Implementasi Pendidikan Literasi Media Oleh Remotivi (Studi Deskriptif Implementasi Pendidikan Literasi Media Oleh Remotivi)

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Konteks Masalah
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi selama satu dekade
terakhir telah bertransformasi begitu pesat. Dampak perkembangan tersebut
dirasakan langsung oleh masyarakat. Hadirnya berbagai saluran media
komunikasi telah mempermudah komunikasi dan membuat jarak antar bangsabangsa menjadi semakin kabur. Saat ini media adalah segalanya. Televisi, radio,
surat kabar, majalah, tabloid, internet, menyerbu kehidupan manusia modren
dengan berbagai pesan. Proses komunikasi antar manusia menjadi mudah dan
cepat sejak ditemukannya internet.Apalagi dengan perkembangan teknologi,
dimana handphone telah berkonvergensi dengan komputer, sehingga handphone
berada dalam gengaman dan dimanfaatkan oleh siapa saja untuk berselancar
internet.
Media saat ini ada di sekeliling kita, media mendominasi kehidupan kita
dan bahkan mempengaruhi emosi serta pertimbangan kita. Teknologi komunikasi
terutama televisi, komputer dan internet telah mengambil alih beberapa fungsi
sosial manusia (masyarakat), setiap saat kita semua menyaksikan realitas baru di
masyarakat, dimana realitas tersebut tidak sekedar sebuah ruang yang
merefleksikan kehidupan masyarakat nyata dan peta analog atau simulasi-simulasi

dari suatu masyarakat tertentu yang hidup dalam media dan alam pikiran manusia,
akan tetapi sebuah ruang dimana manusia bisa hidup di dalamnya. Media massa
merupakan salah satu instrumen yang sangat mempengaruhi umat manusia di
abad 21.Keberadaan media dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat telah
mengubah pengalaman sosial dalam kehidupan sehari-hari. Media merupakan
unsur penting dalam pergaulan sosial masa kini. Kebudayaan masyarakat tidak
terlepas dari media, dan budaya itu sendiri direpresentasikan dalam media.
Fenomena perkembangan media di Indonesia menunjukkan peningkatan
jumlah yang signifikan, sesudah UU Pers No. 40/1999 dan UU Penyiaran
No.32/2002 disahkan, baik media cetak maupun elektronik. Muncul surat kabar ,
majalah dan tabloid baru, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

Universitas Umatera Utara

1
Universitas Sumatera Utara

2

Stasiun televisi mengalami pertumbuhan pesat pula. Jika dulunya hanya

ada TVRI namun sekarang sudah 14 stasiun televisi komersil bersiaran secara
nasional. Hal yang sama bisa kita lihat pada perkembangan radio,muncul radio
swasta yang melebarkan sayapnya hingga ke daerah. Begitupula dengan surat
kabar hingga media online yang bertumbuh pesat.
Kondisi semacam ini mengakibatkan masyarakat mengalami kelimpahan
informasi, yang jika tidak berhati-hati bisa saja menimbulkan masalah baru.
Selain itu, pesatnya pertumbuhan media dan tingginya atensi masyarakat
mengkonsumsi media juga berbanding terbalik dengan kualitas konten yang
dihadirkan. Hal ini tampak dari banyaknya pengaduan dari masyarakat terhadap
konten negatif tayangan dan pelanggaran yang dilakukan oleh stasiun televisi.
Televisi saat ini banyak dieksploitasi oleh pengguna jasa untuk menyampaikan
berbagai macam kepentingan seperti politik, bisnis, ideologi, kesehatan dan lain
sebagainya. Dari sekian banyak tayangan yang ada di televisi, sebagian besar
masih berorientasi pada bisnis. Tayangan kekerasan misalnya, banyak
dimanfaatkan sebagai komoditas yang menguntungkan dari dunia hiburan. Dari
keseluruhan tayangan kekerasan, kekerasan fisik adalah yang paling banyak
terjadi yaitu sebanyak 839 kejadian, atau 79,4% dari seluruh kejadian tayangan
kekerasan. Tayangan kekerasan non-fisik mencapai angka 218 kejadian atau
20,6% dari seluruh kejadian tayangan kekerasan selama periode 2011.
Berdasarkan laporan tahunan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tahun 2011

materi yang paling banyak diadukan adalah mengenai tema/alur/format acara
(17,32%). Selanjutnya secara berturut-turut adalah mengenai siaran yang tidak
mendidik (10,03%), muatan kekerasan (6,76%), jam tayang yang tidak tepat
(5,6%), dan muatan seks (5%). (www.kpi.go.id).
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia (ISKI) serta sembilan perguruan tinggi di sembilan kota di Indonesia
melakukan survei terhadap stasiun televisi pada pertengahan 2015. Hasilnya,
indeks kualitas program siaran 15 televisi di Indonesia hanya 3,27 atau masih di
bawah standar ketentuan KPI, yakni 4,0. Program infotainment, sinetron, dan
variety show adalah beberapa program acara yang mendapat penilaian rendah.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

3

Skor program infotainment hanya 2,56, sinetron/film/FTV 2,84, dan variety show
2,96 (Litbang Kompas)
Kondisi media massa di Indonesia yang lebih berpihak pada kekuatan
modal dan kekuatan politik tertentu memang menjadi masalah bangsa ini.

Sementara di sisi lain, pemerintah dianggap tidak mampu memberikan
perlindungan bagi publik lewat regulasi yang baik, tapi justru mendukung
industrialisasi media. Istilah literasi media kemudian muncul ke permukaan
sebagai sebuah jalan untuk menjadikan masyarakat lebih berdaya di hadapan
media. Literasi media menjadi langkah penting dalam menyikapi kondisi
kelimpahan informasi terutama terhadap informasi yang disebarluaskan melalui
media.Masyarakat memerlukan filter/ penyaring yang berguna memilah mana
informasi bermanfaat mana yang tidak. Oleh sebab itu masyarakat perlu
diberdayakan melalui sebuah pendidikan literasi media. Pendidikan yang
memadai membuat masyarakat mampu mengambil keputusan informasi mana
yang menjadi kebutuhannya dan bagaimana cara mendapatkannya, termasuk cara
memperoleh hiburan dari media. Melalui pendidikan yang memadai pula publik
dapat mengerti, memahami, dan bahkan memihak mana tayangan yang benar dan
mana tayangan tidak penting bagi dirinya maupun lingkungan sosialnya. Pada
pemahaman ini, pendidikan adalah instrumen fundamental bagi masyarakat agar
publik dapat cerdas di hadapan media terutama media penyiaran.
Kemampuan literasi media sangat dibutuhkan oleh masyarakat di tengah
banyaknya persoalan yang terjadi pada media massa hari ini. Beragam upaya
dilakukan oleh lembaga-lembaga masyarakat guna meningkatkan daya melek
masyarakat terhadap media massa. Literasi media hadir sebagai benteng bagi

khalayak masyarakat agar kritis terhadap isi media, sekaligus menentukan
informasi yang dibutuhkan dari media. Potter menyebutkan bahwa literasi media
diperlukan di tengah kejenuhan informasi, tingginya terpaan media, dan berbagai
permasalahan dalam informasi tersebut yang mengepung kehidupan kita seharihari (Potter: 2011 : 3-4).
Devito

mendefenisikan

literasi

media

sebagai

sebuah

bentuk

pemberdayaan (empowerment), karena bisa membantu kita untuk menggunakan
media dengan lebih cerdas; kita bisa memahami, menganalisis dan mengevaluasi


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

4

pesan-pesan media lebih efektif; kita bisa mempengaruhi pesan-pesan yang akan
disampaikan oleh media; dan kita bisa menciptakan pesan-pesan yang akan
disampaikan oleh media; dan kita bisa menciptakan pesan-pesan yang dimediasi
oleh kita sendiri (Raharjo, 2012 : 6).
Istilah Literasi Media belum begitu dikenal oleh masyarakat jika
dibandingkan dengan istilah literasi lainnya, seperti; literasi keuangan, literasi
teknologi, literasi informasi. Padahal, bila ditinjau lebih jauh literasi media
kedudukannya sangat penting. Hal ini dikarenakan kehidupan masyarakat sangat
dekat dengan media, setiap hari selalu memanfaatkan media, dan mendapat
terpaan media. Oleh karena itu, guna menuju transformasi menuju masyarakat
informasi dan masyarakat berbasis pengetahuan, tidak saja membutuhkan
infrastruktur (hardware, software, aplikasi, dan konektivitas/akses) yang handal,
dan regulasi (peraturan) yang mendukung, tetapi juga sumber daya manusia
(SDM) atau brainware dengan tingkat literasi (melek) media yang memadai serta

kemampuan mengeksplorasi konten (literasi informasi) untuk menciptakan
khalayak yang lebih berdaya di hadapan media.
Seiring demokratisasi media yang berlangsung kurang lebih satu dekade
sejak reformasi, wacana tentang literasi media di Indonesia mulai menguat.
Lembaga seperti KPI, perguruan tinggi, sekolah, dan berbagai lembaga swadaya
masyarakat telah berusaha mengembangkan pendidikan literasi. Setidaknya di
Indonesia ada 8 lembaga yang aktif dalam melakukan kegiatan literasi media
seperti KIPPAS di Medan, Yayasan Sahabat Cahaya dan Remotivi di Jakarta,
LeSPI di Semarang, Jurnal Celebes di Makassar, serta MPM, ECCD-RC, dan
Centre for LEAD di Yogyakarta. Remotivi merupakan lembaga yang paling
menonjol dalam melakukan kegiatan literasi media di antara kedelapan lembaga
tersebut. Remotivi termasuk lembaga yang melakukan upaya pendidikan literasi
media kepada masyarakat melalui basis pelatihan dan basis pemanfaatan new
media(media baru). Konsep pemanfaatan new media dalam upaya pendidikan
literasi media merupakan hal baru di Indonesia. Beberapa lembaga seperti KPI,
KIPPAS, Remotivi dan Centre for LEAD memanfaatkan new media sebagai basis
pendidikan literasi media, namun hanya Remotivi yang konsisten dan fokus
menggunakan new media dengan menghadirkan konten yang variatif serta ulasan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

5

lebih mendalam. Bahkan, hampir 90% kegiatan literasi media dilakukan Remotivi
melalui website mereka.
Kajian mengenai literasi media pada umumnya sudah sering menjadi
fokus dalam penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut kebanyakan berfokus
bagaimana mengukur kemampuan masyarakat dalam menggunakan media baik
itu media sosial maupun media elektronik seperti televisi. Namun, sangat jarang
penelitian yang mengkaji bagaimana proses pendidikan literasi media dijalankan
oleh lembaga literasi media.
Remotivi merupakan sebuah lembaga studi dan pemantauan media.
Cakupan kerjanya meliputi aktivitas pendidikan melek media, penelitian,
publikasi dan advokasi. Remotivi dibentuk di Jakarta pada tahun 2010 sebagai
bentuk inisiatif warga yang merespon praktik industri media pasca-Orde Baru
yang

semakin


komersil

dan

mengabaikan

tanggung

jawab

publiknya,

mengembangkan tingkat kemelekmediaan masyarakat, menumbuhkan, mengelola
dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap media massa, dan mendorong
profesionalisme pekerja media massa untuk menghasilkan tayangan yang
bermutu, sehat dan mendidik. Remotivi menjadi satu di antara beberapa lembaga
yang melakukan literasi media dan media watch secara bersamaan. Awalnya,
Remotivi dibentuk dari grup dalam jejaring sosial facebook oleh Roy Taniago
pada akhir 2009. Satu bulan kemudian, beberapa teman bergabung dan
membentuk grup di facebook bernama Masyarakat Anti Program Televisi Buruk.

Ini menjadi awal Remotivi, yang secara legal berdiri pada Oktober 2012. Namun,
nama Remotivi sendiri telah digunakan beraktivitas sejak tahun 2010.
Remotivi terdiri dari empat divisi, yakni divisi media, divisi penelitian,
divisi advokasi, dan divisi arsip. Divisi media salah satunya menerbitkan artikel
dan video secara daring (Remotivi.or.id). Divisi penelitian, sesuai namanya,
melakukan penelitian berbagai konten media dan khalayak. Divisi advokasi
melakukan berbagai advokasi tayangan yang dianggap ‗tidak patut‘, baik
berdasarkan undang-undang maupun P3SPS, etika, budaya, kemanusiaan, gender
dan lainnya.
Website Remotivi (Remotivi.or.id) memiliki tiga Menu utama yaitu,
Rubrik, Fokus, dan Video. Menu rubrik terdapat sembilan sub-menu yang

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

6

memuat tulisan dan infografik. Sementara pada menu Fokus saat ini masih dalam
tahap pengembangan. Menu Video terdapat dua sub-menu berbasis audio visual
yaitu ‗Literasi‘ dan ‗Yang Tidak Media Katakan‘.

Program literasi media yang dilakukan Remotivi ini pada dasarnya bisa
dibedakan atas dua jalur, yakni literasi media berbasis media baru, dalam hal ini
internet dan literasi media berbasis ‗dunia nyata‘, dalam hal ini pelatihan dan
seminar yang dilakukan di sekolah dan kampus. Remotivi.or.id juga dibuat untuk
dapat diakses melalui telepon seluler, computer tablet, dan PDA. Sedangkan
tampilannya, situs ini menggabungkan teks, teks narasi, foto, visual, video, dan
suara. Selain website, lembaga ini juga tengah mengembangkan aplikasi berbasis
Android untuk aduan tayangan televisi tak sehat, Rapotivi. Aplikasi ini dirancang
untuk menjembatani aspirasi warga dengan Komisi Penyiaran Indonesia. Rapotivi
diharapkan dapat menjadi alat bagi warga untuk menuntut haknya atas tayangan
televisi yang sehat, benar, dan bermanfaat.
Remotivi menerima penghargaan Tasrif Award 2014 dari Aliansi Jurnalis
Independen pada Agustus 2014 silam. Tasrif Award adalah penghargaan yang
diberikan kepada individu/kelompok/ lembaga yang gigih menegakkan kebebasan
pers, kebebasan berekspresi dan nilai-nilai keadilan serta demokrasi.
Uraian diatas menunjukkan Remotivi sebagai gerakan sosial sekaligus
pemberdayaan lebih menonjol dibandingkan dengan lembaga literasi media
lainnya. Bentuk literasi yang dikembangkan Remotivi tidak hanya berbasis –dunia
nyata- saja namun juga konsisten memanfaatkan new media sebagai upaya
mengimbangi kemajuan teknologi informasi. Selanjutnya, peneliti melihat
besarnya pengaruh media tidak hanya cukup dengan regulasi dari pemerintah saja.
Masyarakat juga perlu mengambil peran dalam menghadapi kelimpahan informasi
yang dihadirkan oleh media. Oleh karena itu, pentingnya masyarakat terliterasi
dengan baik melalui pendidikan literasi media yang baik pula.
Berdasarkan uraian diatas,peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh
tentang bagaimana langkah dan upaya penerapan pendidikan literasi media yang
dilakukan oleh Remotivi.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

7

1.2. Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat
dirumuskan fokus masalah dalam penelitian ini adalah ―Bagaimanakah
Implementasi pendidikan literasi media yang dilakukan Remotivi?‖

1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aktivitas dan
langkah yang dilakukan oleh Remotivi dalam mengimplementasikan pendidikan
literasi media.

1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Akademis, penelitian ini mampu memberikan kontribusi positif
dalam memberi warna referensi wacana penelitian di Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang penerapan pendidikan
literasi media.
3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi
pihak-pihak yang memerlukan informasi khususnya bagi pegiat literasi
media untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan literasi media.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara