Identifikasi Jenis dan Pemetaan Penyebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan, Kabupaten Karo

(1)

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN PENYEBARAN

TUMBUHAN BERACUN DI HUTAN LINDUNG SIBAYAK II

TAHURA BUKIT BARISAN, KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh :

Ida Lestari Nainggolan 091201086/ Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Identifikasi Jenis dan Pemetaan Penyebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan, Kabupaten Karo.

Nama : Ida Lestari Nainggolan

NIM : 091201086

Program Studi : Kehutanan/ Manajemen Hutan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing,

Yunus Afifuddin S.Hut M.Si Ridwanti Batubara S.Hut M.P.

Ketua Anggota

Mengetahui,

Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan


(3)

ABSTRAK

IDA LESTARI NAINGGOLAN : Identifikasi Jenis dan Pemetaan Penyebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan, Kabupaten Karo, di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.

Tumbuhan beracun adalah tumbuhan yang dapat menyebabkan rasa sakit, mabuk/kematian jika dimakan/diminum/menyentuh bagian-bagian tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, memetakan dan menganalisis sebaran jenis tumbuhan beracun yang ada di Hutan Lindung Sibayak II, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni- Juli 2013. Lokasi penelitian dibagi menjadi 5 kategori ketinggian yaitu 1300 mpdl, 1400 mdpl, 1500 mdpl, 1600 mdpl, dan 1700 mdpl. Pada setiap ketinggian dilakukan analisis vegetasi dengan metode analisis strip sampling (jalur berpetak) dengan jumlah petak contoh adalah 793 petak. Deskripsi tumbuhan beracun ini diperoleh dengan cara mengidentifikasi morfologi dari tumbuhan beracun tersebut seperti daun, biji, bunga, buah dan akar. Kegiatan identifikasi dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan kemudian dilanjutkan dengan pemberian nama tumbuhan beracun dengan taksonomi tumbuhan.

Hasil identifikasi tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Sibayak II ada 27 jenis tumbuhan beracun yang tersebar di wilayah tersebut. Jenis tumbuhan beracun tersebar di ketinggian 1300- 1700 mdpl dengan indeks keanekaragaman yang berbeda. Jenis tumbuhan beracun yang dominan pada ketinggian 1300 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1400 mdpl adalah Eupatorium odaratum L, pada ketinggian 1500 mdpl adalah Angelesia splendens Kort, pada ketinggian 1600 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1700 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tumbuhan beracun umumnya tersebar secara berkelompok dan seragam.


(4)

ABSTRACT

IDA LESTARI NAINGGOLAN: Identification and Mapping Distribution of Poisonous Plants in Protected Forest Sibayak II Tahura Bukit Barisan , Karo District , under the supervised of YUNUS Afifuddin and RIDWANTI BATUBARA .

Poisonous plants are plants that can cause pain , drunk / death if eaten / drunk / touching certain parts . This study aims to identify, map and analyze the distribution of poisonous plant species that exist in the Protected Forest Sibayak II Tahura Bukit Barisan , Karo District , North Sumatra . This study was conducted in June-July 2013. Study site is divided into 5 categories namely 1300 mpdl altitude , 1400 meters above sea level , 1500 meters above sea level , 1600 meters above sea level , and 1700 meters above sea level . At each altitude vegetation analysis with sampling analysis method strip ( checkered line ) is the number of sample plots 793 plots . Description of this poisonous plant is obtained by identifying the morphology of the poisonous plants such as leaves , seeds , flowers , fruits and roots . The identification is done by direct observation in the field followed by the naming of plants poisonous to plant taxonomy .

Results identification of poisonous plants found in the Protected Forest Sibayak II there are 27 types of poisonous plants spread across the region . Poisonous plants species dispersed at altitude 1300 - 1700 meters above sea level with different diversity indices . The dominant type of poisonous plants on the height of 1300 meters above sea level is Mussaenda glabra Vahl , at an altitude of 1400 meters above sea level is Eupatorium odaratum L , at an altitude of 1500 meters above sea level is Angelesia splendens Korth , at an altitude of 1600 meters above sea level is Mussaenda glabra Vahl , at an altitude of 1700 meters above sea level is Mussaenda glabra Vahl . The survey results revealed that the poisonous plants in groups and are generally dispersed uniformly .

Keywords : Mapping , identification , poisonous plants , Protected Forest Sibayak II


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Samosir, Sumatera Utara pada tanggal 27 Februari 1991 dari seorang ayah A. Nainggolan dan ibu R. br. Tamba. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Riwayat pendidikan yaitu Pendidikan Dasar di SD Negerri 173811 lulus tahun 2003, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Simanindo lulus tahun 2006. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Yayasan Pendidikan Teladan Pematang Siantar dan lulus pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan ke perguruan tinggi melalui Ujian Masuk Bersama (UMB), penulis diterima di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (PEH) di Taman Hutan Raya, Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kemudian penulis juga melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di PT INTRACAWOOD MANUFACTURING, Tarakan, Kalimantan Timur. Dan penulis melalukan penelitian dengan judul “Identifikasi Dan Pemetaan Penyebaran Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan, Kabupaten Karo” untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga hasil penelitian yang berjudul “Identifikasi Jenis dan Pemetaan Penyebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan, Kabupaten Karo” ini telah diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis melibatkan banyak pihak dalam penyusunan proposal penelitian ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, ucapan terima kasih ini akan penulis sampaikan sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda serta Ibunda yang telah memberikan semangat dan dorongan selama tahap demi tahap dalam penyelesaian hasil penelitian ini.

2. Bapak Yunus Afifuddin S.Hut, M.Si dan Ibu Ridwanti Batubara S.Hut, M.P. selaku komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.

3. Ucapan terima kasih juga kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan hasil penelitian.

Penulis menyadari bahwa hasil ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhirnya, penulis berharap agar proposal ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang baru dalam bidang pendidikan dalam penelitian-penelitian ilmiah selanjutnya.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT.. ... i

ABSTRAK... ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

Batasan Penelitian. ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Bawah ... 4

Semai/ anakan. ... 5

Tumbuhan Beracun. ... 5

Klasifikasi Bahan Senyawa Beracun dalam Tumbuhan. ... 7

Sistem Informasi Geografis (SIG). ... 9

Pemetaan. ... 11

Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 11

Hutan Lindung ... 12

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

Alat dan Bahan ... 14

Prosedur Penelitian ... 14

Survei Lapangan dan Identifikasi Jenis ... 14

Pemetaan Sebaran Tumbuhan Beracun ... 19

Analisis Sebaran ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II…… 23

Pemetaan Sebaran Tumbuhan Beracun ... 37

Analisis Sebaran ... 50

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 56

Saran………….. ... 56 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Jalur Pengamatan Tumbuhan Beracun. ... 16 2. Bagan Alur Pemetaan. ... 20 3. Peta Lokasi Penelitian.. ... 21 4. Jenis Tumbuhan Beracun yang ditemukan di Hutan Lindung

Sibayak II. ... 37 5. Jenis Tumbuhan Beracun yang ditemukan di Hutan Lindung

Sibayak II (Sambungan 1). ... 38 6. Jenis Tumbuhan Beracun yang ditemukan di Hutan Lindung

Sibayak II (Sambungan 2).. ... 39 7. Peta Sebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II

pada Ketinggian 1300, 1600, 1700 mdpl. ... 41 8. Peta Sebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II

pada Ketinggian 1500 mdpl. ... 42 9. Peta Sebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II

pada Ketinggian 1400 mdpl. ... 43 10.Tutupan Lahan Pada Ketinggian 1300 mpdl . ... 46 11.Grafik Indeks Keanekaragaman Shannon- Winner Tumbuhan

Beracun. ... 51 12.Grafik Indeks Dominasi Tumbuhan Beracun. ... 52


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Deskripsi Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung Sibayak II ... 24 2. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung

Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Setiap Ketinggian. ... 49 3. Indeks Keanekaragaman Shannon- Winner (H’) Tumbuhan

Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit

Barisan Pada Setiap Kategori Ketinggian. ... ... 51 4. Indeks Dominasi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung

Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Setiap Ketinggian. ... 53 5. Analisis Sebaran Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung

Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1300 mdpl. .... 54 6. Analisis Sebaran Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung

Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1400 mdpl. .... 54 7. Analisis Sebaran Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung

Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1500 mdpl. .... 55 8. Analisis Sebaran Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung

Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1600 mdpl. ... 56 9. Analisis Sebaran Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak

II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1300 mdpl... 60 2. Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak

II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1400 mdpl... 61 3. Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak

II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1500 mdpl... 62 4. Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak

II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1600 mdpl... 63 5. Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak


(11)

ABSTRAK

IDA LESTARI NAINGGOLAN : Identifikasi Jenis dan Pemetaan Penyebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan, Kabupaten Karo, di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.

Tumbuhan beracun adalah tumbuhan yang dapat menyebabkan rasa sakit, mabuk/kematian jika dimakan/diminum/menyentuh bagian-bagian tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, memetakan dan menganalisis sebaran jenis tumbuhan beracun yang ada di Hutan Lindung Sibayak II, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni- Juli 2013. Lokasi penelitian dibagi menjadi 5 kategori ketinggian yaitu 1300 mpdl, 1400 mdpl, 1500 mdpl, 1600 mdpl, dan 1700 mdpl. Pada setiap ketinggian dilakukan analisis vegetasi dengan metode analisis strip sampling (jalur berpetak) dengan jumlah petak contoh adalah 793 petak. Deskripsi tumbuhan beracun ini diperoleh dengan cara mengidentifikasi morfologi dari tumbuhan beracun tersebut seperti daun, biji, bunga, buah dan akar. Kegiatan identifikasi dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan kemudian dilanjutkan dengan pemberian nama tumbuhan beracun dengan taksonomi tumbuhan.

Hasil identifikasi tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Sibayak II ada 27 jenis tumbuhan beracun yang tersebar di wilayah tersebut. Jenis tumbuhan beracun tersebar di ketinggian 1300- 1700 mdpl dengan indeks keanekaragaman yang berbeda. Jenis tumbuhan beracun yang dominan pada ketinggian 1300 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1400 mdpl adalah Eupatorium odaratum L, pada ketinggian 1500 mdpl adalah Angelesia splendens Kort, pada ketinggian 1600 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1700 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tumbuhan beracun umumnya tersebar secara berkelompok dan seragam.


(12)

ABSTRACT

IDA LESTARI NAINGGOLAN: Identification and Mapping Distribution of Poisonous Plants in Protected Forest Sibayak II Tahura Bukit Barisan , Karo District , under the supervised of YUNUS Afifuddin and RIDWANTI BATUBARA .

Poisonous plants are plants that can cause pain , drunk / death if eaten / drunk / touching certain parts . This study aims to identify, map and analyze the distribution of poisonous plant species that exist in the Protected Forest Sibayak II Tahura Bukit Barisan , Karo District , North Sumatra . This study was conducted in June-July 2013. Study site is divided into 5 categories namely 1300 mpdl altitude , 1400 meters above sea level , 1500 meters above sea level , 1600 meters above sea level , and 1700 meters above sea level . At each altitude vegetation analysis with sampling analysis method strip ( checkered line ) is the number of sample plots 793 plots . Description of this poisonous plant is obtained by identifying the morphology of the poisonous plants such as leaves , seeds , flowers , fruits and roots . The identification is done by direct observation in the field followed by the naming of plants poisonous to plant taxonomy .

Results identification of poisonous plants found in the Protected Forest Sibayak II there are 27 types of poisonous plants spread across the region . Poisonous plants species dispersed at altitude 1300 - 1700 meters above sea level with different diversity indices . The dominant type of poisonous plants on the height of 1300 meters above sea level is Mussaenda glabra Vahl , at an altitude of 1400 meters above sea level is Eupatorium odaratum L , at an altitude of 1500 meters above sea level is Angelesia splendens Korth , at an altitude of 1600 meters above sea level is Mussaenda glabra Vahl , at an altitude of 1700 meters above sea level is Mussaenda glabra Vahl . The survey results revealed that the poisonous plants in groups and are generally dispersed uniformly .

Keywords : Mapping , identification , poisonous plants , Protected Forest Sibayak II


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kekayaan alam hayati yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah dan beraneka ragam, sehingga disebut negara mega-biodiversity. Pulau Sumatera memiliki lebih dari 10.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi yang umumnya hidup di hutan dataran rendah. Keberadaan tumbuhan tersebut ada yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kepentingan hidup, seperti obat-obatan, kosmetika, bahan pestisida, bahan fungisida dan pangan/buah dengan tetap memperhatikan aspek kelestariannya (Whitten, 1997).

Tumbuhan beracun adalah tumbuhan yang dapat menyebabkan rasa sakit, mabuk/kematian jika dimakan/diminum/menyentuh bagian-bagian tertentu. Tumbuhan mengandung sejumlah besar zat kimia yang aktif secara biologis. Beberapa zat pada tumbuhan dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit yang menimpa ternak maupun manusia (contohnya digitoksin, kolsisin dan atropin). Untungnya, diantara ribuan tanaman yang dikomsumsi oleh ternak, relatif sedikit yang menyebabkan keracunan. Kehadiran zat kimia tertentu dalam tanaman dipercaya untuk memberi beberapa tingkat perlindungan dari predator tanaman seperti serangga dan ruminan.

Racun atau anti nutrisi umumnya diperoleh dari hasil metabolisme sekunder tanaman. Hasil metabolisme sekunder dibagi dua berdasarkan berat molekulnya yaitu berat molekul kurang dari 100 dengan contoh pigmen pinol, antosin, alkohol, asam alifatik, sterol, terpen, lilin fosfatida, inositol, asam-asam hidroksi aromatik, glikosida, fenol, alkaloid, ester dan eter. Metabolisme


(14)

resin, karet, tannin dan lignin. Tanaman yang mengandung metabolit sekunder umumnya mengeluarkannya dengan cara pencucian air hujan (daun dan kulit), penguapan dari daun (contoh kamfer), ekskresi aksudat pada akar (contoh alang-alang) dan dekomposisi pada bagian tanaman itu sendiri (Widodo, 2005).

Kabupaten Karo adalah salah satu luas wilayah 2.127,25 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada di ketinggian tersebut, Tanah Karo Simalem, nama lain dari kabupaten ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16-pegununga

Identifikasi jenis dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan secara pasti identitas suatu spesies serta menghindarkan dari kebingungan. Identifikasi jenis tumbuhan beracun ini dilakukan untuk menghindari bahaya racun yang terkandung dalam tumbuhan beracun sehingga tidak menimbulkan kematian.

Salah satu bentuk penyajian peta yang dapat digunakan yaitu peta penyebaran tumbuhan beracun yang dapat dimanfaatkan. Peta ini dapat digunakan untuk mengetahui jenis dan penyebaran tumbuhan beracun. Selain itu, pemetaan ini dapat menjadi bahan informasi dan dokumentasi untuk pengguna baik bagi pengusaha, instansi maupun masyarakat umum yang terkait dengan karakteristik tumbuhan beracun.


(15)

Keanekaragaman tumbuhan di Hutan Lindung Sibayak II sangat melimpah. Mulai dari tumbuhan tingkat bawah atau jenis semak hingga jenis pohon sangat beranekaragam tumbuh di kawasan hutan tersebut. Oleh karena itu, penulis melalukan eksplorasi tumbuhan beracun yang terdapat di Hutan Lindung Sibayak II agar nantinya dapat dihindari bahaya racunnya atau mungkin dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

Tujuan Penelitian

1. Identifikasi jenis tumbuhan beracun di Hutan Lindung Sibayak II .

2. Pembuatan peta penyebaran tumbuhan beracun di Hutan Lindung Sibayak II. 3. Analisis sebaran tumbuhan beracun di Hutan Lindung Sibayak II.

Manfaat Penelitian

Sebagai bahan informasi dan dokumentasi untuk pengguna baik bagi pengusaha, instansi maupun masyarakat umum yang terkait dengan karakteristik tumbuhan beracun. Selain itu, sebagai sumber informasi tentang penyebaran tumbuhan beracun.

Batasan Penelitian

1. Penelitian hanya dilakukan pada jenis tumbuhan yang mengandung racun. 2. Identifikasi hanya dilakukan pada jenis tumbuhan beracun pada tingkat semai


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Bawah

Tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan, herba dan semak belukar. Dalam stratifikasi hutan hujan tropika, tumbuhan bawah menempati stratum D yakni lapisan perdu, semak dan lapisan tumbuhan penutup tanah pada stratum E. Keberadaan tumbuhan bawah di lantai hutan dapat berfungsi sebagai penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga meminimalkan bahaya erosi. Selain itu, tumbuhan bawah juga sering dijadikan sebagai indikator kesuburan tanah dan penghasil serasah dalam meningkatkan kesuburan tanah. Selain fungsi ekologi, beberapa jenis tumbuhan bawah telah diidentifikasi sebagai tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, tumbuhan obat, dan sebagai sumber energi alternatif. Namun tidak jarang juga tumbuhan bawah dapat berperan sebagai gulma yang menghambat pertumbuhan permudaan pohon khususnya pada tanaman monokultur yang dibudidayakan (Dahlan, 2011) .

Golongan herba (herbaceous) atau terna merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak sama sekali (tidak berkayu) tetapi dapat berdiri tegak. Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan sederajat. Pada umumnya tanaman ini mempunyai ketinggian di bawah 8 m. Rumput dikelompokkan ke dalam jenis tanaman penutup tanah. Tanaman ini setinggi- tinggi sekitar mata kaki (Ruhiko, 2011).


(17)

Semai / anakan

Anakan pohon adalah regenerasi awal dari pohon dengan ukuran ketinggian kurang dari 1,5 meter. Ukuran petak yang digunakan untuk pengukuran anakan adalah 2x2 meter. Sebagaimana pancang, tahap pertumbuhan anakan hanya dihitung individu serta jenis anakan saja. Tidak perlu dilakukan pengukuran diameter batang (Marpaung, 2013).

Tumbuhan Beracun

Indonesia tercatat mempunyai lebih dari 50 famili tumbuhan penghasil racun, sedang sekitar 250 famili lainnya belum diketahui kandungan bahan racunnya. Berdasarkan hasil penelitian sebagian tumbuhan tersebut, interaksi antara tumbuhan dan serangga yang terjadi telah menyebabkan sejumlah senyawa kimia metabolit sekunder tumbuhan mempengaruhi perilaku, perkembangan dan fisiologis serangga. Dengan strategi penggunaan yang tepat, metabolit sekunder ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengendali hama tertentu. Peranan tumbuhan dalam perkembangan pengobatan tradisi telah diakui selain daripada peranannya seperti sumber makanan, perhiasan, obat dan sebagainya (Hamid dan Nuryani, 1992).

Generasi saat ini lebih yakin kepada pengobatan secara tradisi walaupun akhirnya ada diantara mereka yang menerima pengobatan moden. Selain daripada tumbuhan yang digunakan sebagai obat, terdapat juga tumbuhan yang menjaga kesehatan manusia dan hewan. Tidak semua tumbuhan digunakan sebagai obat malah ada tumbuhan yang beracun. Tumbuhan beracun adalah tumbuhan-tumbuhan yang boleh menyebabkan kesakitan, mabuk atau kematian apabila kita memakan, meminum atau menyentuh bahagian-bahagian tertentu. Menurut Foray


(18)

(1954) beliau mentafsirkan tumbuhan beracun sebagai tumbuhan yang menyebabkan kesehatan normal terganggu apabila bahagian-bahagian tertentu darinya digunakan oleh manusia atau hewan yang dapat menerima dampaknya. Kingsburg (1967) pernah meneliti lebih kurang 700 spesies tumbuhan yang beracun dan masih banyak lagi yang belum diketahui. Tumbuhan yang digolongkan ke dalam tumbuhan beracun terdiri daripada kumpulan rumpair, kulat, paku-pakis dan tumbuhan tinggi (Syahputra, 2001).

Tumbuhan-tumbuhan yang ada di alam sangat banyak jenisnya. Dari berbagai jenis tumbuhan tersebut ada sebagian besarnya dimanfaatkan oleh

manusi

manusia karena berbahaya terutama bagi kesehatan manusia. Mungkin saja tanaman yang dibeli ataupun didapat dari teman-teman merupakan tanaman yang beracun. Keracunan yang ditimbulkan oleh tanaman-tanaman ini, umumnya belum ada penawar. Jadi sebaiknya diusahakan jangan sampai terpapar racun tumbuhan-tumbuhan tersebut (Seran, 2011).

Beberapa ciri tumbuhan beracun sebagai berikut (Ardianto, 2013).

− Memiliki duri tajam hampir di semua bagian.

− Memiliki rambut atau bulu yang sangat lebat di bagian daun atau batang.

− Memiliki getah yang pahit.

− Memiliki bunga atau buah berwarna kuat atau gelap.

− Beraroma tidak enak atau menyengat dan berasa pahit.


(19)

Klasifikasi Bahan Senyawa Beracun dalam Tumbuhan

Racun dapat diidentifikasi pada tumbuhan beracun, dan kemungkinan dapat disebabkan oleh senyawa racun yang terkandung di dalam tumbuhan tersebut. Setiap jenis tumbuhan beracun mengandung zat-zat atau senyawa kimia yang berbeda-beda, namun, ada juga yang tidak. Sebagian besar dan berbagai macam jenis tumbuhan yang mengandung senyawa racun bersifat alami belum sepenuhnya diketahui atau belum dimanfaatkan secara mekanis. Beberapa tumbuhan mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen kimianya satu dengan yang lainnya. Menurut Hanenson (1980), komponen-komponen kimia yang dihasilkan tumbuhan terbagi atas alkaloid, polipeptida dan asam amino, glikosida, asam oksalat, resin, phytotoxin dan mineral lainnya.

1. Alkaloid

Kandungan alkaloid dalam setiap tumbuhan 5-10% dan efek yang ditimbulkan hanya dalam dosis kecil. Kadar alkaloid pada tumbuhan berbeda-beda sesuai kondisi lingkungannya, dan alkaloid tersebar di seluruh bagian tumbuhan. Efek terkontaminasi alkaloid adalah pupil yang membesar, kulit terasa panas dan memerah, jantung berdenyut kencang, penglihatan menjadi gelap dan menyebabkan susah buang air.

2. Polipeptida dan asam amino

Hanya sebagian polipeptida dan asam amino yang bersifat racun. Bila terkontaminasi polipeptida, hypoglycin, akan menyebabkan reaksi hypoglycemic.

3. Glikosida

Glikosida adalah salah satu komponen yang dihasilkan melalui proses hidrolisis, yang biasa disebut aglikon. Glikosida adalah senyawa yang paling


(20)

banyak terdapat pada tumbuhan daripada alkaloid. Gejala yang ditimbulkan apabila terkontaminasi glikosida adalah iritasi pada mulut dan perut, diare hingga menyebabkan overdosis.

4. Oksalat

Kadar asam oksalat pada tumbuhan tergantung dari tempat tumbuh dan iklim, yang paling banyak adalah saat akhir musim panas dan musim gugur. Karena oksalat dihasilkan oleh tumbuhan pada akhir produksi, yang terakumulasi dan bertambah selama tumbuhan hidup. Gejala yang ditimbulkan adalah mulut dan kerongkongan terasa terbakar, lidah membengkak hingga menyebabkan kehilangan suara selama dua hari, dan hingga menyebabkan kematian jika terhirup.

5. Resin

Resin dan resinoid termasuk ke dalam kelompok asam polycyclic dan penol, alkohol dan zat-zat netral lainnya yang mempunyai karakteristik fisis tertentu. Efek keracunan yaitu iritasi langsung terhadap tubuh atau otot tubuh. Termasuk juga gejala muntah-muntah. Apabila terkontaminasi dengan air buahnya menyebabkan bengkak dan kulit melepuh.

6. Phytotoxin

Phytotoxin adalah protein kompleks terbesar yang dihasilkan oleh sebagian kecil tumbuhan dan memiliki tingkat keracunan yang tinggi. Akibat terkontaminasi adalah iritasi hingga menyebabkan luka berdarah dan pembengkakan organ tubuh setelah terhirup (Widodo, 2005).


(21)

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Informasi geografis dalam bentuk yang paling sederhana adalah informasi yang berkaitan dengan lokasi tertentu. Sedangkan dalam arti luas, sistem informasi geografis (SIG) merupakan suatu perangkat untuk mengumpulkan, menyimpan, mentransformasi, dan menyajikan ulang data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi. Aplikasi SIG digunakan untuk memvisualisasikan data dan informasi dalam format spasial berupa peta lokasi kawasan ditemukannya plasma nutfah tumbuhan hasil eksplorasi. SIG juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan identifikasi karakeristik wilayah dan biofisik lingkungan melalui teknik overlay data GPS terhadap peta informasi sumberdaya lahan. Perangkat berbasis SIG yaitu Global Positioning System (GPS) digunakan untuk menginformasikan letak koordinat bumi dari lokasi penemuan dan penyebaran beberapa tanaman yang dieksplorasi (Galingging dan Andy, 2007).

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang diolah pada SIG adalah data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi, kondisi, tren, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya (Prahasta dan Eddy, 2009).


(22)

Subsistem SIG

SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut (Prahasta dan Eddy, 2009) :

a. Data Input

Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format-format yang dapat digunakan oeh perangkat SIG yang bersangkutan.

b. Data Output

Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran (termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki) seluruh atau sebagian basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik, report, peta, dan lain sebagainya.

c. Data Management

Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve, diupdate, dan diedit.

d. Data Manipulation & Analysis

Sub-sistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan penggunaan fungsi- fungsi dan operator matematis & logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.


(23)

Pemetaan

Peta merupakan penyajian secara grafis dari kumpulan data maupun informasi sesuai lokasinya secara dua dimensi. Informasi merupakan bentuk data yang telah dianalisis, berbeda dari data mentah maupun yang biasanya lebih sering hanya merupakan hasil pengukuran langsung. Ditinjau dari peranannya, peta adalah bentuk penyajian informasi spasial tentang permukaan bumi untuk dapat dipakai dalam pengambilan keputusan. Supaya bermanfaat, suatu peta harus dapat menampilkan informasi secara jelas, mengandung ketelitian yang tinggi, walaupun tidak dapat dihindari akan bersifat selektif dan mempunyai unsur generalisasi. Data pada suatu peta biasanya telah mengalami pengolahan, umumnya ditambah dengan ilmu pengetahuan agar lebih dapat dimanfaatkan langsung oleh pengguna. Semua kegiatan untuk menghasilkan tampilan informasi tersebut secara keruangan (spasial) adalah apa yang disebut dengan pemetaan. Pemetaan ini adalah suatu bentuk komunikasi secara grafis antara pembuat dan pemakai peta yang telah lama dikenal orang. Pengolahan data atribut dan data spasial dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Nopelina, 2006).

Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara ditetapkan dalam satu unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi. Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 48 Tahun l988 tanggal 19 November 1988 Kawasan Hutan Sibolangit telah ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan dengan luas areal seluruhnya 51.600 Ha. Yang meliputi 4 (empat) wilayah kabupaten. Kawasan tersebut, sebagian besar


(24)

merupakan hutan lindung, yaitu Hutan Lindung Sibayak I, Hutan Lindung Simacik, Hutan Lindung Sibayak II, Hutan Lindung Simacik II, Hutan Lindung Sinabung dan Suaka Margasatwa Langkat Selatan. Wilayah kerja pengembangan meliputi seluruh kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun. Secara geografis kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan terletak pada 03 003’ LU sampai dengan 03 022’ LU dan antara 97057’ BT sampai dengan 98 044’ BT. Tahura Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 Nopember 1988. Pembangunan Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan. Kawasan hutan ini didominasi oleh jenis-jenis pohon pegunungan baik jenis lokal maupun yang berasal dari luar. Beberapa jenis tersebut antara lain : Pinus merkusii, Altingia excelsa, Schima wallichii, Podocarpus sp, Toona surein dan jenis yang lain seperti durian, dadap, rambutan, pulai, aren, rotan, dan lain-lain. Jenis tanaman yang berasal dari luar diantaranya : Pinus caribeae, Pinus khasia, Pinus insularis,

Eucalyptus sp, Agathis sp, dan lain-lain.Beberapa fauna yang hidup di kawasan ini antara lain : monyet, harimau, siamang, babi hutan, ular, elang, kecil, rusa, treggiling, dan lain-lain (Balai Konservasi Sumberdaya Alam I Medan, 1999) . Hutan lindung

Hutan lindung (protected forest) adalah suatu kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi, agar fungsi-fungsi ekologisnya terutama menyangkut tata air dan kesuburan tanah


(25)

tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya. Undang-undang RI no 41/1999 tentang Kehutanan menyebutkan : “Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah”. Dari pengertian di atas tersirat bahwa hutan lindung dapat ditetapkan di wilayah hulu sungai (termasuk pegunungan di sekitarnya) sebagai wilayah tangkapan hujan (catchment area), di sepanjang aliran sungai bilamana dianggap perlu, di tepi-tepi pantai (misalnya pada hutan bakau), dan tempat-tempat lain sesuai fungsi yang diharapkan (Sabiet, 2010).

Keadaan Lapangan Tahura Bukit Barisan pada umumnya terjal hingga puncak Gunung Sinabung yang tingginya 2.451 meter dan Sibayak setinggi 2.211 meter di Kabupaten Karo, dan sebagian kecil bergelombang dan landai di kaki perbukitan Bukit Barisan. Seluruh kawasan Tahura Bukit Barisan yang luasnya 51.600 Hektare itu, berasal dari hutan lindung 38.273 Hektare (74,17%), Taman Nasional 13.000 Hektare (25,20%), Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit 200 Hektare (0,39%), Cagar Alam Sibolangit 120 Hektare (0,23%), dan Taman Wisata Lau Debuk-debuk 7 Hektare (0,01%). Luas hutan Lindung Sibayak II adalah 6350 ha (Tarigan, 2013).


(26)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Hutan Lindung Sibayak II, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni- Juli 2013. Kegiatan identifikasi dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System

(GPS), parang, perangkat keras (hardware) yaitu PC (Personal Computer), perangkat lunak (software) yaitu ArcView GIS 3.3, pita meteran, kamera digital, peta administrasi TAHURA, peta Hutan Lindung Sibayak II dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah tally sheet dan alkohol.

Prosedur Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan 3 tahap yaitu survei lapangan dan identifikasi jenis, pemetaan sebaran tumbuhan beracun dan analisis sebaran. Tahapan kegiatannya sebagai berikut :

1. Survei lapangan dan Identifikasi jenis Survei lapangan

- Metode

Metode yang dilakukan pada survei lapangan adalah dengan mengumpulkan data yaitu data primer dan data sekunder.


(27)

a. Data Primer

Data primer diperoleh melalui eksplorasi dan pengamatan secara langsung di lapangan dan informasi berbagai sumber, termasuk informasi dari masyarakat dan ahli. Data tumbuhan beracun diperoleh dengan cara analisis vegetasi dengan metode analisis strip sampling (jalur berpetak). Dalam setiap petak dilakukan identifikasi tumbuhan beracun tingkat semai atau tumbuhan bawah, dengan menggunakan kategori pengelompokan yang disarankan Wyatt dan Smith (1963) yaitu petak ukur 2 m x 2 m untuk tumbuhan tingkat semai dan tumbuhan bawah dengan jarak antar petak 20 m. Semai atau tumbuhan bawah adalah tumbuhan yang tingginya <1,50 m (Wyatt dan Smith, 1963). Untuk tingkat semai atau tumbuhan bawah dicatat jenis dan jumlahnya.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka tentang keberadaan tumbuh- tumbuhan beracun.

- Analisis Data

Lokasi penelitian dibagi menjadi 5 kategori ketinggianyaitu 1300 mdpl, 1400 mdpl, 1500 mdpl, 1600 mdpl, dan 1700 mdpl. Pada setiap ketinggian dilakukan analisis vegetasi dengan metode analisis strip sampling (jalur berpetak) dengan ukuran petak ukur 2 m x 2 m untuk tumbuhan tingkat semai dan tumbuhan bawah dengan jarak antar petak 20 m. Semai atau tumbuhan bawah adalah tumbuhan yang tingginya <1,50 m. Untuk tingkat semai atau tumbuhan bawah dicatat jenis dan jumlahnya. Jalur pengamatan tumbuhan beracun adalah sebagai berikut.


(28)

1700 mdpl 1600 mdpl 1500 mdpl 1400 mdpl 1300 mdpl

2x 2

Gambar 1. Jalur pengamatan tumbuhan beracun.

Intensitas sampling yang digunakan adalah 0,5% dari total kawasan Hutan Lindung Sibayak II yaitu 6350 ha. Jumlah petak contoh adalah 793 petak yang dibagi dalam 5 kategori ketinggian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus INP, Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Dominasi (Indrayanto 2006).

- Indeks Nilai Penting

a. Kerapatan suatu jenis (K)

contoh petak Luas

jenis suatu individu K =∑

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

% 100 jenis seluruh K

jenis suatu K

KR x

∑ =


(29)

c. Frekuensi suatu jenis (F)

petak -sub Seluruh

jenis suatu ditemukan petak

-Sub F

∑ ∑

=

d. Frekuensi relative suatu jenis (FR)

% 100 x jenis Seluruh F

jenis Suatu F FR

∑ =

e. Indeks Nilai Penting (INP) INP = KR + FR

- Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner

Keanekaragaman spesies diukur dengan menghitung persamaan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener sebagai berikut:

H’ = - ∑ (ni/N) ln (ni/N). Keterangan:

H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ni : Jumlah INP suatu spesies

ln: logaritma natural

N : Jumlah INP seluruh spesies

- Indeks dominansi

Indeks dominansi merupakan nilai kuantitatif untuk mengetahui suatu spesies yang dominan di dalam komunitasnya dengan persamaan (Indrayanto 2006) : n

C = Ʃ (ni/N)2 i=l


(30)

Keterangan:

C : Indeks dominansi

ni : Jumlah individu suatu spesies N : Jumlah seluruh individu

Identifikasi Jenis

Metode identifikasi jenis diawali dengan pengamatan langsung di lapangan. Tumbuhan beracun diidentifikasi dengan menggunakan nama lokal supaya memudahkan identifikasi selanjutnya. Proses identifikasi jenis tumbuhan beracun dari lapangan sampai pengklasifikasian adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi jenis dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan. 2. Menanyakan identitas tumbuhan kepada pengenal tumbuhan bawah.

3. Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah diidentifikasi. Cara ini merupakan cara yang umum terjadi di seluruh dunia, yang berupa pengiriman spesimen tumbuhan ke herbarium atau lembaga-lembaga penelitian biologi yang tenar untuk diidentifikasikan.

4. Mencocokkan gambar-gambar yang ada dengan website yang menyediakan deskripsi tumbuhan yang ditemukan.

5. Mengklasifikasikan tumbuhan berdasarkan urutan taksonomi yaitu Kingdom, Divisio, Class, Ordo, Famili, Genus, Spesies.

6. Setiap jenis yang ditemukan dicocokkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya.


(31)

2. Pemetaan Sebaran Tumbuhan Beracun. Metode Lapangan

Metode dilapangan adalah pembuatan titik ikat dan pengambilan titik koordinat tumbuhan beracun pada daerah penelitian diambil dengan menggunakan alat yaitu GPS.

Overlay Peta

Pembuatan peta penyebaran tumbuhan beracun dilakukan dengan melakukan overlay antara peta dasar Hutan Lindung Sibayak II dengan data titik yang diambil dengan menggunakan GPS. Proses pengolahan data titik koordinat yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut:

1.Diolah data titik koordinat dari data GPS ke computer dengan menggunakan

software DNR Garmin.

2. Diubah file kedalam bentuk shp yang kemudian dapat diolah dengan menggunakan software ArcView 3.3.

3. Setelah diperoleh peta titik koordinat tumbuhan beracun, selanjutnya titik tersebut dioverlaykan dengan peta Hutan Lindung Sibayak II.


(32)

Gambar 2. Bagan alur pemetaaan. Titik koordinat tumbuhan

beracun (GPS)

Transfer data ke komputer (software DNR Garmin)

Ubah data ke shp

Peta Hutan Lindung Sibayak II

Data koordinat tumbuhan beracun (bentuk shp)

Overlay

Peta Penyebaran Tumbuhan Beracun


(33)

(34)

3. Analisis Sebaran

Pola sebaran jenis tumbuhan beracun diperoleh dari data lapangan kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus indeks sebaran Morisita (Iδ) (Elliott, 1977 dalam Panjaitan, 2012). Rumus untuk mencari sebaran jenis tumbuhan beracun yang digunakan adalah :

Iδ = n Σ x (x-1) €x (€x-1) Dimana :

Iδ = Indeks sebaran Morisita

n = jumlah petak pengambilan contoh x = jumlah individu

€x = jumlah total yang diperoleh

Elliott (1977) dalam Panjaitan (2012) menyatakan bahwa setelah nilai indeks sebaran Morisita diperoleh, maka kita dapat melihat pola sebaran jenis tumbuhan beracun yang diperoleh, dimana :

Iδ < 1 berarti penyebarannya seragam Iδ = 1 berarti penyebarannya acak


(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II

Deskripsi tumbuhan beracun ini diperoleh dengan cara mengidentifikasi morfologi dari tumbuhan beracun tersebut seperti daun, biji, bunga, buah dan akar. Deskripsi tumbuhan ini akan memudahkan pengenalan bagian tumbuhan yang mengandung racun misalnya warna bunga adan buah, permukaan daun yang memiliki bulu dan lain- lain. Kegiatan identifikasi dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan kemudian dilanjutkan dengan pemberian nama tumbuhan beracun dengan taksonomi tumbuhan. Sesuai pernyataan Ardianto, 2013 bahwa beberapa ciri-ciri tumbuhan beracun adalah sebagai berikut:

− Memiliki duri tajam hampir di semua bagian.

− Memiliki rambut atau bulu yang sangat lebat di bagian daun atau batang.

− Memiliki getah yang pahit.

− Memiliki bunga atau buah berwarna kuat atau gelap.

− Beraroma tidak enak atau menyengat dan berasa pahit.

− Daun terlihat utuh, tidak ada bekas-bekas serangan serangga.

Ciri-ciri diatas akan memudahkan pengenalan tumbuhan beracun. Oleh karena itu perlu hati- hati supaya tidak terkena racun dari tumbuhan beracun tersebut. Tabel di bawah ini menunjukkan deskripsi tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Sibayak II .


(36)

Tabel 1. Deskripsi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II.

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe

Perakaran

Keterangan 1 Ipomoea tricolor

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Sub Class : Sympetalae

Ordo : Solanales

Famili :Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea tricolor

Tata daun alternate , berdaun tunggal, bentuk daun cordate (berbentuk jantung), ujung daun acute, pangkal daun cordate, tepi daun revolute, permukaan daun scabrous. Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Bunga berwarna ungu berbentuk corong. Tidak ada buah yang ditemukan saat diidentifik asi.

Serabut Pada saat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di daerah lembab dan berair. Tumbuhan ini jenis melilit. Tumbuhan ini mengandung bahan aktif ergin (asid d-lisergik), erginin (asid d-isolisergik), ergonovin yang terdapat pada biji (USM, 2013).

2 Pogonanthera pulverulenta Blume

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Class : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales

Famili : Melastomaceae

Genus : Pogonanthera

Spesies : Pogonanthera pulverulenta Blume

Tata daun opposite (sessile), berdaun tunggal, bentuk daun oval, ujung

daun obtuse,

pangkal daun obtuse, tepi daun entire, permukaan

daun rugose

(kasar). Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Pada saat diidentifikasi bunga belum mekar penuh dan berwarna merah, susunan bunga terminal, komposisi bunga majemuk tidak terbatas (panicle), beraroma. Tidak ada buah yang ditemukan saat diidentifik asi.

Tunggang Pada saat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di daerah kering dan bebatuan. Jenis ini tersebar di daerah Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Filipina, Sulawesi, Moluccas dan di New Guinea. Jumlah bijinya sekitar 40-60 per buah, mampu hidup pada habitat bertanah kapur di perbukitan bahkan di tanah berlumut dan di tanah bebatuan (Clausing 2000 dalam Sirait 2013). Tumbuhan ini mengandung senyawa golongan flavonoid pada daun dan bunga serta senyawa golongan saponin pada daun (Sirait, 2013).


(37)

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran

Keterangan 3 Angelesia splendens Korth

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliopsphyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Chrysobalanace

Genus : Angelesia

Spesies : Angelesia

splendens Korth

Tata daun alternate, berdaun

majemuk, bentuk daun lanceolate,

ujung daun acuminate, pangkal daun rounded, tepi

daun entire,

permukaan daun glabrous. Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Bunga belum mekar penuh saat diidentifikasi, susunan bunga terminal, komposisi bunga majemuk. Buah berwarna putih pada waktu masih muda dan berwarna merah kehitaman apabila sudah matang, berbentuk bulat dan bergeromb ol.

Tunggang Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di daerah bebatuan. Tumbuhan ini mengandung senyawa golongan flavonoid pada daun dan buah hitam, senyawa terpen pada daun dan buah merah, senyawa alkaloid pada daun dan buah hitam serta senyawa golongan saponin pada daun (Sirait, 2013)

4 Sida rhombifolia (Sibagori)

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Sida

Spesies : Sida rhombifolia L

Tata daun opposite, berdaun tunggal, bentuk daun

lanceote, ujung

daun acuminate, pangkal daun acute, tepi daun crenulate, permukaan daun pubescent (berbulu pendek, lembut). Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Bunga berrwarna kuning, berbentuk seperti cocor bebek. Buah tidak ditemukan saat diidentifik asi.

Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di daerah yang mengandung serasah dan lembab. Sibagori tumbuh tersebar di daerah tropis di seluruh dunia. Merupakan tumbuhan semak yang memiliki tinggi mencapai 70 cm. Daun sibagori mengandung alkaloid, kalsium oksalat, tannin, saponin, phenol, asam amino, minyak terbang, zat phlegmatic untuk ekspektoran, dan lubrikan (Sembiring, 2013).


(38)

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran

Keterangan 5 Cestrum aurantiacum Lindl

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Cestrum

Spesies :Cestrum aurantiacum Lindl

Tata daun alternate, berdaun tunggal, bentuk daun ovate, ujung daun acuminate, pangkal daun obtuse, tepi daun entire, permukaan daun glabrous.

Tumbuhan biji berkeping satu. Bunga berwarna kuning kecoklatan, susunan bunga terminal, komposisi bunga majemuk tidak terbatas. Buah berwarna merah mengkilap, berbentuk bulat seperti telur, permukaan licin dan lunak.

Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di daerah yang mengandung serasah dan lembab. Jenis ini merupakan famili solanaceae yang merambat lebih dari satu cabang Cestrum aurantiacum per ranting pohon. Tumbuhan ini mengandung senyawa golongan flavonoid pada buah (Sirait, 2013).

6 Brugmansia candida (bunga terompet) Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Sub Class : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Brugmansia Pers.

Species : Brugmansia candida

Tata daun alternate, berdaun tunggal, bentuk daun ovate, ujung daun acute, pangkal daun obtuse, tepi

daun entire,

permukaan daun scabrous (berambut pendek, kasar). Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi Bunga berwarna kuning kecoklatan, susunan bunga axillary, komposisi bunga tunggal. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi .

Tunggang Tumbuhan ini termasuk semak

berukuran kecil atau sedang, biasanya untuk 10-15ft. Tumbuh baik di tempat teduh bagian, atau di daerah beriklim dingin, sinar matahari penuh. Semua bagian tanaman sangat beracun dan tidak boleh ditelan. Brugmansia candida besar terbuka ke bawah dan mekar. Semua bagian dari

Brugmansia mengandung racun

tropane alkaloids scopolamine dan atropine yang berbahaya dan dapat menyebabkan fatal apabila dicerna oleh manusia atau hewan (Sembiring, 2013)


(39)

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran

Keterangan 7 Eupatorium odoratum L

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus :Eupatorium

Spesies : Eupatorium odoratum L.

Tata daun opposite, berdaun tunggal, bentuk daun ovate, ujung daun acute, pangkal daun acute, tepi daun serrate, permukaan daun scabrous.

Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Bunga berwarna ungu komposisi bunga majemuk, , susunan bunga terminal. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi .

Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1300- 1600 mdpl. Tumbuhan ini mengandung flavonoid pada daun dan saponin (Sembiring, 2013). Jenis Eupatorium ini terdiri dari 1200 spesiesyang tersebar luas di Amerika, dan sebagian di Eropa, Asia, and Afrika (Navaei dan Mohammad, 2006). 8 Begonia muricata BL

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Spermatopsida

Ordo : Cucurbitales

Famili : Begoniaceae

Genus : Begonia

Spesies : Begonia muricata BL.

Tata daun alternate, berdaun majemuk, bentuk daun reinform, ujung daun tidak beraturan, pangkal daun cordate, tepi

daun serrate,

permukaan daun scabrous. Biji idak ditemukan pada saat identifikasi. Bunga berwarna putih, susunan bunga axillary, komposisi bunga tunggal. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi .

Serabut Umumnya tumbuhan di daerah

lembab dan berair. Batang berwarna hijau, memiliki bulu warna merah, mengandung air, dan lunak. Tumbuhan ini mengandung flavonoid pada daun dan saponin (Sitorus, 2013).


(40)

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran

Keterangan 9 Alocasia macrorhiza

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Arales

Famili : Araceae

Genus : Alocasia

Spesies : Alocasia macrorrhiza Schott

Daun berbentuk hati (cordate), permukaan daun licin, tanpa bulu (glabrous),

mengandung lilin. daun berbentuk hati (cordate),

permukaan daun licin, tanpa bulu (glabrous),

mengandung lilin. Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi .

Serabut Pada saat identifikasi batang

tumbuhan ini memiliki getah yang menyebabkan gatal. Penyebaran tumbuhan ini tidak diketahui dengan jelas dan tidak ditemukan bentuk liarnya, tetapi di Malaysia telah lama diperkenalkan dan sering kali mengalami naturalisasi di kawasan Malesia dan Oceania serta di beberapa daerah tropic. Tumbuhan ini menyukai lingkungan basah dan dapat ditemukan pada kisaran ketinggian sampai 2000 mdpl. Batang

dan tangkai daun Alocasia

macrorrhiza mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol sedang rimpangnya mengandung saponin (Bagus, 2012)

10 Mussaenda glabra Vahl

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Gentianales

Famili : Rubiaceae

Genus : Mussaenda

Spesies : Mussaenda glabra

Vahl.

Tata daun opposite, berdaun majemuk, bentuk daun ovate, ujung daun acute, tepi daun entire, permukaan daun glabrous. Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi Bunga berwarna putih, susunan bunga terminal, komposisi bunga tunggal. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi

Serabut Pada saat identifikasi tumbuhan ini ditemukan secara berkelompok dan termasuk jenis yang dominan pada ketinggian 1300, 1600, dan 1700 mdpl.


(41)

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran

Keterangan

11 Bunga Sapa Tata daun opposite,

berdaun tunggal, bentuk daun lanceolate (lanset),

ujung daun acuminate, pangkal daun acute, tepi daun serrulate, permukaan daun pubescent (berbulu pendek, lembut). Biji berwarna coklat. Bunga berwarna ungu, susunan bunga terminal, komposisi bunga tunggal. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi ..

Serabut Tumbuhan ini biasa disebut bunga sapa dalam Bahasa Karo. Tumbuhan ini merupakan sejenis talas-talasan. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada keadaan lembab dan dapat tumbuh dalam keadaan yang terlindungi atau dinaungi. Tumbuh pada ketinggian 1450-2000 meter di atas permukaan laut. Dapat ditemukan pada areal yang datar hingga kemiringan yang agak landai. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada habitatnya secara berkelompok maupun secara soliter pada tempat tertentu. Tumbuhan ini dapat dimanfaatkan, yaitu pada bagian batangnya. Batangnya mengandung getah yang dapat mencegah gatal-gatal pada kulit. Caranya penggunaannya cukup mengoleskan getah tersebut pada permukaan kulit. Tumbuhan ini mengandung flavonoid (Sembiring, 2013).


(42)

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran

Keterangan 12 Pandanus sp

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Pandanales

Famili : Pandanaceae

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus sp

Tata daun opposite, berdaun majemuk , bentuk daun linear, ujung daun runcing seperti jarum , pangkal daun tidak tampak jelas, tepi daun bergerigi dan berduri, permukaan daun glabrous.

Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi .

Serabut Pada saat identifikasi tumbuhan ini ditemukan pada daerah yang berbatu.

Tumbuhan pandan merupakan

anggota suku Pandanaceae yang tersebar luas di daerah tropis hingga subtropis, mulai kawasan Afrika

Barat, melewati Madagaskar,

Kepulauan Hindia, Asia Selatan dan Asia Tenggara hingga Kepulauan Pasifik (Rahadiantoro, dkk, 2007). Kandungan alkaloida, flavonoida, steroida, terpenoida, dan saponin dalam ekstrak etil-asetat daun (Yusra, 2012).

13 Homalonema singaporensis

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Alismatales

Famili : Araceae

Genus : Homalomena

Spesies : Homalonema

singaporensis Regel.

Bentuk daun berwarna hijau dan berbentuk hati. Permukaan licin, tanpa rambut dan mengandung lilin Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi

Serabut Umumnya tumbuhan ini tumbuh di

daerah yang lembab. Batang

tumbuhan ini mengandung air.

14 Bidens sinensis (Bunga Kelsi)

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus :Bidens

Spesies : Bidens sinensis.

Tata daun opposite, berdaun tunggal, bentuk daun deltoid, ujung daun acuminate, pangkal daun acute, tepi

daun entire,

permukaan daun scabrous. Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Bunga berwarna kuning, susunan bunga terminal, komposisi bunga majemuk. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi .

Serabut Tumbuhan ini mengandung saponin dan minyak atsiri, bunganya mengandung flavonoid (Sembiring, 2013).


(43)

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran

Keterangan 15 Dendrocnide stimulans (Jelatang)

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Urticales

Famili : Urticaceae

Genus :Dendrocnide

Spesies : Dendrocnide stimulans

Pangkal daun

obovate, ujung

daun acuminate, marjin biasanya seluruh , berbulu.

Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Bunga berwarna putih, susunan bunga axilary komposisi bunga majemuk. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi

Tunggang Tinggi tumbuhan ini mencapai 7 m, panjang tangkai (5-10 ) cm. Buah asimetris panjang 2-4 mm x 2-4 mm , pipih , halus. Bunga biasanya soliter , panjang 10-55 cm , bracteolate . Tersebar di wilayah Cina Selatan , Indo - Cina, Thailand , Semenanjung Malaysia , Sumatera , Jawa , Pulau Sunda, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Filipina, Taiwan (Silk, 2009).

16 Melastoma malabathricum L

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales

Famili : Melastomaceae

Genus : Melastoma

Spesies : Melastoma malabathricum L.

Tata daun alternate, berdaun

majemuk (pinnately

compound), bentuk daun lanceolate,

ujung daun acuminate, pangkal

daun acute, tepi

daun entire,

permukaan daun pubescent. Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Buah tidak ditemukan saat diidentifik asi.

Tunggang Jenis ini dikenal juga sebagai

Senduduk atau Straits Rhododendron, tingginya saat dewasa bisa mencapai sekitar 91,44 cm hingga 121,92 cm. Habitatnya cocok baik pada lahan terbuka, tanah berumput, semak belukar, hutan yang jarang pohonnya, maupun hutan bambu; dan umumnya hidup pada ketinggian sekitar 100-2800 meter. Tumbuhan ini

mengandung senyawa golongan

flavonoid pada daun dan bunga serta senyawa golongan alkaloid pada bunga (Sirait, 2013).


(44)

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran

Keterangan 17 Macaranga depressa

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Sub Class : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Macaranga

Spesies : Macaranga depressa

Daun berbentuk seperti jari yang tersusun secara bersilangan.

Permukaan daun berbulu pendek dan lembut (pubescent). Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Buah tidak ditemukan saat diidentifik asi.

Tunggang Buah tumbuhan ini memiliki

diameter13 mm, berwarna hijau kekuningan . Bunga memiliki diameter 0,7 mm diameter, warna hijau, kuning, kemerahan, kelompok bunga majemuk. Kandungan kimia flavonoid dan alkaloid pada daun. Tempat tumbuh biasanya di daerah yang terbuka atau terganggu tetapi yang paling umum di hutan sekunder dan vegetasi semak belukar. Biasanya di sepanjang sungai dan di lokasi aluvial, tetapi juga umum di sepanjang jalan dan tepi hutan, bukit dan pegunungan. Juga ditemukan pada batu kapur. Tersebar di wilayah Sumatera, Kalimantan (Sarawak, Sabah, bagian barat, bagian tengah, dan bagian timur Kalimantan) (Silk, 2013).


(45)

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran

Keterangan 18 Rubus moluccanus L

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Sub Class : Rosidae

Ordo : Rosales

Famili : Rosaceae

Genus : Rubus

Spesies : Rubus moluccanus L

Pangkal daun berbentuk hati, ujung daun acuminate , tepi daun bergerigi , permukaan atas berbulu. Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Buah berwarna merah, berbentuk bulat.

Serabut Bunga biseksual , bunga bulat telur , runcing , kelopak berbentu elips , 3-7 mm x 3-6 mm , berwarna merah muda, merah atau kuning , panjang benang sari 30-185 , panjang putik 30-135 , susunan buah majemuk. Tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid. Ditemukan hingga ketinggian 2.100 m . Hal ini dikarenakan tumbuhan ini menyebar dengan biji melalui oleh burung . Tumbuh di hutan alam , hutan tanaman , daerah ruderal / terganggu , dan lahan basah. Dari India dan Himalaya ke Australia dan Pasifik .nama lokal Indonesia : hareueus (Sunda) , berete (Jawa) , karembang ne langkow (Minahasa ) . Malaysia : Akar kupur . Papua Nugini : auiteteya (Nupuru , Dataran Tinggi Timur) , laolo (Vunanope , New Britain) , fapa (Sililio ,Morobe Provinsi) . Filipina: sapinit ( Igorot , Bagobo ) , bunut (Bontok) , dagamit (Bisaya) . Vietnam: Maluku dum (ITB, 2013).


(46)

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran

Keterangan

19 Tidak teridentifikasi 1 Tata daun opposite,

berdaun majemuk, bentuk daun lanceolate, ujung daun acuminate, pangkal daun acute, tepi daun entire, permukaan daun glabrous. Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Bunga berwarna kuning, komposisi bunga majemuk.

Buah tidak ditemukan saat diidentifik asi.

Tunggang Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1400 mdpl.

20 Tidak teridentifikasi 2 Tata daun opposite,

berdaun tunggal, bentuk daun ovate,

ujung daun acuminate, pangkal daun acute, tepi

daun entire,

permukaan daun glabrous. Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Bunga berwarna ungu, komposisi bunga tunggal. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi .

Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1400 mdpl.

21 Tidak teridentifikasi 3 Tata daun

alternate, berdaun tunggal, bentuk daun ovate, ujung daun acute, pangkal daun acute, tepi

daun serrate,

permukaan daun scabrous. Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Bunga berwarna ungu, komposisi bunga majemuk, , susunan bunga axilary. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi .

Serabut. Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1400 mdpl.


(47)

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran

Keterangan

22 Tidak teridentifikasi 4 Tata daun opposite,

berdaun tunggal, bentuk daun ovate,

ujung daun acuminate, pangkal daun obtuse, tepi

daun repand,

permukaan daun scabrous. Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Bunga berwarna kuning, komposisi bunga majemuk. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi .

Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1300- 1600 mdpl.

23 Tidak teridentifikasi 5 Tata daun

alternate, berdaun tunggal, bentuk daun oval, ujung

daun obtuse,

pangkal daun obtuse, tepi daun entire, permukaan daun scabrous.

Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Bunga berwarna merah pada saat masih muda dan berwarna hitm pada saat tua.

Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi .

Tunggang Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1300- 1400 mdpl.

24 Tidak teridentifikasi 6 Tata daun

alternate, berdaun tunggal, bentuk daun ovate, ujung daun acute, pangkal daun acute, tepi

daun entire,

permukaan daun pubescent (berbulu)

Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi .

Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1500- 1600 mdpl.


(48)

No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran

Keterangan

25 Tidak teridentifikasi 7 Tata daun opposite,

berdaun tunggal, bentuk daun oval,

ujung daun

rounded, pangkal

daun obtuse, tepi

daun entire,

permukaan daun scabrous.

Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Bunga tidak ditemukan saat identifikasi. Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi

Tunggang Batang mengandung getah. Pada

saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1600 mdpl.

26 Tidak teridentifikasi 8 Tata daun opposite,

berdaun tunggal, bentuk daun ovate, bentuk daun lanceolate, ujung daun acuminate, pangkal daun acute, tepi daun entire, permukaan daun scabrous. Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Bunga berwarna merah, komposisi bunga majemuk Buah tidak ditemukan pada saat identifikasi

Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1500 mdpl.

27 Tidak teridentifikasi 9 Tata daun

alternate, berdaun tunggal, bentuk daun linear, ujung

daun obtuse,

pangkal daun acute, tepi daun entire, permukaan daun glabrous.

Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Bunga tidak ditemukan saat identifikasi. Buah berwarna biru tua.

Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1600 mdpl


(49)

Ipomoea tricolor Pogonanthera pulverulenta Blume Angelesia splendens Korth Sida rhombifolia

Cestrum aurantiacum Lindl Brugmansia candida Eupatorium odoratum L Begonia muricata BL

Alocasia macrorhiza Mussaenda glabra Vahl Bunga Sapa Pandanus sp


(50)

Homalonema singaporensis Bidens sinensis Dendrocnide stimulans Melastoma malabathricum L.

Macaranga depressa Rubus moluccanus Senna surattensis Burm Calopogonium mucunoides Desv

Tidak teridentifikasi 3 Tidak teridentifikasi 4 Tidak teridentifikasi 5 Tidak teridentifikasi 6 Gambar 5. Jenis tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Sibayak II (sambungan 1).


(51)

Tidak teridentifikasi 7 Tidak teridentifikasi 8 Tidak teridentifikasi 9


(52)

Pemetaan Sebaran Tumbuhan Beracun Di Berbagai Ketinggian

Tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Sibayak II pada identifikasi ada 27 jenis tumbuhan beracun yang tersebar di wilayah tersebut. Menurut Nopelina (2006) peta merupakan penyajian secara grafis dari kumpulan data maupun informasi sesuai lokasinya secara dua dimensi. Informasi merupakan bentuk data yang telah dianalisis, berbeda dari data mentah maupun yang biasanya lebih sering hanya merupakan hasil pengukuran langsung. Sehingga perlu dilakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui sebaran tumbuhan beracun di lapangan. Pemetaan penyebaran tumbuhan beracun ini bertujuan untuk mengetahui sebaran tumbuhan beracun yang ada di Hutan Lindung Sibayak II.

Peta penyebaran tumbuhan beracun ini diperoleh dari kegiatan pengambilan data primer di lapangan yaitu berupa titik kordinat tumbuhan beracun tersebut. Pengambilan titik dilakukan apabila ditemukan jenis tumbuhan beracun pada petak pengambilan contoh. Data disimpan di GPS yang terdiri dari kordinat tumbuhan dan ketinggian tempat lokasi penelitian. Data diproses dengan menggunakan Arc View 3, 3 supaya data dapat di overlay dengan peta Hutan Lindung Sibayak II. Dari data- data tersebut dihasilkan peta sebaran tumbuhan beracun.

Peta sebaran tumbuhan beracun ini dibagi dalam 3 kelompok sesuai dengan sebran tumbuhan beracun yang paling dominan. Secara umum tumbuhan beracun tersebar pada setiap ketinggian yang disajikan pada peta penyebaran tumbuhan beracun di bawah ini:


(53)

(54)

(55)

(56)

Mahluk hidup tidak semua dapat hidup di seluruh wilayah di muka bumi ini. Berdasarkan penelitian diperkirakan hanya sekitar 1/550 bagian saja dari muka bumi yang berpotensi sebagai lingkungan hidup. Hal ini berarti, kehidupan flora dan fauna di suatu wilayah sangat terkait dengan kondisi lingkungannya. Itulah yang menyebabkan persebaran flora dan fauna secara tidak merata di permukaan bumi. Karena kondisi iklim dan tanah di permukaan bumi sangat beragam, maka beragam pula persebaran flora dan fauna. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan flora dan fauna di muka bumi antara lain adalah faktor klimatik (iklim), edafik (tanah), dan biotik (mahluk hidup). Berikut akan dibahas mengenai faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi persebaran flora dan fauna di muka bumi (Waluya, 2013):

a.Faktor klimatik

Iklim merupakan faktor dominan yang mempengaruhi pola persebaran flora dan fauna. Di daerah tropis merupakan wilayah yang optimal bagi kehidupan spesies. Beberapa faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna antara lain suhu, kelembaban udara:

1) Suhu

Posisi lintang di bumi sangat berhubungan dengan penerimaan intensitas penyinaran matahari yang berbeda-beda di berbagai wilayah. Daerah-daerah yang berada pada zone lintang iklim tropis menerima penyinaran matahari setiap tahun relatif lebih banyak dibandingkan wilayah lain. Perbedaan ini menyebabkan variasi suhu udara di berbagai kawasan di muka bumi. Perbedaan suhu juga terjadi karena secara vertikal yaitu letak suatu wilayah berdasarkan perbedaan ketinggian di atas permukaan laut. Perubahan sekitar 10 C per 100 m penambahan


(57)

ketinggian dpl. Kondisi suhu udara tentunya sangat berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimum serta tingkat toleransi yang berbeda satu sama lain. Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian tempat, dan kondisi topografinya. Suhu dan intensitas cahaya akan semakin kecil dengan semakin tingginya tempat tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena berkurangnya penyerapan (absorbsi) dari udara. Berkurangnya suhu dan intensitas cahaya dapat mengahambat pertumbuhan karena proses fotosintesis terganggu.

2) Kelembaban Udara

Faktor iklim lain adalah kelembaban udara. Tingkat kelembaban udara berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi.

b.Faktor Edafik

Selain iklim, faktor lingkungan lainnya yang mempengaruhi persebaran mahluk hidup terutama tumbuhan adalah kondisi tanah atau edafik .Ini berarti semakin subur tanah maka kehidupan tumbuhan semakin banyak jumlah dan keanekaragamannya.

b. Faktor Biotik

Manusia adalah komponen biotik paling berperan terhadap keberadaan tumbuhan dan fauna di suatu wilayah, baik yang sifatnya menjaga kelestarian maupun merubah tatanan kehidupan tumbuhan dan fauna. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia selalu berusaha memanfaatkan ling kungan hidup di sekitarnya semaksimal mungkin, walau kadang-kadang dapat merusak kelestariannya.


(58)

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kawasan Hutan Lindung sibayak II sudah banyak yang terganggu. Dilihat dari banyaknya aktivitas pengambilan humus yang merusak lantai hutan dan mengurangi kesuburan tanah. Di kawasan Hutan Lindung Sibayak II pada ketinggian 1300 mdpl umumnya sudah dikonversi menjadi lahan pertanian sehingga tumbuhan beracun jarang ditemukan. Tutupan lahan pada ketinggian 1300 mdpl tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 10. Tutupan lahan pada ketinggian 1300 mdpl

Indeks Nilai Penting

Sesuai dengan pernyataan Soerianegara dan Indrawan (2005) Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR). Hasil penelitian diketahui bahwa jenis Mussaenda glabra Vahl adalah jenis yang dominan pada 3 ketinggian yang berbeda yaitu pada ketinggian 1300 mdpl, 1600 mdpl, dan 1700 mdpl.

Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan beracun pada ketinggian 1300 mdpl adalah 5,494% - 88,955%. Jenis tumbuhan beracun dengan nilai INP tertinggi


(59)

adalah jenis Mussaenda glabra Vahl dengan nilai 88,955%. Hal ini menyatakan bahwa jenis Mussaenda glabra Vahl lebih dominan daripada jenis tumbuhan beracun lainnya pada ketinggian 1300 mdpl.

Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan beracun pada ketinggian 1400 mdpl adalah 0,909% - 54,885%. Jenis tumbuhan beracun dengan nilai INP tertinggi adalah jenis Eupatorium odaratum L dengan nilai 54,885%. Hal ini menyatakan bahwa jenis Eupatorium odaratum L lebih dominan daripada jenis tumbuhan beracun lainnya pada ketinggian 1400 mdpl.

Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan beracun pada ketinggian 1500 mdpl adalah 1,072% - 53,333%. Jenis tumbuhan beracun dengan nilai INP tertinggi adalah jenis Angelesia splendens Kort dengan nilai 53,333%. Hal ini menyatakan bahwa jenis Angelesia splendens Kort lebih dominan daripada jenis tumbuhan beracun lainnya pada ketinggian 1500 mdpl.

Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan beracun pada ketinggian 1600 mdpl adalah 0,475% - 92,459%. Jenis tumbuhan beracun dengan nilai INP tertinggi adalah jenis Mussaenda glabra Vahl dengan nilai 92,459%. Hal ini menyatakan bahwa jenis Mussaenda glabra Vahl lebih dominan daripada jenis tumbuhan beracun lainnya pada ketinggian 1600 mdpl.

Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan beracun pada ketinggian 1700 mdpl adalah 1,934% - 116,419%. Jenis tumbuhan beracun dengan nilai INP tertinggi adalah jenis Mussaenda glabra Vahl dengan nilai 116,419%. Hal ini menyatakan bahwa jenis Mussaenda glabra Vahl lebih dominan daripada jenis tumbuhan beracun lainnya pada ketinggian 1700 mdpl.


(60)

Sesuai pernyataan Syafei (1990) menyatakan bahwa adanya spesies yang mendominasi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah persaingan antara tumbuhan yang ada, dalam hal ini berkaitan dengan iklim dan mineral yang diperlukan, jika iklim dan mineral yang dibutuhkan mendukung maka spesies tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan. Persaingan akan mineral dari tanah menyebabkan adanya dominasi. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor iklim dan mineral yang ada pada ketinggian 1300, 1600, dan 1700 mdpl mendukung pertumbuhan tumbuhan beracun jenis

Mussaenda glabra Vahl sehingga lebih dominan dibandingkan jenis lainnya sedangkan pada ketinggian 1400 mdpl adalah jenis Eupatorium odaratum L dan pada ketinggian 1500 mdpl adalah jenis Angelesia splendens Kort .

Menurut pernyataan Sembiring (2013) bahwa suhu rata-rata pada ketinggian 1000-1500 mdpl adalah 20,250C dan pada ketinggian >1500 mdpl adalah 210C. Dapat disimpulkan bahwa tumbuhan beracun jenis Mussaenda glabra Vahl mampu tumbuh pada suhu 20,250C - 210C. Jenis Eupatorium odaratum L jenis Angelesia splendens Kort dapat tumbuh optimum dengan suhu 20,250C.


(61)

Tabel 1. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Setiap Ketinggian.

No Nama Tumbuhan Beracun

INP(%) 1300

mdpl

1400 mdpl

1500 mdpl

1600 mdpl

1700 mdpl

1 Angelesia splendens Kort - - 53,333 1,012 3,123

2 Alocasia macrorhiza - 0,909 - - -

3 Begonia muricata BL 19,674 10,881 - 27,269 -

4 Cestrum aurantiacum Lindl - - - - 1,934

5 Eupatorium odaratum L 10,221 54,885 7,214 40,813 -

6 Homalonema singaporensis - 9,693 45,070 5,625 -

7 Ipomoea tricolor - 1,002 1,722 6,694 11,598

8 Melastoma malabathricum - 43,074 8,093 0,949 -

9 Macaranga depressa - 10,788 - 1,138 -

10 Mussaenda glabra Vahl. 88,955 - 2,469 92,459 116,419

11 Pandanus sp - - 1,072 - 11,598

12 Pogonanthera pulverulenta Blume

- - 12,092 1,613 44,619

13 Rubus moluccanus L 9,709 1,468 18,418 5,559 6,694

14 Sida rhombifolia - 17,197 16,179 0,475 -

15 Dendrocnide stimulans - 11,068 16,438 1,550 -

16 Brugmansia candida - 1,794 - - -

17 Bunga sapa 31,183 17,455 4,678 9,156 4,015

18 Bidens sinensis 34,764 14,170 4,745 0,601 -

19 Tidak teridentifikasi 1 - 0,909 - - -

20 Tidak teridentifiikasi 2 - 1,328 - - -

21 Tidak teridentifikasi 3 - 1,561 - 1,357 -

22 Tidak teridentifikasi 4 - 0,909 - - -

23 Tidak teridentifikasi 5 5,494 0,909 - - -

24 Tidak teridentifikasi 6 - - 1,072 0,538 -

25 Tidak teridentifikasi 7 - - - 2,718 -

26 Tidak teridentifikasi 8 - - 1,397 - -


(62)

Indeks Keanekaragaman Shannon- Winner

Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner (H`) tumbuhan beracun di Hutan Lindung Sibayak II pada setiap ketinggian ditunjukkan pada table 2. Barbour, dkk (1987) menyatakan bahwa nilai H` hanya bisa berkisar 0-7. Kriterianya antara lain adalah 0-2 tergolong rendah, 2-3 tergolong sedang dan lebih dari 3 tergolong tinggi. Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Winner (H`) tertinggi yaitu pada ketinggian 1400 mdpl yaitu 3,795 sedangkan nilai H’ terendah adalah pada ketinggian 1700 mdpl yaitu 1,121. Data dalam tabel 2 menunjukkan bahwa kriteria keanekaragaman tumbuhan beracun pada ketinggian 1300 mdpl, 1600 mdpl, dan 1700 mdpl termasuk dalam kriteria keanekaragaman rendah. Kriteria keanekaragaman tumbuhan beracun pada ketinggian 1500 mdpl termasuk dalam kriteria keanekaragaman sedang dan kriteria keanekaragaman tumbuhan beracun pada ketinggian 1400 mdpl termasuk dalam kriteria keanekaragaman tinggi.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara umum keanekaragaman tumbuhan beracun di daerah tersebut adalah rendah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari tempat tumbuh tumbuhan beracun tersebut. Hasil analisis data berdasarkan ketinggian menunjukkan bahwa keanekaragaman tumbuhan beracun pada ketinggian 1300, 1600 dan 1700 mdpl sangat rendah. Diikuti dengan nilai keanekaragaman tumbuhan beracun pada ketinggian 1500 mdpl yang semakin berkurang dibandingkan dengan nilai keanekaragaman tumbuhan beracun pada ketinggian 1400 mdpl. Hal ini karena faktor klimatik khususnya suhu dan intensitas cahaya yang mempengaruhi tempat tumbuh tumbuhan beracun tersebut.


(63)

Gambar 11. Grafik indeks keanekaragaman Shannon- Winner tumbuhan beracun. Menurut Waluya (2013) bahwa kondisi suhu udara tentunya sangat berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimum serta tingkat toleransi yang berbeda satu sama lain. Ditinjau dari segi kehadiran pada suatu komunitas tumbuhan dapat dikatakan bahwa semakin tinggi suatu tempat maka semakin sedikit pula tumbuhan yang tumbuh. Suhu dan intensitas cahaya akan semakin kecil dengan semakin tingginya tempat tumbuh. Berikut adalah tabel Indeks Keanekaragaman Shannon- Winner (H’) tumbuhan beracun di Hutan Lindung Sibayak II pada setiap kategori ketinggian.

Tabel 2. Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’) tumbuhan beracun di Hutan Lindung Sibayak II pada setiap kategori ketinggian.

Indeks

Ketinggian Tempat (mdpl)

1300 mdpl 1400 mdpl 1500 mdpl 1600 mdpl 1700

mdpl Indeks Keanekaragaman

Shannon- Winner (H’)

1.364 3.795 2.046 1.397 1.121

Indeks Dominasi

Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan. Menurut Odum (1971) dalam Gundo (2010) nilai indeks dominasi berkisar antara 0 -1. Apabila nilai indeks dominasi mendekati 0 berarti hampir tidak ada individu yang mendominasi dan biasanya diikuti dengan nilai indeks keseragaman yang besar. Jika nilai indeks dominasi mendekati 1, berarti


(1)

LAMPIRAN

Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1300 mdpl.

Nama Tumbuhan Beracun Ʃ individu

Ʃ plot ditemukan

K ind/Ha

KR (%) F FR (%) INP H' C

Begonia muricata BL 19 4 19 4,859 0,154 14,815 19,674 1,364 0,340 Eupatorium odaratum L 11 2 11 2,813 0,077 7,407 10,221

Bidens sinensis 78 4 78 19,949 0,154 14,815 34,764

Bunga sapa 64 4 64 16,368 0,154 14,815 31,183

Mussaenda glabra Vahl. 203 10 203 51,918 0,385 37,037 88,955 Rubus moluccanus L 9 2 9 2,302 0,077 7,407 9,709 Tidak teridentifikasi 5 7 1 7 1,790 0,038 3,704 5,494


(2)

Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1400 mdpl

Nama Tumbuhan Beracun Ʃ individu Ʃ plot ditemukan

K ind/Ha

KR (%) F FR (%) INP H' C

Homalonema singaporensis 23 10 23 1,072 0,068 8,621 9,693 3,795 0,260 Melastoma malabathricum 776 8 776 36,177 0,055 6,897 43,074

Eupatorium odaratum L 715 25 715 33,333 0,171 21,552 54,885 Bidens sinensis 193 6 193 8,998 0,041 5,172 14,170 Sida rhombifolia 110 14 110 5,128 0,096 12,069 17,197 Bunga Sapa 171 11 171 7,972 0,075 9,483 17,455 Macaranga depressa 28 11 28 1,305 0,075 9,483 10,788 Begonia muricata BL 30 11 30 1,399 0,075 9,483 10,881 Rubus moluccanus L 13 1 13 0,606 0,007 0,862 1,468 Brugmansia candida 20 1 20 0,932 0,007 0,862 1,794 Dendrocnide stimulans 34 11 34 1,585 0,075 9,483 11,068 Ipomoea tricolor 3 1 3 0,140 0,007 0,862 1,002 Alocasia macrorhiza 1 1 1 0,047 0,007 0,862 0,909 Tidak teridentifikasi 1 1 1 1 0,047 0,007 0,862 0,909 Tidak teridentifikasi 2 10 1 10 0,466 0,007 0,862 1,328 Tidak teridentifikasi 3 15 1 15 0,699 0,007 0,862 1,561 Tidak teridentifikasi 4 1 1 1 0,047 0,007 0,862 0,909 Tidak teridentifikasi 5 1 1 1 0,047 0,007 0,862 0,909 Total 2145 2145 100,000 0,795 100,000 200,000


(3)

Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1500 mdpl

Nama Tumbuhan Beracun Ʃ individu

Ʃ plot ditemukan

K ind/Ha

KR (%) F FR (%) INP H' C

Melastoma malabathricum 33 3 33 5,366 0,021 2,727 8,093 2,046 0,188 Rubus moluccanus L 35 14 35 5,691 0,096 12,727 18,418

Bidens sinensis 18 2 18 2,927 0,014 1,818 4,745 Eupatorium odaratum L 22 4 22 3,577 0,027 3,636 7,214 Homalonema singaporensis 143 24 143 23,252 0,164 21,818 45,070 Pogonanthera pulverulenta

Blume

52 4 52 8,455 0,027 3,636 12,092 Sida rhombifolia 38 11 38 6,179 0,075 10,000 16,179

Bunga sapa 12 3 12 1,951 0,021 2,727 4,678

Begonia muricata BL 9 5 9 1,463 0,034 4,545 6,009 Angelesia splendens Korth 205 22 205 33,333 0,151 20,000 53,333 Pandanus sp 1 1 1 0,163 0,007 0,909 1,072 Dendrocnide stimulans 34 12 34 5,528 0,082 10,909 16,438 Mussaenda glabra Vahl. 4 2 4 0,650 0,014 1,818 2,469 Tidak teridentifikasi 6 1 1 1 0,163 0,007 0,909 1,072 Tidak teridentifikasi 8 3 1 3 0,488 0,007 0,909 1,397 Ipomoea tricolor 5 1 5 0,813 0,007 0,909 1,722


(4)

Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1600 mdpl

Nama Tumbuhan Beracun Ʃ individu

Ʃ plot ditemukan

K ind/Ha

KR (%) F FR (%) INP H' C Angelesia splendens Kort 3 2 3 0,189 0,014 0,823 1,012 1,397 0,424 Homalonema singaporensis 37 8 37 2,333 0,054 3,292 5,625

Dendrocnide stimulans 5 3 5 0,315 0,020 1,235 1,550 Begonia muricata BL 191 37 191 12,043 0,252 15,226 27,269 Macaranga depressa 5 2 5 0,315 0,014 0,823 1,138 Mussaenda glabra Vahl. 1003 71 1003 63,241 0,483 29,218 92,459

Bunga sapa 93 8 93 5,864 0,054 3,292 9,156

Bidens sinensis 3 1 3 0,189 0,007 0,412 0,601 Eupatorium odaratum L 86 4 86 5,422 0,585 35,391 40,813 Rubus moluccanus L 49 6 49 3,090 0,041 2,469 5,559 Pogonanthera pulverulenta

Blume

6 3 6 0,378 0,020 1,235 1,613 Ipomoea tricolor 67 6 67 4,224 0,041 2,469 6,694 Tidak terindentikasi 6 2 1 2 0,126 0,007 0,412 0,538 Melastoma malabathricum L. 2 2 2 0,126 0,014 0,823 0,949 Tidak teridentifikasi 7 17 4 17 1,072 0,027 1,646 2,718 Tidak teridentifikasi 3 15 1 15 0,946 0,007 0,412 1,357


(5)

Tidak teridentifikasi 9 1 1 1 0,063 0,007 0,412 0,475

Total 1586 1586 100 1,653 100,000 200,000

Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1700 mdpl

Nama Tumbuhan Beracun Ʃ individu

Ʃ plot ditemukan

K ind/Ha

KR (%) F FR (%) INP H' C

Pogonanthera pulverulenta Blume

108 16 108 16,048 0,276 28,571 44,619 1,121 0,476 Cestrum aurantiacum Lindl 1 1 1 0,149 0,017 1,786 1,934

Bunga sapa 15 1 15 2,229 0,017 1,786 4,015

Pandanus sp 42 3 42 6,241 0,052 5,357 11,598 Angelesia splendens Kort 9 1 9 1,337 0,017 1,786 3,123 Mussaenda glabra Vahl. 447 28 447 66,419 0,483 50,000 116,419 Ipomoea tricolor 42 3 42 6,241 0,052 5,357 11,598 Rubus moluccanus L 9 3 9 1,337 0,052 5,357 6,694


(6)