Perbandingan Karakteristik Penderita Otitis Media Akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2014 dan 2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Otitis media merupakan salah satu gangguan kesehatan telinga yang dapat
menyebabkan gangguan pendengaran hingga bisa tuli, bahkan dapat mengancam
jiwa sehingga mempunyai dampak yang merugikan bagi penderita, keluarga dan
masyarakat. Saat pendengaran mulai berkurang dan mengganggu aktivitas seharihari barulah mencari bantuan medis, sehingga tak jarang telah menimbulkan
komplikasi. Gangguan pada otitis media terletak di telinga bagian tengah.
Penyebab otitis media adalah multifaktor, antara lain infeksi bakteri, virus,
gangguan fungsi tuba, alergi, gangguan kekebalan tubuh, lingkungan dan faktor
sosial ekonomi. 1
Otitis media terdapat pada semua bangsa diseluruh dunia baik di negara
berkembang maupun negara maju dengan angka kejadian bervariasi. Di negaranegara berkembang angka kejadian jauh lebih tinggi karena beberapa hal misalnya
higiene yang kurang, faktor sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk
serta masih ada pengertian masyarakat yang salah terhadap penyakit ini sehingga
mereka tidak berobat sampai tuntas. Banyak ahli membuat pembagian dan

klasifikasi otitis media. Secara mudah otitis media terbagi atas otitis media
supuratif dan otitis media non supuratif. Masing masing golongan mempunyai
bentuk akut dan kronis yaitu otitis media supuratif akut dan otitis media supuratif

kronis dan otitis media serosa.1,2
Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang
berlangsung kurang dari tiga minggu dimana telinga tengah adalah ruang di dalam
telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam serta
berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius. Perjalanan OMA terdiri
atas beberapa aspek yaitu efusi telinga tengah yang akan berkembang menjadi pus
oleh karena adanya infeksi mikroorganisme, adanya tanda inflamasi akut serta
munculnya gejala otalgia, irritabilitas dan demam. Dikatakan juga bahwa pencetus

Universitas Sumatera Utara

adalah semakin sering terserang infeksi saluran nafas, makin besar kemungkinan

terkena OMA. Penyebab OMA didominasi oleh infeksi bakteri dan sepertiga
kasus disebabkan oleh virus. Sepertiga kasus dari infeksi bakteri disebabkan oleh
Streptococcus pneumonia, Streptococcus pyogenes dan

Haemophilus

influenzairus.3

WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%)
penduduk dunia yang pernah menderita OMA disertai gangguan pendengaran, 75
sampai 140 juta terdapat di Asia Tenggara . Pada tahun 2005, terdapat 278 juta
orang di dunia pernah menderita gangguan pendengaran. Kurang lebih dua
pertiganya terjadi pada negara berkembang.Pada tahun 2014, angka gangguan
pendengaran di dunia meningkat menjadi 360 juta orang yaitu sekitar lima persen
dari populasi dunia.4
Prevalensi

tertinggi

OMA di dunia

terjadi di

Afrika

Barat

dan


Tengah.(43,37%). Area–area lainnya yaitu Amerika Selatan (4,25%), Eropa
Timur (3,96%), Asia Timur (3,93%), Asia Pasifik (3,75%) dan Eropa Tengah
(3,64%). Di Inggris, sebanyak 30% anak–anak mengunjungi dokter anak setiap
tahunnya karena OMA. Di Amerika Serikat, sekitar 20 juta anak–anak menderita
OMA setiap tahunnya .4
Di Asia Tenggara, Indonesia termasuk keempat negara dengan prevalensi
gangguan telinga tertinggi (4,6%). Tiga negara lainnya adalah Sri Lanka (8,8%),
Myanmar (8,4%) dan India (6,3%). Walaupun bukan yang tertinggi tetapi
prevalensi 4,6% merupakan angka yang cukup tinggi untuk menimbulkan masalah
sosial di tengah masyarakat, misal dalam hal berkomunikasi. Dari hasil survei
yang dilaksanakan di tujuh propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa otitis media
merupakan penyebab utama morbiditas pada telinga tengah. OMA adalah
penyakit yang sering terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan kelompok usia
lainnya. Hal itu disebabkan posisi tuba eustachius anak-anak pada fase
perkembangan telinga tengah lebih horizontal, pendek dan lebar dengan drainase
yang minimal dibandingkan usia dewasa.4
Anak umur 6-11 bulan lebih rentan menderita OMA. Insiden sedikit lebih
tinggi pada anak laki-laki dibanding perempuan. Sebagian kecil anak menderita


Universitas Sumatera Utara

penyakit ini pada umur yang sudah lebih besar yaitu pada umur empat dan awal
lima tahun. Beberapa bersifat individual dapat berlanjut menderita episode akut
pada masa dewasa. Kadang-kadang, orang dewasa dengan infeksi saluran
pernafasan akut tapi tanpa riwayat sakit pada telinga dapat menderita OMA.
Faktor-faktor risiko terjadinya OMA adalah bayi yang lahir prematur dan berat
badan lahir rendah, umur (sering pada anak-anak), anak yang dititipkan ke
penitipan anak, variasi musim dimana OMA lebih sering terjadi pada musim
gugur dan musim dingin, predisposisi genetik, kurangnya asupan air susu ibu,
imunodefisiensi, gangguan anatomi seperti celah palatum dan anomali kraniofasial
lain, alergi, lingkungan padat, dan sosial ekonomi rendah. OMA apabila tidak
ditangani dengan antibiotik yang tepat dapat menimbulkan komplikasi, yaitu otitis
media surpuratif kronis, meningitis dan abses otak.5 Untuk itu pencegahan ataupun

penanganan terhadap OMA sangat penting, sehingga informasi akan faktor-faktor
resiko OMA sangat dibutuhkan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik
ingin melakukan penelitian tentang gambaran klinis penderita Otitis Media Akut
di RSUP H. Adam Malik Medan.


1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan karakteristik penderita Otitis
Media Akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014 dan 2015.

1.3

Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan karakteristik
penderita Otitis Media Akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014
dan 2015.

Universitas Sumatera Utara

1.3.2 Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan:
1. Usia

2. Jenis kelamin
3. Gejala klinis
4. Stadium OMA
5. Jumlah sisi yang terkena
6. Terapi OMA

1.4 Manfaat Penelitian
1. Bidang penelitian:
Hasil penelitian dapat diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk
penelitian lebih lanjut mengenai gejala klinis OMA.
2. Bidang pendidikan
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai gejala klinis OMA
sebagai bahan studi untuk meningkatan wawasan bagi mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Rumah sakit
Sebagai informasi kepada rumah sakit tentang proporsi penderita OMA
setiap tahun.
4. Bidang pelayanan masyarakat
Sebagai bahan untuk penyuluhan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan
kewaspadaan terhadap penyakit OMA.


Universitas Sumatera Utara