Provinsi Sumatera Utara ( KPAID Sumut )

Beberapa tahun terakhir ini, banyak masyarakat yang dihentakan oleh berita
tentang permasalahan anak yang semakin memprihatinkan. Permasalahan seperti
tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran anak, perebutan hak asuh anak hingga
perdagangan anak semakin marak diperbincangkan di berbagai media. Anak-anak
yang tidak mengerti apa-apa menjadi korban orang dewasa yang tidak
bertanggungjawab. Berbagai tindakan tersebut dapat dilakukan oleh perorangan
ataupun kelompok tertentu dengan berbagai modus perilaku yang dikemas secara
kriminalitas seperti tindak praktik penjualan bayi/balita yang sering dilakukan
dengan dalih adopsi, penculikan anak, perkosaan anak, penelantaran anak, tenaga
kerja anak dan sebagainya.
Kondisi diatas tentu saja membuat para orang tua dan pihak-pihak yang
masih peduli akan kesejahteraan anak sangat resah. Hal tersebut dikarenakan
persoalan-persoalan anak yang memilukan yang terjadi di sekeliling kita tersebut

dapat mempengaruhi dan mengganggu perkembangan anak-anak lainnya. Saat ini
perlindungan terhadap anak juga semakin bervariasi dan beragam bentuk dan
tempatnya, mulai dari lingkungan rumah tangga, yayasan/panti asuhan, pondok

Universitas Sumatera Utara

pesantren, lembaga swadaya masyarakat (LSM), yayasan pemerintah dan
sebagainya.
Adanya pengalaman tidak diketahuinya kasus-kasus tersebut di tengahtengah masyarakat, karena tidak tersedianya sarana dan informasi yang mudah
diakses kemana mereka memberikan pengaduan atau rujukan atas kasus yang
dialami. Hal tersebut membuat para orang tua sangat berharap kepada Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara untuk membentuk suatu lembaga yang berkonsentrasi
terhadap perlindungan anak.
Berdasarkan kegelisahan masyarakat akan nasib masa depan anak-anak
mereka, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan Peraturan
Daerah Provinsi Sumut No.3 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan Perlindungan
Anak dan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Sumatera Utara No.
463/026.K/2006 yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, maka dibentuklah Komisi Perlindungan Anak
Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara (KPAID Sumut) yang disahkan pada

tanggal 21 Februari 2006 yang pada awalnya terletak di Kantor Gubernur Provinsi
Sumatera Utara di jalan Diponegoro No. 30 Medan Sumatera Utara. Namun, sejak
tahun 2009 hingga saat ini KPAID Sumatera Utara telah terletak di jalan Perintis
Kemerdekaan No. 39 Medan (Komplek Kantor BAPEMMAS).
Pembentukan KPAID bukan merupakan kewajiban tetapi merupakan
kebutuhan daerah masing–masing. Karena itu, KPAID merupakan refleksi dari
kedudukan dan tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) seperti
tercantum pada pasal 9, ayat (1) Keppres Nomor 77 tahun 2003 tentang
perwakilan KPAI yang berbunyi “apabila dipandang perlu dalam menunjang

Universitas Sumatera Utara

pelaksanaan tugasnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia dapat membentuk
perwakilan di daerah”.Kata perwakilan dalam rumusan tersebut merupakan
perwakilan lembaga pusat di daerah demi kepentingan terbaik bagi anak, sesuai
dengan jiwa dan semangat Undang–undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah. KPAID bukan merupakan perwakilan KPAI yang bersifat
hierarkis, melainkan lebih bersifat koordinatif dan fungsional. Keberadaan
KPAID sejalan dengan era otonomi daerah dimana pembangunan perlindungan
anak menjadi kewajiban dan tanggungjawab pemerintah daerah. Dengan

demikian, sifat indepedensi KPAID Sumut tetap terjamin sejalan dengan visi, misi
dan strategi KPAI.
Komisi perlindungan Anak Indonesia merupakan komisi yang bersifat
independen, yang kedudukannya setingkat dengan komisi Negara dan dibentuk
untuk

mendorong

atau

memfasilitasi

dan

mengawasi

penyelenggaraan

perlindungan hak– hak anak baik hak hidup, hak sipil, hak tumbuh kembang anak
dan hak berpartisipasi sesuai keinginan, bakat, minat dan kebutuhannya.

Pemenuhan hak– hak tersebut dilakukan dengan tujuan “demi kepentingan terbaik
bagi anak” sebagai generasi penerus sekaligus pemilik dan pengelola masa depan
bangsa.
Ada beberapa dasar pemikiran yang melatarbelakangi dibangunnya
KPAID Sumut ini yaitu:
1. Adanya keprihatinan terhadap jumlah anak yang diterlantarkan hakhaknya sehingga sangat diperlukan adanya undang-undang mengenai
perlindungan

anak

yang

mengikat

agar

pihak

yang


tidak

Universitas Sumatera Utara

bertanggungjawab dapat dijatuhi hukuman sesuai yang tertulis di undangundang tersebut.
2. Keprihatinan dengan semakin banyaknya jumlah anak-anak yang terindas
dari perlakuan orang dewasa seperti kekerasan, pelecehan seksual,
eksploitasi dan lain-lain yang berhubungan dengan kekerasan pada anak.
3. Diperlukan upaya untuk mencegah bertambahnya korban anak-anak yang
semakin marak dan mengupayakan membela hak-haknya dari mereka
yang tidak memperdulikan.

3.1.2

Visi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera
Utara (KPAID Sumut)
Visi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera

Utara (KPAID Sumut) adalah terjamin, terpenuhi dan terlindunginya hak–hak
anak Indonesia dengan prinsip kepentingan terbaik bagi anak di Sumatera Utara.


3.1.3

Misi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera
Utara (KPAID Sumut)

1. Menyadarkan semua pihak akan pentingnya pemenuhan dan perlindunagn
hak– hak anak; menerima pengaduan masyarakat dan memfasilitasi
pelaynan dan pendampingan terhadap anak–anak yang mengalami
kekerasan;
2. Melakukan kajian dan analisis atas perundang–undangan yang berkaitan
dengan perlindungan anak dan kebijakan penyelenggaraan perlindungan
anak;

Universitas Sumatera Utara

3. Menjalani kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka perlindungan
anak;
4. Melakukan pemantauan, evaluasi, pelaporan dan dokumentasi terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak;

5. Melakukan pengawasan terhadap instansi dan lembaga penyelenggaraan
perlindungan anak;
6. Mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan
perlindungan anak;
7. Memberikan masukan, saran dan pertimbangan kepada pemerintah dan
pihak penyelenggara perlindungan anak demi kepentingan terbaik bagi
anak.

3.1.4

Dasar Hukum dan Letak Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Daerah Sumatera Utara ( KPAID Sumut)
Dasar Hukum Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi

Sumatera Utara (KPAID-Sumut) telah diatur dalam UUD 1945, pasal 28 meliputi
:

a. Pasal 20, Pasal 20A ayat (1), Pasal 21, Pasal 28B ayat (2), dan Pasal 34
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak (

Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 32, Tambahkan Lembaran
Negara Nomor 3143).
c. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
(Lembaga Negara Tahun 199/Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3668).

Universitas Sumatera Utara

d. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asas Manusia
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3886).
e. Undang-undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
f. KEPRES No.39 tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak-hak
Anak tahun 1989.
g. KEPRES No. 77 tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak
Indonesia.
h. Perda Provinsi Sumut No.3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan Anak.
i. SK GUBERNUR Sumatera Utara No. 463/026.K/2006 tanggal 23
Januari 2006 tentang Pembentukkan Komisi Perlindungan Anak

Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara.
j. SK GUBERNUR Sumatera Utara No.463/1682/K Tahun 2009 tanggal
19 Mei 2009 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia.

3.1.5

Kewajiban Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi
Sumatera Utara
a. Menyadarkan semua pihak akan pentingnya pemenuhan dan
perlindungan hak-hak anak.
b. Menerima pengaduan masyarakat dan memfasilitas pelayanan dan
pendamping pelanggaran hak anak.
c. Melakukan kajian dan analisis perundang-undangan yang yang
berkaitan dengan perlindungan anak dan kebijakan penyelenggara
perlindungan anak.

Universitas Sumatera Utara

d. Membangun dan membina kerjasama dengan berbagai pihak dalam
raangka perlindungan anak.

e. Melakukan pemantauan, evaluasi, pelaporan dan dokumentasi terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak.
f. Melakukan

pengawasan

terhadap

instansi

dan

lembaga

penyelenggaraan perlindungan anak.
g. Mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan
pelaksanaan perlindungan anak.
h. Memberikan masukkan, saran dan pertimbangan kepada pemerintah
dan pihak penyelenggara perlindungan anak demi kepentingan terbaik
bagi anak.


3.2

Struktur Organisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah
Provinsi Sumatera Utara

Struktur organisasi merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh suatu lembaga
untuk mencapai hasil kerja yang efisien dan efektif. Disamping itu struktur
organisasi merupakan kerangka landasan bagi pengemban tugas untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan hierarki yang ada. Struktur organisasi pada
dasarnya mengandung penetapan batas-batas wewenang dan tanggung jawab
masing-masing. Dengan demikian diharapkan adanya satu kesatuan komando
dalam penggerak dan langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun struktur KPAI Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah :
Ketua : Mhd. Zahrin Piliang
Penanggungjawab Pokja Kelembagaan dan Kemitraan: Elvi Hadriany

Universitas Sumatera Utara

Penanggungjawab Pokja Pengaduan dan Fasilitasi Pelayanan: Muslim Harahap,
S.H, M.H
Sekretariat/staf : 1. Nora Liza Fitri, SE
2. Afriana Devyanti Sirait, S.sos
3. Ramadhan Lubis
4. Syarifuddin Ali Khan, S.H., M.H
5. Farid Aziz Zendrato
6. Fitri Yanti Sitanggang
7. T Putri Shuha Dwita Syafira

3.3

Proses Penanganan kasus di Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Daerah Provinsi Sumatera Utara (KPAID Sumut)

Ada beberapa tahapan-tahapan atau proses yang akan dilakukan ketika menangani
kasus kekerasan di KPAID Sumut yaitu :

a. Pengaduan
Proses pengaduan ini merupakan langkah awal ketika seseorang, instansi, atau
kelompok yang datang mengajukan suatu kasus yang terkait dengan permasalahan
anak. Biasanya seseorang atau kelompok yang datang mengadu disebut
pelapor,dimana orang tersebut merupakan yang pertama kali mengetahui secara
lengkap kronologis akan persitiwa tersebut. Pelapor akan memberikan informasi
yang akurat dengan apa yang menjadi masalah terhadap anak tersebut, sehingga
lembaga ini akan mencatat kronologis tersebut untuk dijadikan sebagai bukti
penerimaan pengaduan.
b. Mediasi

Universitas Sumatera Utara

Proses mediasi merupakan proses dimana merespon pengaduan pelapor yang
datang.
Mediasi bertujuan untuk memberikan jalan penengah dibalik permasalahan yang
diperuntukkan bagi para orang tua atau keluarga yang mempunyai masalah
terhadap anaknya guna untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi anak.
Keinginan pelapor akan dilakukannya mediasi karena tidak mendapatkan hasil
yang maksimal dari putusan pengadilan sehingga diharapkan kepada lembaga ini
untuk dapat membantu dalam menemukan jalan tengah dari permasalahan
tersebut. Dalam mediasi ini juga para pihak pelapor dan terlapor akan
dipertemukan dan duduk bersama dalam satu ruangan, ini dilakukan agar masingmasing pihak dapat saling mendengar dan menyimak secara seksama dengan apa
yang diinginkan pelapor.

c. Pemantauan atau Rekan Aduan
Pemantauan atau rekam aduan ini dimaksudkan untuk memantau dan
memonitoring anak setelah kembali ke lingkungan keluarganya (pengasuh)
dengan apa yang sudah disepakati melalui proses mediasi yang pernah dilakukan.
Pemantauan ini bisa dilakukan dengan cara berkomunikasi dengan pelapor atau
melakukan tindak lanjut ke tempat kediaman pengasuh ataupun terlapor. Rekam
aduan dapat dijadikan sebagai bukti bahwasanya pihak pelapor dan terlapor
diketahuimelanggar atau tidak memenuhi segala kesepakatan yang sudah
diketahui oleh lembaga. Maka jika hal ini terjadi, dipastikan salah satu pihak akan
dikenakan sanksi karena melanggar surat kesepakatan yang sudah diketahui oleh
beberapa pihak.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Data
4.1.1 Peramalan Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Pada Anak
Data merupakan sejumlah informasi yang memberikan gambaran tentang suatu
keadaan. Pada umumnya informasi ini diperoleh melalui observasi (pengamatan)
yang dilakukan terhadap sekumpulan individu (orang, barang, jasa, dll). Informasi
yang diperoleh memberikan keterangan, gambaran atau fakta mengenai suatu
persoalan dalam bentuk kategori, huruf atau bilangan. Dalam hal ini persoalan
yang diteliti mengenai peramalan jumlah korban kasus pengniayaan terhadap anak
di bawah umur di Sumatera Utara dan pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan riset di KPAID Sumut.
Berikut data kasus pengaduan yang terdaftar di Komisi Perlindungan Anak
Indonesia Provinsi Sumatera Utara untuk kasus penganiayaan terhadap anak di
bawah umur di Sumatera Utara adalah:

Tabel 4.1 Data Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Terhadap Anak
Di Bawah Umur Di Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Tahun

Jumlah Korban Penganiayaan

2009

24 orang

2010

21 orang

2011

11 orang

2012

22 orang

2013

12 orang

2014

27 orang

2015

31 orang

Sumber : Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara
Dari data diatas yang mengenaii jumlah korban kasus penganiayaan yang
terjadi pada anak dibawah umur yang melapor ke KPAID Sumut tersebut dapat
digambarkan grafik sebagai berikut.
Gambar 4.1 Grafik Batang Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Anak Di
Bawah Umur Pada Tahun 2009- 2015

Jumlah Korban Penganiayaan
Terhadap Anak Di Bawah Umur
dari tahun 2009 s/d 2015
35
30
25
20
15
10
5
0
2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Gambar 4.2 Diagram Pencar Jumlah Kasus Penganiayaan Terhadap Anak
Dibawah Umur Pada Tahun 2009-2015

Universitas Sumatera Utara

35
30
25
20
Jumlah Korban
Penganiayaan

15
10
5
0
2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Dengan mempergunakan tabel di atas dan melihat diagram pencar dari
data yang menunjukkan diagram garis linier pertumbuhan jumlah korban kasus
penganiayaan tahun 2009-2015. Dengan diagram tersebut akan memberikan suatu
gambaran pertumbuhan jumlah korban kasus penganiayaan pada tahun yang akan
datang.,.
Dari tabel 4.1 di atas dapat dilakukan proyeksi jumlah korban kasus
penganiayaan pada anak tahun 2016-2017 dengan data yang digunakan
merupakan data ganjil.
a. Cara ke 1
Jika kita memilih nilai-nilai X untuk tahun 2009 – 2015 sedemikian rupa sehingga
∑X=0, persamaan garis kuadrat minimum dapat ditulis:
∑ ��
Y = �� + � ∑ 2 �X


Karena jumlah data adalah ganjil, maka X=0 ditempatkan pada tahun tengah
2012, X=1, 2, 3 kepada tahun-tahun berikutnya dan X= -1, -2, -3 kepada tahuntahun sebelum tahun tengah.

Universitas Sumatera Utara

Tahun tengah 2012 disebut permulaan (origin). Kecuali dinyatakan lain, kita akan
menganggap bahwa nilai-nilai Y merujuk pada nilai-nilai pertengahan tahun.
Perhitungannya dapat diatur seperti dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Korban Kasus Penganiayaan terhadap Anak Di Bawah
Umur Tahun 2009-2015 Cara 1
Tahun

X

Y

X2

XY

2009

-3

24

9

-72

2010

-2

21

4

-42

2011

-1

11

1

-11

2012

0

22

0

0

2013

1

12

1

12

2014

2

27

4

54

2015

3

31

9

93



0

148

28

34

∑ ��

�+ �
Maka : Y = �

∑ �2

Y = 21,14 + �

�X

34
28

�X

Y� = 21,14 + 1,21 X

Dimana X = 0 adalah tahun 2012 dan satuan X adalah 1 tahun. Untuk menggeser
titik asal ke tahun 2009, 3 tahun sebelumnya, kita harus mengganti X dengan X-3,

Universitas Sumatera Utara

dan dengan demikian persamaan adalah �
Y = 21,14 + 1,21 (X-3) atau �
Y = 17,5 +

1,21 X

Jadi untuk persamaan regresinya adalah �
Y = 17,5 + 1,21X.

b. Cara ke 2

Perhitungan koefisien terdiri dari jumlah kasus penganiayaan terhadap anak
dibawah umur dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Jumlah Korban Kasus Penganiayaan terhadap Anak Di Bawah
Umur Tahun 2009-2015 Cara 2
Tahun

Jumlah Korban
(Yi)

Xi

Xi2

XiYi

2009

24

0

0

0

2010

21

1

1

21

2011

11

2

4

22

2012

22

3

9

66

2013

12

4

16

48

2014

27

5

25

135

2015

31

6

36

186



148

21

91

478

Berdasarkan data pada tabel diatas, maka hasil yang didapat setelah melakukan
suatu perhitungan adalah sebagai berikut:
n

=7

∑Yi

= 148

∑Xi

= 21

∑Xi2 = 91
∑XiYi = 478
Dari data yang diketahui di atas, maka diperoleh:

Universitas Sumatera Utara

�� =
Y=

∑�1

=

∑�1

=





21
7

=3

148
7

= 21,14

Dari formula umum dapat diperoleh:
Ȳ = a + bx

a=
=
=
=

(∑ �)(∑ � 2 )− (∑ X)(∑XY )
� ∑ X 2 − ( ∑ X )2

( 148 )( 91 )–( 21 )( 478 )
7 ( 91 )–( 21 )2
13468 −10038
637−441

3430
196

a = 17,5

b=

=
=
=

� ∑ ��− (∑ �)(∑ �)
� ∑ �²− (∑ �)²

7 ( 478 )–( 21 )( 148 )
( 7 )( 91 )–(21)2
3346 −3108
637−441

238
196

= 1,21

Universitas Sumatera Utara

Nilai � sebesar 1,21 menunjukkan volume pertambahan kasus penganiayaan

setiap tahunnya. Maka didapat persamaan garis trend sebagai berikut:
�� = a + bx

� = 17,5 + 1,21x

Dengan menggunakan persamaan di atas, dapat dilakukan peramalan jumlah
korban kasus penganiayaan pada anak pada tahun 2013-2018, maka dapat
ditentukan nilai ramalaan Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Terhadap Anak Di
Bawah Umur Di Sumatera Utara sebagai berikut.

a. Jumlah korban penganiayaan pada anak Tahun 2016
X=7
�� 16 =17,5 + 1,21 X

= 17,5 + 1,21 (7)
= 17,5 + 8,47
= 25

Ini berarti peramalan jumlah korban kasus penganiayaan pada tahun 2016 adalah
sebesar 25 jiwa.

b. Jumlah korban penganiayaan pada anak tahun 2017

Universitas Sumatera Utara

X=8

Y 17 = 17,5 + 1,21 X

= 17,5 + 1,21 (8)
= 17,5 + 9,68
= 27

Ini berarti peramalan jumlah korban kasus penganiayaan pada tahun 2017 adalah
sebesar 27 jiwa.

Tabel 4.4 Hasil Peramalan Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Terhadap
Anak Dibawah Umur Di Sumatera Utara Tahun 2016-2017
Tahun

Tahun ( Xi)

2016*

7

Ramalan Jumlah Kasus
Penganiayaan Orang ( Y )
25

2017*

8

27

Setelah dilakukan perhitungan dan mendapatkan hasil dari peramalan jumlah
korban kasus penganiayaan terhadap anak di bawah umur, maka dapat ditentukan
peramalan jumlah korban kasus penganiayaan pada anak. Seperti terlihat pada
tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Jumlah Koerban Kasus Penganiayaan Terhadap Anak Di Bawah
Umur Di Sumatera Utara Tahun 2016-2017
Jumlah Korban Kasus
Tahun
Penganiayaan
2009
2010
2011
2012
2013

24
21
11
22
12

Universitas Sumatera Utara

2014
2015
2016*
2017*

27
31
25
27

Keterangan : *adalah hasil proyeksi
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, terlihat bahwa tahun 2009 terdapat korban
kasus penganiayaan sebesar 24 jiwa dan pada tahun 2015 sebesar 31 jiwa. Jadi,
selama 6 tahun korban kasus penganiayaan berkurang sebesar 7 jiwa.
Berdasarkan tabel 4.5 di atas juga dapat dilihat grafik dari jumlah korban
kasus penganiayaaan anak di bawah umur di Sumatera Utara pada tahun 20092017. Adapun grafik tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 4.3 Hasil Peramalan Jumlah Kasus Penganiayaan Terhadap Anak
Dibawah Umur Tahun 2009-2017
Jumlah Korban Kasus Penganiayaan Pada Anak Di Bawah
Umur Di Sumatera Utara Tahun 2009-2017
35
30
25
20
Jumlah Korban Kasus
Penganiayaan

15
10
5
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016* 2017*

Dari gambar 4.3 di atas, diperoleh bahwa untuk peramalan jumlah korban
penganiayaan pada anak untuk tahun 2015-2016 menuru karena keseriusan
pemerintah dalam meindungi anak melalui komisi perlindungan anak yang

Universitas Sumatera Utara

dibentuk pemerintah sedang giat dalam memberantas kekerasan terhadap anak
yang membuat pelaku berpikir ulang karena ketatnya hokum yang berlaku,
sedangkan peramalan jumlah anak pada tahun 2016-2017 adalah menaik karena
adanya factor ekonomi. Kebanyakan kekerasan yang timbul karena tekanan
ekonomi. Tertekannya kondisi keluarga yang disebabkan himpitan ekonomi
adalah factor yang banyak terjadi yang menyebabkan kekerasan pada anak.
Persentase hasil peramalan jumlah korban kasus penganiayaan terhadap
anak di bawah umur di Sumatera Utara tahun 2016-2017 yaitu:

a. Persentase Tahun 2016
2016=
ℎ�� ��� ���� �� ℎ ������������ �ℎ� 20016 −ℎ�� ������� �� ℎ ������������ �ℎ� 2015

=

25−31
31

ℎ���� ������� �� ℎ ������������ �ℎ� 2015

x100

x 100%

= −19.35%

Ini berarti bahwa hasil peramalan jumlah korban kasus penganiayaan terhadap
anak di Sumatera Utara tahun 2016 mengalami penurunan sebanyak 19.35% dari
tahun 2015.

b. Persentase tahun 2017
2017=
ℎ�� ������� �� ℎ ������������ �ℎ� 20017 −ℎ�� ������� �� ℎ ������������ �ℎ� 2016

=

27−25
��

ℎ���� ������� �� ℎ ������������ �ℎ� 2016

x100

x 100%

= 8%

Universitas Sumatera Utara

Ini berarti bahwa hasil peramalan jumlah korban kasus penganiayaan terhadap
anak di Sumatera Utara tahun 2017 mengalami kenaikan sebanyak 8% dari tahun
2016.
Dari hasil perhitungan persentase jumlah korban pennganiayaan di atas
dapat dilihat bahwa peramalan jumlah korban penganiayaan pada anak di
Sumatera Utara tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 19,35% dari tahun
2015 dan pada tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 8%. Hasil peramalan dari
kasus pengadun ke KPAID Sumut tersebut dapat berubah apabila pada
kenyataannya ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi tingkat kekerasan
pada anak.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulaan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Dari hasil peramalan untuk tahun 2016 terjadi penurunan pengaduan
jumlah korban kasus penganiayaan terhadap anak di bawah umur dan pada tahun
2017 jumlah pengaduan untuk tingkat kekerasan penganiayaan pada anak menaik.
Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang melatarbelakangi kasus penganiayaan
anak seperti perekonomian keluarga, kekerasan di dalam rumah tangga, dll. Dari
hasil peramalan yang dilakukan berdasarkan data seluruh jumlah pengaduan
korban penganiayan, maka terlihat bahwa tahun 2016 jumlah korban pada anak 25
jiwa atau 19,35% mengalami penurunan dari tahun 2015 dan pada tahun 2017
sebesar 27 jiwa atau 8% mengalami kenaikan dari tahun 2016. Hasil peramalan
untuk jumlah korban kasus penganiayaan terhadap anak di bawah umur di
Sumatera Utara tahun 2016-2017 mengalami fluktuatif (naik/turun) di setiap
tahunnya.

5.2 Saran

1. Penulis menyarankan sebaiknya untuk pengolahan data selanjutnya, data yang
dikumpulkan (Variabel Y) harus lebih banyak dan jangka waktu yang panjang
agar hasil yang diperoleh lebih optimal. Dan agar penelitian lebih berkembang
lagi.

Universitas Sumatera Utara

2. Orang tua diharapkan menerapkan pola asuh dengan tepat, khususnya dalam
memberikan hukuman kepada anak, hendaknya dilakukan tidak secara fisik,
namun lebih kepada memberikan pemahaman dan nasehat kepada anak sesuai
dengan perkembangan anak tersebut.

Universitas Sumatera Utara