T PEKO 1402102 Chapter1

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan mempunyai potensi yang besar untuk memainkan peran
strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia berkualitas yang menjadi
investasi penting bagi setiap negara. Pendidikan menjadi pondasi kuat
berkembangnya suatu negara termasuk Indonesia. Oleh karena itu pembangunan
di bidang pendidikan harus terus dikembangkan menuju arah peningkatan mutu
pendidikan seagai usaha mencetak sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi juga relevan dengan pembangunan.
Pengertian pendidikan dijelaskan dalam Undang-undang nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 yaitu:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa, dan negaranya.”
Pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan melalui proses
pembelajaran harus dapat membantu siswa mengembangkan potensi-potensi yang

dimilikinya dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang mampu mendorongan
semangat dan keinginan untuk belajar. Tantangan masa depan menuntut
pembelajaran harus lebih mengembangkan hasil belajar keterampilan high order
of thinking, salah satunya adalah kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah.
Dijelaskan dalam kerangka taksonomi Marzano (Kuswana, 2012, hlm.161)
bahwa ada tiga sistem domain pengetahuan yang penting bagi siswa untuk berfikir
dan belajar yaitu sistem sendiri, sistem metakognitif, dan sistem kognitif. Dimana
salahsatu tingkat dari sistem kognitif adalah pemecahan masalah. Pemecahan
masalah terjadi ketika sebuah rintangan ditemui dalam pencapaian sebuah tujuan.
Pada konteks pembelajaran, siswa senantiasa dihadapkan pada permasalahan-

Excaferina Sri Utami, 2016
PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DENGAN VARIABEL MODERATOR KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

permasalahan di sekolah, sehingga diperlukan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah.
Gagne (dalam Selcuk dkk. 2008, hlm. 49) mengungkapkan:
Bidang pendidikan mempunyai tujuan untuk membelajarkan siswa dalam
memecahkan berbagai permasalahan, baik permasalahan yang bersifat matematis,
fisis, kesehatan, sosial dan penyesuaian diri. Pendidikan mengharapkan bahwa
melalui proses pembelajaran yang sering menghadapkan siswa dalam suatu
permasalahan, kemampuan pemecahan masalah siswa akan berkembang.
Hal ini diperkuat oleh Wena (2011 hlm.52) yang berpendapat bahwa pada
dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak
di masyarakat. Dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah
merupakan hal yang penting bagi siswa dan masa depannya. Kemampuan
pemecahan masalah digunakan oleh siswa bukan hanya saat menjalani sebagai
peserta didik di sekolah, akan tetapi saat mereka sudah menjadi bagian dari
masyarakat dan individu yang mandiri, mereka harus memiliki sebuah
kemampuan dalam pemecahan masalah di dalam kehidupan mereka sendiri.
Kemampuan pemecahan masalah siswa di Indonesia masih tergolong
rendah. Gambaran dilapangan tentang rendahnya kemampuan pemecahan masalah
siswa di Indonesia, dapat dilihat dari hasil survey Programme Internationale for
Student Assesment (PISA) 2012 yang mengukur kemampuan kognitif tinggi

dalam tesnya, dan salah satu indikator kognitif tinggi yang dinilai adalah
kemampuan pemecahan masalah. Menurut data Penelitian dan Pengembangan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Litbang Kemendikbud) menunjukkan
bahwa tahun 2009 Indonesia menempati peringkat ke 61 dari 65 negara yang
disurvei dengan nilai rata-rata 371 dari nilai standar yang ditetapkan oleh PISA
adalah 500. Hasil PISA 2012, Indonesia di urutan 64 dari 65 peserta.
Kesimpulan dari laporan studi PISA tahun 2012 tersebut, tidak jauh
berbeda dengan hasil survei Trend in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) sebuah studi yang diselenggarakan oleh International Association
for the Evaluation of Educational Achievement (IEA), pada tahun 2011 Indonesia
berada di peringkat 38 dari 42 negara yang turut berpartisipasi dengan perolehan
Excaferina Sri Utami, 2016
PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DENGAN VARIABEL MODERATOR KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

rata-rata skor siswa yaitu 386, sedangkan rata-rata skor internasional adalah 500.
Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007 dengan jumlah skor

yaitu 397.
Dari paparan hasil dua lembaga survei Internasional tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia khususnya kemampuan
pemecahan masalah masih tergolong rendah. Hal ini dapat terjadi karena dalam
proses pembelajaran siswa kurang dikembangkan dengan optimal untuk
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau yang dikenal dengan High
Order Thinking Skills.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi didefinisikan sebagai penggunaan
pikiran secara lebih luas untuk menemukan tantangan baru. Kemampuan berpikir
tingkat tinggi ini menghendaki seseorang untuk menerapkan informasi baru atau
pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi informasi untuk menjangkau
kemungkinan jawaban dalam situasi baru (Heong, dkk, 2011). Terdapat beberapa
aspek yang menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki oleh
seseorang yaitu kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, serta memecahkan
masalah.
Pemecahan masalah yaitu menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang sudah ada untuk menjawab pertanyaan yang belum terjawab atau situasi
yang sulit (Ormrod, 2009, hlm.393). Hal tersebut sesuai dengan kriteria berpikir
tingkat tinggi yaitu berpikir pada tingkat lebih tinggi daripada sekedar
menghafalkan fakta atau mengatakan sesuatu kepada seseorang persis seperti

sesuatu itu disampaikan kepada kita.
Hal yang paling penting dalam kegiatan pendidikan formal adalah proses
pembelajaran. Salah satu bentuk pendidikan formal adalah Sekolah Menengah
Atas (SMA). Kurikulum kegiatan belajar mengajar di SMA terdapat mata
pelajaran Ekonomi yang merupakan mata pelajaran yang diwajibkan dalam
penjurusan bidang yang diminati yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Ekonomi sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat memegang
peran penting karena ekonomi dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam
berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien.
Excaferina Sri Utami, 2016
PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DENGAN VARIABEL MODERATOR KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

Melatih para peserta didik untuk dapat memecahkan masalah dibutuhkan
suatu proses pembelajaran yang mengacu pada tujuan kemampuan pemecahan
masalah. Fokus utama karakteristik mata pelajaran Ekonomi adalah kemampuan
berpikir kognitif melalui pemecahan masalah. Dikutip dari pedoman khusus

pengembangan silabus dan penilaian mata pelajaran Ekonomi (Depdiknas, 2003)
menjelaskan mengenai karakteristik bidang studi Ekonomi sebagai berikut:
1. Mata pelajaran ekonomi berangkat dari fakta atau gejala ekonomi yang nyata.
2. Mata pelajaran ekonomi mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan fakta
secara rasional.
3. Umumnya, analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode
pemecahan masalah.
4. Metode pemecahan masalah cocok untuk digunakan dalam analisis ekonomi
sebab objek dalam ilmu ekonomi adalah permasalahan dasar ekonomi.
5. Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternative yang baik.
6. Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan sumber pemuas kebutuhan
manusia.
Berdasarkan hasil penelitian awal melalui wawancara yang dilakukan pada
guru Ekonomi SMAN I Cipatat Kabupaten Bandung Barat bahwa peserta didik
terkadang tidak dapat memahami dengan baik konsep-konsep Ekonomi walaupun
mereka dapat menyebutkan pengertiannya. Maka dari pernyataan tersebut, penulis
meninjau nilai tes siswa untuk melihat seberapa besar kemampuan siswa XI IIS
SMAN 1 Cipatat dalam memecahkan permasalahan ekonomi yang dihubungkan
dengan dunia


nyata. Pertanyaan tes berbentuk soal essay yang terdiri dari

beberapa kriteria kemampuan pemecahan masalah yang menjadi dasar pembuatan
soal. Kriteria tersebut diantaranya, mengidentifikasi masalah, menyelesaikan
secara terencana dan memahami kata dalam konteks pada materi kompetensi
dasar menganalisis peran fungsi, dan manfaat pajak yang telah dipelajari
sebelumnya. Berikut adalah hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa
berjumlah 51 orang dari kelas XI IIS 1 dan 2
Tabel 1.1
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas XI IIS 1 & 2
SMAN 1 Cipatat Kab.Bandung Barat
No
1

Rentang Nilai
(KKM=75)
90 – 100

Frekuensi

(Orang)
7

Persentase (%)
13,7

Excaferina Sri Utami, 2016
PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DENGAN VARIABEL MODERATOR KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

80 – 89
70 – 79
60 – 69
< 59
Jumlah
Sumber: Hasil Pra Penelitian (Data Diolah)


2
3
4
5

7
11
9
17
51

13,7
21,5
17,7
33,3
100

Berdasarkan Gambar1.1 dapat dilihat bahwa nilai hasil tes kemampuan
pemecahan masalah kelas XI IIS SMA Negeri 1 Cipatat Kabupaten Bandung
Barat yang terdiri dari XI IIS 1 dan XI IIS 2, menunjukkan bahwa nilai siswa

dalam tes kemampuan pemecahan masalah frekuensi paling banyak yaitu 17
orang siswa masih berada pada rentang nilai yang sangat rendah yaitu dibawah 59
(persentase 33,3%). Melihat keseluruhan nilai hasil tes kemampuan pemecahan
masalah kelas XI IIS 1 dan 2 yang berjumlah 51 orang yaitu, sebanyak 21 siswa
mendapat nilai ≥75 dan 30 siswa mendapat nilai ≤ 75. Hal ini jauh dari target nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Hasil
tersebut menggambarkan bahwa siswa kelas XI IIS belum memiliki kemampuan
pemecahan masalah dengan baik, maka dalam hal ini, kemampuan tersebut perlu
diasah dan dikembangkan.
Fenomena berdasarkan hasil data tersebut dikarenakan peserta didik
kurang memahami konsep atau materi dari mata pelajaran ekonomi. Proses
pembelajaran ekonomi di sekolah selama ini lebih kepada penguasaan materi yang
banyak. Kegiatan belajar lebih ditandai dengan budaya hafalan daripada berpikir.
Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting menjadi
sangat rendah. Siswa cenderung belajar hanya dengan menghapal tanpa
memahami maknanya. Padahal belajar dengan hapalan kurang memberdayakan
kemampuan berpikir siswa, sehingga implikasinya adalah kemampuan pemecahan
masalah siswa tidak dapat berkembang secara optimal.
Proses belajar yang terpusat pada satu arah, tidak memberikan kesempatan
bagi siswa untuk belajar lebih aktif dengan melakukan eksplorasi terhadap materi

yang diajarkan. Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan rendahnya
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Pertama, proses pembelajaran
siswa masih bersikap pasif dan sangat bergantung dengan penjelasan guru. Sikap
Excaferina Sri Utami, 2016
PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DENGAN VARIABEL MODERATOR KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

ketergantungan inilah yang menjadikan siswa kurang mandiri dalam belajar.
Sedangkan kemandirian belajar sangat diperlukan dalam proses pembelajaran
apapun termasuk pembelajaran ekonomi. Pendapat tersebut senada dengan
pernyataan Slameto (2010, hlm.54) yang mengungkapkan bahwa salahsatu faktor
internal yang mempengaruhi hasil belajar dari segi psikologis adalah kemandirian
belajar.
Kemandirian dalam belajar adalah aktivitas belajar yang berlangsungnya
lebih didorong oleh niat atau motif sendiri untuk menguasai sesuatu kompetensi
guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau
kompetensi yang dimiliki (Mudjiman, 2007, hlm.7). Kemandirian belajar siswa
diperlukan agar mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan
mendisiplinkan dirinya.
Kedua, faktor lain yang berpengaruh adalah cara mengajar guru yang tidak
tepat. Beberapa guru mengajar lebih sering hanya menggunakan metode ceramah
yang ditambahkan dengan penugasan dan diskusi

(ceramah bervariasi),

pengajaran tersebut kurang maksimal untuk meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa. Selain itu metode ceramah bervariasi masih lebih banyak
didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara peserta didik lebih pasif
sebagai penerima ilmu. Siswa hanya mencatat materi yang penting saja, materi
yang disampaikan pun kurang dipahami sehingga ketika guru sedang memberikan
pembelajaran banyak siswa yang tidak antusias, mereka malah asyik mengobrol
dengan teman sebangkunya. Ketika guru memberikan pertanyaan atau kesempatan
bertanya hanya beberapa orang saja yang aktif terlibat dalam pembelajaran
sehingga saat siswa diberikan suatu persoalan, siswa tidak dapat memecahkan
masalah tersebut.
Membiasakan mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah dapat
membantu siswa menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam
kehidupan. Dengan kata lain jika siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah
siswa itu akan mudah mengambil keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai
keterampilan untuk mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
informasi, dan meneliti kembali hasil yang telah diperoleh.
Excaferina Sri Utami, 2016
PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DENGAN VARIABEL MODERATOR KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

Penerapan Kurikulum 2013 di sekolah saat ini diarahkan menuju proses
pembelajaran interaktif dengan pendekatan saintifik yang meliputi mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Maka dapat menggunakan pendekatan saintifik yang diintegrasikan dengan
berbagai metode pembelajaran. Merupakan tugas dan peran seorang pendidik
untuk merancang bagaimana menciptakan suatu proses pembelajaran interaktif
yang menjadikan peserta didik sebagai pemeran utama dalam proses pembelajaran
(student centered). Serta bagaimana memfasilitasi peserta didik agar mudah
memahami materi yang diajarkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Usaha untuk menciptakan proses pembelajaran interaktif yaitu dengan
memilih pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif salah
satunya adalah model pembelajaran berbasis penemuan (Discovery Learning).
Meodel Discovery Learning adalah model mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya, tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri (Cahyo,
2013, hlm.100). Menurut Hamalik (dalam Takdir, 2012, hlm.29) menyatakan
bahwa “Discovery learning adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan
pada mental intelektual pada anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi sehingga menemukan suatu konsep yang dapat diterapkan
dilapangan.”
Menurut Gorman (dalam Rahmawati, 2014, hlm. 278) model Discovery
Learning dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu free discovery (penemuan
bebas) dan guided discovery (penemuan terbimbing). Free discovery (penemuan
bebas) adalah suatu pembelajaran dimana siswa benar-benar dilepas dalam
menemukan dan menyelesaikan masalah, sedangkan

dalam guided discovery

(penemuan terbimbing) guru berperan sebagai mediator dan fasilitator siswa
dalam belajar. Dalam pembelajaran di SMA, siswa masih perlu bimbingan dari
guru dalam penemuannya. Atas pertimbangan tersebut peneliti memilih metode
guided discovery learning untuk penelitian ini.
Bruner (dalam Widodo, 2010, hlm.37) yang mengungkapkan bahwa
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia,
Excaferina Sri Utami, 2016
PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DENGAN VARIABEL MODERATOR KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

dan dengan sendirinya memeberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri
untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Saat pembelajaran
guided discovery siswa belajar memecahan masalah secara mandiri dan
keterampilan-keterampilan berfikir, karena mereka harus menganalisis dan
memanipulasi informasi.
Merujuk pada kajian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
guided discovery learning merupakan pembelajaran yang dapat memberikan
kesempatan siswa untuk menjadi problem solver dan mengharuskan siswa
menggunakan informasi untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri sehingga
pemahaman materi lebih bermakna dalam diri siswa. Metode pembelajaran guided
discovery melibatkan secara maksimal kemampuan siswa untuk mencari dan
menemukan secara sistematis, kritis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuanya. Melalui metode pembelajaran guided discovery diharapkan
mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Konstruksi grand theory belajar dari metode Guided Discovery Learning
adalah teori belajar konstruktivisme. Teori ini menekankan bahwa setiap individu
memiliki kemampuan untuk membangun sendiri pengetahuannya dengan jalan
berinteraksi secara terus menerus dengan lingkungannya. Teori belajar
konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi secara
aktif dengan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk menghubungkan suatu
informasi sehingga merubah informasi-informasi menjadi sebuah struktur yang
baru.
Penting untuk mengkaji secara lebih dalam mengenai penerapan metode
pembelajaran Guided Discovery terhadap kemampuan pemecahan masalah pada
mata pelajaran ekonomi. Dengan proses pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran Guided Discovery diharapkan siswa akan terlibat aktif dalam
berpikir, menemukan prinsip-prinsip dan jawaban lewat percobaan, mudah
menyerap materi pelajaran, serta kemampuan pemecahan masalah siswa yang
akan bermuara pada hasil belajar siswa pun akan menjadi lebih baik.
Excaferina Sri Utami, 2016
PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DENGAN VARIABEL MODERATOR KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Guided Discovery Learning
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dengan Variabel Moderator
Kemandirian Belajar Siswa (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran
Ekonomi Kelas XI IIS SMAN 1 Cipatat Kabupaten Bandung Barat).”

1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan
masalah tentang sejauh mana keefektifan kedua tipe pembelajaran tersebut dapat
diterapkan. Maka rumusan permasalahannya sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah pada kelas yang
menggunakan metode Guided Discovery Learning dengan kelas yang
menggunakan metode pembelajaran ceramah bervariasi?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dengan
menggunakan metode Guided Discovery Learning dengan kemandirian belajar
siswa pada kategori tinggi, sedang, rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode

Guided Discovery Learning dan

kemandirian belajar siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
1.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah pada kelas
yang menggunakan metode Guided Discovery Learning dengan kelas yang
menggunakan metode pembelajaran ceramah bervariasi

2

Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah dengan
menggunakan metode Guided Discovery Learning dengan kemandirian
belajar siswa pada kategori tinggi, sedang, rendah

Excaferina Sri Utami, 2016
PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DENGAN VARIABEL MODERATOR KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

3

Untuk mengetahui interaksi antara metode Guided Discovery Learning dan
kemandirian belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah

1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Manfaat dari Segi Teori
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah informasi
baru dan pengetahuan mengenai penggunaan metode-metode pembelajaran
dalam mata pelajaran ekonomi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa. Melalui penelitian ini pula dapat dikembangkan metode atau
teknik pembelajaran baru yang dapat efektif diterapkan untuk pengembangan
proses pembelajaran yang lebih optimal.

2. Manfaat dari Segi Praktik
Hasil penelitian ini dipandang dalam segi praktis diharapkan dapat bermanfaat
bagi pihak guru dan sekolah. Bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberi cara alternative dalam menggunakan metode pembelajaran kepada
siswa dalam proses pembelajaran di kelas pada mata pelajaran ekonomi serta
diharapkan menjadi upaya peningkatan profesionalitas guru dalam proses
pembelajaran mata pelajaran ekonomi. Bagi sekolah, diharapkan hasil
penelitian ini dapat memberikan bahan pertimbangan dalam upaya
peningkatan mutu dan efektivitas pembelajaran serta meningkatkan hasil
belajar siswa yang dapat meningkatkan kualitas sekolah.

Excaferina Sri Utami, 2016
PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DENGAN VARIABEL MODERATOR KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu