Kesiapan Pemerintah Kota Binjai Terhadap Binjai Smart City

BAB II
DESKTIPTIF PROFIL KOTA BINJAI
2.1 Sejarah Kota Binjai
Berdasarkan penuturan para orang tua yang dianggap mengetahui asal
mula timbulnya Binjai, yang saat ini menjadi Kota Binjai, dahulunya adalah
sebuah kampung kecil yang terletak di tepi sungai Bingai. Binjai sebenarnya
adalah nama suatu pohon besar, rindang, tumbuh dengan kokoh di tepi sungai
Bingai yang bermuara di Sungai Wampu. Pada Tahun 1823 Gubernur Inggris
yang berkedudukan di Pulau Penang telah mengutus John Anderson untuk pergi
ke pesisir Sumatera Timur dan dari catatannya disebutkan sebuah kampung yang
bernama Ba Bingai (menurut buku Mission to The Eastcoast of Sumatera–
Edinburg 1826). Sebenarnya sejak Tahun 1822, Binjai telah dijadikan
bandar/pelabuhan dimana hasil pertanian lada yang diekspor adalah berasal dari
perkebunan lada di sekitar Ketapangai (Pungai) atau Kelurahan Kebun
Lada/Damai.
Perkembangan zaman terus berjalan, pada tahun 1864 Daerah Deli telah
dicoba ditanami tembakau oleh pioner Belanda bernama J.Nienkyis dan 1866
didirikan Deli Maatschappiy. Usaha untuk menguasai Tanah Deli oleh orang
Belanda tidak terkecuali dengan menggunakan politik pecah belah melalui
pengangkatan datuk-datuk. Usaha ini diketahui oleh Datuk Kocik, Datuk Jalil dan
Suling Barat yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda bahkan melakukan


30

Universitas Sumatera Utara

perlawanan. Bersamaan dengan itu Datuk Sunggal tidak menyetujui pemberian
konsensi tanah kepada perusahaan Rotterdanmy oleh Sultan Deli karena tanpa
persetujuan. Dibawah kepemimpinan Datuk Sunggal bersama rakyatnya di
Timbang Langkat (Binjai) dibuat Benteng pertahanan untuk menghadapi Belanda.
Dengan tindakan datuk Sunggal ini Belanda merasa terhina dan memerintahkan
Kapten Koops untuk menumpas para Datuk yang menentang Belanda. Dan pada
17 Mei 1872 terjadilah pertempuran yang sengit antara Datuk/ masyarakat dengan
Belanda. Peristiwa perlawanan inilah yang menjadi tonggak sejarah dan
ditetapkan sebagai hari jadi Kota Binjai. Perjuangan para datuk/rakyat terus
berkobar dan pada akhirnya pada 24 Oktober 1872 Datuk Kocik, Datuk Jalil dan
Suling Barat dapat ditangkap Belanda dan kemudian pada tahun 1873 dibuang ke
Cilacap. Pada tahun 1917 oleh Pemerintah Belanda dikeluarkan Instelling
Ordonantie No.12 dimana Binjai dijadikan Gemente dengan luas 267 Ha. Pada
tahun 1942–1945 Binjai di bawah pemerintahan Jepang dengan kepala
pemerintahannya adalah Kagujawa dengan sebutan Guserbu dan tahun 1944/1945

Pemerintahan Kota dipimpin oleh Ketua Dewan Eksekutif J.Runnanbi dengan
anggota Dr.RM. Djulham, Natangsa Sembiring dan Tan Hong Poh.
Pada Tahun 1945 (saat revolusi) sebagai kepala pemerintahan Binjai
adalah RM.Ibnu dan pada 29 Oktober 1945 T. Amir Hamzah diangkat menjadi
Residen Langkat oleh Komite Nasional dan pada masa pendudukan Belanda 1947
Binjai berada di bawah Asisten Residen J. Bunger dan RM. Ibnu sebagai Wakil
Walikota Binjai pada tahun 1948–1950 pemerintahan Kota Binjai dipegang oleh

31

Universitas Sumatera Utara

ASC Moree. Tahun 1950–1956 Binjai menjadi Kota Administratif Kabupaten
Langkat dan sebagai Walikota adalah OK. Salamuddin kemudian T. Ubaidullah
Tahun 1953–1956. Berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun 1956 Kota
Binjai menjadi otonom Kotapraja dengan Walikota pertama S.S. Parumuhan.
Dalam perkembangannya Kota Binjai sebagai salah satu Daerah Tingkat II di
Propinsi Sumatera Utara telah membenahi dirinya dengan melakukan pemekaran
wilayahnya. Semenjak ditetapkan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1986
wilayah Kota daerah Kota Binjai telah diperluas menjadi 90,23 Km2 dengan 5

wilayah kecamatan yang terdiri dari 11 desa dan 19 kelurahan. Setelah diadakan
pemecahan desa dan kelurahan pada tahun 1993 maka jumlah desa menjadi 17
dan kelurahan 20. Perubahan ini berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara
Nomor 140-1395/SK/1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang Pembentukan 6 desa
persiapan dan 1 kelurahan persiapan di Kota Binjai. Berdasarkan SK Gubernur
Sumatera Utara No.146/2624/SK/ 1996 tanggal 7 Agustus 1996, 17 desa menjadi
kelurahan. 26
Salah satu ikon Kota Binjai adalah Tugu perjuangan 1945 yang menjadi
lambang pintu gerbang Kota Binjai menyambut kedatangan pengunjung dari luar
Kota. Tidak banyak yang mengetahuinya, bahwa peranan Muhammadiyah diawal
awal kemerdekaan tahun 1945 sangat sangat dominan. Pengibar sang saka Merah
Putih pada tanggal 06 September 1945 bertepatan dengan 1 syawal 1365 H ( Hari
Jumat ) dilaksanakan oleh pengurus dan Anggota Muhammadiyah serta
26

http://www.binjaikota.go.id/profil-12.html. Diakses pada tanggal 29 Maret Pukul 12.00 WIB.

32

Universitas Sumatera Utara


masyarakat umum lainnya segera setelah menerima telegram bahwa Republik
Indonesia merdeka. Selain itu, sebelumnya Binjai juga mempunyai ikon lain
yaitu tugu air peninggalan zaman Belanda dijalan Jendral Sudirman yang
sebelumnya digunkanan untuk menyalurkan air bersih ke rumah – rumah didalam
kota. Namun peninggalan bersejarah ini beberapa tahun lalu telah digantikan
dengan jejeran rumah toko.
Kota Binjai sekarang dipimpin oleh Walikota H.Muhammad Idaham, SH,
M.Si dan Wakil Walikota H. Timbas Tarigan, SE selama dua periode. Kota
Binjai dijuluki dengan Kota rambutan yang ditandai adanya tugu rambutan di
perbatasan terluar Kota Binjai Deli Serdang menuju Medan. Penduduk Kota
Binjai terdiri dari berbagai Suku Bangsa. Berdasarkan hasil pendataan penduduk
Tahun 2015, penduduk Kota Binjai mayoritas bersuku bangsa Jawa dengan
jumlah sebesar 92.545 jiwa, disusul suku Melayu dengan jumlah 29.170 jiwa,
Mandailing dengan jumlah 21.683 jiwa, lalu suku Karo dengan jumlah 21.050
jiwa, Cina dengan jumlah 16.342 jiwa, Tapanuli/Toba dengan jumlah 15.589 jiwa,
Minang dengan jumlah 14.601 jiwa, Simalungun dengan jumlah 12.960 jiwa,
Banten dengan jumlah 4.360 jiwa yang terakhir suku Aceh dengan jumlah 4.217
jiwa. 27 Jika dilihat dari jumlah penduduk menurut agama di Kota Binjai
menunjukkan jumlah penduduk terbesar adalah beragama Islam dengan jumlah

sebesar 246.379 jiwa, selebihnya beragama Protestan sebanyak 22.874, Kristen

27

Rencana Pembangunan jangka Menengah Daerah Kota Binjai Tahun 2016-2021. Tentang
Gambaran Umum Kota Binjai. Bab II, Hal.20

33

Universitas Sumatera Utara

Katolik sebanyak 3.340 jiwa, Budha sebanyak 17.532 jiwa, Hindu sebanyak 851
jiwa dan Lainnya sebanyak 22 jiwa 28.
Sarana transportasi didalam Kota Binjai terutama adalah becak mesin roda
tiga yang unik dan mobil anglutan umum yang disebut sudako. Untuk transportasi
keluar kota, selain transportasi jalan, ada juga kereta api yang menghubungkan
Binjai dengan medan dan Kwala di Kabupaten Langkat juga ada MEBIDANG
yang merupakan menghubungkan daerah Medan Binjai dan Deliserdang sehingga
mobilitas masyarakat sangat terbantu dan juga perkembangan ekonomi menjadi
lebih baik . Binjai juga adalah salah satu tempat transit bagi wisatawan yang ingin

menuju kekawasan wisata Bukit Lawang, dikawasan Taman nasional Gunung
Leuser di Kabupaten Langkat yang berjarak 68 km di barat laut Binjai. Bukit
lawang merupakan daerah konservasi mawas Sematera ( Orang Utan Merah).
2.2 Geografi Daerah Kota Binjai
Kota Binjai yang terletak dibagian Timur Laut Provinsi Sumatera Utara
dimana sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
dan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat dan Kecamatan
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang serta sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat. Berdasar jalur lintas antar daerah, kondisi
wilayah Kota Binjai dilewati jalur jalan negara yang merupakan jalur ekonomi
28

Ibid. Hal,21.

34

Universitas Sumatera Utara


penting yang menghubungkan kota-kota utama di Provinsi Sumatera Utara dan
Provinsi Aceh, khususnya untuk Pantai Timur Sumatera, yakni jalur Medan–
Aceh. 29
Kota Binjai berada pada ketinggian lahan 3–76.5 m dpl dan tingkat
kelerengan 0-8%. Berdasarkan data keadaan wilayah perencanaan Kota Binjai
mempunyai topografi datar sehingga memiliki tingkat kestabilan lereng yang
sangat tinggi. Secara keseluruhan lahan yang ada di wilayah penelitian termasuk
dalam kategori tingkat kemudahan pemanfaatan tinggi, dengan kata lain bahwa
wilayah perencanaan mempunyai tingkat kestabilan tinggi dan sangat sesuai untuk
pengembangan kegiatan yang memerlukan pembangunan fisik lahan sehingga
sangat mendukung sekali untuk proses dilaksanakannya pembangunan kota.
Berdasarkan hasil analisis lahan yang layak dikembangkan berdasarkan tingkat
ketinggian dan kelerengan dapat dikembangkan diseluruh kawasan di Kota
Binjai. 30
Secara garis besar jenis tanah dapat dibedakan ke dalam dua jenis tanah
yaitu Andosol dan Aluvial. Kedua jenis tanah ini menyebar secara merata di
wilayah Kota Binjai. Untuk tanah yang berjenis Andosol terdapat di Kecamatan
Binjai Kota dengan luas 297 Ha, Binjai Selatan dengan luas 2949 Ha, Binjai
Timur dengan luas 585 Ha dan Binjai Barat dengan proporsi luas 7 Ha. Jenis
tanah ini merupakan jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan


29
30

Ibid
Ibid

35

Universitas Sumatera Utara

profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan
organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan
bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam,
kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas
sedang dan peka terhadap erosi. Sedangkan untuk jenis tanah Aluvial terdapat di
Kecamatan Binjai Selatan dengan proporsi luas sebesar 47 Ha, Kecamatan Binjai
Kota dengan luas 438 Ha, Kecamatan Binjai Timur dengan luas 1.798 Ha,
Kecamatan Binjai Barat seluas 1.407 Ha, dan Kecamatan Binjai Utara sebesar
2.234 Ha. Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal

dari bahan induk Aluvium, tekstur beranekaragam, belum terbentuk struktur,
konsistensi dalam keadaan basah lekat, PH bermacam-macam, kesuburan sedang
hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial
pantai dan daerah cekungan (depresi), sehingga baik untuk pengembangan
pertanian karena tersedia cukup mineral yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan
dan jika digunakan untuk bangunan tanah jenis ini mempunyai daya tahan yang
kuat karena merupakan endapan tanah liat yang bercampur pasir halus.
Struktur Geologi wilayah Kota Binjai terbagi kedalam 3 jenis batuan, jenis
bantuan tersebut adalah Alluvium, Konglomerat dan Extrusive Intermediate
Pyroclastic yang menyebar di seluruh wilayah Kota Binjai. Bentang alam Kota
Binjai sendiri lebih berada pada bentang alam yang datar meskipun ada beberapa
bagian Kota Binjai yang berada pada bentang perbukitan sehingga di dalam
melakukan pembangunan tidak begitu terdapat kendala.

36

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan kemungkinan terjadinya bencana alam geologi berupa gempa
bumi maka wilayah Kota Binjai termasuk ke dalam skala daerah yang mempunyai

tingkat kebesaran gempa berkisar antara IV hingga V (skala MMI), yaitu skala IV
– V yang tersebar dibagian selatan Galang dan Medan, daerah Binjai hingga Pulau
Tiga bagian barat laut Pulau Sumatera, dengan bahaya goncangan termasuk ke
dalam zona D : 0,25–0,30 g yang tersebar pada bagian utara Danau Toba,
Kabanjahe, Gunung Sinabung menerus kearah barat–barat laut Laubaleng,
Mardinding, DK. Tusamserag, Selatan Bohorok, Buluh, Kutacane hingga Gunung
Bandhara (MEBIDANG-Ro). 31 Kawasan budidaya, program pengembangannya
terdiri dari pengembangan kawasan perumahan; kawasan perdagangan dan jasa;
kawasan pemerintahan dan bangunan umum; kawasan perindustrian; kawasan
pergudangan, dan kawasan pariwisata serta program pengembangan fasilitas
sosial dan umum, infrastruktur transportasi; pengembangan prasarana sumber
daya air, irigasi dan drainase. Pengembangan prasarana energi dan telekomunikasi
serta pengembangan prasarana persampahan, limbah B3 dan pemadam
kebakaran. 32
Kawasan

Lindung merupakan kawasan

yang didalamnya tidak


diperbolehkan melakukan kegiatan budidaya apapun, kecuali pembangunan
prasarana vital dengan luas areal maksimum 2% dari luas kawasan lindung. Di
dalam kawasan non hutan yang berfungsi lindung diperbolehkan kegiatan
budidaya secara terbatas dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan yang
31
32

Ibid.
Ibid.

37

Universitas Sumatera Utara

bersangkutan serta wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan
hidup. Kegiatan budidaya yang sudah ada di Kawasan Lindung dan mempunyai
dampak penting terhadap lingkungan hidup, serta dapat mengganggu fungsi
lindung, maka fungsi sebagai Kawasan Lindung dikembalikan secara bertahap
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan
memperhatikan fungsi lindung, kawasan yang bersangkutan, dapat dilakukan
eksplorasi mineral dan air tanah serta kegiatan lain yang berkaitan dengan
pencegahan bencana alam. Apabila ternyata di Kawasan Lindung terdapat indikasi
adanya sumber daya mineral, kandungan air tanah, atau kekayaan lainnya yang
bila diusahakan dinilai amat berharga bagi Pemerintah, maka kegiatan budidaya di
Kawasan Lindung tersebut dapat diizinkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. 33
Secara administratif Pemerintah Kota Binjai terdiri dari 5 (lima)
Kecamatan dan 37 (tiga puluh tujuh) Kelurahan dengan batas wilayah sebagai
berikut: 34


Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
dan Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.



Sebelah Timur: berbatasan dengan Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli
Serdang.

33

Ibid
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Binjai Tahun 2016-2021. Tentang
Gambaran Umum Kondisi Daerah. Bab II Hal.2
34

38

Universitas Sumatera Utara



Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kecamatan Sie Bingei, Kabupaten
Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.



Sebelah Barat: berbatasan dengan Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.
Kota Binjai terdiridari 5 (lima) Kecamatan dan 37 (tiga puluh tujuh)

Kelurahan yaitu : 35
1.

Kecamatan Binjai Kota, yang terdiri atas 7 (tujuh) kelurahan yaitu :
a. Kelurahan Setia
b. Kelurahan Satria
c. Kelurahan Tangsi
d. Kelurahan Binjai
e. Kelurahan Pekan Binjai
f. Kelurahan Berngam
g. Kelurahan Kartini

2.

Kecamatan Binjai Barat, yang terdiri-dari atas 6 (enam) kelurahan
yaitu :
a. Kelurahan Limau Mungkur
b. Kelurahan Suka Ramai
c. Kelurahan Suka Maju
d. Kelurahan Payaroba
e. Kelurahan Limau Sundai
f. Kelurahan Bandar Senembah

35

Ibid. Hal 3

39

Universitas Sumatera Utara

3.

Kecamatan Binjai Timur, yang terdiri atas 7 (tujuh) kelurahan yaitu
:
a. Kelurahan Timbang Langkat
b. Kelurahan Mencirim
c. Kelurahan Tanah Tinggi
d. Kelurahan Dataran Tinggi
e. Kelurahan Tunggurono
f. Kelurahan Sumber Mulyo Rejo
g. Kelurahan Sumber Karya

4.

Kecamatan Binjai Selatan, yang terdiri atas 8 (delapan) kelurahan
yaitu :
a. Kelurahan Rambung Barat
b. Kelurahan Rambung Timur
c. Kelurahan Rambung Dalam
d. Kelurahan Binjai Estate
e. Kelurahan Tanah Merah
f. Kelurahan Tanah Seribu
g. Kelurahan Pujidadi
h. Kelurahan Bhakti Karya

5.

Kecamatan Binjai Utara, yang terdiri atas 9 (sembilan) kelurahan
yaitu:
a. Kelurahan Jati Negara

40

Universitas Sumatera Utara

b. Kelurahan Jati Karya
c. Kelurahan Jati Makmur
d. Kelurahan Jati Utomo
e. Kelurahan Nangka
f. Kelurahan Pahlawan
g. Kelurahan Kebun Lada
h. Kelurahan Damai
i. Kelurahan Cengkeh Turi
Beberapa Kecamatan yang ada di Kota Binjai Kecamatan Binjai Selatan
memiliki wilayah yang paling luas sebesar 29.96 Km², sedangkan Kecamatan
Binjai Kota memiliki luas wilayah terkecil dengan luas sebesar 4.12 Km².36
Dilihat dari kedudukan Kota Binjai dalam wilayah yang lebih luas, Kota Binjai
dalam lingkup Nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dijelaskan bahwa Kota
Binjai adalah termasuk dalam Kawasan Metropolitan MEBIDANG-RO, dimana
sektor unggulannya adalah sektor-sektor industri, perkebunan, pariwisata,
pertaniaan dan perikanan. Selain itu Kota Binjai merupakan jalan lintas antara
Aceh dan Sumatera Utara. Untuk lebih jelasanya mengenai wilayah administrasi
Kota Binjai dapat dilihat pada Gambar 1.1

36

Ibid. Hal 4.

41

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1.1 Peta Kota Binjai

Sumber : RTRW Kota Binjai Tahun 2011-203

2.3 Demografi Kota Binjai
2.3.1. Kependudukan
Kependudukan merupakan salah satu masalah yang perlu ditangani yang
mencakup jumlah, komposisi dan distribusi penduduk. Penduduk sebagai salah
satu komponen pembangunan memiliki dua sisi yang sangat penting, di satu sisi
sebagai subyek pembangunan dan disisi lain sebagai obyek pembangunan. Begitu
juga dengan jumlah penduduk yang besar merupakan sumber dari ketersediaan
tenaga kerja, namun dengan penyebaran dan kualitas yang rendah justru dapat
menimbulkan permasalahan tenaga kerja sendiri.

42

Universitas Sumatera Utara

Data kependudukan sangat dibutuhkan baik oleh lembaga pemerintah
ataupun swasta. Dari data kependudukan dapat dibuat perencanaan kebutuhan
fasilitas penunjang kesejahteraan masyarakat, misalnya fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan masyarakat, tempat ibadah, tempat rekreasi dan lain
sebagainya.
Berdasarkan angka estimasi dalam penghitungan penduduk Kota Binjai tahun
2015 berjumlah 264.687 jiwa, terdiri dari 132.490 jiwa laki-laki dan 264.687 jiwa
perempuan atau dengan sex ratio sebesar 99,78 yang berarti setiap 10000 jiwa
perempuan terdapat sekitar 9.978 jiwa lakilaki (Tabel 1.2). Dilihat dari jumlah
penduduknya, Kecamatan Binjai Utara merupakan daerah dengan jumlah
penduduk paling banyak yaitu mencapai sekitar 76.034 jiwa. Sementara itu,
Kecamatan Binjai Timur menempati urutan kedua dengan jumlah penduduk
terbanyak sekitar 58.394 jiwa. Sebaliknya, Kecamatan Binjai Kota merupakan
kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu hanya berjumlah sekitar
29.161 jiwa. 37
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Binjai menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis
Kelamin, 2015
No
[1]
1

Kecamatan
[2]
BINJAI SELATAN

Laki-Laki
[3]
26.459

Penduduk
Perempuan
[4]
27.034

L+P
[5]
53.493

Sex ratio
[6]
97.87

2

BINJAI KOTA

14.273

14.888

29.161

95.87

37

Badan Pusat Statistik Kota Binjai. Tentang Statistik Kesejahteraan Masyarakat Kota Binjai
Tahun 2015. Hal.19

43

Universitas Sumatera Utara

3

BINJAI TIMUR

29.031

29.363

58.394

98.87

4

BINJAI UTARA

38.181

37.853

76.034

100.87

5

BINJAI BARAT
JUMLAH

24.253
132.197

23.352
132.490

47.605
264.687

103.86
99.78

Sumber: Hasil Proyeksi Penduduk Kota Binjai Tahun 2015.

Data tersebut menjelaskan dari sex ratio untuk tiap kecamatan, terdapat 3
kecamatan yang menunjukkan jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit
dibandingkan jumlah penduduk perempuannya, yaitu Kecamatan Binjai Selatan
sebesar 97,87 persen ; Kecamatan Binjai Kota sebesar 95,87 persen dan
Kecamatan Binjai Timur sebesar 98,87 persen. Kondisi ini dimungkinkan oleh
adanya pola mortalitas dan migrasi yang berbeda di tiap-tiap kecamatan tersebut.
Sementara itu, di 2 (dua) kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Binjai Utara
dan Barat, jumlah penduduk laki-laki justru lebih mendominasi dibandingkan
jumlah penduduk perempuan yaitu sebesar 100,87 persen di Kecamatan Binjai
Utara dan 100,36 di Kecamatan Binjai Barat. Walaupun terdapat perbedaan besar
sex ratio pada kecamatan-kecamatan tersebut di atas, namun tidak terdapat gap
atau ketimpangan yang nyata antar sex ratio di tiap-tiap kecamatan sehingga dapat
dikatakan keadaan demikian masih dianggap wajar. Dilihat dari kepadatan
penduduk, kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah
Kecamatan Binjai Kota yang mencapai 7.078 jiwa per km². Dengan luas wilayah
terkecil diantara kecamatan-kecamatan lainnya yaitu hanya seluas 4,12 km²,
Kecamatan Binjai Kota merupakan hunian pemukiman padat sekaligus
merupakan pusat perkotaan di Kota Binjai. Adapun kepadatan penduduk di

44

Universitas Sumatera Utara

kecamatan lain adalah Kecamatan Binjai Barat yaitu sebesar 4.384 jiwa per km²,
Kecamatan Binjai Utara sebesar 3.223 jiwa per km², Kecamatan Binjai Timur
sebesar 2.691 jiwa per km² dan kepadatan penduduk terendah ada di Kecamatan
Binjai Selatan yang hanya mencapai 1.785 jiwa per km². Ketidakmerataan sebaran
penduduk tampak lebih jelas jika dikaitkan dengan besarnya variasi luas antar
daerah. Untuk melihat tingkat sebaran penduduk dapat dinyatakan dengan ukuran
kepadatan penduduk. Tabel 1.2 berikut menunjukkan bahwa Kota Binjai yang
mempunyai luas wilayah 90,23 km2. Wilayah terluas berada di Kecamatan Binjai
Selatan sebesar 29,96 km2. Kemudian disusul dengan Kecamatan Binjai Utara
23,59 km2, Binjai Timur 21,70 km2, Kecamatan Binjai Barat 10,86 km2 dan luas
wilayah terkecil terletak di Kecamatan Binjai Kota yaitu 4,12 km2. Walaupun
Kecamatan Binjai Kota memiliki luas wilayah terkecil, namun pusat aktivitas
ekonomi baik skala kecil hingga skala besar.
Tabel 1.2 Jumlah Desa/Kelurahan, Luas Wilayah, Jumlah Dan Kepadatan
Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Binjai Tahun 2015.
No

Kecamatan

Jumlah
Desa/Kel

Luas
Wilayah
(Km)

Jumlah
Penduduk
(jiwa)

Kepadatan
Jiwa/Km

1.

Binjai Selatan

8

29,96

53.493

1,785

2.

Binjai Kota

7

4,12

29.161

7,078

3.

Binjai Timur

7

21,70

58.394

2,691

4.

Binjai Utara

9

23,59

76.034

3,223

5.

Binjai Barat

6

10,86

47.605

4.384

Total

37

90,23

264.687

2.933

Sumber : BPS Kota Binjai 2015.

45

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan
masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan
merata. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang baik. Masyarakat yang memiliki tingkat derajat kesehatan yang
tinggi akan lebih berhasil dalam melaksanakan pembangunan didaerahnya.
Usaha pelaksanaannya diusahakan dengan meningkatkan partisipasi aktif
masyarakat yang diarahkan terutama kepada golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah. Selain itu upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit
serta peningkatan pembangunan pusat-pusat kesehatan masyarakat serta sarana
penunjangnya terus dilakukan oleh Pemerintah, seperti puskesmas, posyandu, pos
obat desa, pondok bersalin desa di Kota Binjai.
Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

derajat

kesehatan

masyarakat

diantaranya adalah kurangnya sarana pelayanan kesehatan, keadaan sanitasi dan
lingkungan yang tidak memadai, dan rendahnya konsumsi makanan bergizi.
Tetapi faktor terpenting dalam upaya peningkatan kesehatan ada pada manusianya
sebagai subyek dan sekaligus obyek dari upaya tersebut. Kualitas penduduk
secara fisik khususnya, dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk secara
menyeluruh. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang baik.

46

Universitas Sumatera Utara

Pembangunan infrastruktur kesehatan di Kota Binjai pada tahun 2014
sudah tergolong baik dimana menurut data Dinas Kesehatan Kota Binjai 2014,
terdapat 10 rumah Sakit di Kota Binjai yang terdiri dari 2 Rumah Sakit Umum (
RSU) dan 8 Rumah Sakit Swasta. 7 Rumah sakit berada di Binjai Kota dan Binjai
Utara, 2 rumah sakit di Binjai Selatan , dan 1 rumah sakit di Binjai Timur.
Fasilitas kesehatan pada level kecamatan di Kota Binjai punterbilang
memadai jumlahnya, namuntetap harus dikontrol pemanfaatannya seiring dengan
pembangunan infrastruktur yang lain. Pada tahun 2014, terdapat sebanyak 8 unit
puskesmas, 18 unit puskesmas pembantu, 9 poliklinik, 89 unit praktek dokter dan
35 praktek bidan yang tersebar di seluruh kecamatan. Bila ditinjau dari persebaran
tenaga kesehatan di tiap unit kerja, RSUD RM.Djoelham sebagai satu-satunya
rumah sakit umum pemerintah di Kota Binjai memiliki dokter umum sebanyak 27
orang, dokter ahli sebanyak 35 orang, dokter gigi sebanyak 13 orang dan
paramedik perawatan sebanyak 204 orang. Sementara itu, jumlah seluruh tenaga
medis dan paramedis yang bekerja di Kota Binjai pada tahun 2015 terdiri dari 194
dokter umum, 144 dokter spesialis, 50 dokter gigi, 139 bidan dan 249 perawat
umum dan gigi. Semakin banyak tenaga kesehatan yang dialokasikan hingga
sampai level desa, maka akan semakin baik karena masyarakat akan semakin
mudah untuk mengakses dan memanfaatkan pelayanan kesehatan terpadu.
Sasaran pemerintah dalam memfasilitasi kesehatan kini tidak hanya
sebatas meningkatkan kuantitas tenaga medis saja, tetapi juga mengalokasikan
dan menempatkan tenaga medis tersebut secara merata hingga level desa sehingga

47

Universitas Sumatera Utara

salah satu tujuan pelayanan publik berupa pelayanan kesehatan tepat sasaran.
Berikut ini persentasi jumlah tenaga medis di Kota Binjai: 38
Tabel.1.3 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota Binjai Tahun
2015.
Tenaga Kesehatan
[1]
1. Dokter

[2]
388

Tenaga Kesehatan per
10.000 Penduduk
[3]
7

2. Paramedis

388

25

776

32

Jumlah

Jumlah

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Binjai 2015

Selanjutnya, jika dilihat rasio pelayanan kesehatan menurut jenis tenaga
kesehatan terlihat bahwa setiap 10.000 penduduk Kota Binjai dilayani oleh sekitar
7 dokter dan 25 orang paramedis perawatan. Jumlah tenaga bidan dan paramedis
lainnya lebih banyak dibanding dokter. Kecukupan tenaga kesehatan ini juga
masih jauh dari yang diharapkan, karena setiap 10.000 penduduk di Kota Binjai
hanya dilayani sekitar 7 orang tenaga medis dan 25 orang paramedis perawatan.
Untuk itu, sudah seharusnya kuantitas tenaga kesehatan di Kota Binjai
ditingkatkan demi tercapainya pelayanan yang optimal dengan catatan tidak hanya
menambah jumlah armada tenaga kesehatan, tetapi juga pemerataan keberadaan
tenaga kesehatan tersebut sampai level terkecil.

38

Ibid. Hal,31

48

Universitas Sumatera Utara

Ada 6 rumah sakit yang melayani kebutuhan kesehatan penduduk Binjai yaitu :
1. RS Korem 023 Binjai
2. RS Umum Binjai (Dr. Djoelham)
3. RS Bangkatan
4. RS Bidadari
5. RS Umum Latersia
6. RS Umum Artha Medica.
2.3.3 .Pendidikan
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi suatu bangsa dan merupakan
salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pentingnya
pendidikan tercermin dalam UUD’45 dan GBHN, yang mengatakan bahwa
pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian program pendidikan
mempunyai andil besar terhadap kemajuan bangsa, ekonomi maupun sosial. Oleh
karena itu, Pemerintah berupaya untuk menyediakan sarana wajib belajar 6 tahun
yang dicanangkan pada tahun 1984 menjadi wajib belajar 9 tahun yang mulai
tahun 1994. Dengan demikian diharapkan tingkat pendidikan penduduk akan lebih
baik dan jumlah penduduk yang buta huruf akan berkurang terutama pada
penduduk usia sekolah (7 - 24 tahun). Namun sampai saat ini, hasilnya belum
maksimal karena hal ini masih memerlukan partisipasi

49

Universitas Sumatera Utara

Pada tahap tertentu tingkat pendidikan dapat meningkatkan status sosial
dalam kehidupan penduduk. Untuk mengukur tingkat pendidikan penduduk dapat
dikaji dari beberapa ukuran kuantitatif seperti persentase penduduk berumur 10
tahun ke atas menurut status pendidikan, tingkat kemampuan baca tulis, serta penPembangunan prasarana dan sarana pendidikan harus diimbangi oleh kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan formal (sekolah). Karena bila terjadi
ketimpangan dalam hal ini akan mengakibatkan tidak efisien dan efektifnya
program yang telah digariskan sehingga tujuan untuk mencerdaskan bangsa tidak
terpenuhi.
Tingkat partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem
pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Indikator ini memperhitungkan
adanya perubahan penduduk terutama penduduk muda. Partisipasi sekolah
penduduk erat kaitannya antara lain terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat
suatu daerah. Penyebab utama tidak/putus sekolah yang terjadi di tengah- tengah
masyarakat pada umumnya adalah masalah ekonomi keluarga yang kurang
mendukung, di samping karena faktor-faktor lain seperti faktor lingkungan, sarana
dan prasarana di daerah yang kurang memadai dan juga faktor psikologis. 39

39

Ibid. Hal, 45

50

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.4. Tingkat Pendidikan menurut Tingkat Pendidikan, Sekolah, Murid,
Kelas dengan rasio Murid dan Kelas.
No.

Tingkat
pendidikan

Sekolah

Murid

Kelas

[1]
1
2
3

[2]
SD/MI
SMTP/MTs
SMA Umum/
Kejuruan/MA

[3]
229
62
57

[4]
33.767
18.776
19.880

[5]
1.262
604
659

Rasio
Murid dan
Kelas
[6]
27
31
31

4

Dinayah

71

3.486

338

10

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Binjai 2015

Kemudian salah satu prasyarat agar proses belajar dan mengajar dapat
berlangsung dengan optimal adalah rasio murid dengan kelas (ruang kelas), sebab
jika dalam satu ruang kelas berisikan murid yang tidak sesuai dengan jumlah yang
standar tentu dapat menghambat proses belajar dan mengajar di ruang kelas
tersebut atau dengan kata lain guru dikelas tersebut akan lebih sulit untuk
mengontrol muridmuridnya jika dalam satu kelas tersebut melebihi jumlah yang
ideal. Berdasarkan tabel rasio murid dan kelas pada tiap jenjang pendidikan
(Tabel 1.4), terlihat bahwa rasio murid dan kelas tahun 2015 untuk SD/Madrasah
Ibtidaiyah sebesar 27 yang artinya setiap kelas ditempati sebanyak 27 murid.
Begitu juga rasio murid dan kelas untuk SMP/Madrasah Tsanawiyah adalah
sebesar 1 : 31 sedangkan rasio murid dan kelas untuk Umum/ Kejuruan/ Madrasah
Aliyah sebesar 1 : 31 yang berarti setiap kelas pada jenjang SMA, rata – rata
ditempati/diisi oleh 31 orang murid. Jika kita bandingkan dengan rasio murid dan
kelas yang standar yaitu satu kelas menampung sebanyak 40 murid, maka untuk
tingkat pendidikan SD/MI/Diniyah sudah memenuhi standar. Namum perlu

51

Universitas Sumatera Utara

diperhatikan

untuk

tingkat

pendidikan

SMTP/

MTs

dan

SMTA

Umum/Kejuruan/MA rasio murid dan kelas hampir mendekati batas maksimum
standar yang telah ditetapkan. Pemerataan fasilitas pendidikan dalam hal ini
banyaknya kelas agar menjadi perhatian oleh pemerintah karena daya tamping
kelas yang terlalu membludak akan membuat suasana kelas dan kegiatan belajar
mengajar terganggu dan daya tamping yang terlalu kecil akan
2.3.4 Ketenagakerjaan
Perencanaan bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu bagian utama
pembangunan

nasional.

Pembangunan

ketenagakerjaan

pada

saat

ini

dititikberatkan pada tiga masalah pokok, yakni perluasan dan pengembangan
lapangan kerja, peningkatan kualitas dan kemampuan tenaga kerja serta
perlindungan tenaga kerja.
Oleh karena masalah ketenagakerjaan sampai dengan saat ini masih merupakan
permasalahan dan isu yang komplek serta terus berkembang, maka masalah
ketenagakerjaan tidak dapat hanya menjadi masalah daerah namun merupakan
masalah

regional

bahkan

nasional

dan

internasional,

sekaligus

harus

membutuhkan perhatian yang sangat serius dari semua pihak terkait, baik
pemerintah, pengusaha, pekerja itu sendiri dan pihak lainnya.
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia umumnya termasuk di Kota Binjai,
diperkirakan akan semakin banyak tantangan yang dihadapi. Indikasi ini terlihat
di samping penambahan penduduk usia kerja setiap tahunnya yang terus

52

Universitas Sumatera Utara

bertambah sebagai implikasi dari jumlah penduduk yang cukup besar disertai
struktur umur yang cenderung mengelompok pada usia muda juga masih
tingginya

angka

pengangguran

terutama

pengangguran

terbuka.

Selain

pengangguran terbuka pengangguran terselubung (disguised unemployed) dan
mereka yang bekerja kurang dari jam kerja normal (under employed) juga
termasuk permasalahan ketenagakerjaan yang tidak dapat dilupakan. Kondisi
tersebut banyak terjadi di Kota Binjai yang antara lain sebagai konsekuensi dari
masyarakat bercorak agraris dan lapangan pekerjaan yang sangat terbatas serta
semakin banyak calon tenaga kerja baru baik yang berpendidikan maupun tidak.
Penduduk yang terlibat bekerja di suatu lapangan pekerjaan biasanya
dipengaruhi oleh faktor ketrampilan/kondisi alam maupun situasi ekonomi di
suatu daerah/negara. Indonesia sampai saat ini masih merupakan negara agraris di
mana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian, meskipun dari
tahun ke tahun persentasenya semakin berkurang dan diserap oleh sektor-sektor
lain seperti perdagangan, industri dan jasa.
Sektor usaha/lapangan pekerjaan utama penduduk di Kota Binjai
didominasi oleh sektor jasa sebesar 60,25 persen untuk penduduk laki - laki dan
83,48 persen untuk penduduk perempuan. Bila dilihat secara agregat baik untuk
penduduk laki - laki maupun perempuan, mayoritas penduduk di Kota Binjai

53

Universitas Sumatera Utara

begelut di sektor jasa sebesar 68, 97 persen. Tak heran, bila Kota Binjai dilabeli
dengan sebutan ‘Kota Jasa’. 40
Table1.5 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan
Lapangan Pekerjaan Utama di Kota Binjai, 2015.
Lapangan Pekerjaan
Utama
1. Pertanian,
Perkebunan,
Kehutanan,Perbur
uan, Perikanan
2. Manufaktur
3. Jasa
Jumlah

Laki-laki

Perempuan

L+P

8.62

2.54

6.34

31.13
60.25
100.00

13.98
83.48
100.00

24.69
68.97
100.00

Sumber: Angkatan Kerja Nasional 2015

2.3.5 Sarana transportasi
a) Jumlah Terminal Bus
Terminal bus dapat diartikan sebagai prasarana transportasi jalan untuk
keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau
antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum.
Kota Binjai sebagai salah satu kota yang ramai dilalui oleh kendaraan
yang menghubungkan Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh, untuk itu
terdapat dua terminal bus, satu terminal bus type B yang berada di Kecamatan

40

Ibid. Hal, 55

54

Universitas Sumatera Utara

Binjai Timur dan satu terminal bus type C yang berada di Kecamatan Binjai Kota.
Data Jumlah terminal bus Kota Binjai disajikan pada Tabel berikut: 41
Tabel 1.6 Jumlah Terminal Bus menurut Type Tahun 2015 Kota Binjai.
No

Kecamatan

1
2
3
4
5

Kec. Binjai Kota
Kec. Binjai Barat
Kec. Binjai Timur
Kec. Binjai Selatan
Kec. Binjai Utara
Kota Binjai

Type A
-

Jumlah Terminal Bis
Type B
Type C
1
1
1
1

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Binjai, 2016

Penyediaan fasilitas angkutan umum merupakan indikator yang penting
di dalam urusan perhubungan. Saat ini di wilayah Kota Binjai angkutan umum
yang beroperasi yaitu Bus AKAP (Antar Kota Antar Propinsi), AKDP (Antar
Kota Dalam Propinsi) serta Minibus antar Kecamatan dan antar kota. Disamping
itu terdapat juga moda angkutan yang bersifat perorangan yang mendukung
pelayanan di sebagian kawasan perkotan yaitu Betor (Becak bermotor).
b)

Jumlah Trayek Angkutan darat
Izin Trayek adalah izin untuk mengangkut orang dengan mobil bus

dan/atau mobil penumpang umum pada jaringan trayek.
Jaringan trayek terdiri atas:
a.

jaringan trayek lintas batas negara;

b.

jaringan trayek antar kota antar provinsi;

c.

jaringan trayek antar kota dalam provinsi;

41

Rencana Pembangunan jangka Menengah Daerah Kota Binjai Tahun 2016-2021. Tentang
Gambaran Umum Kondisi daerah. Bab II, Hal. 104

55

Universitas Sumatera Utara

d.

jaringan trayek perkotaan; dan

e.

jaringan trayek perdesaan/kelurahan.

Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan
orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap,
lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal. Sedangkan jaringan
trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan
pelayanan angkutan orang.
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Binjai terdapat 19
trayek angkutan darat yang beroperasi di Kota Binjai. Data jumlah trayek
Angkutan Darat (Bus) yang ada di Kota Binjai Tahun 2011-2015 disajikan pada
Tabel berikut.
Tabel 1.7 Jumlah Trayek Angkutan Darat (Bus) Tahun 2011 s.d 2015 Kota Binjai
Jumlah Trayek
No
1.

Uraian
Kota Binjai

2011

2012

2013

2014

2015

19

19

19

19

19

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Binjai.

2.3.6 Komunikasi dan informatika
(a) Jumlah jaringan komunikasi
Jumlah jaringan komunikasi adalah banyaknya jaringan komunikasi baik
telepon genggam maupun stasioner. Jaringan komunikasi dihitung dari banyaknya
jaringan komunikasi yang berada dalam wilayah suatu pemerintah daerah. Sebuah
operator jasa telekomunikasi dapat memiliki satu (1) jaringan dan sebaliknya,

56

Universitas Sumatera Utara

beberapa operator dapat menggunakan hanya satu (2) jaringan telekomunikasi di
wilayah pemerintah daerah. Untuk menghitung jaringan komunikasi di Kota
Binjai dalam kurun waktu tahun 2011 sampai dengan 2015 disusun tabel sebagai
berikut: 42
Tabel.8 Jaringan Komunikasi Kota Binjai Tahun 2011 s.d 2015
No
1
2
3

Uraian
Jumlah jaringan telepon genggam
Jumlah jaringan telepon stasioner
Total jaringan Komunikasi (1+2)

Tahun 2011
0
6.038
6.038

Tahun 2015
0
4.410
4.410

Sumber : Binjai Dalam Angka, 2016

Semakin banyak jumlah jaringan komunikasi maka menggambarkan
semakin besar ketersediaan fasilitas jaringan komunikasi sebagai pelayanan
penunjang dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah.
(b). Jumlah surat kabar nasional/lokal
Surat kabar merupakan komunikasi massa yang diterbitkan secara berkala
dan bersenyawa dengan kemajuan teknologi pada masanya dalam menyajikan
tulisan berupa berita, feature, pendapat, cerita rekaan (fiksi), dan bentuk karangan
yang lain. Jumlah surat kabar nasional/lokal adalah banyaknya jenis surat kabar
terbitan nasional atau terbitan lokal yang masuk ke daerah. Semakin banyak
jumlah jenis surat kabar terbitan nasional/lokal di daerah maka menggambarkan
semakin besar ketersediaan fasilitas jaringan komunikasi massa berupa media

42

Ibid. Hal.107

57

Universitas Sumatera Utara

cetak sebagai pelayanan penunjang dalam menyelenggarakan pemerintahan
daerah.
Untuk menghitung jumlah surat kabar terbitan nasional atau lokal yang
beredar di Kota Binjai dalam kurun waktu tahun 2011 sampai dengan 2015
disusun tabel sebagai berikut:
Tabel 1.9 Jumlah Surat Kabar Nasional/Lokal Kota Binjai Tahun 2011 s.d 2015
NO
1
2
3

Uraian
Jumlah jenis surat kabar terbitan
nasional
Jumlah jenis surat kabar terbitan
lokal
Total jenis surat kabar (1+2)

Tahun 2011

Tahun 2015

1

1

60

56

61

57

Sumber : Bagian Humas Sekretariat Daerah Kota Binjai, 2016

Dari data pada Tabel diatas diketahui bahwa dalam kurun waktu 2011-2015
surat kabar terbitan nasional yang beredar di Kota Binjai hanya satu surat kabar
saja, jumlah surat kabar terbitan lokal yang beredar dari tahun 2011-2015
mengalami penurunan dari 60 surat kabar pada tahun 2011 menurun menjadi 56
surat kabar pada tahun 2015.
c)

Website milik pemerintah daerah

Pemerintah

Kota

Binjai

mempunyai

website

resmi

yaitu

www.binjaikota.go.id. Teknologi informasi dan komunikasi data memungkinkan
penyampaian informasi dapat diperoleh lebih cepat sehinga dapat memberikan
dampak positif bagi peningkatan pelayanan publik dan kinerja. Data jumlah

58

Universitas Sumatera Utara

Website milik Pemerintah Kota Binjai Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel
berikut.

Tabel 1.10 Jumlah Website milik pemerintah daerah Kota Binjai

Tahun 2011 s.d 2015
No
1

Uraian
Jumlah Website

Tahun 2011
1

Tahun 2015
4

Sumber : Bagian Humas Sekretariat Daerah Kota Binjai, 2016.

d)

Pameran/expo
Pemerintah Kota Binjai secara rutin mengadakan pameran/Expo secara

rutin satu kali dalam satu tahun, yaitu pada saat ulang tahun Kota Binjai. Pameran
tersebut diadakan untuk menampilkan hasil-hasil pembangunan dari masingmasing SKPD dalam satu tahun anggaran. Selain itu Pemerintah Kota Binjai
secara rutin juga mengikuti Pameran/Expo yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara dan secara sporadis juga mengikuti expo yang
dilaksanakan secara nasional dan Luar Negeri. Data mengenai jumlah
pameran/expo yang diikuti oleh Pemerintah Kota Binjai dalam kurun waktu 2011
sampai dengan 2015 disajikan dalam Tabel berikut :
Tabel.1.11 Jumlah Pameran/Expo Pemerintah Kota Binjai
Tahun 2011 s.d 2015
2013
Uraian
2011
2012
Jumlah Pameran/Expo
1
1
1
Dalam Provinsi
2
Jumlah Pameran/Expo
Dalam Negeri
3
Jumlah Pameran/Expo
1
1
1
Luar Negeri
Sumber : Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Kota Binjai, 2016.

NO
1

2014

2015

1

1

-

-

1

1

59

Universitas Sumatera Utara

2.3.7 Koperasi, usaha kecil dan menengah
a. Persentase koperasi aktif
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.
Koperasi Aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir
mengadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) atau koperasi yang dalam tahun
terakhir melakukan kegiatan usaha. Menghitung persentase koperasi aktif dapat
digunakan rumus sebagai berikut yaitu didapat dari persentase membagi jumlah
koperasi aktif dengan jumlah seluruh koperasi. Data Persentase Koperasi Aktif di
Kota Binjai pada kurun waktu 2011 sampai dengan 2015 cenderung meningkat
dimana pada tahun 2011 terdata 48,6 %. Koperasi Aktif meningkat terus menjadi
57,3 % pada Tahun 2015, semakin besar jumlah persentase ini maka akan
semakin besar pelayanan penunjang yang dimiliki daerah dalam menggerakkan
perekonomian melalui koperasi. Data Persentase Koperasi Aktif Tahun 20112015 di Kota Binjai disajikan pada Tabel 2.126 dan data Koperasi Aktif per
Kecamatan di sajikan pada Tabel 2.4 berikut. 43
Tabel.1.12 Persentase Koperasi Aktif Kota Binjai Tahun 2011 s.d 2015.
NO

Uraian

2011

2012

2013

2014

2015

1
2
3

Jumlah koperasi aktif
86
Jumlah koperasi
177
Persentase koperasi aktif 48,6

101
192
52,6

111
202
54,9

115
207
55,6

121
211
57,3

Sumber : Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Kota Binjai, 2015

43

Ibid. Hal, 109

60

Universitas Sumatera Utara

2.4 Potensi Daerah Kota Binjai
a. Binjai Kota
Daerah Binjai Kota merupakan pusat pemerintahan Kota Binjai, kantor
Wali Kota beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No.6. Binjai Kota juga
merupakan pusat perekonomian dan bisnis di Kota ini. Pasar tradisional terbesar
yaitu Pasar Taviv terletak dijalan Husni Thamrin menjadi tempat bertemunya
enjual dan pembeli dari Kota Binjai sekitar. Luas Wilayahnya menurut Badan
Pusat Statistik Kota Binjai seluas 14,2 km dengan banyak penduduk 29.161 jiwa.
Didaerah ini juga terdapat Lapangan Merdeka Kota Binja yang menjadi tempat
acara maupun uparaca hari besar, juga terdapat pendopo Umar Bakti yang
menjadi aula serba guna untuk acara resmi ataupun non resmi.
b. Binjai Utara
Pada Bagian ini Kawasan perindustrian dipusatkan di daerah binjai utara,
dengan jumlah wilayah 23,59 km dengan jumlah penduduk 76.034 jiwa. Di daerah
ini banyak Pabrik kerupuk mulai dari UKM sampai pabrik besar. Pada daerah

cengkeh turi juga penghasil minyak bumi dan gas ditandai dengan kawasan
ekplorasi minyak bumi dan gas alam di kawasan Tandam Hillir yaitu Pertamina.
c. Binjai Timur
Daerah ini konsentrasi pertanian, tedapat banyak sawah, cabai, ubi, pepaya
dan juga terdapat pertanian tebu yang merupakan wilayah PTP Nusantara II.

61

Universitas Sumatera Utara

Binjai Timur memiliki luas wilayah 21,70 km dengan jumlah penduduk 58,394
jiwa.
d. Binjai Selatan
Binjai Selatan memiliki luas wilayah 29,96 km dengan banyak penduduk
sebanyak 53.493 jiwa. Daerah ini banyak sekali terdapat perkebunan Kelapa
Sawit milik warga setempat yaitu didaerah namuukur, didaerah tersebut juga
terdapat wisata Pelaruga yang berupa sungai yang berada ditengah perkebunan
sawit warga.
e. Binjai Barat
Luas wilayah Binjai Barat ialah 10,86 km dengan jumlah penduduk 47,605
jiwa,daerah ini banyak terdapat peternakan seperti ayam, bebek, kambing, sapi.
Dahulunya Binjai Barat merupakan kawasan Pertanian, tetapi semenjadi tahun
2000 masyarakat setempat lebih banyak membuka peternakan dikarenakan tempat
dan suhu udara yang lebih cocok untuk peternakan.
Pola ruang kawasan budidaya perkotaan penetapannya didasarkan pada
kriteria yang meliputi aspek daya dukung atau kesesuaian lahan dapat
dikembangkan untuk berbagai kegiatan fungsional perkotaan, serta aspek-aspek
yang mempengaruhi sinergi antar kegiatan dan kelestarian lingkungan.
Pengembangan kawasan budidaya di wilayah Kota Binjai pada dasarnya bertujuan
untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang, sumber daya
alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia untuk

62

Universitas Sumatera Utara

menyerasikan pemanfaatan ruang dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Jenis
pemanfaatan ruang yang tercakup dalam kawasan budidaya perkotaan atau
kawasan terbangun kota yang akan dikembangkan di Kota Binjai hingga tahun
2030 meliputi:


Perumahan/Permukiman Perkotaan



Perdagangan dan jasa



Pemerintahan dan bangunan umum



Perindustrian (kawasan industri, zona industri, peruntukan industri
dan pergudangan)



Pariwisata



Kawasan peruntukan lainnya.

Kawasan strategis kota merupakan wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota
terhadap ekonomi, sosial, budaya, atau lingkungan. Berdasarkan UU Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Penetapan kawasan strategis pada setiap
jenjang wilayah administratif didasarkan pada pengaruh yang sangat penting
terhadap kedaulatan negara, pertahanan, keamanan, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia.
Pengaruh aspek kedaulatan negara, pertahanan, dan keamanan lebih
ditujukan bagi penetapan kawasan strategis nasional, sedangkan yang berkaitan
dengan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk
penetapan kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, diukur

63

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan pendekatan ekternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan
kawasan yang bersangkutan.


Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang terdapat dalam wilayah Kota Binjai
adalah Kawasan Perkotaan Mebidangro.



Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang terdapat dalam wilayah Kota
Binjai adalah Kawasan Andalan Perkotaan Mebidangro.



Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan pertahanan
keamanan yang diperuntukan bagi kepentingan pemeliharaan dan pertahanan
negara berdasarkan geosrategic nasional yang terdapat dalam wilayah Kota
Binjai adalah kawasan Brimob dan Arhanud SE-11BS di Kecamatan Binjai
Timur. 44
Dalam rangka pelaksanaan kebijakan strategis operasionalisasi rencana

tata ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis ditetapkan kawasan
strategis di Kota Binjai, meliputi : 45
a.

Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi

Kawasan strategis yang didorong perkembangannya karena berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi kota ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
a.

memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

b.

memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi nasional;

44
45

Ibid.
Ibid

64

Universitas Sumatera Utara

c.

memiliki potensi ekspor;

d.

memiliki potensi strategis yang memberikan keuntungan dalam
pengembangan pertumbuhan ekonomi kota;

e.

berdampak luas terhadap pengembangan regional, dan nasional;

f.

memiliki peluang investasi yang menghasilkan nilai tinggi; dan

g.

memiliki aksessibilitas tinggi yang didukung oleh prasarana transportasi
yang memadai.
Kawasan budidaya strategis di Kota Binjai yang perlu segera didorong

perkembangannya meliputi:
a. kawasan Industri di Kecamatan Binjai Utara;
b. kawasan Perdagangan dan jasa di Pusat Kota, Pusat-pusat SPK dan di koridor
jalan-jalan utama kota.
Pengembangan kawasan industri dan pergudangan ini merupakan
pengakomodasian terhadap pengembangan Metropolitan Mebidang-Ro, dan
sekaligus upaya untuk mengarahkan perkembangan industri Kota Binjai yang
lebih tertata sejak dini. Kawasan industri dan pegudangan ini dikembangkan
sebagai Kawasan Industri yang diarahkan terutama untuk industri non polutif.
Kawasan

pusat

kota

yang

direncanakan

ini

terletak

pada

kawasan/lingkungan yang relatif telah terbangun, yang terdiri atas:
-

Kegiatan yang baru dikembangkan (seperti pertokoan, bank, kantor, dsb.),
yang bangunannya relatif baru;

65

Universitas Sumatera Utara

-

Kegiatan yang merupakan lanjutan sebelumnya (seperti toko, fasilitas
pendidikan, perumahan, dsb) yang bangunannya relatif masih terpelihara;

-

Kegiatan yang telah menurun fungsi pelayanannya (eks toko-toko lama,
eks

perumahan

lama)

dengan

bangunan

yang

menurun

kondisi/penampilannya.
Kegiatan perdagangan koridor adalah kegiatan perdagangan dan jasa,
selaras dengan kecenderungan atau trend yang ada dewasa ini, khususnya di
sepanjang jalan T. Amir Hamzah dan jalan menuju Medan. Kendati demikian
pada koridor ini masih terdapat juga kegiatan yang bukan merupakan kegiatan
perdagangan dan jasa, seperti perkantoran, fasilitas sosial (rumah sakit), dan
hunian.
b.

Peningkatan Sosial Budaya, terutama dalam peningkatan
pelayanan publik.

Penentuan kawasan strategis yang berkaitan dengan aspek sosial budaya
khususnya dalam peningkatan pelayanan umum dan identitas kota dengan kriteria:


Merupakan prioritas peningkatan pelayanan publik



Sarana peningkatan kapasitas (capacity building) terhadap aparatur
pemerintah, kelembagaan pemerintah kota.



Sebagai landmark/identitas kota
Kawasan strategis yang berkaitan dengan aspek pelayanan umum dan

identitas kota adalah Rencana pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan di

66

Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Binjai Timur. Rencana pusat pemerintahanKota Binjai diarahkan di
Kawasan eks HGU Kebun Tebu PTPN II yaitu di sekitar Kecamatan Binjai Timur
Kelurahan Tunggurono meliputi area seluas 90,52 Ha.
c.

Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup.

Dalam strategi pengelolaan kawasan lindung, ditetapkan kriteria kawasan
strategis yang berkaitan dengan aspek lingkungan sebagai berikut:
a.

memberikan perlindungan lingkungan atau kawasan;

b.

memiliki nilai strategis memberikan perlindungan bagi kawasan
bawahannya;

c.

memiliki

peran

ekologis

dan

penyelamatan

lingkungan

dan

mengantisipasi bencana banjir;
d.

terdapat tuntutan politis pemerintah kota harus menyediakan ruang
terbuka hijau sebesar 30 % dari luas wilayahnya;

e.

memiliki peran ekonomi tinggi kalau dapat dikelola dengan baik;

f.

kebutuhan pemberian identitas kota dengan pengembangan tanaman
buah rambutan Binjai.

Kawasan strategis b