Jenis – Jenis Lumut Hati Berdaun Di Hutan Lindung Simancik I (Tahura Bukit Barisan) Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara Chapter III V

8

BAB 3
BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan di lapangan pada bulan April dan Agustus
2016 di Kawasan Hutan Lindung Simancik I Taman Hutan Raya Bukit Barisan,
Sumatra Utara dan untuk identifikasi di lakukan pada bulan April 2016 sampai
Januari 2017 di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2. Deskripsi Area
3.2.1. Letak dan Luas
Secara administratif kawasan Hutan Lindung Simancik I terletak di Desa
Rambai, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hilir, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara. Secara geografis terletak pada garis median 098°38’58,4’’BT
dan 03°05’04,3’’LU, dengan ketinggian 250-1100 m dpl. Luas wilayah kawasan
Hutan Lindung Simancik I seluas 9.800 Ha (peta lokasi penelitian pada lampiran
1). Kawasan Hutan Lindung Simancik I merupakan bagian kawasan Taman Hutan
Raya Bukit Barisan yang dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu Kabupaten

Langkat Seluas 13.000 Ha, Kabupaten Deli Serdang seluas 17.150 Ha, Kabupaten
Simalungun 1.645 Ha dan Kabupaten Karo seluas 19.805 Ha (Dinas Kehutanan
Prov. Sumatera Utara, 2006).

3.2.2. Topografi dan Iklim
Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan umumnya memiliki
karakteristik topografi terjal sampai curam dan hanya sebagian kecil
bergelombang dan landai. Sebagian besar tanah terdiri dari tanah Litosol,
Podsolik, Regosol, dan Andosol. Berdasarkan pengamatan di lapangan, Hutan
Lindung Simancik I memiliki topografi yang bergelombang dan relatif datar.
Berdasarkan data Departemen Kehutanan (2007), curah hujan rata-rata berkisar
2.000-2.500 mm per tahun, tipe iklimnya berdasarkan klasifikasi Schmidt dan

Universitas Sumatera Utara

9

Ferguson termasuk ke dalam klasifikasi tipe B. Suhu udara minimum 13°C dan
maksimum 29°C dengan kelembaban rata-rata berkisar 80-90%.


3.2.3. Vegetasi
Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian, vegetasi yang umum
ditemukan antara lain Pinus merkusii, Altingia exelsa, Podocarpus imbricatus,
Dipterocarpaceae, Moraceae, Toona sureni, Casuarinas sp, Eucalyptus sp,
Cupresus sp, Agathis sp, Arecaceae, Melastomataceae, dan Lauraceae.

3.3. Pelaksanaan Penelitian
3.3.1. Di Lapangan
Pengkoleksian tumbuhan lumut dilakukan dengan menggunakan metode
survei yaitu dengan melakukan penjelajahan di sepanjang jalur penelitian serta di
sepanjang jalur yang memungkinkan untuk dilakukan penjelajahan. Semua jenis
lumut hati berdaun yang ditemukan, dicatat karakter penting meliputi substrat atau
tempat tumbuh, serta warna. Semua spesimen yang diperoleh difoto, kemudian
dikoleksi dengan menggunakan pisau atau alat pencongkel. Pengambilan
spesimen lumut diusahakan selengkap mungkin. Semua spesimen yang diperoleh
dimasukkan ke dalam amplop spesimen secara terpisah. Setiap amplop diberi
nomor koleksi. Dilakukan pengukuran faktor fisik kimia, meliputi pengukuran
titik koordinat dengan menggunakan GPS (Global PositioningSystem), altimeter
untuk ketinggian tempat, suhu udara dengan termometer, kelembaban udara
dengan higrometer, intensitas cahaya dengan luxmeter, dan pH tanah dengan soil

tester. Foto pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada (Lampiran 2).

3.3.2. Di Laboratorium
a. Pembuatan Spesimen Herbarium
Spesimen lumut yang diperoleh diganti kertas amplopnya, diawetkan
dengan cara dikering-anginkan supaya tidak rusak (lembab dan berjamur).
Spesimen yang sudah kering disimpan di Herbarium Medanese, Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera
Utara, Medan (hasil identifikasi spesimen pada Lampiran 3). Setiap istilah yang
digunakan dalam penulisan ini dirujuk pada lampiran 4.

Universitas Sumatera Utara

10

b. Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi dilakukan menggunakan beberapa buku acuan dan beberapa
publikasi tentang lumut hati berdaun di Asia antara lain:
a) A Revision of Japanese Lejeuneaceae. The journal of the Hattori
Botanical Laboratory (Mizutani, M., 1961)

b) The Genus Plagiochilla (Dum.) Dum. In Southeast Asia (Inoue, H., 1984)
c) Systematic Botany Monographs (So, M.L., 2001)
d) Guideto the Bryophyte of Tropical Amerika, Vol 86 (Gradstein, S.R.,
Churchill, S.P., Salazar-Allen, N., 2001)
e) Bryophyte Flora of the Huon Peninsula, Papua New Guinea. LXVIII.
Lejeuneaceae Subfamili Ptychantideae (Hepaticae) (Gradstein, S.R., Lan,
He, X., Pippo, S., and Mizutani, M., 2002)
f) Mengenal Bryophyta (Lumut) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Volume 1 (Hasan & Ariyanti, 2004)
g) Guide to the Liverwort and Hornworts of Java (Gradstein, S.R., 2011)
Pengamatan morfologi dilakukan dengan cara mengambil potongan
spesimen lumut secukupnya. Selanjutnya potongan tersebut direndam dalam air,
pada bagian pangkalnya dijepit dengan pinset runcing, lalu diambil satu helai
daunnya. Daun diletakkan di atas gelas preparat, ditutup dengan gelas penutup,
dan diamati dibawah mikroskop. Karakteristik penting yang diamati antara lain:
tinggi, lebar, lobus (bentuk, tepi, ujung, pangkal, margin, sel), lobulus (bentuk,
tepi, ujung, pangkal, margin, sel) dan perhiasan (perianth).

c. Deskripsi Jenis
Data jenis-jenis lumut hati berdaun disajikan dalam bentuk kunci

identifikasi dan deskripsi morfologi jenis yang dilengkapi dengan foto masingmasing jenis.

Universitas Sumatera Utara

11

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis-Jenis Lumut Hati Berdaun
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui sebanyak 22 jenis lumut
hati berdaun yang termasuk ke dalam 12 marga dan 6 suku yaitu: Frullaniaceae
(1 jenis), Lejeuneaceae (11 jenis), Lepidoziaceae (2 jenis), Lophocoleaceae (2
jenis), Plagiochillaceae (4 jenis), dan Radullaceae (2 jenis) (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis-Jenis Lumut Hati Berdaun di Hutan Lindung Simancik I
(TAHURA Bukit Barisan)
No Suku
Jenis
Substrat

1. Frullaniaceae
Frullania apiculata
Batang pohon
2. Lejeuneaceae
Lejeunea rotundistipula
Batang pohon
3.
Archilejeunea planiuscula
Batang pohon
4.
Dendrolejeunea fruticosa
Batang pohon
5.
Lopholejeunea acutifolia
Batang pohon
6.
Lopholejeunea eulopha
Batang pohon dan kayu
lapuk
7.

Lopholejeunea nigricans
Batang pohon
8.
Lopholejeunea subfusca
Batang pohon
9.
Mastigolejeunea replata
Batang pohon
10.
Mastigolejeunea virens
Batang pohon
11.
Ptychantus striatus
Batang pohon
12.
Thysananthus spathulistipus Batang pohon
13. Lepidoziaceae
Bazzania japonica
Batang pohon
14.

Bazzania vittata
Batang pohon dan
ranting pohon
15. Lophocoleaceae Heteroscyphus argutus
Batang pohon dan kayu
lapuk
16.
Heteroscyphus coalitus
Batang pohon dan kayu
lapuk
17. Plagiochilaceae Plagiochila gracilis
Batang pohon dan
ranting pohon
18.
Plagiochila teysmannii
Ranting pohon
19.
Plagiochila spathulifolia
Ranting pohon
20.

Pedinophyllum interruptum
Batang pohon dan
ranting pohon
21. Radulaceae
Radula javanica
Batang pohon dan kayu
lapuk
22.
Radula retroflexa
Batang pohon

Universitas Sumatera Utara

12

Jumlah jenis yang diperoleh di lokasi penelitian tergolong rendah dibandingkan
dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di Hutan Sibayak Sumatera
Utara oleh Siregar (2015), yaitu ditemukan sebanyak 163 jenis lumut hati yang
termasuk ke dalam 53 marga dan 22 suku. Banyaknya jumlah jenis yang diperoleh
di Hutan Sibayak disebabkan karena kawasan Hutan Sibayak memiliki kisaran

persebaran lumut yang luas yaitu dari sub pegunungan hingga pegunungan bawah
dengan ketinggian berkisar 870-2000 m dpl. Sedangkan di kawasan Hutan
Lindung Simancik I merupakan kawasan hutan pegunungan bawah dengan
ketinggian ± 600 m dpl. Selain itu, hal yang menyebabkan jumlah jenis sedikit
ditemukan karena adanya perbedaan intensitas pengkoleksian, dan perbedaan
faktor biotik dan abiotik di masing-masing daerah. Gradstein et al., (2003),
menyatakan bahwa ada beberapa kemungkinan yang mempengaruhi jumlah jenis
yang diperoleh, diantaranya adalah faktor ekologi, jumlah pengkoleksian,
lamanya waktu pengkoleksian dan jumlah ahli yang terlibat.
Lumut hati berdaun suku Lejeuneaceae lebih banyak ditemukan pada
penelitian ini dari pada suku-suku lainnya. Lejeuneaceae merupakan suku terbesar
pada kelompok lumut hati berdaun di kawasan tropis, diperkirakan ada sekitar 90
marga dan lebih dari 1600 jenis. Suku ini termasuk suku yang paling banyak
ditemukan di hutan pegunungan (Gradstein et al., 2001; Gradstein & Culmsee,
2010). Sebanyak 160 jenis anggota Lejeuneaceae dilaporkan ada di Jawa
(Söderström et al., 2010; Gradstein, 2011) dan 49 jenis di Sumatera Utara (Siregar
et al., 2014).
Jenis dari suku Lejeuneaceae di Hutan Lindung Simancik I, ditemukan 7
marga dan dua subsuku yaitu Lejeuneoideae dan Ptychanthoideae. Pada subsuku
Lejeuneoideae diperoleh 1 jenis lumut hati berdaun yang memiliki ciri yaitu daun

ventral (underleave) yang terbagi atau bifid dan terkadang memiliki sel ocelli,
sedangkan pada subsuku Ptychanthoideae diperoleh 10 jenis lumut hati berdaun
yang memiliki ciri yaitu daun ventral (underleave) yang tidak terbagi dan tidak
memiliki sel ocelli.
Berdasarkan hasil pengukuran faktor fisik kimia di lokasi penelitian
menunjukkan suhu udara berkisar 25-29˚C, kelembaban 48-50% dan intensitas
cahaya 13-123 lux (Lampiran 5). Perbedaan faktor lingkungan yang meliputi

Universitas Sumatera Utara

13

suhu, kelembaban, dan pencahayaan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
lumut (Friedel et al., 2006; Ariyanti et al., 2008; Sporn et al., 2009). Tumbuhan
lumut tumbuh optimum pada suhu rata-rata 10-30˚C (Uno et al., 2001). Pada
umumnya lumut memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang
pertumbuhannya, kelembabannya berkisar antara 70-98%. Ketinggian tempat juga
mempengaruhi jumlah lumut yang ditemukan. Peningkatan elevasi akan
menyebabkan penurunan suhu lingkungan, khususnya kelembaban udara dan arah
angin (Whitmore, 1984). Seiring kenaikan elevasi 100 m akan menyebabkan
penurunan suhu 0,4-0,7˚C (Enroth, 1990; Glime, 2007).
Selain faktor fisik kimia, pertumbuhan lumut juga didukung oleh substrat
lumut itu sendiri. Jenis-jenis lumut hati berdaun yang ditemukan, hidup di
beberapa jenis substrat yaitu di batang pohon, ranting pohon dan kayu lapuk.
Hampir keseluruhan lumut yang ditemukan substratnya dominan di batang pohon.
Secara umum lumut epifit tumbuh pada permukaan batang pohon (corticolous)
dan ranting pohon (ramicolous) (Gradstein & Pocs, 1989; Gonzalez-Mancebo et
al., 2004).
Lumut hati dari suku Lejeuneaceae sebagian besar ditemukan di batang
pohon bagian bawah. Batang pohon bagian bawah memiliki kelembaban udara
lebih tinggi jika dibandingkan pada batang pohon bagian atas (Sporn et al. 2010).
Sementara itu, intensitas cahaya lebih rendah pada bagian pangkal pohon
dibandingkan dengan bagian tajuk (DeOliveira et al. 2009; Sporn et al. 2010)
sehingga lumut Lejeuneaceae banyak dijumpai di batang pohon bagian bawah.
Lumut hati yang tumbuh epifit pada batang pohon mempunyai struktur
adaptasi yang bertujuan untuk bertahan hidup pada lingkungan epifit. Struktur
tersebut merupakan berkembangnya alat untuk absorpsi dan penyimpanan air,
yaitu lobulus yang berguna sebagai kantong air seperti pada Frullaniaceae,
Lejeuneaceae (Gradstein & Pocs, 1989; Windadri, 2010).

Universitas Sumatera Utara

14

4.2. Kunci Identifikasi Jenis-Jenis Lumut Hati Berdaun Di Hutan Simancik I
4.2.1. Kunci Menuju Suku
1. a. Daun lateral succubous.........................................
b. Daun lateral inccubous..........................................
2. a. Pangkal daun ventral bebas dari lobus. Pangkal
daun bagian dorsal pada batang memanjang
(deccurent)............................................................
b. Pangkal daun ventral menyatu dengan lobus.
Pangkal daun bagian dorsal pada batang
pendek...................................................................
3. a. Daun ventral tidak ada. Memiliki inisial rhizoid
yang berasal dari lobulus.......................................
b. Daun ventral ada. Inisial rhizoid tidak terdapat
pada lobulus..........................................................
4. a. Tumbuhan berwarna merah keunguan. Lobulus
menempel pada batang..........................................
b. Tumbuhan hijau muda hingga hijau tua. Lobulus
menempel pada daun lateral..................................
5. a. Daun lateral tidak memiliki lobulus. Terdapat
cabang yang berbentuk flagel pada sisi ventral....
b. Daun lateral memiliki lobulus. Flagel tidak
terdapat pada sisi ventral.......................................
4.2.2. Kunci Menuju Jenis dari Suku
Lophocoleaceae
1. a. Ujung daun dengan 6 gigi pendek.........................
b. Ujung daun dengan 2 gigi yang lebih panjang......

2
3

Plagiochilaceae

Lophocoleaceae
Radulaceae
4
Frullaniaceae
5
Lepidoziaceae
(Bazzania)
Lejeuneaceae

15. Heteroscyphus
argutus
16. Heteroscyphus
coalitus

Radulaceae
1. a. Ujung lobulus runcing, ukuran lobulus 1/3
panjang lobus. Sel lobus dengan trigone yang
kecil berbentuk segitiga........................................
b. Ujung lobulus meruncing, ukuran lobulus 1/2
panjang lobus. Sel lobus dengan trigone yang
besar berbentuk triradiate.....................................

22. Radula retroflexa

Lepidoziaceae
1. a. Daun lateral berbentuk lanset, tanpa vittae...........
b. Daun lateral berbentuk oblong, dengan vittae......

13. Bazzania japonica
14. Bazzania vittata

Plagiochilaceae
1. a. Susunan daun lateral berjarak, ujung daun
bergigi 2................................................................
b. Susunan daun lateral berdekatan/rapat, ujung
daun bergigi lebih dari 2.......................................

21. Radula javanica

20. Pedinophyllum
interruptum
2

Universitas Sumatera Utara

15

2.

3.

a.

Tepi daun ventral rata, ujung daun bergigi
8.............................................................................
b. Tepi daun ventral beringgit, ujung daun bergigi
2-7.........................................................................
a. Tumbuhan berukuran kecil, lebar 2-3 mm.
Pangkal daun ventral menyempit..........................
b. Tumbuhan berukuran besar, lebar 4-6 mm.
Pangkal daun ventral melebar...............................

Lejeuneaceae
1. a. Ujung daun ventral terbelah..................................

2.
3.

b.
a.
b.
a.
b.

4.

a.
b.

5.

a.
b.

6.

a.
b.

7.

a.
b.

8.

a.

Ujung daun vental rata..........................................
Percabangan teratur...............................................
Percabangan tidak teratur......................................
Daun ventral bergerigi, dengan vittae, cabang
tipe-lejeunea, perianth dengan 3 keel...................
Daun ventral rata, tanpa vittae, cabang tipefrullania, perianth dengan 10 keel........................
Daun
ventral
bergerigi
berbentuk
spatula....................................................................
Daun ventral rata berbentuk bulat telur hingga
oblong....................................................................
Tumbuhan berukuran kecil, lebar kurang dari 2
mm........................................................................
Tumbuhan berukuran besar, lebar lebih dari 2
mm.........................................................................
Tumbuhan berwarna hijau hingga cokelat.
Perianth rata dengan 1-2 inovasi.........................
Tumbuhan berwarna hijau kecokelatan hingga
hitam. Perianth bergigi tanpa inovasi...................
Ujung lobus membulat. Panjang gigi lobulus 4
sel..........................................................................
Ujung lobus meruncing. Panjang gigi lobulus 1-2
sel..........................................................................
Ujung lobus runcing..............................................

b. Ujung lobus membulat..........................................
a. Lobulus menyatu dengan lobus melalui 1 sel,
panjang lobulus 2/5 lobus.....................................
b. Lobulus menyatu dengan lobus melalui 2-3 sel,
panjang lobulus 1/3 lobus.....................................
10. a. Tepi lobulus bebas tidak melekuk ke daun
ventral. Daun ventral berukuran 2-4 x lebar
batang....................................................................
b. Tepi lobulus bebas sedikit melekuk ke daun
ventral. Daun ventral berukuran 1-2 x lebar
batang....................................................................
9.

17. Plagiochila gracilis

3
19. Plagiochila
spathulifolia
18. Plagiochila
teysmannii

2. Lejeunea
rotundistipula
2
3
4
4. Dendrolejeunea
fruticosa
11. Ptychantus striatus
12. Thysananthus
spathulitipus
5
3. Archilolejeunea
planiuscula
6
7
8
10. Mastigolejeunea
virens
9. Mastigolejeunea
replata
5. Lopholejeunea
acutifolia
9
6. Lopholejeunea
eulopha
10
8. Lopholejeunea
subfusca
7. Lopholejeunea
nigricans

Universitas Sumatera Utara

16

4.3. Deskripsi Jenis-Jenis Lumut Hati Berdaun Berdasarkan KarakterKarakter Data Kuantitatif dan Kualitatif (Urutan Berdasarkan Abjad
Suku).
1). Frullania apiculata (Reinw. et al) Dum.
Perawakan tumbuhan kokoh, berwarna merah keunguan hingga hitam. Panjang
tumbuhan 0,6-2,4 cm dan lebar 0,3-0,7 mm. Susunan daun lateral berdekatan;
lobus berbentuk bulat telur, ujung meruncing, tepi rata, sel lobus berbentuk
isodiametris; lobulus bebas dari lobus, berbentuk seperti kantung atau telinga;
daun ventral berbentuk bulat telur, tepi rata, ujung berbagi dengan sinus 1/4-1/2
panjang daun ventral, ujung lembaran daun ventral runcing.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 31

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Sulawesi (Hasan & Ariyanti,
2004)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 470 m dpl,
kelembaban 72% dan Suhu 28°C

a

b

c

d

Gambar 1. Frullania apiculata a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi
ventral) c. lobulus d. daun ventral

Universitas Sumatera Utara

17

2). Lejeunea rotundistipula (Steph.) Hatt.
Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau muda hingga hijau kekuningan dalam
keadaan basah dan hijau kecokelatan pada saat kering. Panjang tumbuhan 0,8-1,2
cm, lebar 0,4-0,6 mm. Susunan daun lateral berjauhan; lobus berbentuk bulat
telur, panjang 0,2-0,4 mm, lebar 0,2-0,3 mm, tepi rata, ujung membulat; sel lobus
berbentuk segi enam, dinding sel tipis, berwarna hijau muda; lobulus kecil,
berbentuk bulat telur; memiliki daun ventral yang berbentuk lonjong, membelah
pada kurang lebih setengah dari pada panjang daun ventral keseluruhan.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 91

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Jepang, Korea
(Mizutani, M. 2002)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 394-579 m
dpl, kelembaban 57-71% dan Suhu 25-28°C

5 µm

20 µm
a
a

b

c

Gambar 2. Lejeunea rotundistipula a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. daun
ventral c. sel daun (perbesaran 10x10).

Universitas Sumatera Utara

18

3). Archilejeunea planiuscula (Mitt.) Steph.
Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau dalam keadaan basah dan hijau
kecokelatan dalam keadaan kering. Panjang tumbuhan 1-2 cm, lebar 0,5-1,2 mm;
susunan daun lateral berdekatan; lobus berbentuk bulat telur hingga lonjong,
panjang 0,3-1,1 mm, lebar 0,3-0,6 mm, tepi rata, ujung membulat atau tumpul; sel
di bagian tepi dan tengah daun berbentuk isodiametris, ukuran sel di bagian
tengah lebih besar dari pada sel di bagian tepi, dinding sel tebal, warna hijau
kecoklatan; lobulus menyatu dengan lobus melalui 2 buah sel, panjang lobulus
1/6-1/3 dari panjang lobus; memiliki daun ventral, tersusun berdekatan, berbentuk
bulat telur hingga oblong, ujung membulat; Anteridium terletak pada ujung
cabang, terdiri atas 5-15 pasang. Perianth berasal dari cabang yang pendek,
lipatan membentuk alur yang berjumlah 4-6 alur.
Spesimen yang diperiksa

:W. Rahmi 02, 03, 04

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Irian Barat, Papua
Nugini (Gradstein et al., 2002)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 557-592 m
dpl, kelembaban 48-58% dan suhu 27-28°C

a

b

c

d

e

f

Universitas Sumatera Utara

19

Gambar 3. Archilejeunea planiuscula a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b.
lobus c. daun ventral d. Anteridium e. Perianth f. sel daun (perbesaran
10x10)
4). Dendrolejeunea fruticosa (Lindenb. & Gottsche) Lacout.
Perawakan tumbuhan kokoh, berwarna hijau dan hijau cokelat tua pada saat
kering. Panjang tumbuhan 3,0-9,0 cm, lebar 2,0-3,4 mm. Susunan daun lateral
berdekatan;

lobus berbentuk persegi

panjang dengan ujung membulat

(oblong)/berbentuk bulat telur, panjang 1,0-2,0 mm, lebar 0,8-1,2 mm, tepi
bergerigi, ujung runcing dan bergerigi, terdapat vittae dari bagian dasar hingga ke
ujung; sel di bagian tepi dan tengah berbentuk persegi empat yang panjang,
ukuran sel di tengah lebih besar dibandingkan dengan sel di bagian tepi, dinding
sel tipis, warna kuning kecokelatan; lobulus berukuran kecil, dengan ukuran 1/10
panjang lobus, berbentuk bulat telur, ada/tidak ada gerigi; memiliki daun ventral
berbentuk bulat telur, sekitar tiga kali lebar dari batang, ujung bergerigi, tepi
bergerigi namun di bagian lateral rata, garis sisipan sedikit berliku, dioicous,
anteridium disisipkan dari pangkal percabangan dengan pelindung 5-25 pasang.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 24, 103, 107, 112, 125, 127, 152, 153

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Papua Nugini, Irian
Barat, Malaysia (Gradstein et al., 2002)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 477-492 m
dpl, kelembaban 70-80% dan Suhu 27-29°C

a

b

c

d

e

f

Universitas Sumatera Utara

20

Gambar 4. Dendrolejeunea fruticosa a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat
dari sisi ventral) c. lobus d. daun ventral e. anteridium f. sel daun
(perbesaran 10x10).
5). Lopholejeunea acutifolia Mizzut & Piippo.
Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau tua dalam keadaan basah dan
kehitam-hitaman disaat kering, lebar tumbuhan 1,0-1,5 mm. Susunan daun lateral
berdekatan. Lobus membulat telur hingga oblong; panjang 0,5-0,6 mm, tepi rata,
ujung runcing; sel di bagian tepi dan tengah berbentuk persegi hingga persegi
enam, ukuran sel di bagian tengah lebih besar daripada sel dibagian tepi, dinding
sel tebal, warna hijau kecokelatan. Lobulus kecil, berbentuk bulat telur, tepi bebas
melekuk ke dalam, lobulus menyatu dengan lobus melalui 3 buah sel, panjang
lobulus 2/5 dari panjang lobus; meliliki daun ventral, daun ventral tersusun
berjarak, bentuk oblong, ujung membulat, tepi rata.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 14

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Papua Nugini (Gradstein et al.,
2002)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pada ketinggian 557 m dpl,
kelembaban 64% dan Suhu 28°C

a

b

d

e

c

Gambar 5. Lopholejeunea acutifolia a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari
sisi ventral) c. lobul d. daun ventral e. sel daun (perbesaran 10x10).

Universitas Sumatera Utara

21

6). Lopholejeunea eulopha (Taylor) Schiffn.
Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau muda hingga hijau kehitaman dalam
keadaan basah dan hijau kecokelatan pada saat kering. Panjang tumbuhan 3,0-5,0
cm, lebar 0,5-1,0 mm. Susunan daun lateral tumpang tindih; lobus berbentuk bulat
telur, panjang 0,4-0,7 mm, lebar 0,2-0,5 mm, tepi rata, ujung membulat; sel di
bagian tepi dan tengah berbentuk bulat, ukuran sel di tengah lebih besar
dibandingkan dengan sel di bagian tepi, dinding sel tipis, warna kuning
kecokelatan; lobulus kecil, berbentuk bulat telur, tepi bebas melekuk ke dalam,
lobulus menyatu dengan lobus melalui 1 buah sel, panjang lobulus 2/5 dari
panjang lobus; memiliki daun ventral, daun ventral berukuran besar, tersusun
berdekatan/tumpang tindih, berbentuk ginjal, ujung membulat, tepi rata.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 07, 17, 18, 27, 30

Distribusi

: Indonesia, Philippina, Thailand, Sri Lanka, India,
Indo China, Jepang, Australia, Tropis Afrika,
Tropis Amerika (Gradstein et al., 2002;
Kornochalert et al., 2012).

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon dan kayu lapuk pada
ketinggian 447-577 m dpl, kelembaban 50-75%
dan Suhu 27-29°C

a

b

d

e

c

Universitas Sumatera Utara

22

Gambar 6. Lopholejeunea eulopha a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari
sisi ventral) c. lobus d. daun ventral e. sel daun (perbesaran 10x10).
7). Lopholejeunea nigricans (Lindenberg) Schiffn.
Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau tua hingga hijau kehitaman dalam
keadaan basah dan cokelat kehitaman pada saat kering. Panjang tumbuhan 2,8-3,6
cm, lebar 0,3-0,5 mm. Susunan daun lateral tumpang tindih; lobus berbentuk bulat
telur, panjang 0,2-0,5 mm, lebar 0,2-0,3 mm, tepi rata, ujung membulat; sel di
bagian tepi dan tengah berbentuk persegi enam, ukuran sel di tengah lebih besar
dibandingkan dengan sel di bagian tepi, dinding sel tebal, warna cokelat; lobulus
besar, berbentuk bulat telur, tepi bebas sedikit melekuk ke dalam, lobulus
menyatu dengan lobus melalui 2-3 buah sel, panjang lobulus 1/3 dari panjang
lobus; memiliki daun ventral, tersusun berjarak, berbentuk bulat, ujung membulat,
tepi rata.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 05, 08, 13, 15

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Kalimantan,
Papua Nugini, Malaysia, Australia, Tropis
Amerika (Gradstein et al., 2002). Seluruh daerah
tropis (Zhu & Gradstein 2005).

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon dan kayu lapuk pada
ketinggian 557-579 m dpl, kelembaban 62-78%
dan Suhu 28°C

a

b

d

e

c

Universitas Sumatera Utara

23

Gambar 7. Lopholejeunea nigricans a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat
dari sisi ventral) c. lobus d. daun ventral e. sel daun (perbesaran 10x10).
8). Lopholejeunea subfusca (Ness) Schiffn.
Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau tua dalam keadaan basah. Panjang
tumbuhan 1-8 cm, lebar 0,2-0,7 mm; susunan daun lateral berdekatan; lobus
cembung, berbentuk bulat telur, panjang 0,2-0,6 mm, lebar 0,2-0,4 mm, tepi rata,
ujung membulat; sel di bagian tepi dan tengah daun berbentuk bulat, ukuran sel di
bagian tengah lebih besar dari pada sel di bagian tepi, dinding sel tebal, warna
kuning kecoklatan; lobulus kecil, menggembung, berbentuk bulat telur, tepi bebas
tidak melekuk ke dalam, lobulus menyatu dengan lobus melalui 2-3 buah sel,
ujung rompang, panjang lobulus 1/3 lobul; memiliki daun ventral, daun ventral
berukuran besar, tersusun berjarak/berjauhan, berbentuk oblong.
Spesimen yang diperiksa : W. Rahmi 01
Distribusi

: Indonesia (Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku),

Papua

Nugini,

Malaysia,

Singapura,

Philippina, Thailand, Vietnam, Sri Lanka, Kamboja,
India, Nepal, China, Jepang ; Australia, Afrika, Tropis
Amerika (Zhu dan Gradstein 2005).
Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 538 m dpl,
kelembaban 80% dan suhu 27°C

a

b

d

e

c

Universitas Sumatera Utara

24

Gambar 8. Lopholejeunea subfusca a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari
sisi ventral) c. lobus d. daun ventral e. sel daun (perbesaran 10x10)
9). Mastigolejeunea replata (Tayl.) A. Evans
Perawakan tumbuhan besar, berwarna cokelat kehitaman dalam keadaan kering,
panjang tumbuhan 2-5 cm dan lebar 2-3 mm. Susunan daun lateral tumpang
tindih, merofit ventral terdiri atas 10-12 sel, lobus berbentuk oblong, ujung
runcing hingga meruncing, tepi rata dan sedikit melengkung, trigone besar
berbentuk hati. Lobulus kecil, 1/4-1/3 dari panjang lobus, berbentuk bulat telur,
lobulus menyatu dengan lobus melalui 1-2 buah sel. Daun ventral memiliki
ukuran 3x lebar batang, tersusun berdekatan, bentuk sedikit bulat lonjong.
Spesimen yang diperiksa: W. Rahmi 09, 10, 11
Distribusi

: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Papua
Nugini, Irian Barat, Kepulauan Salomon, (Gradstein et
al., 2002). Malaysia (Grolle & Pippo, 1984).

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 579 m dpl,
kelembaban 57% dan Suhu 28°C

a

b

c

d

Gambar 9. Mastigolejeunea replata a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari
sisi ventral) c. daun ventral d. sel daun (perbesaran 10x10).

Universitas Sumatera Utara

25

10). Mastigolejeunea virens (Angstr.) Steph.
Perawakan tumbuhan besar, berwarna cokelat kehitaman dalam keadaan kering,
panjang tumbuhan 2-5 cm dan lebar 2-3 mm. Susunan daun lateral tumpang
tindih: lobus bulat telur hingga lonjong, tepi rata, ujung bulat hingga tumpul; selsel lobus berdinding tebal, berwarna kuning, trigone berbentuk hati. Lobulus
berbentuk bulat telur, lobulus menyatu dengan lobus melalui 3-5 buah sel. Daun
ventral tumpang tindih, berbentuk segi empat hingga hampir berbentuk segitiga,
tepi rata, ujung hampir membulat.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 09, 10, 11

Distribusi

: Sumatera (Siregar et al., 2014) Jawa, Kalimantan,
Maluku, Filipina, Semenanjung Malaysia,
Thailand, Sri Lanka, Papua Nugini, Australia,
Kepulauan Pasifik (Gradstein et al. 2002).

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 579 m dpl,
kelembaban 57% dan Suhu 28°C

a

b

c

d

Gambar 10. Mastigolejeunea virens a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b.
lobus c.daun ventral d. sel daun (perbesaran 10x10)

Universitas Sumatera Utara

26

11). Ptychanthus striatus (Lehm. & Lindenb) Nees.
Perawakan tumbuhan kokoh, berwarna hijau muda hingga hijau kehitaman dalam
keadaan basah dan hijau kecokelatan pada saat kering. Panjang tumbuhan 5,0-9,0
cm, lebar 2,0-3,0 mm. Susunan daun lateral tumpang tindih; lobus berbentuk bulat
telur, panjang 0,7-0,9 mm, lebar 0,3-0,6 mm, tepi bergerigi, ujung runcing; sel di
bagian tepi dan tengah berbentuk persegi empat, ukuran sel di tengah lebih besar
dibandingkan dengan sel di bagian tepi, dinding sel tipis, warna kuning
kecokelatan; lobulus kecil, berbentuk persegi empat memanjang dengan 1-3 gigi
di bagian ujungnya; memiliki daun ventral menyirip, berbentuk bulat telur atau
seperti sudip, ujung rata, tepi bergerigi namun di bagian lateral rata. Perianth
berasal dari cabang yang pendek, berbentuk bulat telur terbalik dan memanjang
dengan lipatan membentuk alur yang berjumlah 8-9 alur.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 26, 29, 31

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Papua Nugini, Malaysia
(Gradstein et al., 2002). India, Sri Lanka, Thailand,
New Zealand, Afrika (Haerida et al. 2010;
Kornochalert et al. 2012).

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 446-485 m
dpl, kelembaban 72-75% dan Suhu 27-28°C

a

b

c

d

e

f

Universitas Sumatera Utara

27

Gambar 11. Ptychanthus striatus a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari
sisi ventral) c. cabang dengan perianth d. lobul e.daun ventral f. Sel
daun (perbesaran 10x10).
12). Thysananthus spathulistipus (Reinwardt, Blume & Ness) Lindenberg.
Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau muda hingga hijau tua dalam keadaan
basah dan hijau kecokelatan pada saat kering. Panjang tumbuhan 3,0-6,0 cm, lebar
0,6-1,5 mm. Susunan daun lateral berdekatan; lobus berbentuk oblong, panjang
0,3-0,7 mm, lebar 0,2-0,5 mm, tepi rata, ujung membulat; sel di bagian tepi dan
tengah berbentuk panjang persegi enam atau (long than wide), ukuran sel di
tengah lebih besar dibandingkan dengan sel di bagian tepi, dinding sel tebal,
warna hijau kekuningan; lobulus kecil, berbentuk bulat telur, ujung melekuk ke
dalam dengan 2 gigi tumpul, panjang lobulus 1/3 dari panjang lobus; memiliki
daun ventral, daun ventral berukuran besar, tersusun berdekatan/tumpang tindih,
berbentuk spatula, ujung bergerigi.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 09, 10, 11

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku,
Kalimantan, Papua Nugini, Irian Barat,
Kepulauan Salomon, Malaysia, Australia
(Gradstein et al., 2002)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 579
m dpl, kelembaban 57% dan Suhu 28°C

a

b

d

e

c

Universitas Sumatera Utara

28

Gambar 12. Thysananthus spathulistipus a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat
dari sisi ventral) c. daun ventral d. lobus e. sel daun (perbesaran 10x10).
13). Bazzania japonica (Sande Lac.) Lindb.
Perawakan tumbuhan berwarna hijau sampai hijau kecokelatan hingga
kekuningan pada spesimen; lebar 1,7-4,5 mm. Merofit ventral 10 atau 13 sel.
Daun lateral tersusun sangat rapat, berbentuk lanset, panjang 0,6-2,0 mm dan
lebar 0,3-0,8 mm; pangkal daun rata, pelekatan rata, salah satu sisi pangkal distal
melekat dengan daun ventral, tepi rata, ujung bergigi 3, runcing; sel berbentuk
persegi panjang-poligonal, daun tanpa vita, berkloroplas, dinding sangat tebal,
permukaan halus, trigon besar. Daun ventral tersusun berdekatan dan/atau rapat,
berbentuk persegi, panjang 0,2-0,5 mm dan lebar 0,18-0,4 mm; pangkal daun rata
atau ada yang berkuping, pelekatan melengkung, tepi daun bergigi, bagian tengah
cembung apabila diamati dari sisi dorsal, ujung rata; sel berbentuk persegi
panjang-poligonal, berkloroplas, dinding sangat tebal, permukaan halus, trigon
besar. Cabang ventral dengan panjang 6-16 mm; sisik daun berbentuk persegi
memanjang, pangkal rata, tepi rata, ujung bergigi 3; sel berbentuk poligonal,
berkloroplas, dinding sel sangat tebal, trigon besar.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 57, 76

Distribusi

: Sumatera, Japan, Korea, Hongkong, Taiwan,
Vietnam, Thailand (Kitagawa, 1967)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 394-454 m
dpl, kelembaban 52-71% dan Suhu 25-28°C

a

b

c

Gambar 13. Bazzania japonica a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. daun
lateral c. sel daun (perbesaran 10x10).

Universitas Sumatera Utara

29

14). Bazzania vittata (Lindenb. & Gottsche) Trevis.
Perawakan tumbuhan berwarna hijau kebiruan pada spesimen, lebar 1,0-1,2 mm.
Merofit ventral 5 atau 6 sel. Daun lateral tersusun berdekatan, daun berbentuk
oblong-bulat telur, panjang 0,4-0,6 cm dan lebar 0,3-0,4 mm; pangkal daun rata,
pelekatan rata, melekat dengan daun ventral, tepi rata, ujung bergigi 3, tumpul; sel
berbentuk persegi panjang-poligonal, memiliki vita (7-8 baris sel), sel berwarna
hijau-kecokelatan, dinding sel tipis di bagian tengah daun dan tebal di bagian tepi
daun, permukaan kasar. Daun ventral tersusun berjarak, berbentuk persegi,
panjang 0,2-0,3 mm dan lebar 0,15-0,2 mm; pangkal daun rata, pelekatan rata,
melekat dengan daun lateral, tepi beringgit, ujung rata; sel berbentuk poligonal
panjang, hialin, dinding sel tipis, permukaan kasar, tidak. Cabang ventral dengan
panjang 3-4 mm; sisik daun berbentuk persegi, pangkal rata, tepi beringgit, ujung
rata; sel berbentuk poligonal, hialin, dinding sel tipis, tanpa trigon.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 51

Distribusi

: Sumatera, Kalimantan, Jawa (Schiffner, 1898);
Japan, Korea, Hongkong, Taiwan, Vietnam,
Thailand (Wang et al., 2011)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di ranting dan batang pohon pada ketinggian
394 m dpl, kelembaban 71% dan Suhu 25°C

a

b

c

Gambar 14. Bazzania vittata a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. daun
lateral c. sel daun (perbesaran 10x10).

Universitas Sumatera Utara

30

15). Heteroscyphus argutus (Reinw.et.al) Schiffin.
Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau muda hingga hijau tua dalam keadaan
basah. Panjang tumbuhan 1,9-4,6 cm, lebar 0,5-0,8 mm. Susunan daun lateral
berdekatan, succubous, lobus berbentuk persegi panjang atau hampir bujur
sangkar, tepi rata, dengan beberapa (4-10) gigi-gigi kecil di bagian ujung tepi
daun; sel lobus berbentuk segi enam, dinding sel tipis, berwarna hijau
kecokelatan; daun ventral bercuping dua kecil dengan helaian cuping memanjang
dan berujung runcing.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 21, 24,68, 80

Distribusi

: Sumatera, Jawa (Hasan & Ariyanti, 2004)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 477-559 m
dpl, kelembaban 69-80% dan Suhu 26-29°C

a

b

c

d

Gambar 15. Heteroscyphus argutus a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari
sisi ventral) c. lobus d. sel daun (perbesaran 10x10).

Universitas Sumatera Utara

31

16). Heteroscyphus coalitus (Hook.) Schiffn.
Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau muda hingga hijau kekuningan dalam
keadaan basah. Panjang tumbuhan 1,5-5 cm, lebar 0,5-0,8 mm. Susunan daun
lateral berdekatan, incubous, lobus berbentuk persegi panjang atau hampir bujur
sangkar dengan 2/(0-4) gigi-gigi kecil di bagian ujung tepi daun; sel lobus
berbentuk segi enam, dinding sel tipis, berwarna hijau tua; daun ventral bercuping
dua kecil dengan helaian cuping memanjang dan berujung runcing.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 22, 40, 49, 111

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Bali (Hasan & Ariyanti, 2004)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 454-565 m
dpl, kelembaban 52-76% dan Suhu 28°C

a

b

c

d

Gambar 16. Heteroscyphus coalitus a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari
sisi ventral) c. lobus d. sel daun (perbesaran 10x10).

Universitas Sumatera Utara

32

17). Plagiochila gracilis Lindenberg & Nees
Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau tua kecoklatan sampai kuning
keabuan. Panjang 0,9-1,2 cm, lebar 1,7-2,1 mm. Daun lateral tersusun berjarak,
berbentuk oblong hingga bulat telur, panjang 0,5-1,0 mm dan lebar 0,3-0,5 mm;
pangkal daun rata, perlekatan daun rata, ujung bergigi 8, runcing; sel berbentuk
bulat-poligonal, ukuran sel di bagian tepi lebih kecil dibandingkan dengan sel di
bagian tengah daun, berdinding tipis tanpa trigon di bagian tepi, berdinding tipis
di bagian tengah daun dengan trigon kecil.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 31, 86

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Sri Lanka, Philipina, Jepang,
China (So, 2001)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 394-470 m
dpl, kelembaban 72% dan Suhu 28°C

a

b

c

d

Gambar 17. Plagiochila gracilis a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat dari sisi
ventral) c. daun lateral d. sel daun (perbesaran 10x10).

Universitas Sumatera Utara

33

18). Plagiochila teysmannii S. Lac.
Perawakan tumbuhan besar, berwarna hijau hingga kuning keabuan. Panjang 0,92,2 cm, lebar 4-6 mm. Daun lateral tersusun berdekatan/rapat, berbentuk bulat
telur hingga memanjang, panjang 0,5-2,0 mm dan lebar 0,3-0,7 mm; pangkal daun
rata, perlekatan daun rata, tepi bagian dorsal melengkung, ujung bergigi 7-10,
runcing dan pendek; sel berbentuk persegi panjang, ukuran sel di bagian tepi lebih
kecil dibandingkan dengan sel di bagian tengah daun, berdinding tipis, permukaan
sel halus; daun ventral melebar berbentuk persegi panjang, pangkal daun
rata/membulat, perlekatan daun rata, tepi beringgit, ujung rata, sel berbentuk
persegi, dinding tebal, trigon kecil, permukaan halus.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 92

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Sri Lanka, Filipina,
Kamboja, Thailand (Inoue 1984; Ariyanti dan
Gradstein 2007; Lai et al. 2008).

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 394 m dpl,
kelembaban 71% dan Suhu 26°C

a

b

c

d

Universitas Sumatera Utara

34

Gambar 18. Plagiochila teysmannii a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b.
daun ventral c.daun lateral d. sel daun (perbesaran 10x10).
19). Plagiochila spathulifolia Mitt.
Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau muda hingga hijau tua kecokelatan.
Panjang 0,7-2,1 cm, lebar 2,4-3,0 mm. Daun lateral tersusun berjarak, berbentuk
bulat telur hingga memanjang, panjang 1,0-2,0 mm dan lebar 0,3-0,9 mm; pangkal
daun rata, perlekatan daun rata, tepi rata, ujung bergigi 2, runcing dan pendek; sel
berbentuk persegi hingga bulat, ukuran sel di bagian tepi lebih kecil dibandingkan
dengan sel di bagian tengah daun, berdinding tipis, permukaan sel halus; daun
ventral tersusun berjarak, berbentuk persegi panjang, panjang 0,1-0,3 mm dan
lebar 0,2-0,4 mm, pangkal daun rata, perlekatan daun rata, tepi beringgit, ujung
rata, sel berbentuk persegi, dinding tebal, trigon kecil, permukaan halus.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 92

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Bali, Sri Lanka, Philippina,
Jepang, Vietnam (Inoue, 1984)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 394 m dpl,
kelembaban 71% dan Suhu 26°C

a

c

b

d

Gambar 19. Plagiochila spathulifolia a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b.

Universitas Sumatera Utara

35

daun lateral c. Anteridium d. sel daun (perbesaran 10x10).

20). Pedinophyllum interruptum (Nees.) Kaal
Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau muda hingga hijau keabuan. Panjang
0,4-1,1 cm, lebar 1,4-2,1 mm. Daun lateral tersusun berdekatan/rapat, berbentuk
bulat telur hingga oblong, panjang 0,4-1,0 mm dan lebar 0,3-0,5 mm; pangkal
daun rata, perlekatan daun rata, tepi rata, ujung bergigi 2, runcing dan pendek; sel
berbentuk persegi panjang hingga poligonal, ukuran sel di bagian tepi lebih kecil
dibandingkan dengan sel di bagian tengah daun, berdinding tipis, permukaan sel
halus.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 32

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Sri Lanka, Philipina,
Jepang, China, India (So, 2001)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 470 m dpl,
kelembaban 72% dan Suhu 28°C

a

b

c

d

Universitas Sumatera Utara

36

Gambar 20. Pedinophyllum interruptum a. tumbuh di alam b. daun lateral (dilihat
dari sisi ventral) c. daun lateral d. sel daun (perbesaran 10x10).

21). Radula javanica Gott.
Perawakan tumbuhan kecil, berwarna hijau muda hingga hijau kekuningan dalam
keadaan basah. Panjang tumbuhan 1,2-2 cm, lebar 1,8,5-2,5 mm. Susunan daun
lateral berseling/menyirip, lobus berbentuk lonjong hingga bulat telur, sedikit
cembung, pangkal rata, tepi rata, ujung mebulat; sel lobus berbentuk segi enam
hingga membulat, dinding sel tipis, berwarna hijau tua; lobulus berbagi,
berukuran kecil, 1/3 lobus, berbentuk belah ketupat, ujung runcing, sel berbentuk
bulat, dinding sel tebal; Perianth berbentuk silindris.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 44, 48, 50, 88, 89, 95, 103, 107, 108,
124, 131, 141

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua
Nugini, Irian Barat, Amerika Tengah dan Selatan
(Yamada and Piippo 1989; Yamada 2000)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 394-521 m
dpl, kelembaban 52-71% dan Suhu 25-28 °C

a

b

c

d

Universitas Sumatera Utara

37

Gambar 21. Radula javanica a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. lobulus c.
sel daun (perbesaran 10x10) d. perianth.

22). Radula retroflexa Mitt.
Perawakan tumbuhan berwarna hijau tua hingga hijau kekuningan/kecokelatan.
Panjang tumbuhan

0,8-2,0 cm, lebar 1,5-2,0 mm. Susunan daun lateral

berseling/menyirip, lobul berbentuk lonjong, pangkal rata, tepi rata, ujung
mebulat, trigones triradiate; lobulus bersebelahan, berukuran besar, 1/2 dari
panjang lobus berbentuk belah ketupat hingga persegi panjang, ujung tumpul/
sedikit runcing, sel berbentuk bulat, dinding sel tebal.
Spesimen yang diperiksa

: W. Rahmi 89

Distribusi

: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Papua, Irian Barat, Sri
Lanka, Jepang, Taiwan, Filipina, Thailand, Brunei,
Australia (Yamada 1979; Menzel 1988; Yamada
and Piippo 1989)

Habitat dan Ekologi

: Epifit di batang pohon pada ketinggian 394 m dpl,
kelembaban 71 % dan Suhu 25°C

a

b

c

Gambar 22. Radula retroflexa a. daun lateral (dilihat dari sisi ventral) b. lobulus c.
sel daun (perbesaran 10x10).

Universitas Sumatera Utara

38

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Hutan Lindung Simancik I
(TAHURA Bukit Barisan) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Jenis-jenis lumut hati berdaun yang diketahui sebanyak 22 jenis yang
termasuk ke dalam 12 marga dan 6 suku yaitu: Frullaniaceae (1 jenis),
Lejeuneaceae (11 jenis), Lepidoziaceae (2 jenis), Lophocoleaceae (2 jenis),
Plagiochilaceae (4 jenis), dan Radulaceae (2 jenis)
b. Suku yang paling banyak ditemukan di lokasi yaitu Lejeuneaceae (11 jenis)
yang terdiri atas 7 marga yaitu Lejeunea,, Archilejeunea, Lopholejeunea,
Dendrolejeunea, Ptychantus, Mastigolejeunea dan Thysananthus, sedangkan
suku yang paling sedikit ditemukan adalah Frullaniaceae hanya 1 jenis.
c. Jenis dari suku Lejeuneaceae di Hutan Lindung Simancik I, ditemukan 7
marga dan dua subsuku yaitu Lejeuneoideae dan Ptychanthoideae. Pada
subsuku Lejeuneoideae diperoleh 1 jenis lumut hati berdaun yang memiliki
ciri yaitu daun ventral (underleave) yang terbagi atau bifid dan terkadang
memiliki sel ocelli, sedangkan pada subsuku Ptychanthoideae diperoleh 10
jenis lumut hati berdaun yang memiliki ciri yaitu daun ventral (underleave)
yang tidak terbagi dan tidak memiliki sel ocelli.

5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis lumut hati
berdaun di lokasi yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara